Love And Contract - Chapter 13

15
2
Deskripsi

Andra mengangkat tangan meminta pelayan membawa bill lantas memberikan kartunya tanpa melihat berapa yang harus dia bayar.

Pelayan pergi lalu kembali membawa mesin EDC.

Setelah membayar tagihan makan malam di kencan pertama ini, Andra bangkit dari kursi lantas mengulurkan tangan ke arah Rena.

Rena meraih tangan Andra seperti mengerti maksud pria itu.

Keduanya keluar dari Restoran saling bergandengan tangan dan mendapat tatapan tidak percaya dari Whenny beserta temannya.

Mereka tidak terima pria sekelas Andra memiliki kekasih wanita biasa. 

Sementara itu, Rena yang tangannya digenggam Andra jadi salah tingkah pasalnya dia merasakan ada sengatan kecil di telapak tangan yang jemarinya sedang bertautan dengan jari Andra.

Sedangkan Andra merasakan telapak tangan yang digenggamnya sangat lembut dan hangat.

Petugas Valet sudah berdiri di samping mobil yang terparkir eksclusive di depan lobby.

Pria kurus yang memakai baju kuning dengan list  biru itu pun memberikan kunci mobil kepada Andra yang dibalas Andra dengan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah sebagai ungkapan Terimakasih.

Setelah itu Andra mengantar Rena ke pintu penumpang depan lantas membukakannya untuk Rena layaknya pria sejati.

Gadis cantik itu melepaskan genggaman tangannya kemudian masuk kedalam mobil. 

"Gini ya rasanya pacaran sama orang kaya." Rena membatin sembari tersenyum getir.

Walaupun hanya pura-pura tapi setidaknya dia pernah diperlakukan seperti seorang Tuan Putri oleh Pengeran tampan yang kini sedang berjalan setengah memutari mobil untuk kemudian duduk di belakang kemudi.

 

Saat Andra masuk lalu duduk di belakang kemudi, Andra refleks menoleh pada Rena dan dia mendapat senyum hangat dari Rena yang sedang terbawa suasana.

Kening pria itu mengernyit bingung membalas senyum Rena yang perlahan senyum di bibirnya jadi berubah canggung.

Buru-buru Rena memalingkan wajah berpura-pura mencari ujung seatbelt kemudian memakainya.

Klik!

Setelah bunyi seatbealt terpasang, Andra mulai melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan sedang.

"Mas ... antarnya sampai depan gang aja ya?" suara lembut gadis itu memecah keheningan yang sedari tadi terbentang di antara mereka.

 

Andra memberikan anggukan kepala pelan lalu keheningan kembali mengambil alih.

Jalanan Ibu Kota sangat padat pada jam pulang kerja membuat perjalanan pulang mereka terasa lama

Keadaan di jalanan yang sembrawut seperti benang kusut menjadikan kendaraan diam tidak bergerak selama beberapa menit melambungkan pikiran Andra sehingga tiba-tiba Andra teringat sesuatu.

"Malam minggu nanti kita bertemu om dan tanteku.” Kalimat singkat pada dan tegas itu menghasilkan toleh dari Rena.

"Kenapa enggak langsung bertemu kedua orang tuanya?” Rena membatin.

"Tapi jumat ini aku mau pulang ke Bandung, mengecek kondisi bapak pasca operasi ... udah beberapa minggu aku enggak pulang karena bekerja tambahan,” tutur Rena lirih.

 

Andra tidak merespon, ekspresi wajahnya tampak masam dan berpikir kalau pria itu tidak suka rencana yang telah dia buat bentrok dengan rencana Rena.

Padahal sesungguhnya Andra kesal dengan kemacetan.

"Harusnya tadi pak Syam diajak." Andra mengerang dalam hati.

"Kalo hari kerja aja gimana?" Rena mencoba memberikan solusi, tidak enak hati menolak ajakan Andra.

"Kapan-kapan aja lah," sahut Andra ketus dengan alis menukik ke bawah. 

"Yaaaa dia pasti marah.” Rena mengeluh di dalam hati.

Rena mengesah pasrah, akhir-akhir ini ia memang sering melakukan itu saat menghadapi Andra-pria dingin tanpa ekspresi. Uang 100 Juta yang Andra berikan untuk operasi bapak membuat Rena merasa berhutang dan menuruti semua keinginan Andra serta Ricko. Beruntung Andra bukan pria mesum jadi Rena merasa aman.

Rena memilin ujung blazer, berkali-kali gadis itu menggigit bibir bawahnya bila sedang merasa gelisah.

Ternyata sikap tak biasa Rena tersebut bisa Andra tangkap dari sudut matanya.

Andra tidak terlalu peduli, dia sibuk membunyikan klakson cukup kencang saat mobil lain mengambil jalannya membuat Rena berjengit terkejut.

"Tuuuh kan marah.” Rena semakin gelisah.

Akhirnya mereka sampai di mulut gang kosan Rena.z

“Sampai sini aja Mas, enggak perlu diantar … dan terimakasih makan malamnya.” Rena pamit sembari membuka pintu mobil.

Hadis itu turun dari mobil tidak berharap Andra akan membalas ucapan pamitnya tadi tapi tiba-tiba Rena mendengar sayup-sayup suara.

"Hati-Hati!"

Ya, kalimat tersebut keluar dari mulut Andra, tapi Rena tidak percaya, tidak mungkin Andra yang mengucapkan kalimat dalam bentuk perhatian seperti itu.

"Ah … mungkin salah denger." Rena bergumam.

Dia bergegas pulang ke kosan sebelum Jodi dan teman-temannya berkumpul di Pos Ronda.

Andra kembali mengemudikan kendaraan mewahnya dengan kecepatan sedang menuju rumah.

Tiba-tiba ponsel Andra berbunyi memunculkan foto tante Mery di layarnya. Andra menjawab panggilan tersebut melalui earphone Bluetooth di telinga.

"Hallo, Tan?" Andra menjawab panggilan tersebut.

"Hai sayang ... kamu lagi di mana?" Tante Mery bertanya penuh sayang. 

"Andra lagi di jalan, Tan …,” jawab Andra datar.

 

"Barusan Om kamu cerita, katanya kamu udah punya pacar ya? Cepet banget dapetnya? Pria ganteng kaya kamu itu tinggal pilih aja sebenarnya ya … cuma kamunya aja yang selama ini enggak mau.”

"Ya … gitu lah, Tan.” Andra membalas lelucon tante Merry.

"Oh ya ... om kamu bilang kalau malam minggu ini kamu mau bawa pacar kamu makan malam di rumah Tante ya? Tapi weekend ini om dan Tante ada urusan di Bandung, gimana kalau kita memajukan makan malamnya jadi besok?” Tante Merry sepertinya tidak sabar ingin tahu bagaimana bentukannya wanita yang menjadi pacar sang keponakan.

"Tan ... pacar Andra orang Bandung, gimana kalau Andra ajak Rena ke Villa Tante? Sekalian dia juga mau pulang ke rumah orang tuanya weekend ini.” Andra memberi ide.

 

"Waaa ... bagus sekali itu, jadi sebenarnya tante sama om berencana mengadakan pesta kecil di Villa untuk kolega nya om ... kalau gitu sampai ketemu hari sabtu ya ... kiss … kiss ..." Merry mengakhiri panggilannya teleponnya.

Nafas Andra terembus lega, masalah yang terbentur waktu untuk perkenalan keluarga telah mendapat solusi.

***

Andra dan Santi sedang berdiskusi serius di ruangan Andra lalu beberapa menit kemudian Ricko masuk ke ruangan itu membawa rasa ingin tahu yang besar tentang kencan Andra dan Rena kemarin. 

"Bro ... gimana kencannya, aman?" tanya Ricko dengan suara lantang dari ambang pintu.

Santi dan Andra sontak menoleh ke arah Ricko kemudian mengembalikan tatapan dengan kompak ke arah berkas di atas meja.

“Jadi tolong kelompokan agar mudah mengambil datanya,” titah Andra pada Santi.

“Baik, Pak.” Santi membereskan berkas lantas bangkit dari sofa.

Baru beberapa langkah, sekertaris cantik itu memutar tubuh kembali menghadap Andra. "Pak, apa hari ini saya perlu kirim bunga lagi untuk bu Rena?" Santi memastikan sebab kemarin Andra memberi perintah untuk mengirim bunga setiap hari kepada Rena.

"Enggak perlu … enggak usah kirim bunga lagi.”

"Baik Pak.” Santi pun benar-benar pergi dari ruangan Andra.

"Loooh, kenapa berhenti kirim bunga? Kalau bisa kirim tiap hari sampai lo nikah sama Rena.” Ricko memberi saran.

"Dia bilang bunga yang gue kirim bikin heboh orang sekantor, trus dia juga bilang buang-buang uang saja beli bunga karena bunga akan layu! Ada ya perempuan kaya itu … atau sebenarnyadia lebih suka bunga Bank?" Andra tergelak, dia teringat lelucon Ricko mengenai wanita yang suka akan keindahan yaitu berlian, bunga dan bunga Bank.

“Kayanya ini pertama kali setelah jutaan tahun lo ketawa setelah ngomongin cewek … apakah ada kemungkinan Tuan muda Gunadhya sudah jatuh cinta dengan Nona Rena??" tanya Ricko dengan nada meledek.

"Kan gue udah bilang, Rena bukan tipe gue!” saut Andra ketus.

"Baik lah ...." Ricko menyerah, dia tau bibir bisa berbohong tapi tidak dengan hati.

Ricko akan menunggu dengan sabar sampai sahabatnya benar-benar mengakui bahwa telah jatuh cinta kepada seorang Rena-gadis biasa dengan kepribadian yang luar biasa.

"Oh ya, weekend nanti kita ke Bandung ... rencana makan malam dengan om Salim kita pindahkan ke Bandung, om Salim dan tante Merry ada pesta di Bandung, kebetulan Rena juga pulang kampung?” Andra memberitahu.

 

"Kalo gitu, sekalian lo ketemuan sama orang tua Rena, hari sabtunya lo jemput dia aja di rumahnya!" Ricko memberi ide.

"Oooh … gitu itu ya?" Andra tampak ragu.

"Apa perlu gue anter?" Ricko sedang menggoda Andra.

"Enggak usah, nanti orang tua Rena enggak kasih ijin anaknya dibawa pergi sama dua orang laki-laki yang baru di kenal.”

"Oke deh ... gue setuju, lagian lo juga harus dewasa ‘kan ya? jangan dianter-anter mulu kaya anak TK," ledek Ricko kemudian tergelak.

“Sialan lu,Ko!!" Mereka pun tertawa bersama.

Setelah tawa itu mereda tiba-tiba Andra teringat sesuatu, dia bangkit dari sofa pergi ke belakang mejanya untuk membuka laci dan mengeluarkan satu lembar kartu undangan yang kemudian ia simpan di atas meja sofa.

Ricko meraih kartu undangan itu dan membacanya.

"Gue juga dapet, kemarin Whenny kesini sore-sore! Lo dapet dari mana?" tanya Ricko kemudian.

"Gue ketemu dia saat makan malam sama Rena ... Whenny dan temen-temennya kaya yang enggak suka sama Rena, mereka ngeliatin kita terus sampe pulang ... Memangnya cewe harus seenggak sopan itu ya kalau enggak suka sama cewek lainnya? Whenny memindai Rena dari atas sampai bawah, malah berani-beraninya dia nyeletuk kalo Rena pegawai Bank yang lagi prospek nasabahnya, waktu itu Rena memang masih pake baju kerja,” tutur Andra dengan ekspresi tidak suka.

"Cie ... ciee ... pacarnya dibelain," ledek Ricko lagi dan mendapat delikan sebal dari sahabatnya.

"Perempuan kalo ketemu saingannya memang kaya itu Andra … kalo gitu kita ajak Rena ke Ulang Tahun Whenny, sekalian kenalin Rena sama temen-temen kita … beliin Rena gaun yang cantik biar dia keliatan semakin mempesona.” Ricko semangat memberi saran.

Andra terpekur menimbang saran Ricko.

"Ko, apa lo yakin sandiwara ini akan berhasil? apa kita enggak salah pilih cewe? gue khawatir sandiwara ini terbongkar karena Rena berasal dari kalangan biasa jadi banyak yang akan mencari tau tentang kehidupannya.” Ragu mulai menghinggapi hati Andra.

Andra tidak ingin Rena menjadi bahan bullyan orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena status sosial mereka sangat jomplang. 

Mungkin Andra serta keluarganya tidak mempermasalahkan status sosial seseorang tapi orang-orang kurang kerjaan dan tidak bertanggung jawab pasti akan menjadikan hal tersebut sebagai bahan gunjingan dan itu berarti, Rena yang akan terkena imbasnya.

"kalo lo milih cewek dari kalangan kita, mereka enggak akan mau Kawin Kontrak maunya kawin beneran dan mereka enggak akan melepaskan lo ... malah mereka akan melakukan apa aja untuk dapetin lo dan harta lo." Ricko mengingatkan Andra dengan bicara fakta yang pernah dialami Andra sendiri di masa lalu.

"Ya udahlah ... kita jalani saja,” putus Andra akhirnya.

***

"Cie ... Cie ... ada yang habis kencan nih tadi malam." Mia menggoda Rena yang baru saja duduk di meja kerjanya dan dibalas dengan senyum merona gadis itu.

"Kamu enggak ada rencana ngenalin aku sama pacar kamu itu?” Mia mengangkat satu alisnya. Dia merasa tidak berguna karena tidak tahu siapa kekasih sahabatnya sendiri.

"Nanti pasti aku kenalin.” Rena berjanji untuk membuat Mia berhenti membujuk.

"Dikenalin sama om-om maksud lo, Ren?" celetuk Erin sambil berlalu melewati mejanya.

 

"Enggak usah didengerin, dia mah sirik saja … semua orang dia sirikin, ampe supervisor kita di gosipin sama dia mah." Mia meredam Rena agar tidak terpancing emosi.

Rena tersenyum pelik, dia memang tidak mau terlibat masalah dengan siapapun dan lebih memilih mengalah dengan begitu dia akan terhindar dari masalah.

Rena ingin hidup damai, fokus bekerja untuk keluarganya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Perjalanan Menuju Cinta - Chapter 68
64
19
“Siapkan orang … hubungi Rudolf, Dimitri juga Radeva dan beritahu situasinya sama mereka … tiga jam lagi kita berangkat ke sana.” Ghazanvar memberikan instruksi.“Tapi Pak, kita harus meeting dulu dengan mereka untuk membuat rencana dan meminta denah dari orang kepercayaan kita yang sedang mengamati di sana.” Alex mengingatkan.“Kita enggak punya banyak waktu, Lex! Lakukan apa yang saya perintahkan sekarang!” Keputusan Ghazanvar tidak didasari dengan logika karena untuk urusan dengan Naraya pasti hati yang akan berperan lebih banyak.“Baik, Pak!” Alexa tidak memiliki pilihan selain menjawab demikian.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan