
“Aku suka kamu yang kayak gini. Cepat makan! Dan jangan harap kamu bisa diet.” tandas Rex kejam. Intan mencebikkan bibir bawahnya.
“Tampan seneng kalau aku gendut dan tubuhku melar di mana-mana?” tanya Intan mendelik. Sebenarnya lidah gadis itu sangat gatal karena sejak tadi memanggil Rex dengan sebutan tampan. Namun, kalau dia salah menyebutkan, Rex akan marah dan akan menurunkan nilai magangnya.”
13. Petualang Kencan Pertama
“Kamu makan yang banyak, biar sehat!” titah Rex menyelipkan helaian rambut Intan ke belakang telinga. Intan mengangguk sambil mengunyah makanan yang tadi dipesankan Rex.
Diperlakukan sedemikian rupa, tak hayal membuat Intan baper. Ternyata Rex kalau sudah bucin, bisa bersikap romantis juga. Ini sisi yang belum pernah Intan lihat. Karena selama ini Rex hanya memperlihatkan sisi garang dan sisi gesrek.
“Sini aku suapi, kamu makannya lama,” ucap Rex merebut piring Intan.Rex sudah selesai makan dengan dua porsi nasi iga beberapa menit lalu, sedangkan Intan satu piring saja belu habis.
“Tampan, aku bisa makan sendiri,” jawab Intan merebut kembali piringnya.
“Aku suapin! No debat!” tegas Rex. Intan memanyunkan bibirnya. Belum genap sehari mereka pacaran, tapi Rex sudah beberapa kali mengancam Intan. Intan Tarik kata yang menyebutkan Rex romantis, nyatanya Rex tidak terlalu romantis. Dan cenderung suka mengancam.
“Buku mulutnya yang lebar!” titah Rex. Intan membuka mulutnya dan menerima suapan dari kekasihnya.
“Kenapa mayun gitu?” tanya Rex heran.
“Sebenarnya, aku sedang diet.” Jawab Intan kesal. Rex membulatkan matanya sok dramatis.
“Siapa yang mengijinkanmu diet?” tanya Rex kencang.
“Aku sendiri, lah.”
“Tapi aku tidak mengijinkamu diet!” seru Rex lagi.
“Kenapa?”
“Aku suka kamu yang kayak gini. Cepat makan! Dan jangan harap kamu bisa diet.” tandas Rex kejam. Intan mencebikkan bibir bawahnya.
“Tampan seneng kalau aku gendut dan tubuhku melar di mana-mana?” tanya Intan mendelik. Sebenarnya lidah gadis itu sangat gatal karena sejak tadi memanggil Rex dengan sebutan tampan. Namun, kalau dia salah menyebutkan, Rex akan marah dan akan menurunkan nilai magangnya.”
“Bukan begitu, Intan. Si Tampan ini tidak mau kekasihnya menyiksa diri untuk diet. Kalau kamu ingin punya tubuh langsing, Tampan akan mendatangkanmu guru tutor untuk program melangsingkan tubuh. Tampan tidak mau kekasihnya ini Diet tanpa pengawasan yang nantinya bakal salah kaprah.” Jelas Rex panjang lebar.
Intan menatap wajah Rex yang menampilkan raut serius. Begini kah kalau mempunyai pacar kaya? Apa-apa bisa dibeli dengan uang. Dan ingin apapun bisa langsung menjentikkan jari. Namun, bukan itu yang menjadi fokus Intan, Intan malah terfokus dengan cara Rex memanggil dirinya sendiri tampan. Kalau ada nominasi orang paling percaya diri, mungki Rex lah yang akan menang.
“Gak jadi, aku gak mau diet.”
“Nah begitu, aku lebih suka dirimu yang berisi," jawab Rex mengelus pipi bulat Intan.
Rex sangat memuja Intan. Kalau ditanya alasannya, tetap saja Rex tidak bisa menjawab. Baginya, rasa sayang tidak lah ada alasan. Rex tidak peduli bila semesta menganggapnya gila karena memilih lntan yang sangat berbeda jauh dengannya. Kenyataannya, hati Rex sagat klop dengan Intan, tidak mau diganti yang lain.
“Kita pulang kapan?” tanya Intan pelan. Dia tidak betah lama-lama di kota orang.
“Kamu gak ingin kita ke pantai dulu? Di sini pantainya indah.”
“Boleh, aku mau banget kalau ke pantai.” ucap Intan antusias.
Rex mengangguk, tampak mengotak atik hp nya sebentar, sebelum membereskan bekas makan mereka.
“Biar aku saja!” tawar Intan memungut bekas makannya dan membuang ke tempat sampah.
“Ganti baju, Intan! Aku juga akan ganti baju.”
Intan mengangguk, untung kemarin bosnya menyuruh membawa baju ganti. Selama berduaan di kamar, Rex memegang ucapannya untuk tidak bertingkah kurangajar. Bahkan, Rex tidak modus senggal-senggol. Hanya saja, Rex suka mengelus rambutnya yang kata pria itu sangat lepek.
Intan memakai celana pensil panjang, kaos kebesaran dan jaket. Sedangkan Rex hanya memakai celana selutut yang menampilkan bulu-bulu kakinya, juga kaos hitam yang tebalut jaket. Intan melihat Rex berpenampilan casual sangat tampan. Aura anak mudanya terlihat memancar. Intan terkekeh geli, masih tidak percaya kalau mahluk di depannya adalah sang kekasih, lebih tepatnya kekasih yang tidak diharapkan.
“Sudah puas memandangiku?” tanya Rex menaikkan sebelah alisnya.
“Jangan terlalu percaya diri, Tampan," ejek Intan.
"Kenyataannya memang aku sangat tampan dan mempesona. bahkan ibu-ibu komplek di rumahku sering berebut aku untuk menjadi menantu," ucap Rex penuh rasa bangga. Untung dia cucu dari kakeknya yang mempunyai gen tampan. Kalau cuma keturunan papanya, Rex yakin kalau dia tidak setampan ini.
"Terserah deh," jawab Intan mengalah.
“Ayo kita berangkat!” ajak Rex menggandeng tangan Intan. Intan tidak habis pikir dengan segala sifat Rex yang sering berubah-ubah. Tadi, Rex mengatakan kalau tangannya membawa virus kadas kutil kurap, tapi sekarang pria itu tampak santai menggenggam tangannya. Walau sebenarnya Intan malu, tangannya terlihat gendut daripada tangan Rex.
Rex mengajak Intan naik motor, tadi saat mengutak atik hp, Rex menyuruh asistennya untuk menyewakan motor. Cari mati kalau Rex pergi ke luar kota sendirian. Ia tetap membawa pengamanan walau itu hanya berjaga dari jarak jauh. Seperti balok kayu, anak buah Rex sudah mengusut apakah ada unsur kesengajaan atau memang real kecelakaan.
“Kok kita naik motor?”
“Kamu keberatan?” tanya Rex.
“Tidak, aku malah mirikin kamu, tampan. Memangnya tampan gak papa kalau panas-panasan?”
“Aku bukan banci yang takut sama sinar matahari, ayo cepat naik sini!” ajak Rex. Intan pun menurut menaiki motor dan berpegangan di pinggang Rex.
Walau Intan belum memiliki rasa apa-apa pada Rex, Intan tetap akan berusaha menikmati wkatunya menjadi kekasih pria itu. Untuk ukuran gadis dua puluh satu tahun yang tidak pernah pacaran, ini adalah pengalaman yang menyenangkan, karena ternyata pacaran seindah ini. Ada yang memberi perhatian ini itu walau hanya sebatas perhatian kecil.
Rex menarik tangan Intan agar lebih melingkari perutnya. Setelah siap, Rex melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Jarak penginapan dengan jarak hotel tidak terlalu jauh, kurang lebih satu jam sudah sampai. Dengan bermodalkan google maps, Rex melajukan motornya.
“Intan, kalau kamu kedinginan bilang aja! Pakai jaketku, kalau dobel kan anget” ucap Rex yang suaranya terendam angin.
“Iya, aku sangat senang kok,” jawab Intan yang melenceng dari pertanyaan. Ya, Intan tidak mendengar pertanyaan Rex, tapi dia sok tau dengan menjawab agar tidak dikira budeg. Yang paling Intan benci dari ngobrol di atas motor ya ini, tidak kedengeran.
“Oalah, kamu tidak dingin. Kalau nanti sewaktu-waktu dingin, bilang aja, aku akan menghentikan motornya!” nyatanya tidak hanya Intan, Rex pun sama budegnya saat di atas motor.
“Aku gak lapar kok, kamu sudah lapar lagi ya?”
“Aku senang, apalagi ke pantainya sama kamu.”
“Nanti aja pulangnya mampir ke kedai ayam bakar.”
“Iya dong, pasti di sana banyak anak kecil yang main air. Emangnya kamu mau main?”
Ketika orang sok tau bertemu dengan orang sok tau juga, jadilah seperti Intan dan Rex. Walau tidak nyambung, tetap saja meneruskan pembicaraan.
Setelah satu jam, mereka sampai ke pantai. Intan setengah sempoyongan saat turun dari motor karena pusing perjalanan. Rex menahan tubuh Intan biar tidak jatuh. "Gini aja sempoyongan, bisa dikiran akun mencekoki alkohol kalau kamu ambruk di sini!" omel Rex. Intan meringis. Setelah Rex memarkirkan motornya, pria itu langsung menggandeng tangan pacarnya untuk ke area pantai.
"Tampan," rengek Intan.
"Hem?"
"Aku mau pentol," rengek Intan lagi. Tanpa sepatah kata, Rex mengajak Intan ke penjual pentol. Mengaja Intan seperti anak kecil, belum apa-apa sudah minta jajan.
"Pak pentol sepuuh ribu!"ucap Rex.
"Siap, mas."
Tak berapa lama, pentol plastikan sudah digenggam Intan. Rex memarahi Intan saat gadis itu ingin makan sambil berjalan. Jadilah Intan hanya menahan diri untuk tidak menjejelakan pentol itu ke mulutnya.
"Tampan, ayo ke sana!" ajak Intan dengan spontan menggeret tangan Rex untuk menuju pantai. Rex melihat tangan Intan yang menggandengnya.
"Tunggu!" ucap Rex menghentikan Intan.
"Ada apa?"
"Lepaskan gandengan tanganmu!" titah Rex dengan tegas. Seolah sadar apa yang dia lakukan, Intan melepas cekalannya dengan perasaan malu setengah mati.
"Maaf," cicit Intan merasa tidak enak, bagaimanapun ia sudah tidak sopan mencekal tangan bosnya.
"Kalau kamu mau digandeng, bilang aja! aku akan menggandengmu. Karena yang baik itu laki-laki gandeng perempuan, bukan sebaliknya." ucap Rex menarik tangan Intan untuk dia genggam. Rex bejalan santai sampai ke bibir pantai tanpa mempedulikan Intan yang sudah baper kelonjatan.
14. Kenapa Tidak Bergairah?
“Tampan, ayo main air!” ajak Intan girang langsung berlari menjeburkan kakinya ke air pantai.
Rex terkekeh melihat antusiasnya Intan. Ia mengikuti Intan untuk menjeburkan kakinya. Kurang lengkap rasanya kalau ke pantai tapi tidak berendam air laut. Rex mengambil hp nya, memotret Intan dengan diam-diam. Wajah berseri Intan sangat cantik.
“Tampan, ke sini!” ajak Intan melambaikan tangannya. Rex mendekat, mengelus puncak kepala kekasihnya.
“Apa kamu senang?” tanya Rex seraya tersenyum.
“Aku senang banget. Aku jarang ke pantai. Kalau teman-temanku mengajak, aku selalu gak ikut, karena uangu pas-pasan. Heehehe …” jawab Intan cengengesan.
"Memang biasanya kamu bawa uang berapa ke kampus?"
"Gak mesti sih, kalau setelah dapat gaji dari menulis, aku juga bawa banyak. Tapi nanti dihemat agar tidak meminta ibu." jawab Intan. Intan mengatakan seolah tanpa beban.
"Pinter!" puji Rex terkekeh.
"Aku main air dulu!"
“Puas-puasin di sini!”
“Nanti kalau aku lapar lagi, tampan kan yang bayarin?”
“Tentu saja, mau minta pentol segerobak tetap aku ijabanin, tapi gak boleh se-abang-abangnya.” Jawab Rex menarik hidung Intan.
Intan mengangguk, bodo amat dengan pemikiran orang kalau dia seperti anak kecil, Intan tidak peduli. Gadis berisi itu terus bermain air dengan ceria. Namun sayang, pentol dalam genggamannya membuat gerak tangannya tidak bebas. Intan melihat Rex berjongkok sambil bermain pasir, dengan perlahan Intan mendektinya. Meletakkan pentol plastikan ke topi jaket Rex. Sepertinya itu tempat paling pas.
“Tampan sedang buat apa?” tanya Intan.
”Buat istana pasir," jawab Rex.
Rex tetap saja mempunyai sisi kekanakan, dulu saat SMA dia sering bolos Bersama Azka dan Farel untuk main ke pantai. Dan sudah pasti besoknya akan kena semprot raja Gerald yang terhormat. Intan tidak peduli dengan apa yang diperbuat Rex, dia asik dengan air pantai sampai sebagian tubuhnya basah.
Kencan pertama Rex dan Intan menjadi sepasang kekasih ternyata sangat menyenangkan. Tidak ada Rex yang membentak Intan seperti sebelumnya, Intan pun juga tampak nurut-nurut saja dengan apa yang diperintahkan Rex.
“Tampan! Sandalku putus," ucap Intan memperlihatkan sandal berpitanya yang putus.
“Gakpapa, yang penting rantai hubungan kita jangan sampai putus," jawab Rex cuek.
“Terus aku pulangnya gimana dong?”
“Ini pakai sandalku, buang aja sandal jelekmu! Nanti aku belikan yang mahal biar gak gampang putus," seloroh Rex melepas sandalnya yang lumayan besar.
“Terus kamu makai apa, tampan?”
“Aku nyeker aja,” jawab Rex memaksa Intan memakai sandalnya. Intan pun menurut, memakai sandal Rex yang ternyata pas di kakinya. Wajah Intan bersemu malu, ukuran kakinya sangat jumbo. Melihat gelagat Intan, membuat Rex tertawa gemas.
“Sudah, tidak apa-apa," ujar Rex meyakinkan.
“Aku gendut banget ya?” tanya Intan yang kembali insecure.
“Enggak kok, kamu cantik.”
“Jangan menghiburku dengan berbodong! Aku tidak suka.” Sungut Intan.
“Kenapa kamu gak percaya sama aku? Kalau kamu gak cantik, mana mau aku sama kamu?”
Intan menghentakkan kakinya kesal. Untuk mempercayai ucapan Rex yang mengatakan dia cantik, rasanya sangat mustahil. Intan sadar betul kalau dia tidak cantik. Saat Intan sibuk dengan lamunannya, Rex menggenggam tangan Intan untuk mengajaknya berjalan.
Orang-orang menatap Rex dan Intan sambil terkikik geli, sedangkan Rex yang merasa ada yang aneh, langsung mengecek penampilannya.
“Kenapa orag-orang lihat kita kayak gitu?” tanya Rex pada Intan.
“Gak tau juga, mana mereka sambil ketawa lagi.” Jawab Intan kikuk.
“Eh apa ini di leherku?” tanya Rex meraba lehernya seperti ada yang menusuk. Intan membulatkan matanya, ia lupa kalau meletakkan pentol di sana, dan tusuknya mengenai leher Rex.
“E anu-“
Terlambat, Rex seudah mengambil barang yang mengganggunya. Rex menggenggam pentol dengan penuh tanya ke arah Intan. “Maaf, tampan. Tadi aku nitip di topi jaketmu, tapi aku lupa tidak mengambilnya.” Ucap Intan meringis.
“Ini udah dingin, pasti rasanya udah beda. Kamu sih gak langsung di makan.”
“Tadi katanya gak boleh makan sambil jalan,”
“Yak kan bisa kamu makan sambil duduk sebelum jebur ke air. Kamu sih malah jebur dulu sampai pentolnya dingin!” omel Rex. Intan diam saja, tidak tau mesti menjawab apa. Memang ini salahnya.
“Yaudah nanti aku belikan lagi yang anget.” Ajak Rex berjalan lagi. Intan memandang bergantian genggaman tangannya juga kaki Rex yang nyeker di pasir.
“Dasar ya, kalau sudah tampan mau jalan nyeker saja tetap tampan," puji Intan dalam hati.
Bulu-bulu kaki Rex membuat gadis itu berfatasi liar. Andai dia punya keberanian memegang bulu-bulu itu, atau setidaknya sekedar mengelus. Pasti Intan sangat senang karena bisa mewujudkan fantasinya yang selama ini hanya dia utarakan lewat tulisan online.
Rex mengakak Intan untuk ke hotel lagi. Dan sebelum pulang ke rumah, Rex mengajak kekasihnya untuk belanja. Saat mampir ke salah satu mall, mata Intan langsung membulat sempurna. Kenapa sama sekali tidak ada barang yang murah.
“Intan, kamu mau apa saja?” tanya Rex.
“Gak usah aja, Tampan aja kalau mau beli silahkan!” jawab Intan malu. Yang pertama malu karena tidak punya uang, dan yang kedua malu karena Rex ke mall dengan nyeker.
“Kamu kira tampanmu ini tidak punya uang buat belanjain kamu? Jangan bikin harga diriku runtuh!” ucap Rex dengan tajam.
“Eh maksudku bukan seperti itu,”
“Cepat pilih yang kamu suka, mau borong juga gakpapa.”
“Kalau uang kamu habis gimana?”
“Gampang, nanti nyetak lagi.” Jawab Rex acuh. Pria itu segera ke deretan sendal dan mengambilnya asal. Lama-lama malu juga kalau terus nyeker dengan kaki penuh dengan pasir.
“Untung aku tampan, jadi harga diriku yang paripurna tidak akan luntur karena nyeker.” Ucap Rex mencabut label harga dan memberikannya pada pramuniaga.
“Sandalnya saya pakai, lebelnya mbak bawa. Nanti saya bayar setelah selesai belanja.” Ujar Rex.
“Iya, mas silahkan!” jawab pramuniaga sopan.
Rex membuntuti Intan yang mengarah pada sandal cewek. Susahnya orang berisi, model sandalnya itu-itu saja. Kadang, ada model bagus, tapi di kaki tidak muat.
“yang ini bagus untuk kamu, sayang!” ucap Rex memperlihatkan flatsoes sederhana berwarna mocca. Dipanggil sayang membuat Intan bersemu malu. Ah sungguh mendebarkan saat punya pacar.
“Tapi tidak muat di kakiku, tampan.”
“Muat, coba aja!” titah Rex. Intan sudah merasa kalau flatsoes itu tidak cocok, maka itu Intan kekeuh tidak mau mencobanya.
“Gak mau!”
“Coba dulu, sayang!”
“Tapi nanti kakiku malah sakit karena kekecilan.”
Rex menghela nafas, dia berjongkok untuk memasangkan flatsoes itu secara paksa pada Intan. Intan memekik tertahan. Rex gila, bagaimana bisa dengan seenak jidat Rex mengangkat sebelah kakinya hingga dia mau limbung.
“Nih lihat! Pas kan?” tanya Rex. “Memang pilihan si tampan tidak akan pernah salah," tambah Rex lagi dengan bangga.
Intan mendengus, membiarkan Rex membawa sepasang sepatu untuk diserahkan pada pramuniaga yang sedari tadi membuntuti mereka.
“Kamu mau beli apa lagi?”
“Baju boleh?”
“Boleh, biar aku yang pilihkan!”
Intan terus mengikuti apa yang Rex suruh. Bolak balik pria itu menyuruhnya mencoba baju. Tidak tanggung-tanggung, Rex ikut masuk di bilik tempat ganti baju.
“Kamu nunggu di luar aja lah!” ucap Intan merengek.
“Aku pengen lihat bajunya pas atau tidak.”
“Kan nanti aku juga keluar.”
“Ya pokoknya aku ingin bantu kamu!” kekeuh Rex.
Intan mengerang marah, bagaimana bisa seorang perjaka mau menemani gadis ganti baju. Rex memang baik, tapi tidak mustahil kalau pria itu suatu saat khilaf. Intan mendelik kesal sambil menahan malu melepas jaket dan kaos yang dia kenakan. Untung tadi dia memakai tangtop, tak bisa dia bayangkan kalau dia hanya memakai bra.
“Sini aku bantuin!” ucap Rex membantu melepas kaos Intan. Intan melihat Rex yang sama sekali tidak bereaksi saat melihat tubuhnya, Rex tetap memasang muka santainya.
“Kenapa Tampan tidak bergairah melihatku?” tanya Intan dengan spontan. Rex membelalakkan matanya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
