
"Apa yang kau pikirkan, Cakra?" tanya Pengemis Kayu Hitam memenggal lamunan pemuda berhidung melengkung itu.
"Ah...!" Cakra berdesah kaget. "Tidak, Guru. Tidak ada yang aku pikirkan"
Pengemis Kayu Hitam tersenyum maklum.
"Kau jangan berdusta, Cakra. Berkali-kali aku panggil, kau tidak menyahut. Aku yakin, ada sesuatu yang tengah kau pikirkan"
Cakra tertunduk diam.
"Kau tengah memikirkan peristiwa sepuluh tahun yang lalu, bukan?" duga kakek itu.
Beberapa saat lamanya pemuda berhidung melengkung itu hanya...
DEWA MABOK
0
0
9
Berlanjut
Kisah seorang pendekar di dunia persilatan yang mempunyai kepandaian tinggi, kalau sudah mabok tuak. Karena itu dijuluki oleh orang-orang yang pernah ditolongnya dengan nama ‘DEWA MABOK’.
7,359 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Hanya 3 lagi!
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Sebelumnya
EPS 03. SERUNI (Bag. 03)
0
0
Perlu kau ketahui, Anak Muda. Kami mempunyai urusan dengan Kelabang Hijau. Nah, sekarang bersediakah kau mewakilinya untuk menyelesaikan urusan itu?Sepanjang urusan itu tidak bertentangan dengan kebenaran, aku bersedia mewakili almarhum guruku! jawab Bima tegas.Hahaha...! Bagus! Kami percaya, kau tidak akan mengecewakan kami! Dewi Malam telah banyak bercerita tentang dirimu! Julukanmu pun telah membuat banyak tokoh berpikir beberapa kali untuk berurusan denganmu! Kami yakin kau dan Kelabang Hijau tidak ada bedanya!Maksud, Kakek? tanya Bima.Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan.Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Kelabang Hijau. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumuSemenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Kelabang Hijau telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal? Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami beri kelonggaran. Kau aku berikan kesempatan mencari kawan untuk menantang kami berdua. Kau kami tunggu bulan purnama mendatang di Puncak Bukit Tengkorak. Dekat pohon Jaha kembar
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan