Penyembuh Luka Hati - Chapter 1

55
4
Deskripsi

SEKUEL DARI NOVEL BERJUDUL ESCAPE FROM LOVE

Ardiansyah Adhlino Gavin kembali dari pelariannya untuk menyembuhkan luka hati karena semesta tidak pernah mendukung kisah cintanya dengan Azuri-sang pujaan hati.

Sebelum pergi dia sempat mengangkat seorang gadis menjadi anak asuhnya yang dia biayai mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga sekolah keperawatan bahkan atas rekomendasi Ardi juga, gadis bernama Zulfa Olina itu bisa bekerja di salah satu rumah sakit Swasta terbaik di kotanya.

Dia lupa, kalau kondominium...

dr. Ardi : Saya akan kembali ke Jakarta minggu depan.

Zulfa Olina langsung membelalakan mata saat membaca pesan dari orang tua angkatnya lantas menghela selimut, menegakan punggung dengan rambutnya acak-acakan kemudian menurunkan kaki dan duduk di tepi ranjang.

“Katanya mau pulang tahun depan … duh … aku harus gimana? Ini maksudnya dokter Ardi ngusir aku dari kondominium ini, kan?” Gadis cantik berdarah Arab-India itu bergumam.

Ponsel yang dia genggam kembali bergetar memunculkan satu notif pesan masuk.

dr. Ardi : Saya juga udah transfer uang bulanan.

Zulfa mengerutkan wajah, jemari lentiknya mulai mengetikan sesuatu membalas pesan Ardi.

Zulfa Olina : Dok, saya ‘kan udah bilang … Dokter enggak perlu transfer lagi, saya udah kerja sekarang biar saya yang bayar IPL.

dr. Ardi : Sampai ketemu minggu depan, Olin.

Zulfa berlama-lama menatap layar ponsel, dia masih belum mendapat jawaban dari pertanyaan yang muncul dalam benaknya.

“Tapi ‘kan rumah orang tua dokter Ardi di Jakarta … jadi kayanya dokter Ardi akan tinggal di sana … kalau dia mau tinggal di sini pasti udah ngusir aku secara halus, kan?” Zulfa bicara sendiri kemudian termenung sebentar.

“Terus kalau dia maunya tinggal di sini gimana?” Zulfa bertanya lagi.

“Ya udah, aku ngekos aja.” Zulfa menjawab pertanyaannya sendiri.

“Minggu depan deh diomongin lagi kalau dia udah sampe Jakarta,” putusnya agar berhenti memikirkan yang belum pasti.

Beralih dari berbagai pertanyaan yang tidak bisa dia jawab, Zulfa akhirnya beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi karena ada shift pagi hari ini.

Tidak lupa dia membuat sarapan pagi dan memasak makan siang yang akan dibawanya ke Rumah Sakit.

Meski orang tua angkatnya tidak pernah lupa transfer setiap bulan untuk biaya hidup sejak Zulfa masih menempuh sekolah keperawatan hingga sekarang sudah menjadi perawat di Rumah Sakit tempat Ardi dulu berpraktik tapi Zulfa tidak pernah boros, setiap hari selalu membawa bekal.

Uang yang Ardi kirim dan gajinya ditabung dengan harapan bisa mengembalikan apa yang telah Ardi berikan selama ini untuknya.

Zulfa mengerti kalau Ardi merasa bersalah karena sang ayah meninggal saat operasi yang ditanganinya meski sebenarnya Ardi tidak perlu merasa begitu lantaran Zulfa tahu kondisi ayahnya yang sudah tidak memiliki banyak waktu di dunia ini.

***

“Deby, katanya dokter Ardi mau balik ke sini lho … ya ampun, seneng banget akhirnya bisa liat dokter tampan itu lagi,” kata Silvi dengan tatapan menerawang kasmaran.

Zulfa yang sedang membereskan alat tensi di ruangan Nurse melirik sekilas ke belakang menguping pembicaraan seniornya.

“Oh ya? Tahu dari mana?” Deby memutar kursinya menghadap Silvi.

“Nguping pembicaraan dokter Andika sama Komite Medik.” Silvi menjawab.

“Oh berarti dokter Ardi akan praktik di sini lagi.” Zulfa membatin.

Prank!

Tanpa sengaja Zulfa menjatuhkan peralatan medis berbahan kaleng hingga terdengar suara nyaring dari arahnya.

Silvi menoleh ke belakang sembari berdecak lidah kesal.

“Hati-hati donk, Olin!” tegur Silvi.

Deby tertawa pelan. “Kamu pasti enggak fokus karena nguping gosipan kita ya?” Deby bertanya bermaksud menggoda Zulfa.

“Eng … enggak kok.” Zulfa menggelengkan kepalanya.

“Iya juga enggak apa-apa kok, biar kamu tahu ya Olin … dokter paling ganteng sepanjang Rumah Sakit ini berdiri akan kembali minggu depan … kalau kamu udah liat orangnya, kamu pasti akan berharap kebagian jadwal jadi perawat instrumen bantuin dia di ruang operasi atau jadi perawat rawat jalan spesialis bedah syaraf,” ujar Deby yang tidak mengetahui kalau justru Zulfa adalah anak angkat Ardi.

Sewaktu ayahnya Zulfa meninggal, Zulfa masih sekolah keperawatan dan biayanya diteruskan oleh Ardi.

Bahkan saat Ardi pergi ke Amerika yang setahu Zulfa karena mendapat tawaran bagus di sana—Ardi mempersilahkan Zulfa menempati kondominium dan menggunakan mobil mewahnya.

Tapi Zulfa tidak tahu cara mengemudikan mobil jadi mobil Ardi hanya terparkir di basement selama beberapa tahun terakhir.

Semua perawat dan dokter di rumah sakit ini tidak ada yang tahu kalau Ardi dan Zulfa saling mengenal.

Hanya dokter Andika-Direktur rumah sakit ini yang merupakan paman Ardi yang mengetahui kalau Ardi membiayai hidup dan pendidikan anak dari pasien yang meninggal di ‘tangannya’.

***

Pesawat yang Ardi tumpangi mendarat mulus di Bandara Soekarno-Hatta.

Dokter tampan yang cukup muda untuk gelar berat di belakang namanya itu menderapkan langkah dengan tatapan kosong menuju pintu kedatangan sembari menarik koper.

Ardi tidak berharap ada yang menjemputnya karena memang tidak ada yang mengetahui kepulangannya hari ini.

Tiba-tiba saja semua selesai dalam waktu cepat sehingga Ardi bisa pulang ke Jakarta lebih awal.

Seorang pria berjas rapih menawarkan taxi Premium untuk mengantar Ardi, tanpa berpikir dua kali—Ardi langsung menyetujui lalu pria itu memerintahkan pria lain membawakan koper Ardi hingga mobil.

Setelah menyebutkan alamat yang akan dituju kepada driver, Ardi menatap keluar jendela dengan hati mencelos.

Lima tahun lamanya dia meninggalkan Jakarta, melarikan diri dari patah hati karena gagal mendapatkan hati Azuri-sang pujaan hati.

Ditambah kegagalannya saat melakukan operasi pak Umar meski bukan karena kesalahannya melainkan kondisi beliau yang tiba-tiba drop tapi tetap saja perasaan bersalah bercokol di hati Ardi.

Meski Ardi sudah menjadikan anaknya pak Umar yang jadi sebatang kara sebagai anak angkatnya dengan cara yang tidak resmi, hanya membiayai hidup dan pendidikannya serta menempatkan Zulfa di kondominiumnya tapi seakan itu semua belum bisa menebus rasa bersalah yang menyelimuti Ardi.

Tadinya Ardi akan menetap di Amerika untuk selamanya namun ayah yang sudah tua dan sakit-sakitan meminta Ardi pulang.

Kapan sih Ardi membangkang permintaan kedua orang tua?

Bahkan dia pernah merelakan cintanya untuk mengikuti keinginan orang tua.

Terdengar embusan nafas berat keluar dari mulut Ardi, memijat pelipisnya untuk meredakan pening yang mendera setelah penerbangan panjang.

Tanpa terasa dia telah sampai di kawasan gedung hunian mewah.

Turun dari taxi, Ardi langsung menuju unit kondominiumnya.

Dia memiliki akses naik lift dan masuk unit kondominiumnya dengan mudah.

Suasana gelap menyambut Ardi setibanya di kondominium, hanya berkas cahaya lampu dari gedung perkantoran di sebrang gedung ini yang menjadi satu-satunya penerang.

Karena netranya masih bisa menyesuaikan dengan suasana temaram jadi Ardi tidak menyalakan lampu.

Dia langsung menuju dapur bersih untuk mencari air minum.

Setelah mengisi air ke dalam gelas, Ardi membawanya ke living room.

Sambil duduk, dia menikmati air dingin menyegarkan tenggorokannya.

Ardi nyaris terperanjat saat mendengar suara pintu kamar terbuka diikuti sosok seorang gadis cantik berambut panjang dengan hidung mancung seperti perosotan TK keluar dari dalam kamar.

Sepertinya gadis dengan tubuh molek dan aduhai itu tidak menyadari kehadiran Ardi yang duduk dalam kegelapan karena melengos begitu saja ke dapur.

Ardi mengawasi setiap langkah dan gerak-gerik gadis itu sambil menahan nafas karena jiwa kelaki-lakiannya tergugah, pasalnya gadis cantik yang Ardi yakini sebagai anak angkatnya bernama Zulfa Olina hanya memakai thank top dan hot pants.

Seingatnya dulu, Zulfa hanya gadis remaja yang baru saja masuk sekolah keperawatan tapi kenapa sekarang dia tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan sexy?

Ardi bukan pria mesum tapi Ardi adalah laki-laki normal yang akan bergairah melihat pemandangan seksi tersebut.

Zulfa kembali dari dapur, berjalan sambil menenggak air dari gelas.

Tanpa sadar netranyanya bergerak ke arah sofa saat melewati living room dan saat itu juga dia menjerit diikuti suara gelas yang pecah karena jatuh ke lantai.

“Aaaarrrrggghhhh!” Zulfa terkejut melihat sosok pria duduk santai di sofa living room berpikir kalau pria itu adalah maling atau orang jahat.

Dia hendak lari namun teriakan selanjutnya terdengar lebih kencang saat menginjak pecahan gelas.

“Aaaaarrrggghhhhhh!”

“Olin, ini saya … dokter Ardi,” kata Ardi panik sembari menyalakan lampu.


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Escape From Love - Chapter 16-20
14
1
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan