Langit: (Prolog) #UnlockNow

11
6
Deskripsi

Konon katanya,

Masa remaja adalah masa-masa yang indah.. 

Flirting sama gebetan.. 

Punya tambatan hati.. 

Gak cocok tinggal bilang, “kita temenan aja ya.” Beres!! 

Kalau menikah..?? 

Mmm menikah itu seru kok! 

Seseru kamu baca kisahnya Nala di sini 🥳 

Happy Reading Everyone! ❤️ 

Klinik Buah Hati, awal bulan desember di tahun 2019..


Nala hanya terdiam saat mendengar apa yang dikatakan seorang psikolog di depannya saat ini. 


"Adek Rayyan menurut observasi yang kami lakukan, diagnosa kami adalah ASD bu. Autism Spectrum Disorder. Atau banyak dikenal dengan istilah autis."


Nala seperti masih mencerna informasi yang baru saja dia dapatkan. 

Karena tak kunjung ada respon, Bu Martha, psikolog yang mengobservasi Rayyan tersenyum dan melanjutkan penjelasannya.


"Saya tau ibu Nala pasti sangat terkejut. Namun yang bisa saya sampaikan adalah ibu tidak perlu panik. Karena autis bukanlah sesuatu kasus yang baru. Dan akan banyak upaya yang bisa ibu dan keluarga lakukan untuk men-support ananda nantinya." 


"Apakah bisa disembuhkan bu?" Tanya Nala dengan putus asa.


"Hhmm... spektrum autisme adalah hal yang kompleks. Begitupun masalah keunikan lain pada anak spesial. Saya tidak bisa memberikan harapan palsu tentu saja. Tapi yang saya bisa sampaikan adalah Tuhan menciptakan manusia dengan kekurangan namun juga dengan segala kelebihannya." 

Bu Martha terdiam sejenak memberi waktu pada Nala untuk mencerna kata-katanya.


“Tugas ibu dan keluarga saat ini adalah membantu anak ibu untuk menggali kelebihannya dan mengembangkan potensi tersebut untuk bekal masa depannya.”

“Belajar berdamai dengan segala kekurangannya. Serta mulai memahami keunikan yang ada dalam diri anak ibu.”

"Banyak loh bu kasus anak autis yang justru menjadi sangat hebat ketika diarahkan dengan tepat." Bu Martha mencoba menjelaskan dan memberi semangat pada Nala.


Bu Martha tau persis, bagaimana kepanikan orang tua yang sering dia hadapi ketika menyampaikan hasil diagnosa pada anak berkebutuhan khusus. Sebagian orang tua bisa berpikiran terbuka dan menerima anugerah Tuhan pada mereka. Namun tidak sedikit pula yang menolak hasil diagnosa. Mereka bersikeras bahwa anak mereka baik-baik saja, padahal kenyataannya anak-anak tersebut butuh penerimaan secara ‘utuh’.

“Bagaimana bisa bu? Kenapa anak saya?” Lagi-lagi Nala bertanya dengan putus asa.

“Karena ibu adalah salah satu dari sekian banyak orang tua di dunia ini yang Tuhan percaya untuk dianugerahkan makhluk spesial seperti adek Rayyan. Karena Tuhan percaya bahwa ibu bisa.. dan ibu mampu." Senyum bu Martha sedikit menenangkan Nala. 


Dalam hati Nala berkecamuk. "Apa yang harus aku lakukan? Sebagai seorang ibu baru, anakku didiagnosa autis, suatu kelainan spektrum bawaan pada seseorang, begitulah yang dikatakan bu Martha." 

Pada usianya yang menginjak 3 tahun, Nala baru menyadari ada yang lain dan berbeda pada Rayyan. 

Karena saran dari miss Rianti, seorang guru daycare tempat Nala hendak mendaftarkan Rayyan, hari ini Nala membawa Rayyan ke dokter anak untuk berkonsultasi. Kemudian dokter anak merujuk Rayyan untuk observasi pada seorang psikolog di sebuah klinik tumbuh kembang anak.


Selama ini Nala berpikir bahwa Rayyan baik-baik saja, dia tumbuh dengan fisik normal seperti anak lain pada umumnya. 

Rayyan juga sehat dan jarang sakit.

Meskipun lahir dengan berat badan yang lebih rendah dari berat badan seharusnya. Rayyan bertumbuh dengan fisik yang baik. 

Meskipun Nala dengan terpaksa tidak bisa memberikan ASInya secara penuh pada Rayyan. Namun asupan makanan untuk Rayyan tidak pernah kekurangan. 

Meskipun badan Rayyan tidak se-gemol anak lainnya yang seumuran dengannya di kompleks perumahan. Namun Nala selalu berusaha agar berat badan Rayyan tidak berada di bawah garis merah pada buku KIA*.

Hanya saja, fokus Rayyan memang sangat kacau. Rayyan balita yang sangat aktif dan tidak pernah bisa diam. Rayyan juga belum bisa berkomunikasi dengan baik, baik dengan Nala maupun orang lain. Rayyan hampir tidak pernah bermain dengan anak-anak lainnya. Dia selalu lebih senang bermain sendiri, berkeliling di sekitar rumah untuk memetik bunga dan dedaunan, juga berlarian ke sana ke mari tak pernah kenal lelah.

Nala hanya merasa bahwa Rayyan adalah anak yang unik. Sama seperti Nala kecil yang menyukai hal-hal unik, itu saja. Tak pernah Nala membayangkan bahwa suatu kelainan akan ada pada diri Rayyan.


“Ya Allah apa yang harus aku lakukan?!” 

Di tengah kekalutan permasalahannya dengan Garin, suaminya, Nala pun harus berjuang dengan Rayyan saat ini. 

Nala hanya bisa terduduk lemas di bangku ruang tunggu klinik, dengan satu tangan memegang erat tangan kiri Rayyan. 

Ditengoknya tangan kanan anak itu sedang memegang mainan miniatur bus berwarna kuning. Mainan yang selalu Rayyan bawa ke mana pun dan kapan pun. Yang membuat Rayyan gelisah jika mainan itu tidak dapat dia temukan. Nala bahkan sempat berpikir bahwa anaknya lebih menyayangi mainan tersebut ketimbang dirinya. "Sungguh konyol! Aku cemburu pada mainan kecil..” 

"Mmmmm.... Mmmmm.. Mmmm.." Nala memandang Rayyan yang sedang bergumam sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya saat duduk. Bergumam seperti ini adalah suatu kebiasaan bagi Rayyan, yang hampir setiap saat dilakukannya.

Nala hanya bisa memandangi buah hatinya, semangat hidupnya saat ini, dalam hati Nala merasa hancur. Kecewa pada dirinya sendiri. 

"Bagaimana aku bisa sebodoh itu menjadi ibu. Aku biarkan mas Garin pergi begitu saja tanpa perlawanan atas segala penghianatannya. Dan.. aku begitu bodoh karena tidak tau bahwa anakku menanggung derita atas begitu banyak kebodohanku."  kekacauan dalam hati Nala semakin menjadi.

"Ya Allah.. bantulah aku. Rayyan adalah segalanya bagiku."


Nala harus menghadapi kenyataan sebagai orang tua tunggal saat ini, setelah dia dengan begitu pasrah membiarkan Garin pergi mengejar wanita pujaan hatinya.

Nala begitu marah menghadapi kenyataan bahwa dia hanyalah tempat persinggahan sementara bagi Garin. Dan sekarang Nala harus menghadapi kenyataan lain, bahwa perjuangan masih begitu panjang untuknya dan anaknya.


“Bisakah aku menghadapinya sendiri? Apakah aku harus mengemis pada mas Garin untuk kembali padaku? Dan berjuang bersama demi Rayyan?”  

“Tapi.. apakah sepeduli itu mas Garin pada Rayyan?” 

Batin Nala benar-benar bergejolak, hingga tanpa sadar air mata mengalir di pipinya..

 

******************************************

*Buku KIA: Buku Kesehatan Ibu dan Anak

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Langit: (1) Hujan dan Memori #UnlockNow
8
0
Capek ya hari ini sampai lusuh gitu wajahnya, goda Garin sambil melajukan kendaraan di tengah hujan yang mulai turun perlahan.  ****************************Happy Reading Bebs..
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan