Lipstik Merah Starla 61-65

0
0
Deskripsi

Bisa baca gratis di wattpad dan karyakarsa. Sudah end. 

Fight 61

“Queen?”

“Halloo….”

“My Queen?”

Seulas senyum tengil terbentuk. Starla pasti akan menoleh jika ia panggil begini, “Calon istri ku….”

“Siapa yang kamu panggil calon istri?!”

Tuh kan? batin Adam seraya tersenyum dengan indahnya.

“Habis dipanggil tidak menoleh. Queen sedang memikirkan apa?”

Helaan nafas terdengar berat hingga pundak indah itu tampak bergerak sedikit. “Bukan apa-apa.”

Suasana ramai restoran di kala makan siang tak menyurutkan kepekaan Adam sama sekali. Ia yakin suatu hal yang berat tengah melayang-layang di pikiran Starla. Membuatnya ikut risau saat gadis itu berulang kali mengerutkan kening seraya melamun. Bukan hanya di waktu ini. Tapi sejak pagi pun Starla melakukan hal yang sama.

“Queen, nanti sore temani aku ke suatu tempat,” ujar Adam yang dianggukkan Starla.

Adam tidak bisa memaksa Starla buka suara walaupun ia yakin sekali gadis itu tengah memikirkan sesuatu. Perihal kejadian viral dirinya dengan Alarie di café waktu itu pun Starla tidak cerita apa-apa ke Adam. Padahal Adam berharap sekali Starla membagi keluh kesahnya.

Yah, mungkin gadis mandiri di depannya ini belum terbiasa. Terlebih dia Starla, gadis keras kepala yang jika sudah berprinsip susah digoyahkan. Adam harus melakukan pendekatan lebih halus lagi.

Itu sebabnya Adam bermaksud mengajak Starla ke suatu tempat. Dan di sini lah tempat tenang yang dimaksud Adam. Bukan tempat yang sangat jauh hingga menghabiskan waktu berjam-jam atau pun sebuah tempat terkenal. Adam membawa Starla ke landasan helipad miliknya yang berada paling atas gedung TC.

“Waw, aku tahu kamu tajir. Tapi aku tidak menyangka kamu sampai punya helikopter lengkap dengan landasannya. Papa saja berpikir dua kali untuk memilikinya karena untuk mengantongi surat izinnya saja mahal sekali,” singgung Starla.

“Hehe, pertama aku perlu menjelaskan satu hal. Aku mengajak mu ke sini bukan untuk pamer kekayaan. Tanpa ditunjukkan, wajah ku saja memancarkan aura uang. Jadi jangan memuji ku seperti itu. Nanti aku semakin gila kerja.”

“Cih, katanya tidak mau sombong. Sendirinya tidak berkaca dulu. Aura uang? Hah, apa itu?!” gumam Starla.

“Hehe, aku bercanda Queen,” Adam meraih besi pembatas helipad. Menengadahkan kepala seraya menghirup aroma sejuk sore hari. “Menurut mu bagaimana? Tempat ini.”

“Yah, lumayan. Ternyata ada gunanya kamu membuat helipad selain untuk kesombongan tidak berguna mu,” celetuk Starla. Pemandangan kota di depannya sungguh menakjubkan. Langit orange dengan bulan malu-malu bersinar. Bintang senja sudah eksis menampakkan indahnya di atas sana.

“Hei, aku kan sudah bilang tadi hanya bercanda. Jangan dibuat seri—“

“Hihi, ah, aku paling suka melihat mu protes seperti ini.”

Binar mata Adam menunjukkan sinarnya. Segaris senyum tampak pada wajah bak pahatan seniman professional itu. “Cih! Curang!”

“Curang kenapa?”

“Aku harus kesal lebih dulu untuk membuat mu tersenyum. Tidak bisakah kita tersenyum bersama?"

Jemari Starla menggapai besi pembatas. Menyamai posisinya dengan Adam. “Kita lihat nanti,” ujarnya seraya memandangi langit senja.

“Baiklah, aku akan menunggu.”

Spontan Starla menoleh. laki-laki ini telah mengungkapkan perasaannya pada Starla. Sejujurnya Starla pikir itu hanya bentuk candaan. Biasalah! Sejak dulu Adam selalu membuat Starla naik pitam dengan berbagai cara. Tapi, setelah berpikir mendalam. Buat apa Adam merendahkan harga dirinya begini? Bahkan menawarkan diri untuk dimanfaatkan.

Ah, rupanya Adam tidak bercanda! Rona pipi Starla memerah kembali. hal ini terus terjadi sejak Starla memikirkan momen sepersekian menit saat Adam mengungkapkan perasaannya tempo hari.

Be calm Starla! Kamu harus mengontrol detak jantung mu semaksimal mungkin. Ini bukan waktunya berdebar! Ada masalah yang harus kamu pikirkan jalan keluarnya! Batin Starla.

Ya, masalah itu adalah tentang Alarie. kesepakatan yang Starla buat dengan Daniel tadi malam membuat Starla kepikiran. Bagaimana jika Daniel mengancam Alarie menggugurkan kandungan untuk mendapat posisi aman? Jika sudah begitu, Starla tidak bisa mendapat bukti kesalahan Daniel dan dia akan selamat.

Itu sebabnya Starla harus bertemu dengan Alarie dan meyakinkannya. Starla harus membuat Alarie berpihak padanya. Karena hanya Alarie lah senjata yang bisa Starla gunakan untuk mencoreng nama baik Daniel! Tapi masalahnya. Di mana Alarie sekarang? Dia benar-benae menghilang.

Di tengah pikiran kalut itu. Ada suara lembut yang menginterupsi pendengarannya.

“Hei…. kamu tidak sendiri. Ingat? Manfaatkan aku sesuka mu.”

DEG!

Ah, benar juga. Sejak Papanya meninggal. Starla terbiasa mengerjakan semuanya sendiri. Percaya kepada selain dirinya adalah hal tabu semenjak Daniel dan Alarie mengkhianatinya.

Seolah dinding pertahanan itu runtuh. Ya, saat ini Starla punya Adam. Ia tidak sendirian!

“Baiklah, jangan menyesali diri mu setelah mengatakan itu,” ucap Starla dibarengi wajah teduh.

“Adam…. aku butuh bantuan mu. Saat ini Alarie menghilang. Aku ingin bicara berdua dengannya. Bisakah kamu menemukan Alarie untuk ku?”

Adam mengulas segaris senyum. Perlahan ia berlutut seraya menggapai tangan Starla dan mengecupnya. “On your instruction, Queen.”

***

Tak berselang waktu lama setelah pertemuan Starla dengan Adam. Alarie berhasil ditemukan. Tapi sayang, pembicaraan Starla tak berujung manis. Alarie tidak bisa diajak kerjasama. Ia kekeuh dengan prinsipnya yang terus mempercayakan cinta Daniel. Padahal Starla yakin sekali Daniel akan melakukan segala cara untuk mempertahankan posisinya.

"Sudahlah Queen, dipikirkan berulang kali pun hasilnya tidak akan berubah," sahut Adam. Mereka kembali ke landasan hallipad. Tempat terakhir mereka berjumpa.

"Aku tidak khawatir tentang Alarie yang menolak kerjasama dengan ku. Toh, masih banyak cara untuk menghancurkan Daniel. Tapi...."

Mulutnya enggan melanjutkan kalimat. Entahlah, Starla juga tidak tahu kenapa mencemaskan hal ini.

"Queen, kamu memang baik," sahut Adam. Memandang sendu dengan wajah teduh. "Kamu tidak tega kan jika Daniel melakukan sesuatu pada Alarie?" tebak Adam.

"Yah... begitulah. Aku juga heran dengan diri ku. Mereka sudah menyakiti ku berulang kali. Tapi saat aku berpikir hal buruk terjadi pada Alarie yang tengah mengandung. Rasanya aku...."

"Sssst Queen," cegah Adam. Ia mendaratkan tangan besarnya ke pucuk kepala Starla. Mengusapnya lembut supaya gadis itu mendapat ketenangan.

"Tidak usah dilanjutkan," lanjutnya.

"Kamu benar! Aku tidak akan berubah jika terus-terusan merasa kasihan."

Senyum Adam tak hentinya terpatri indah. Memuja wanita yang selalu menjadi pemenang di hatinya.

Satu hal yang Adam tahu. Starla itu keras kepala. Tapi di balik itu ada kelembutan hati yang mungkin samar diketahui banyak orang. Ya, Starla adalah orang baik yang enggan menyakiti siapa pun. Itu sebabnya ia tak punya banyak teman. Sebab ia takut dengan sikapnya yang dingin akan menyakiti hati seseorang.

"Hah, semoga Alarie berubah pikiran," gumam Starla.

***

Malam dingin dengan kilat menyambar. Membuat hati berdebar tiap kali rambatan kilat cahaya itu menerjang bumi. Mungkin ini akan menjadi malam mengerikan untuk wanita yang tengah membulatkan mata. Tidak percaya dengan ucapan laki-laki di hadapannya.

"Tidak.... aku tidak mau!"

"Alarie! Ayolah! Kenapa kamu seperti ini?! Bukankah kamu sendiri yang bilang akan membantu ku meraih kesuksesan. Tapi apa? Kamu malah menghancurkan semuanya dengan mengaku hamil!"

"Niel aku benar-benar hamil. Aku tidak bohong! Lihat tiga alat test pack ini!"

"Tck!"

"Apa kamu berdecak barusan?!"

"....."

"Niel, kamu tidak mau mengakui janin ini lagi? Seperti dulu?"

"Alarie ayo selesaikan ini dengan baik--"

"Apa maksud mu selesaikan?!" sahut Alarie cepat. "Aku sudah mendukung mu selama ini. Setelah sukses kamu membuang ku semudah itu?!"

"Tck! Kamu saja sering bermain dengan laki-laki lain!" gumam Daniel melengos. Sayangnya hal itu didengar Alarie. Ia langsung mensahut tangan Daniel dan menamparnya.

"Apa maksud ucapan mu tadi, hah?!"

"Ucapan apa?!"

"Yang tadi! Kamu pikir aku tidak dengar?!"

Daniel mengacak rambutnya kasar. "Alarie, ayo akhiri hubungan kita! Aku akan memberi apapun. Kamu mau Rumah? Uang? Atau kehidupan mewah? Sebutkan saja."

"Daniel... kamu...." linangan air mata itu tampak menggenang. Alarir tidak pernah menyangka kalimat itu akan terucap dari bibir Daniel.

"Baiklah...." ucap Alarie lemah. Hal itu membuat Daniel bersemangat. Ia pikir Alarie tergiur dengan iming-iming harta. Tapi itu salah besar!

"Aku ingin anak ini diakui oleh mu. Daniel... ayo hidup sederhana. Aku tidak butuh harta melimpah. Hanya hidup di rumah sederhana. Hanya itu yang ku inginkan."

"Aargghh ALARIE!" teriak Daniel frustasi. "Kamu tahu siapa yang membawa ku melangkah sejauh ini? Kamu! Ingatkan?! Kamu yang meminta ku menikahi Starla dan menjalankan rencana gila mu! Dan sekarang?! Kamu ingin menyerah? Kamu gila Alarie!"

"Hiks. IYA! Aku memang gila! Aku gila karena semuanya seolah menggiring ku melakukan hal itu. Semuanya akan berjalan sesuai rencana jika kamu tidak jatuh cinta pada Starla!"

"Apa?! Jadi kamu memikirkan hal itu? Tck! Sudah ku duga. Kamu pasti ternakan cemburu lagi," gumam Daniel di ujung kalimat.

"Aku tidak akan cemburu jika kamu tidak memperlihatkan tatapan sendu mu untuk Starla. Katakan Daniel! Kamu jatuh cinta pada Starla kan?!"

"....."

Daniel memilih diam. Ia tidak ingin memperumit suasana dengan mengutarakan perasaannya. Ya, hatinya kini telah terpikat pada Starla. Tapi Daniel harus menutupi itu.

"Jawab Daniel!" teriak Alarie. Daniel yang tersulut melayangkan tangan ke udara. Hendak menampar Alarie. Namun entah dapat bayangan dari mana. Wajah Starla tiba-tiba hadir. Ia teringat Starla yang ketakutan. Berkat itu Daniel mengurungkan niatnya.

"Alarie... aku bisa mengatakan pada Starla bahwa pengakuan mu itu palsu. Kamu pikir aku tidak bisa memanipulasi kehamilan mu?! Lalu tentang Starla. Setelah aku mendapatkan hasil tes kehamilan mu. Dia akan mempercayai ku lagi. See? Aku bisa melakukan apapun dengan uang. Lebih baik kamu turunkan ego mu dan pikirkan masa depan anak itu."

Dengan angkuhnya Daniel bersedekap tangan. Memandang dingin Alarie yang terus mengeluarkan bulir air mata.

"Sekarang ku beri dua pilihan. Jika kamu ingin mempertahankan janin itu. Kamu harus mau ku kirim ke luar negeri. Sebaliknya, jika kamu menggugurkan janin itu. Aku akan memaafkan perilaku mu ini. Dengan syarat! Kamu tidak mengulanginya lagi. Bagaimana?"

"....."

Alarie menatap nyalang. Untuk pertama kalinya ia melayangkan tatapan kebencian pada laki-laki pemilik hatinya.

Kenapa kisah cintanya berakhir seperti ini? Alarie tahu hubungan ini tidak sehat. Ia berharap dengan sepenuh hati dukungannya akan menyentuh hati Daniel. Tapi nyatanya tidak! Ia dibuang setelah dimanfaatkan!

"Alarie, aku butuh jawaban mu!" desak Daniel.

Segaris senyum pilu menampakkan wujudnya. Tak elak setitik air mata jatuh entah kemana.

Ternyata benar yang dikatakan Starla beberapa jam lalu. Ya, sebelum Daniel datang. Entah dapat info dari mana Starla muncul dan menyatakan niatnya untuk bekerja sama. Namun sayang, saat itu Alarie terlalu naif dan percaya pada cinta Daniel.

Ah, Alarie baru menyesali sekarang. Seharusnya ia menerima tawaran Starla untuk memberi pelajaran pada laki-laki brengsek ini!

"Alarie!" bentak Daniel lagi. Membuat lamunan Alarie terputus.

"Jawaban mu?!"

"Baiklah!" sahut Alarie pasrah. "Di masa lalu Aku sudah pernah gagal sekali menjadi ibu. Sekarang aku tidak akan gagal lagi. Aku akan merawat anak ini dengan penuh cinta. Sampai ia tak sempat menanyakan ayah biologisnya."

"Daniel.... aku masih berharap kamu sadar dan kembali. Aku tidak bisa membenci mu.
Aku akan menunggu kepulangan mu kapan pun. Ingatlah bahwa aku wanita yang paling mencintai mu."

"...."

Daniel tak berkomentar. Ia justru memasang wajah nanar dengan tatapan seolah jijik.

"Aku akan mengurus paspor mu secepatnya," ucap Daniel kemudian berlalu.
 

Fight 62

Secarik kertas berisi data mengenai satu pasien salah satu rumah sakit dipegang oleh Starla. Suhu AC tak seberapa dingin. Namun kulit Staral terasa dicubit. Membuatnya kesal. Entahlah, bukan perihal kulitnya yang teras tidak nyaman ulah AC yang tak tahu situasi. Kenyataannya hasil tes kehamilan Alarie yang saat ini sedang digenggam Starla lah yang membuat hatinya dongkol.

Sebelumnya Starla sudah menduga. Hasilnya akan seperti ini setelah kegagalannya mengajak Alarie bekerja sama. Andai saja waktu itu Alarie menyetujuinya. Mungkin hasil tes kehamilan itu akan berubah menjadi positif.

Entah bagaimana cara Daniel mengubah hasil tes kehamilan ini. Yang jelas uang ikut andil di dalamnya. Yah, itu hal yang lazim sekarang. Di mana suatu kehidupan dikendalikan oleh uang. Ada yang bilang uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang. Ya, itu memang benar. Miris sekali bukan? Ketika manusia yang diciptakan dari sari pati tanah akan melangit hanya karena memiliki uang dan kekuasaan.

Hah, sudahlah. Bayi yang baru belajar berjalan saja akan bangkit ketika jatuh. Starla yang sudah dewasa pun harus bangkit. Ia tidak boleh terpuruk hanya karena kegagalan sekali seperti ini.

“S-Starla… a-aku minta maaf,” ucap suara wanita bergaung mengisi ruang tengah apartemen ini.

Yah, setidaknya Starla punya senjata lain. Saat ini Starla harus sabar. Kehancuran Daniel itu sudah pasti. Tinggal waktu pertunjukkannya saja yang belum pas.

“Apa alasan mu melakukan ini Alarie?” selidik Starla. Sepulang dari dokter kandungan, Starla menggiring Alarie ke apartemen untuk berbicara baik-baik. tentu saja disaksikan Daniel juga di sini.

“Aku….” Alarie tampak melirik ke Daniel. ia seperti ketakutan. Dari reaksi itu semua orang tahu kalau ada ancaman dibaliknya. Starla juga tidak percaya dengan hasil tes ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Di posisi ini Starla tidak boleh arogan. Ia harus rilex dan menyelesaikannya dengan mulus.

“Katakan saja Alarie. Starla yang bertanya pada mu. bukan aku!” sahut ketus Daniel.

Sumpah ya! dalam situasi ini Starla ingin sekali menampar wajah laki-laki brengsek ini. Pikirnya, Starla akan tersanjung dengan perilakunya yang semena-mena terhadap Alarie?! Hell! Jika Starla wanita bodoh yang sedang dimabuk cinta mungkin dirinya akan merasa bangga karena telah dibela. Tapi itu tidak berlaku untuk wanita yang tahu semuanya tapi memilih diam dan memantau.

“Alarie…. jika kamu tidak mau cerita tidak masalah. Mungkin lain kali—“

“Alarie, sebaiknya kamu bicara!” sahut Daniel tajam. Memutus sepihak ucapan Starla.

“Daniel, sudahlah. Aku sudah tahu garis besar permasalahan ini. Kita tidak perlu memojokkan Alarie seperti ini. Dia teman kita bukan?”

“Tidak ada teman yang menusuk dari belakang dan ingin menghancurkan rumah tangga seperti ini!”

Sekilas Starla melihat kepalan tangan Alarie mencengkram kuat. Sejak tadi ia mencengkram bajunya sambil menunduk pasi. Ya, siapa yang tidak geram dengan ucapan Daniel barusan. padahal mereka yang melakukan kesalahan bersama tapi harus Alarie yang dihina.

Sekarang kamu lihat kan Alarie? Sosok sebenarnya laki-laki yang kamu cintai. Batin Starla.

"Daniel benar. Tidak ada teman yang menghancurkan rumah tangga temannya sendiri. Tapi, kamu tahu Starla? Aku benar-benar menyesal. Tak ku sangka laki-laki yang ku kagumi ternyata memiliki sifat seperti ini,” ucap Aalrie dengan rembasan air mata menggenang di pelupuk mata. Sisi sebelah kiri telah luruh sepenuhnya. Bukti bahwa rasa sakit itu benar-benar menyentuh relung hatinya.

“Starla, kamu boleh menganggap ku pengkhianat. Aku pantas mendapatkannya. Tapi… izinkan aku minta maaf dengan tulus. Demi apapun aku benar-benar menyesal. Ini akan menjadi pelajaran yang tak pernah aku lupakan. Ini akan menjadi noda seumur hidup ku. Starla, maaf, jika bisa ku tebus kesalahan ku dengan sesuatu. Aku rela melakukan apapun sesuai keinginan mu.”

Starla tak bergeming. Menatap penuh arti sosok wanita yang tengah tersedu-sedu di depannya. Air mata penyesalan itu juga pernah merembas di mata Starla. Saat awal tahu mereka memiliki hubungan di hari yang seharunya menjadi awal kebahagiaannya. Tapi justru ternoda dengan kenyataan pahit.

Saat ini penyesalan itu menggandrungi Alarie. Starla tahu bagaimana sakitnya. Dikhianati, dibuang dan dimanfaatkan. Ah, rasanya hati ini puas. Tapi, bagaiamana ya? rasanya kemenangan ini hambar setelah tahu Alarie pun menanggung nasib yang sama dengan Starla. Justru posisinya lebih buruk dari Starla dulu. Dia benar-benar dibuang dan diasingkan setelah dimanfaatkan.

“Alarie, ku harap kamu menyesali perbuatan mu. Dan ku mohon jangan muncul lagi di hadapan kami,” sahut Daniel telak.

Hal itu membuat Alarie tersenyum miris. Begitupun Starla, ia tertegun sampai tak bisa berkata-kata lagi. sekejam ini kah Daniel? Setidaknya sebelum semua kerumitan ini terjadi, mereka sempat menjadi teman berkeluh kesah. Sekarang? Jangankan belas kasih, yang Starla lihat dari tatapan itu adalah ambisi kuat untuk menyingkirkan Alarie.

“Daniel, ku pikir tidak perlu sampai begi—“

“Starla, aku melakukan ini demi kebaikan kita. Tolong hargai usaha ku.”

“Ba-baiklah,” ucap Starla pasrah.

***

Bandara Soekarno Hatta.

Alarie menatap nanar tiket pesawat dengan tujuan Kanada sebagai tempat mendaratnya. Sehari yang lalu Daniel menyodorkan tiket itu tepat setelah pulang dari meminta maaf pada Starla. Seolah ia menjadi hama pengaganggu yang harus segera dihilangkan.

Di sampingnya ada koper besar. Alarie mencangking mantel tebal supaya terlindung dari hawa dingin. Sebab di Kanada sedang musim dingin. Ah, sungguh musim yang tidak tepat untuk pergi ke Negara itu. di samping Alarie yang baru pertama kali pergi ke luar negeri. Hal ini juga akan menjadi ujian baru untuknya yang sedang hamil muda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan juga udara dingin di sana.

“Alarie,” panggil suara baritone. Tanpa menoleh pun Alarie sangat familiar dengan suara itu. yang beberapa kali sempat menggetarkan jiwanya.

“Aku membelikan mu camilan,” ujar Daniel seraya menyerahkan sekantung jajanan ringan.

“Hum, terimakasih,” sahut Alarie menerima sekantung camilan itu.

“Kamu sudah siapkan kebutuhan mu?”

“Humm….”

“Aku akan menyusul ke sana dan mengurus tempat tinggal mu setelah urusan ku dengan David Faranggis selesai. Untuk sementara ini, aku sudah menyewa seseorang untuk menjaga mu.”

“Humm….”

Seolah hilang kepedulian. Alarie malas menanggapai Daniel. ia benar-benar seperti cangkang kosong. Jika janin ini tidak bersemayam dalam perutnya mungkin Alarie akan memilih mati.

“Alarie…. aku minta maaf. Jika saja kamu tidak termakan cemburu dan membeberkan semua--"

"Sudahlah Daniel. Aku muak kamu menyalahkan ku terus. Ya! Ini salah ku! Sekarang kamu diam dan jangan menambah beban pikiran ku. Aku tidak ingin bayi ku menanggung beban pikiran ibunya."

"Alarie.... apa kamu membenci ku?" tanya Daniel lembut.

"....."

Alarie bungkam. Selalu seperti ini. Alarie akan luluh dengan kata lembut Daniel. Tak sebanding dengan rasa sakit yang ia torehkan. Tapi anehnya Alarie selalu memaafkan Daniel. Seburuk apapun perlakuannya.

"Honey?" panggil Daniel lagi. Ia meraih lembut tangan Alarie dan mengusapnya pelan.

Ah, sudah cukup. Alarie harus lepas dari laki-laki toxic ini. Ia akan belajar mandiri bersama anaknya. Ia akan berjuang demi anaknya. Bukan demi laki-laki ini lagi.

"Daniel... ayo kita akhiri."

"Maksud mu?" tanya Daniel gagal paham.

"Aku yakin kamu tidak akan menikahi ku. Walau ada janin yang jelas-jelas milik mu. Aku yakin kamu akan tetap memilih Starla. Aku tidak ingin melakukan hal sia-sia lagi. Saat aku tiba di Kanada. Kamu tidak perlu menyusul ku. Aku akan memulai hidup baru tanpa mu."

"....."

Daniel tak berkomentar. Ia memilih diam sembari menatap penuh iba. Dari respon Daniel, Alarie sudah menduga. Tak ada kata sanggahan. Jika Danile mencintai Alarie dan menyayangi janin ini. Daniel tidak akan diam saja. Ia pasti mati-matian mencegah Alarie.

Ah, hubungan toxic ini benar-benar sudah berakhir. Alarie akan pergi dengan ikhlas.

"Daniel.... selamat tinggal. Walau singkat. Setidaknya aku pernah merasakan cinta mu. Walau semua itu hanya pura-pura."

"Semoga kamu bahagia."

Tak lama pesawat Alarie tiba. Dengan langkah tegar Alarie membelakangi Daniel. Berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Ia tidak akan menoleh lagi. Walau laki-laki itu memanggilnya atau memohon untuk kembali.

Selamat tinggal kisah yang salah.
 

Fight 63

Dua manik hitam itu terus menatap layu. Pancaran khawatir tercetak jelas. Bibirnya tak sekali pun menunjukkan lengkungan mempesona seperti yang biasa ia lakukan.

"Starla, kamu yakin dengan ini?"

Aktivitas Starla terhenti. Ia menaruh beberapa barang miliknya yang beberapa bulan ini menghuni meja kerjanya di gedung TC.

"Humm. Aku akan fokus ke acara aniversary FG Group. Aku tidak bisa membagi waktu jika aku masih di sini sebagai asisten mu."

"Kamu bisa mengerjakannya di sini. Aku punya tim kreatif yang bisa membantu. Jadi...."

"Adam...." sela Starla lembut. "Aku ingin melakukannya sendiri. Jika aku butuh bantuan. Aku pasti akan menghubungi mu."

Adam menunduk pasrah. Seperti anak anjing yang tak bisa berkutik melawan titah majikannya.

Melihat itu Starla langsung tersenyum simpul. Ah, rupanya sisi menggemaskan Adam seperti ini lah yang Starla sukai.

"Aku akan baik-baik saja. Memang apa yang kamu khawatirkan?"

Bibir Adam mengerucut. "Tentu saja aku khawatir. Kamu akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama pengemis itu!"

Tatapannya berubah layu, "aku khawatir dia melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai."

"Tenanglah, aku sudah menempatkan nomor mu di panggilan cepat. Saat terjadi sesuatu pada ku. Aku akan menelepon mu."

Starla mengulurkan tangan. Menunggu salamannya dijabah oleh Adam. Melihat itu, bukannya disambut dengan salaman biasa, Adam justru menggiring ke depan bibirnya kemudian mengecup singkat.

"A-Adam? Tidak bisakah kamu bersikap normal sedikit?" sungut Starla. Namun dibalik wajah kesal itu ada perasaan kikuk.

"Hehe, tidak bisa. Aku tidak bisa menahannya jika bersama Queen."

Hah! Terserahlah! Karakter Adam kan memang seperti itu. Batin Starla. Dibanding itu, bukankah ada hal yang harus Starla ucapkan?

"Adam.... terimakasih ya. Kamu adalah orang ketiga yang ku percaya setelah Papa dan Shia," ucap tulus Starla.

"Tidak bisakah aku jadi yang kedua saja?" sahut manja Adam.

Starla terkekeh. "Ada-ada saja. Masih terlalu cepat beberapa tahun untuk mu," goda Starla. Ia hendak menarik tangannya dari kuasa Adam. Tapi sayang Adam tidak membolehkannya dan justru menarik tangan Starla hingga jarak mengikis di antara mereka.

"Aku pasti akan mengalahkan Shia. Aku akan menjadi nomor dua. Dan mungkin suatu saat aku akan menjadi nomor satu," ucap Adam serius.

"Hehe, ba-baiklah terserah kamu saja. Tapi.... bisakah kamu melepas ini dulu?" lirik Starla pada tangannya.

"Oh! Ma-maaf. Hehe," cengir Adam tanpa dosa. Padahal ia mengakui baru saja hilang kendali dan terbayang akan memeluk Starla saat ini juga.

"Starla.... kamu harus mengundang ku di acara itu."

"Tentu. Mana mungkin aku tidak mengundang mu."

"Emh.... apa perasaan mu sudah baik?" tanya Adam lagi. Seolah ia mengulur waktu untuk Starla pergi.

"Not bad."

Hari ini Starla resmi keluar dari gedung TC. Kontrak kerjasama antara dirinya dan Adam karena insiden patah tulang tempo lalu telah berakhir. Yah, walaupun dengan segala drama salah paham menyapa. Untung lah dua sejoli itu kini menemui titik akur di mana kepercayaan di antara keduanya mulai dipupuk.

Adam tidak akan memaksa Starla tetap di sini di saat gadis itu meminta keluar untuk mengurusi aniversary perusahaannya. Di samping itu, Adam tahu. Ada rencana besar yang sedang Starla susun.

Tak sekali pun Adam menyurutkan kekagumannya pada gadis keras kepala yang berhasil memikat hatinya. Bagaimana tidak? Di saat wanita lain berlomba-lomba mengemis perhatian. Justru Starla yang sedang dalam kondisi terhimpit pun tak pernah sekali pun mengeluh.

Seperti saat ini. Adam dibuat bertanya-tanya tentang rencana besar di balik perayaan aniversary FG Group. Jujur saja, Adam hanya membantu sedikit sekali.

"Queen, tidak bisakah aku mengantar mu?" tawar Adam seraya membantu Starla membawa barang-barangnya menuju parkiran.

"Tidak perlu. Aku bawa mobil. Bukankah kamu juga ada kegiatan lain?"

"Itu benar Nona," sahut Theo. Fyi, dia ikut mengekori Starla dan Adam ketika tak sengaja berpas-pasan.

"Sebaiknya kamu dengarkan perkataan Theo," ujar Starla.

"Cih, aku kan bosnya. Kenapa harus mendengarkan kata perjaka tua ini?!"

Theo melirik horror. Kalau saja bukan Adam yang menggajinya, sudah dipastikan poto Adam bertengger di dukun santet.

Sabar! Orang sabar gajinya besar.

“Baiklah, perjaka tua ini akan melapor ke Nona Starla kalau Tuan bertindak semau-mau lagi,” sahut Theo datar.

“Apa maksud mu? Aku kan bosnya. Wajar kalau—“

“Adam, Theo benar. Selama aku menjadi asisten mu, aku sering menjumpai mu menunda banyak pekerjaan untuk hal yang tidak penting. Maksud ku, cobalah ikuti jadwal yang sudah Theo rencanakan. Aku yakin Theo sudah menyusun jadwal seefektif mungkin agar kamu punya waktu istirahat yang cukup.”

“Baiklah, mulai sekarang aku akan mengikuti jadwal ku,” tandas Adam tanpa mengelak.

Di samping, Theo memasang raut kesal. “Cih, giliran Nona Starla langsung setuju!” gumam Theo.

Mereka terus berbincang sampai langkah membawa mereka ke parkiran. Adam hendak membukakan pintu mobil Starla. Sebelum diinterupsi oleh suara baritone seseorang.

“Starla?”

Si pemilik nama langsung menoleh dan mendapati Daniel berjalan ke arahnya.

“Daniel? Kamu di sini?”

“Humm, aku memutuskan menjemput mu. sekaligus mengucapkan banyak terimakasih pada Tuan Adamson karena telah menjaga mu,” ucap Daniel yang langsung mendapat tatapan tajam Adam. ia tahu Daniel ingin mengejek Adam karena tidak ada alasan lain menahan Starla di kantor ini.

Bukannya tersulut, Adam justru tersenyum cerah seraya maju mengikis jarak. "Tidak perlu berterimakasih...." sengaja Adam menjeda kalimatnya. Ia semakin maju dan berbisik, "aku sangat menikmati kebersamaan ku dengan Starla."

DEG!

Wajah tenang yang biasa Daniel tampakkan untuk mengelabuhi banyak orang sejenak menunjukkan sosok dirinya. Ya, dia sempat mengendurkan senyumnya. Akibat tersulut dengan ucapan Adam. Kata menikmati baginya adalah hal sensitif mengingat Daniel pun mencurigai Starla tengah bermain api dengan Adam.

"Kami pamit pulang dulu," ucap Daniel seraya menarik kasar lengan Starla. Hingga suara desisan terlontar lirih dari bibir itu.

Tentu saja hal itu membuat Adam naik pitam. Ia langsung menepis tangan Daniel sampai lepas cengkramannya. Mereka saling memandang tajam.

"Ku peringatkan! Perlakukan wanita ini dengan lembut!" ancam Adam.

"Aku tidak perlu mendengarnya dari pemain seperti mu, Tuan Adamson yang terhormat!"

"Jangan menguji kesabaran ku! Kamu akan tahu akibatnya!"

"Sudahlah! Apa yang kalian lakukan?!" sahut Starla. Walau agak tidak terima dengan perlakuan kasar Daniel barusan tapu Starla harus tenang. Tuas pemicu kemarahan Adam ada pada dirinya. Jika Starla tersulut maka ia yakin Adam tidak segan melayangkan bogem mentahnya ke wajah Daniel. Itu akan memperburuk suasana!

"Tuan Adam. Kami permisi dulu," ucap Starla. Ia berlalu sendirian kemudian diikuti Daniel yang terlebih dahulu melayangkan tatapan benci.

"Sialan! Jika Queen tidak ada sudah ku buat wajah sombong itu menyentuh tanah!"   dengus Adam.

Di belakang, Theo tampak was-was. Ia pun tak kalah emosi sebab perlakuan Daniel barusan. Tapi, ia pintar mengintrol sikap. Tidak seperti Tuannya yang akan meledak jika Starla tidak buru-buru pergi.

***

“Sayang, kalau butuh sesuatu aku ada di ruang rapat ya?”

“Humm….”

“Sayang, aku membelikan mu coklat panas.”

“Hum, terimakasih.”

“Sayang, kamu butuh sesuatu?”

“….”

Starla tak menjawab. Ia menatap Daniel intens dengan tatapan jengah. Ya, bagaiaman tidak? Kurang dari sepuluh menit Daniel akan kembali ke ruang divisi inovasi untuk menilik Starla yang sedang berdiskusi bersama tim kreatif.

Ya, saat ini Starla tengah mengurusi planning acara anniversary FG Group.  Daniel sengaja membawa Starla ke kantor agar bertemu langsung dengan tim kreatif. Namun, bukannya fokus bekerja, Starla dibuat buyar berkat kehadiran Daniel yang mengganggu konsentrasinya terus menerus.

“Daniel, jujur! Kamu membuat ku tidak bisa konsentrasi.”

“Hehe, maaf. Soalnya… kegiatan ku sudah selesai.”

“Setidaknya jangan bolak-balik terus. Kamu tahu aku tipe yang akan hilang fokus jika seseorang keluar masuk pintu kan?”

“Oke, oke. Aku akan tetap di sini. Kalian tidak keberatan kan?” tanya Daniel pada tim kreatif lainnya.

“Tidak Pak. Sama sekali,” jawab salah satu dari mereka.

Daniel duduk di sofa yang berada di dekat jendela. Entah magnet apa yang tertanam pada tubuh Starla. Baik Adam maupun Daniel sama-sama tidak bisa menolak pesona Starla. Ia tampak bersinar walau sedang bekerja sekali pun. apalagi jika sedang fokus seperti ini. Daniel sudah melihatnya berulang kali selama kuliah dulu. Dan itu yang membuatnya jatuh cinta berkali-kali.

Seulas senyum menampakkan pesonanya. Diam-diam menikmati keindahan ciptaan Tuhan di depan sana. Sayangnya senyum itu dipaksa pudar berkat sorot mata Starla yang tertuju pada handphone.  Kegundahan itu mulai muncul. Nama Adamson terbesit dalam pikirannya.

“Tck!” decak Daniel tidak suka. Pikirannya berkelana kemana-mana. memunculkan praduga negative bahwa Starla sedang berbalas pesan dengan Adam.

Mata itu terus tertuju pada Starla. Memperhatikan setiap sudut geraknya. Sampai tiba di mana Starla melebarkan senyumnya sambil menatap handphone. Hal itu seketika membuat Daniel beranjak dari duduknya dan mensahut handphone Starla kasar.

“Daniel!” sahut Starla kebingungan.

Tak menggubris. Daniel langsung menuju ke room chat whatsapp. Kerut di keningnya meredup setelah tahu orang yang sedang berbalas pesan dengan Starla adalah Shia.

“M-maaf….” Ucap Daniel seraya mengembalikan handphone.

“Sudah dapat apa yang kamu cari?” sahut Starla datar. Di situasi ini Starla tahu sekali bahwa Daniel tengah mencurigai Starla berselingkuh dengan Adam.

Dasar! Begini lah karma orang tukang selingkuh. Seumur hidupnya akan dihantui rasa tidak percaya pada pasangannya. Sebab dirinya saja tidak bisa menjaga hubungan. Bagaimana rasa percaya itu akan terbentuk?

Satu ruangan dibuat canggung. Ah, kalau begini kinerja tidak akan efektif lagi. Starla meminta tim kreatif istirahat sejenak. Agar dirinya bisa bicara berdua dengan Daniel.

“Daniel… ku pikir akhir-akhir ini perilaku mu jadi sedikit kasar ya? Apa kamu sadar itu?” sindir Starla telak. Jujur saja ia masih belum memaafkan lengannya di tarik kasar saat di parkiran gedung TC kemarin. Ditambah sikapnya barusan. Membuat citra Starla buruk di depan tim kreatif.

“Starla, bukan begitu. Aku hanya khawatir Adamson masih menghubungi mu.”

“Kamu cemburu?”

“Ya, jelas!”

“Baiklah, mari perjelas ini. Buat apa kamu cemburu? Itu artinya kamu meragukan ku. Iya kan?”

“Ti-tidak. Mana mungkin aku meragukan mu sayang. Aku hanya—“

“Daniel, kamu tahu? Jika terlalu dikekang, wanita juga bisa memberontak. Kamu ingin melihat ku memberontak?”

“….”

Daniel bungkam. Demi apapun, ia tidak pernah melihat ekspresi Starla yang seperti ini. Ia sampai dibuat kikuk sendiri.

Hembusan nafas terdengar berat. “Habis ini aku ingin ruangan ini kembali tenang. Lebih baik kamu mengurusi hal lainnya,” pinta Starla. Dalam artian khusus mengusir Daniel secara halus.

“Baiklah….”

“Starla, maaf. Aku sudah berlebihan,” ucap Daniel sebelum beranjak pergi.

“Menyusahkan sekali!” gumam Starla kemudian mengendurkan sejenak pundaknya. Hah! Berhadapan dengan Daniel memang harus menguras banyak energi.
 

Fight 64

Dekorasi elegan dengan warna biru dan putih memenuhi ballroom. Barisan meja bulat yang disusun sedemikian rupa tampak menakjubkan. Mimbar, tempat di mana seseorang akan menyampaiakan beberapa patah kata telah disediakan di depan sana.

Ya, hari ini adalah acara aniversari FG Group. Semua pemilihan dekorasi sampai makanan yang disajikan tak luput dari perencanaan Starla dan tim kreatif. Ini adalah buah dari usaha mereka.

Tamu undangan satu per satu memasuki area ballroom. Seperti biasa, Starla menggunakan hotel Horizon Ritz. Sebagai upaya FG Group dalam menyambut tamu penting. Beberapa di antaranya ada para eksekutif FG Group dan kolega. Tak luput Starla pun mengundang beberapa perwakilan karyawan dari berbagai divisi.

“Wah, dekorasi pilihan Queen memang tidak pernah gagal,” ucap Adam seraya menelusuri keseluruhan ballroom. “Ballrom ini tampak hidup jika di tangan Queen.”

Di sampingnya, Theo tampak memandang datar. Yah, memang dekorasi ini tampak menakjubkan. Tapi, tak jarang Theo menemukan dekorasi menakjubkan lainnya selama berpetualang bersama Adam di berbaai penjuru dunia. Dan sekali pun Adam tidak pernah memuji apalagi peduli. Baginya dekorasi tetaplah dekorasi. Apa itu unsur keindahan? Seorang Adam tidak mengerti itu. Setidaknya setelah bertemu Starla. Adam jadi pura-pura mengerti tentang seni. Walau kesannya dipaksakan.

“Tuan, aku tahu Tuan tidak mengerti tentang dekorasi. Tahu kan? Kita sama-sama zero tentang seni.”

Shut up your fucking mouth! Kamu ingin pulang jalan kaki, hah?!” bisik Adam penuh penekanan.

“Aku bisa memesan ojek online. Tidak seperti Tuan yang manja harus diantar kemana-mana dan tidak sudi menaiki mobil bekas diduduki orang lain.”

“Cih! Lihat saja pulang dari sini. Aku benar-benar akan memotong gaji mu! Ah, ngomong-ngomong aku tidak melihat Starla. Di mana dia?”

“Kalau aku tahu pun aku tidak akan memberi tahu Tuan!” dengus Theo.

Adam mengernyit. Ada apa dengan sekretarisnya ini? Sepertinya dari tadi ia terus melayangkan ucapan tajam.

“Hei… apa kamu sedang PMS?” selidik Adam.

“Jangan bercanda Tuan. Aku laki-laki.”

“Tapi, kamu sensitive seperti wanita PMS.”

“Hah! Rasanya ingin cepat resign. Begini lah susahnya punya bos tidak peka!” gumam Theo seraya memijit pangkal hidungnya.

Fyi, alasan Theo merajuk adalah karena Adam tidak memberi istirahat sejenak pun dari kerja rodi yang diam-diam dilakukan mereka berdua untuk eksekusi rencana hari ini.

Lampu utama tiba-tiba padam. Semua orang dibuat kebingungan. Sorotnya mengarah pada mimbar di depan yang saat ini telah diisi seorang MC. Ia membuka acara aniversary ini dengan khitmat. Rowndown acara pun terlaksana dengan rapih dan sistematis. Persis seperti yang Starla buat.

“Baiklah, mari kita dengarkan sambutan dari Direktur Utama FG Group. Atas pencapaian yang memukau selama kepemimpinannya. Mari kita sambut beliau dengan tepuk tangan meriah,” ucap ramah MC itu.

Suara tepuk tangan memenuhi seisi ruangan. Berbeda dari kebanyakan orang. Adam justru mendengus seraya mengacungkan jari tengahnya. Theo yang sadar seketika mensahut tangan Adam. Untung saja penerangan di kursi tamu redup. Bersamaan dengan itu meja yang disiapkan khusus untuk Adam hanya di isi mereka saja.

“Lihat pengemis itu! Bicara seolah-olah dia yang membangun FG Group dari nol!” cerca Adam tak terima.

“Sudahlah Tuan, aku tahu Tuan dongkol. Tapi bisa tidak kecilkan volume menghardiknya? Aku tidak mau diusir secara tidak hormat,” bisik Theo pelan.

“Siapa yang berani mengusir Tuan Adamson ini? Mendengar nama ku saja mereka langsung mengemis dengan senyum palsu. Menjijikkan sekali! Sama seperti orang di depan sana!”

“Tu-tuan….” Ucap Theo ketar-ketir. Habisnya suara Adam cukup nyaring sampai orang-orang di sekitar menoleh. “Kalau Tuan begini terus, rencana Nona Starla akan hancur ulah Tuan sendiri. Nona pasti akan marah. Tuan mau seperti itu?”

Kerut di kening Adam seketika sirna. Ah, benar juga! Starla sudah menyiapkan hari ini dengan matang. Adam tidak boleh merusuh. Walaupun rasanya ia ingin sekali maju ke depan dan menginjak-injak orang di depan sana.

“Baiklah…. Aku akan mendengar mu untuk kali ini.”

Daniel tampak dengan bangganya berbicara di atas mimbar. Semua mata tertuju padanya dengan binar kebanggaan.

“Saya tidak akan bisa sejauh ini jika bukan karena dukungan istri saya tercinta. Saya mengucapkan banyak terimakasih padanya. Dia adalah wanita hebat yang mungkin tidak akan pernah saya temui di mana pun. Memilikinya adalah salah satu keajaiban di hidup saya. Starla…. Mungkin kamu sudah mendengar ini berulang kali. Ku harap kamu tidak pernah bosan mendengarnya.”

“Starla…. Aku bersyukur bisa bersanding dengan mu. Menjadi suami mu adalah hal yang tidak pernah ku bayangkan seumur hidup. Aku bukan dari keluarga hebat. Tapi kamu mau menerima ku apa adanya. Banyak orang yang membicarakan ku di belakang. Mengatakan ku hanya memanfaatkan mu saja sebagai batu loncatan. Atau perkataan kejam lainnya.”

“Starla, mungkin banyak orang yang akan menjatuhkan kita. Tapi percayalah…. aku tidak pernah mencintai seorang wanita sampai segila ini. Kamu berhasil membuat ku khawatir ketika pulang telat. Tentu saja, kamu punya alasan tentang itu. Kamu wanita pertama yang berhasil membuat ku cemburu hanya karena kamu ngobrol dengan laki-laki lain.”

“Hahaha, ya, aku mengakui. Aku laki-laki yang mudah cemburu. Mungkin hal itu membuat mu kurang nyaman dan merasa terkekang. Maaf, aku hanya takut kehilangan mu.”

“Starla…. Apapun yang terjadi. Percayalah, cinta ku tidak pernah main-main. Sejak awal, aku tulus dengan mu.”

“Starla... aku mencintai mu."

Semua orang terpana. Tercengang dengan ungkapan cinta Daniel yang begitu berani mengumbarnya di depan banyak orang. Tepukan meriah dan sorak-sorakan memenuhi seisi ruangan setelah Daniel merampunkan kalimatnya. Kemudian MC mengambil alih mic kembali setelah Daniel kembali ke posisi duduknya.

Di sisi lain, Starla berada di ruang tunggu. Ia menatap kosong dirinya di kaca. Ia mendengarnya. Semua kata-kata yang disampaikan Daniel. Andai semua ini tak terjadi. Mungkin Starla akan menjadi wanita bahagia.

Ah, sudahlah. Tak patut menyesali apa yang sudah terjadi. Starla harus merampungkan semuanya! Penderitaannya, rasa kesalnya, rasa kecewanya. Semuanya akan berakhir hari ini. Dalam satu pengakuan!

Terdengar MC memanggil nama Starla. Ya, Starla memang sengaja meminta bagian dirinya untuk memberi kalimat sambutan. Semuanya demi rencana eksekusi Daniel!

“Untuk wanita yang dicintai Pak Daniel. Mari kita sambut kedatangannya,” ucap MC kemudian disambut tepukan meriah para tamu.

Tarikan nafas terdengar. Pundak Starla terlihat bergerak sedikit. Tekadnya sudah bulat!

Seorang wanita dengan balutan dress hitam keluar dari sisi kiri mimbar. Ia berjalan canggung ke atas mimbar. Tangannya gematar hebat. Keringatnya seolah mengucur deras. Tapi satu hal yang pasti! Terdapat tekad kuat dalam sorot matanya.

Tepat saat wanita itu berdiri di atas mimbar. Bisik-bisik dari para tamu undangan mulai terdengar. Bukan hanya itu! Kwhadiran wanita dengan dress hitam itu berhasil membuat Daniel membelalakkan matanya.

“Alarie!” gumam Daniel.
 

Fight 65

"Ini baru pertunjukkan menarik!” gumam Adam. Ia menikmati suasana dramatis ini. Di saat yang lainnya dipenuhi pertanyaan tentang siapa gadis dengan balutan dress hitam itu. Adam sudah tahu sejak awal. Rencana Starla adalah membawa Alarie ke acara FG Group dan mengakui hubungannya di depan khalayak orang.

Pasti banyak yang bertanya kenapa Alarie tiba-tiba di sini. Mari kita ulas sedikit bagaimana hal ini bisa terjadi.

Setelah Daniel mendatangi Alarie dan memberi pilihan antara menggugurkan janin atau pergi ke luar negeri. Pikiran Alarie seketika terbuka. Ia pergi menemui Starla yang saat itu masih menjadi asisten Adam. Ia menyetujui untuk bekerja sama dnegan Starla. Setelahnya Starla menyusun rencana yang mana Alarie harus pura-pura mengikuti kemauan Daniel. Setelah sampai di Kanada. Theo langsung menjemput Alarie dan membawanya kembali ke Indonesia.

Alarie tinggal di salah satu kamar di Hotel Horizon Ritz. Theo membantu semua kebutuhan Alarie. Itu sebabnya ia merajuk karena tidak kunjung diberi istirahat setelah bolak balik Kanada dan Indonesia dalam waktu singkat.

Suara gemerisik mic menginterupsi seisi ruangan. Bisik-bisik mereka pun mereda.

“Aku….” ucap Alarie. Ada gemetar di nada suaranya. Sorotnya tak sengaja bertatapan dengan Adam. Ada ancaman di tatapannya.

Alarie menelan kasar saliva. Bukankah ia sudah memantapkan diri? Ia melirik ke arah Daniel. Dia tampak terkejut dengan mata membelalak.

Dalam satu tarikan nafas. Alarie mendekatkan micnya. “Perkenalkan Tuan-Tuan semuanya. Saya Alarie. Salah satu karyawan FG Group dan…. Kekasihnya Adipati Daniel. Direktur Utama FG Group.”

“Apa katanya? Kekasih? Wah, dia orang gila ya?”

“Mungkin fans beratnya Pak Daniel.”

“Tapi, kenapa dia bisa leluasa masuk kemari?”

“Hei! Aku pernah lihat wajah itu!”

“Lihat di mana?”

“Ah, aku ingat! Dia kan wanita yang pernah viral di media social. Wanita pelakor yang dihujat banyak orang di café.”

“Benarkah? Jadi wanita satunya yang di blur itu Nona Starla? Wah! Aku tidak menyangka ini. Jadi apa maksud ungkapan cinta Pak Daniel tadi?”

“Jadi semuanya bohong?”

Seisi ruangan dibuat gempar. Mereka saling memandang tidak percaya seraya berbisik. Suasana terpantau tidak kondusif. Sampai seorang paruh baya yang mana kolega FG Group berdiri sambil mengacungkan telunjuknya kea rah Daniel. “Pak Daniel. tolong beri penjelasan tentang ini!”

“I-ini hanya rekayasa. Dia wanita yang mengaku hamil anak ku waktu itu. Kami sudah menyeledaikannya baik-baik. Tapi sepertinya dia belum menyerah jug—“

“Daniel….” panggil Aalrie.

“Menyerahlah. Starla sudah tahu semuanya.”

DEG!

Bertepatan dengan itu pintu ballroom terbuka. Menampakkan Starla di ambang pintu dengan dress merah. Semua mata tertuju padanya. Ia berjalan anggun memecah perhatian semua orang. Perlahan menuju ke mimbar depan.

Ekspresinya datar dengan langkah tegas. Bisik-bisik orang tak menggentarkan mentalnya sama sekali.

Starla memandang seisi ruangan ketika langkahnya telah menapaki karpet merah mimbar. Ia mengamati ekspresi penuh tanya mereka.

Berakhir sudah! Penderitaannya selama ini akan berakhir di hari ini. Sekilas ia melihat Adam. ia tersenyum simpul dengan wajah teduh. Ah, di pencahayaan minim ini rupanya Starla bisa dengan mudah menemukan Adam. Sedalam itu kah Starla bergantung padanya sekarang?

“Starla….” Panggil Daniel. Ia hendak menuju mimbar namun langkahnya berhenti saat tatapan mereka bertemu. Ya, Daniel menyadarinya! Tatapan itu adalah tatapan penuh kebencian.

“Ku mohon Starla…. Percaya pada ku,” mohon Daniel.

“Apalagi yang bisa ku percaya pada mu Daniel?”

“Starla… aku sungguh mencintai mu. Aku tidak pernah main-main dengan mu.”

“Daniel…. Aku sudah tahu semuanya dari awal. Hubungan mu dengan Alarie. pengkhianatan mu di belakang. Lantas, dari mana aku bisa mempercayai mu lagi?”

“Starla…. Please….”

“Daniel, sebelum menikah dengan mu aku pernah berjanji bukan? Pernikahan ini akan jadi yang terakhir untuk ku. Tapi, kamu yang memaksa ku mengingkari janji ku sendiri. Daniel….”

“Please, jangan….”

“Ayo kita bercerai.”

DEG!

Rembasan air mata itu luruh. Untuk pertama kalinya Daniel meneteskan air mata di depan wanita. Tidak! Di depan dua wanita yang menjadi titik terang dan gelap dalam hidupnya.

Usai sudah! Penderitaan yang Starla pendam seorang diri benar-benar berakhir kali ini.

Selamat tinggal orang yang pernah singgah. Semua ini akan menjadi pelajaran yang tidak akan terulang untuk kedua kalinya.

***

Dinginnya AC ruang tunggu membuat Adam harus menangkupkan jasnya ke pundak Starla. Riuh suara tamu di luar sana masih terdengar. Beberapa diantaranya sudah keluar ruangan. Mungkin mereka kecewa dengan acara anniversary yang hancur total berkat pengakuan seseorang.

Ya, orang itu tengah berhadapan dengan Starla sekarang. Sedangkan Daniel sudah tak terlihat batang hidungnya. Setelah tadi bersimpuh di kaki Starla memohon maaf dan meminta kesempatan kedua. Starla mengusirnya dengan bantuan satpam penjaga hotel.

Hell! Kesempatan kedua itu memang ada. Tapi untuk orang-orang yang pantas!

Sekarang, bagaimana Starla mengatasi Alarie? Jujur saja, tanpa keberanian Alarie mengungkapkan kebusukannya di depan para tamu. Rencana ini tidak akan sukses. Starla malas mengakuinya tapi kenyataannya ia berhutang pada Alarie.

“Alarie, terimakasih atas kerjasama mu,” ucap Starla memecah keheningan.

“I-iya tidak usah sungkan. Lagi pula hidup ku sudah hancur. Aku tidak mau hancur seorang diri.”

Ah, jadi begitu. Tentu saja di antara mereka tidak ada yang ingin mengalah. Mereka tetap egois satu sama lain.

“Bagaimana rencana mu ke depan?” tanya Starla.

“Aku akan terus hidup demi anak ini dan mungkin aku akan pergi ke luar negeri. Aku tidak mengharap Daniel akan bertanggung jawab. Karena aku yakin dia sangat kecewa atas tindakan ku tadi.”

“….”

Starla diam. Jujur saja, posisi Alarie sangat merugikan. Ia melepas kepercayaan Daniel demi membantu Starla. Itu hal yang sulit dilakukan. Itu sebabnya Starla merasa berhutang budi.

“Starla, kamu tidak perlu merasa sungkan. Aku yang menawarkan diri dan aku sudah tahu resikonya akan seperti ini. Sama halnya dengan mu, aku juga ingin laki-laki brengsek itu mendapat karmanya. Lagi pula aku ingin menebus kesalahan ku. yah, walaupun ini belum cukup.”

“Dia benar Queen. Kamu tidak perlu sungkan,” sahut Adam meyakinkan. Sejak tadi ia sudah di ruang tunggu menemani Starla pasca keributan di ballroom tadi.

“Kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan mengemasi barang ku yang tersisa di kontrakkan,” timpah Alarie. Ia hendak pergi sebelum Starla melontarkan kata sahutan.

“Tunggu!”

“Biar aku mengantar mu,” ucap Starla menawarkan diri. Melepas Alarie yang sudah membantunya begitu saja rasanya agak kurang. Starla adalah tipe orang yang tidak suka berhutang budi. Ia akan merasa ganjil saat hutang itu belum di bayar lunas.

“Queen….” Cegah Adam. “Biarkan Theo saja yang megantarnya.”

Kening Starla mengerut. Tanda ia tidak setuju. Namun Adam pintar meyakinkan Starla dengan statement seperti ini, “Queen, kamu punya acara yang tidak bisa ditinggal. Biarkan Theo yang mengantarnya.”

“Iya Nona. Biarkan saya saja,” sahut Theo antusias.

Di balik interaksi mereka, Alarie memandang dengan senyum samar. Yah, sejak awal Starla memang beruntung. Dikelilingi banyak orang yang mencintainya walau tanpa berusaha seperti dirinya. Begitu pun saat kuliah dulu. Tanpa berusaha, gadis cantik itu bisa memiliki semuanya. Membuat Alarie iri dan dibutakan oleh dengki.

“Tidak perlu diantar. Aku bisa pergi sendiri. Terimakasih sebelumnya,” sahut Alarie tulus.

“Tidak!” sanggah Starla. “Biarkan Theo mengantar mu,” finalnya. Setelah dipiir-pikir ulang ternyata benar kata Adam. ia tidak bisa pergi begitu saja setelah kekacauan ini.

Tak bisa menolak. Alarie akhirnya diantar pulang oleh Theo. Sekarang tinggal memikirkan bagaimana cara mengatasi kekacauan di luar sana. Yang jelas mereka menutut penjelasan. Apakah Starla harus menjelaskan masalah pribadinya?

Tidak!

Itu bukan konsumsi public. Tapi, alasan apa yang harus Starla berikan?

Sibuk memikirkan jalan keluar. Diam-diam Adam memperhatikan. Senyumnya menghilang bersamaan kerut dalam muncul di kening Starla.

“Queen, izinkan aku yang mengurus kekacauan di depan,” tawar Adam.

“Ha? Kamu akan melakukan apa?”

“Duduk dan lihat saja,” ujar Adam tenang. Seolah ini bukan hal besar untuknya. Padahal di luar sana banyak tamu penting yang menjadi pelaku perekonomian Negara ini.

Sesuai interuksi, Starla memilih kursi kosong paling belakang. Tak ada yang menyadari keberadaannya karena mereka semua terpikat sosok yang tengah berdiri di mimbar. Sosok yang diyakini sebagai pebisnis jenius. Aldebara Adamson.

“Hallo semuanya, ah, maaf mengganggu waktu gosip kalian. Di sini saya… emh, sepertinya tidak perlu berkenalan lagi. Saya yakin kalian mengenal wajah saya.”

“Dengarkan baik-baik dengan telinga kalian!”

“Jangan ada yang keluar dari tempat ini sampai acara selesai!” tandas Adam tajam.

Semuanya diam dengan mulut menganga. Kemudian suara ricuh menginterupsi.

“Kenapa begitu?”

“Memangnya anda bisa membeli hak kebebasan kami?”

“Saya ada kegiatan lain. Saya tidak mau mengikuti acara hancur ini!”

“Ah, lebih baik pulang dan quality time bersama keluarga dari pada mengikuti acara tidak faedah seperti ini!”

Terpantau Starla menggelengkan kepalanya seraya meminjit pangkal hidung. Ah, Starla pikir Adam punya jalan keluar. Ternyata dia melampiaskan sifat arogannya.

“Keputusan ada di tangan kalian. Yang mau pulang silahkan. Tapi….” Adam menjeda kalimatnya. Tatapannya berubah tajam.“Akan ku pastikan kalian kehilangan kesempatan berhubungan baik dengan keluarga Adamson.”

DEG!

Seisi ruangan membisu. Mereka tahu hutan rimba berkedok bisnis ini dimonopoli oleh keluarga besar Adamson. Dan sialnya Aldebara Adamson adalah rajanya. Yang memegang kendali atas keluarga Adamson.

Starla menyeringai. Melihat kondisi ini benar-benar membuatnya puas. Orang-orang yang memiliki harga diri setinggi langit itu seketika bungkam. Mereka patuh bukan karena mau tapi insting mereka yang mendorong agar tak membuat masalah pada Aldebara Adamson. 
 

Bersambung

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Lipstik Merah Starla 66-72 End
0
1
Bisa baca gratis di wattpad dan karyakarsa. Sudah end. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan