
****JANTER****
aku termenung sambil berbaring di dalam kamar, merenungi apa yang tadi di katakan oleh namboru, apakah aku memang sudah waktunya menghubungi niko… Aku benar benar tidak punya keberanian sedikitpun untuk menghubunginya.. Aku tak berani membayangkan reaksi niko… Aku telah menyakiti hatinya.. Aku tak yakin niko bisa dengan mudah memaafkan kesalahan yang terlalu besar terhadapnya. Berkali kali aku berbalik, pikiranku begitu gelisah, hingga kepalaku terasa berdenyut denyut. Aku begitu kangen dengan niko… Aku bisa gila kalau terus terusan begini. Berkali kali aku memandangi layar hape. Sudah tak terhitung berapa kali aku mencoba menelpon niko, namun segera aku matikan sebelum tersambung. Tanganku gemetaran.. Aku ingin sekali mendengar suara niko, walaupun cuma sebentar untuk meyakinkan bahwa niko bukan cuma khayalan aku saja.. Bahwa sosok niko itu memang benar benar nyata… Agar aku bisa mengobati sedikit saja perasaan kangen terhadap niko…aku tak sanggup lagi rasanya.. Kukumpulkan segenap keberanian yang masih tersisa, aku harus menelpon niko sekarang..
Aku mantapkan hati dan menekan tombol yes pada handphone yang aku pegang. Aku tempelkan handpone ke telingaku, terdengar lagu tiada guna lagi yang dinyanyikan oleh republik band. Dadaku berdebar debar menunggu niko mengangkat telponnya. Terdengar nada telpon telah tersambung, lagu dari republik digantikan oleh suara niko. “halo…” suara niko terdengar lewat speaker. Jantungku tiba tiba berdebar dengan keras. Tanganku gemetaran.. “halo.. Dengan siapa ya?” niko kembali bicara. Namun lidahku terasa seperti beku. Aku sudah berusaha untuk menjawab namun sepertinya suaraku jadi tercekat tertahan di tenggorokan. “halo ini siapa ya.. Kenapa nggak jawab” lagi lagi niko bertanya. Aku sudah membuka mulut tapi tetap saja tidak berani untuk menjawab. Aku takut saat mendengar suaraku, niko langsung mematikan handphonenya. “maaf ini siapa.. Kenapa diam..?” niko mengulangi pertanyaannya. Langsung aku tekan end call, terdengar bunyi tut pendek tanda sambungan sudah terputus.
Aku lemparkan hapeku ke atas kasur. Kemudian aku berbaring, aku tak tahu mengapa sulit sekali rasanya untuk bicara.. Mendengar suara niko tadi tidak membuat rasa rinduku terobati sedikitpun, malahan semakin menjadi jadi. Aku jadi bertambah sedih… Aku merasa sekujur badanku menjadi dingin.. Membayangkan niko.. Membayangkan saat aku memeluk tubuhnya berdua di atas kasur waktu kami masih bersama. Saat niko masih menjadi milikku. Kenapa nasib begitu cepat berubah.. Mengapa kebahagiaan tak bertahan untuk selamanya.. Mengapa harus terjadi disaat aku sedang menikmati kebersamaan kami.. Mengapa aku tak diberi kesempatan untuk lebih lama lagi bersama niko.. Aku cuma bisa menyalahkan diri sendiri, semua ini terjadi karena salahku, semua ini berakhir karena perbuatanku. Aku tak berdaya, aku memang bersalah.. Aku pantas menerima hukuman ini. Aku memang pantas mendapatkan balasan seperti ini. Aku telah mengakhiri hubungan aku dengan om beni, demi menebus semua kesalahanku pada niko. Segala ratapan dan permohonan om beni tak ku acuhkan sama sekali.. Tangisan om beni tak aku hiraukan. Aku telah bertekad untuk mengubur semua masa lalu yang buruk…
+++
waktu semakin merangkak.. Sudah jam dua belas malam sekarang.. Entah mengapa rasa gelisah aku tak mau juga hilang.. Semakin aku mencoba untuk menghilangkan pikiran tentang niko, semakin nyata bayangan wajahnya terpeta di benakku. Aku tersiksa sekali.. Sedang apa niko sekarang, sedang bersama siapa dia.. Apakah sekarang niko sudah bersama darma.. Aku yang dulu telah meminta darma untuk menjaga niko, membahagiakan niko.. Apakah aku sanggup jika memang benar niko sudah menjadi milik darma sekarang. Ada perasaan menyesal dulu aku tak berpikir panjang. Semakin detik berlalu, rasa gelisah semakin dalam. Seakan akan aku merasa niko memang sudah lepas dariku. Aku tidak lagi punya harapan bersama niko.. Aku tak sanggup membayangkan apabila darma memeluk tubuh niko.. Membayangkan mereka berdua bercinta, darma memeluk tubuh telanjang niko..
Yang selama ini tubuh itu selalu memelukku, berbagi kasih dan kemesraan hanya dengan aku. Aku tak mau darma mencium bibir niko, aku tak rela darma menyatukan tubuhnya dengan tubuh niko.. Semakin aku memikirkannya, semakin tak berdaya rasanya. Apakah aku memang harus menuruti saran namboru, kembali ke bangka.. Mengakui semua kesalahanku, menerima semua kemarahan niko, lalu meminta maaf padanya. Kalau perlu aku bersujud. Tapi tante tidak menyuruh aku untuk bersujud pada niko.. Di luar gerimis.. Suara angin yang berhembus sedikit sedikit masuk juga dalam kamar melalui ventilasi, menambah rasa dingin. Menambah rasa gelisah… Menambah aku teringat dan membutuhkan niko. Aku beringsut berangkat dari tempat tidur dengan wajah kusut. Tak tahu apa yang aku inginkan.. Rasa gelisah makin menjadi jadi.. Entah kenapa datang, bahkan lebih menyiksa dari sebelum sebelumnya. Mendambakan niko, membuat aku ingin berteriak sekeras kerasnya.. Menumpahkan semua perasaan yang meronta ingin dekat dengan niko. Tuhan tolonglah aku… Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa menghilangkan kenangan tentang niko.. Aku bisa mati karena rindu… Tentu saja itu cuma perasaanku, berdasarkan fakta secara kejiwaan, perasaan rindu tidak akan membuat seseorang sampai mati. Itu pasti…
****NIKO****
darma mengecup bibirku dengan lembut.. Tidak terburu buru.. Begitu perlahan lahan.. Bibirnya yang hangat menyelimuti bibirku… Menghisap pelan seakan akan bibirku adalah benda yang rapuh, namun hal itu justru membuat aku semakin penasaran ingin terus merasakan kelembutan dan kehangatan yang timbul dari sentuhan bibirnya. Aku membalas dengan penuh gairah… Memberikan perlawanan lebih liar..ku gigit bibirnya pelan pelan.. Lalu ku dorong lidahku masuk ke dalam mulutnya. Mencari lidah darma lalu menggelitik mulutnya, menyapu lidahnya dengan penuh perasaan, darma memainkan lidahnya, menjilati lidahku, menggelitik dan menelusuri setiap inchi rongga mulutku… Begitu tenang… Tapi begitu menghanyutkan… Aku membuka mata yang terpejam dari tadi.. Memandangi darma yang begitu dekat cuma sepersekian mili, hingga hidungnya yang mancung menyentuh hidungku juga.. Mata darma terpejam seakan akan sedang meresapi setiap detik detik keindahan yang terasa, berpadu dengan kenikmatan tiada duanya..
Ciuman darma begitu luar biasa, memadukan antara hasrat yang terkendali dengan romantisme yang meluap luap. Belum pernah aku merasakan ciuman yang begitu memabukkan hingga membuat aku melayang, lidahnya terus menari nari mendorong, menggelitik, dan menyapu rongga mulutku..bagaikan tanpa akhir. Ciuman lembut, tidak membuat aku sesak walaupun temponya begitu lama.. Tetap memberi kesempatan bagiku untuk menarik nafas, hingga makna keindahan dari berciuman itu sendiri bisa aku resapi sedalam dalamnya… Begitu romantis, begitu memabukkan.. Membuat aku kecanduan hingga tak ingin lepas, tak ingin berakhir… Tak terbayangkan olehku bahwa berciuman bisa sedemikian membakar hasrat sekaligus membawa kedamaian. Aku remas punggung darma.. Ku angkat bajunya.. Kusentuh dengan tanganku, punggung yang kokoh dan hangat, ku usapkan telapak tanganku, merasakan lembutnya punggung darma.. Merasakan bulu bulu halus yang tumbuh di setiap pori porinya.. Menimbulkan getaran getaran pada telapak tanganku.
Darma mengusap leherku, menggelitik bagian belakang leherku, membuat sekujur tubuhku bergetar, hingga berdiri seluruh bulu bulu halus di tubuhku… Tanpa melepaskan bibirnya dari mulutku.. Perlahan lahan darma mengangkat baju kaus yang aku pakai.. Kemudian meraba dadaku, menggelitik perutku dengan lembut lalu naik ke putingku.. Memainkan ujung dadaku bergantian dengan ujung telunjuknya. Mencubit kecil, dan memutar mutarnya bagaikan ingin mencari gelombang radio… Aku melenguh tak tahan lagi.. Tubuhku menuntut lebih.. Aku lepas ciuman darma.. Kemudian aku turunkan kepalaku hingga sejajar dengan dadanya.. Aku angkat bajunya.. Darma membantu melepaskan bajunya, meloloskan lewat lehernya kemudian melemparkan baju kaus yang di pakainya itu ke lantai. Sekarang ia telah telanjang dada, tubuh atletis darma dengan sepasang puting yang mencuat agak melenting berwarna cokelat kemerahan, ditumbuhi bulu agak ikal menyebar hingga ke dadanya berbaris menyebar makin jarang di perut..
Perut yang kencang begitu rata.. Berotot, bagaikan seorang atlit. Dari pusarnya ke bawah berbaris bulu bulu ikal kehitaman agak kasar semakin tebal hingga sejengkal di bawah pusarnya yang masih di lingkari oleh karet celana pendek yang ia pakai. Aku jilat dadanya kemudian aku cucup dengan bibir, putingnya yang mengeras. Menggigit pelan dan menghisapnya seperti bayi yang sedang menetek… Tubuh darma mengejang, terdengar desahan dari mulutnya.. Aku mengisap lebih kuat lagi.. Merasakan puting diantara bibirku. Memainkan lidahku menyapu nyapu area putingnya. Darma menekan kepalaku dengan tangannya hingga hidungku menempel di dadanya.. Mencium aroma tubuhnya yang harum. Tiba tiba terdengar dering teleponku.. Sebenarnya aku ingin mengabaikan saja.. Namun darma agak mundur, menyuruh aku untuk mengangkat telpon dulu. Aku berjalan mengambil hapeku dari atas meja.. Kemudian ku lihat di layarnya.. Sebuah nomor yang tidak aku kenal.. Aku jawab. “halo. ..” tidak ada jawaban.. “halo dengan siapa ya…?” ujarku dengan penasaran, tapi tetap tak ada yang menjawab.. Namun aku bisa mendengar nafas dari orang yang menelponku ini. “halo ini siapa ya.. Kenapa nggak jawab.?” aku mengulangi pertanyaanku.. Tetap saja seseorang yang entah dimana itu tak juga menjawab.. Aku mulai sedikit emosi dan mengulangi lagi pertanyaanku dengan sedikit keras. “maaf ini siapa….. Kenapa diam..?” aku sudah mau memaki namun tiba tiba saja langsung terputus begitu saja.
“dasar orang gila, malam malam mengganggu saja.” Aku memaki. Kemudian aku matikan hapeku dan aku lemparkan ke atas tempat tidur. “siapa sih nik,?” darma menghampiriku dan bertanya. “entahlah… Cuma orang yang usil saja.. Sudahlah tidak perlu di hiraukan.. Hapenya juga sudah aku matikan.. Jangan sampai pengganggu itu menelpon lagi..” ujarku dengan kesal. Darma diam memandangku, kemudian melirik hape yang tergeletak diatas tempat tidur seperti sedang memikirkan sesuatu.. Kemudian dia memandangku lagi, wajah darma agak berubah… Seperti agak resah.. “sudahlah dar, tidak usah dihiraukan, cuma orang usil saja kok..” aku menenangkan darma kemudian mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke atas tempat tidur.. Lalu aku tindih tubuhnya, darma melingkarkan tangannya ke punggungku.. Kami bergumul diatas tempat tidur.. Aku loloskan celana pendek darma setelah itu aku turunkan celana dalamnya hingga sebatas paha.. Sebuah benda kecoklatan langsung mengacung tegak dengan bulu tebal menyemaki sekeliling pangkalnya.. Ikal dan kasar
****JANTER****
aku memejamkan mata rapat rapat… Tetap saja tidak bisa tertidur.. Entah mengapa aku perasaanku demikian gelisah.. Tak bisa diajak kompromi.. Cuma bayangan niko saja yang memenuhi benakku.. Tak bisa aku tepiskan.. Semakin aku berusaha menghapus bayangannya, tapi semakin terproyeksikan dengan jelas.. Aku berbaring lagi.. Kemudian duduk.. Berbaring.. Kemudian turun dari ranjang.. Pertanda apakah ini.. Tiba tiba tanda sengaja tanganku menyenggol gelas berisi air putih di atas meja di samping tempat tidur.. Gelas itu terjatuh cepat kemudian menghantam lantai hingga hancur berkeping keping… Pecahan pecahannya berserakan diatas lantai.. Basah, berkilat kilat terkena cahaya lampu.. Aku beringsut turun dari tempat tidur, kemudian memunguti serpihan serpihan dan pecahan pecahan kaca beling yang tajam itu, namun karena kurang hati hati sebuah serpihan yang kecil menusuk ujung jariku, tertancap lumayan dalam. Dengan hati hati aku cabut, setitik darah merah segar keluar.. Aku seka di ujung celana panjangku, untung saja cuma sedikit goresan. Aku pungut lagi sisanya dengan lebih hati hati.. Setelah itu aku buang ke dalam tong sampah.
Aku ambil lap di bawah tempat tidur, aku keringkan lantai yang basah di area tempat gelas terjatuh tadi dengan seksama. Setelah meletakkan kembali lap itu kebawah kolong tempat tidur, aku naik lagi keatas dan mencoba untuk tidur.. Mataku memang mulai terasa berat.. Namun dadaku berdebar debar terus.. Gelisahku belum hilang juga. Tiba tiba tanpa sebab air mataku jatuh.. Mengalir pelan di antara sudut mataku melewati pipiku jatuh ke telinga… Aku rindu niko… Sangat merindukannya…
****NIKO****
darma meloloskan celana dalamnya dengan kaki, lalu mendorong hingga celana dalamnya itu terjatuh ke lantai.. Sementara itu tangannya sibuk membuka bajuku.. Aku angkat kedua tanganku memudahkan darma melepaskannya. Setelah itu ia pelorotkan celanaku dengan cepat, kemudian melemparkannya serampangan, kami berdua telah bugil sekarang.. Darma memeluk tubuhku kemudian berguling naik ke atas perutku.. Menindih serta menggesek gesek bendanya ke perutku.. Kami bergumul hingga hampir subuh.. Saling mengeksplorasi bagian bagian terintim serta memuaskan satu sama lain, darma adalah pasangan bercinta yang benar benar romantis, tak egois, ia bermain dengan seimbang agar kami berdua sama sama puas.. Hingga akhirnya tertidur dengan tubuh yang letih namun puas.. Darma menumpu kepalaku diatas lengannya hingga aku benar benar tertidur dan bermimpi indah dalam pelukan darma yang mendamaikan jiwa. ******* kami terbangun bersamaan paginya, pagi yang tidak cerah.. Hujan turun sangat deras di sertai gemuruh guntur dan angin kencang.. Aku duduk di tepi kasur, memandangi air hujan yang bagaikan anak panah jatuh lewat kaca jendela.
Darma berangkat kemudian memeluk tubuhku yang polos tanpa penghalang apapun, demikian juga dengan darma.. “sayang aku benar benar sudah jatuh hati padamu…” bisik darma di telingaku… Aku tersenyum menatap mata darma.. “aku juga mencintaimu sayang… Terima kasih ya untuk pagi yang luar biasa..” ujarku sambil mengecup bibir darma pelan.. Darma tersenyum lewat matanya. “aku tak pernah menduga akan sebahagia ini, aku kira harapanku sudah kandas..namun keajaiban rupanya selalu ada..” balas darma dengan bahagia mempererat pelukannya pada tubuhku. Terasa hangat dan gairahku kembali terpacu.. Kami mengulangi lagi… Mereguk lagi… Menikmati lagi keindahan cinta… Nikmatnya tubuh orang yang disayangi.. Memadukan dan menyatukan tubuh… Menikmati setiap getaran yang di timbulkan dari letupan gairah berapi api… Mengabadikan dalam hati setiap aliran darah yang terpacu bersama birahi, mengobarkan hasrat bercinta.. Terpuaskan raga..
****JANTER****
aku terbangun dengan kepala yang masih terasa sakit. Mimpiku benar benar buruk.. Aku berada di tempat yang gelap dan kesepian.. Tiba tiba datang niko.. Aku berlari hendak memeluknya, namun sekeras apapun aku berteriak memanggil namanya.. Niko tak juga mendengar.. Saat aku sudah dekat dan hampir menyentuh badannya.. Tiba tiba datang darma.. Langsung memeluk niko kemudian membawanya pergi menghilang ditelan kegelapan.. Aku berteriak sekeras kerasnya.. Begitu ketakutan ditinggalkan sendirian berselimutkan gelap yang membutakan mata. Setelah lama aku tersungkur, muncul sosok om beni mengulurkan tangannya merangkul aku berdiri dan memapahku ke arah setitik cahaya yang semakin dekat semakin jelas… Ternyata sebuah pintu menuju jalan untuk keluar dari kegelapan itu…saat tiba di tempat yang terang.. Aku melihat begitu ramai orang orang yang berkumpul, bernyanyi dan menari dengan riang.. Suara musik terdengar menggema.. Darma dan niko ada di tengah tengah kerumunan orang orang itu.. Mereka berdua berpelukan, tertawa tawa dengan gembira..
Aku berjalan menghampirinya, namun lagi lagi belum sempat aku menyentuh niko, datanglah sesosok bayangan putih yang menghadang didepanku.. Menarik tubuhku dengan paksa kemudian mendekapku.. Membawaku terbang menjauh.. Semakin tinggi.. Hingga kerumunan orang orang terlihat bagaikan titik titik yang bergerak diatas selembar kertas putih.. Aku tidak tahu mau dibawa kemana.. Sosok putih yang membawaku terbang itu mengenakan topeng yang terbuat dari emas.. Hingga aku tak bisa mengenali wajahnya.. Tubuhku kaku tak dapat di gerakkan.. Cuma bisa mengikuti tanpa berdaya.. Menembus awan awan putih.. Semakin jauh meninggalkan tanah.. Aku menangis, air mataku jatuh diatas awan awan… Lalu aku di letakkan oleh sosok putih itu di suatu tempat asing yang sangat sepi.. “aku akan menjagamu disini.. Tak ada yang dapat menyakiti dan merebutmu dariku..” kata sosok putih itu..
Aku langsung terbangun.. Jantungku berdebar debar.. Aku sangat takut sekali.. Mimpi itu benar benar menyeramkan.. Aku merasa lega begitu aku sadar aku masih berada di dalam kamar di rumah namboruku. Aku keluar dari kamar.. Menuju ke dapur, tenggorokanku terasa sakit.. Aku harus minum… Hari masih pagi, mungkin baru jam setengah tujuh.. Namboruku sedang di dapur membuatkan kopi untukku.. “pagi namboru…” sapaku sambil mendekati namboru. “eh hasian sudah bangun anakku.. Ini namboru buatkan kopi.. Sarapanmu sudah ada diatas meja makan..” kata namboru sambil berbalik melihatku, ia mengangkat baki berisi dua cangkir kopi yang masih mengepul, harum sekali aromanya.. “janter cuci muka dulu namboru..” ujarku.. Sambil berjalan menuju ke kamar mandi.. “iya cepetan sana cuci muka..namboru tunggu di meja.. Kita sarapan sambil ngobrol.. Namboru ingin mengatakan sesuatu padamu.” tukas namboruku sambil berjalan dengan gesit walaupun tubuhnya agak tambun.
+++
keluar dari kamar mandi, aku kembali ke dapur, menghampiri namboru yang sedang duduk di kursi. Aku tarik kursi kemudian duduk di samping namboru, mengangkat cangkir kopi, kemudian menghirup sedikit, nikmat sekali, kopi hangat yang harum, menyentuh lidahku, meninggalkan rasa sedikit pahit, bercampur manis.. Kopi asli, dari rasanya yang benar benar pekat.. Sudah lama sekali rasanya aku tidak minum kopi seenak buatan namboruku ini. Aku menyesapi rasa kopi gurih ini, kemudian aku hirup lagi sedikit, lalu aku letakkan kembali cangkir porselen itu diatas meja makan namboru yang terbuat dari batu granit. “kamu mau ikut namboru hari ini?” tanya namboru sambil mengunyah lemper ketan berisi abon ikan.. “ikut kemana namboru?” tanyaku.. “namboru mau ke rumah teman namboru, di kota padangsidempuan..” jelas namboru. “memangnya kalau janter ikut, tidak apa apa… Nanti siapa teman janter ngobrol..?” aku bertanya sambil mengambil sebuah kue donat yang bertaburan meses cokelat.
“anak teman namboru ada yang sepantaran kau hasian…. Cuma orangnya agak pendiam.. Namboru berpikir mungkin dia itu kuper..” jelas namboru panjang lebar. Aku diam mendengarkan kata kata namboru sambil mengigiti kue donat yang manis empuk ini. “mungkin kamu bisa akrab dengannya hasian.. Anaknya juga tampan.. Namboru yakin kau pasti suka.” aku tersentak kaget, namboru begitu blak blakan kepadaku. “maksud namboru..” aku bertanya dengan kebingungan. “kau belum bisa melupakan niko, namboru tidak suka kau bersedih terus, harus ada yang mengalihkan pikiranmu dari niko.. Mungkin anak teman namboru itu, namboru sudah kenal dengan anaknya, namboru rasa usianya dengan kau sepantaran, kata mamanya ia belum pernah pacaran, namboru ingin kamu mendapat teman..” ucap namboru sambil meminum kopi.
“ya kalau memang namboru berniat baik.. Janter akan mencoba… Janter memang sangat kesepian disini..semua teman teman janter dulu sudah sibuk dengan kegiatan masing masing. Diantaranya sudah menikah.. Sebagian sudah keluar daerah.. Janter memang butuh teman…” aku benar benar terharu dengan kasih sayang namboru.. Memang namboru sangat pengertian sekali. “namboru tidak punya anak laki laki. Semenjak albert anak namboru meninggal waktu masih berumur 2 tahun. Namboru menganggap kamu sebagai pengganti albert.” kata namboru dengan pelan, wajahnya sedikit murung. “aku juga menganggap namboru bagaikan ibuku sendiri.” aku memeluk namboru, kasihan sekali namboru begitu kesepian di hari tuanya. Namboru membelai kepalaku dengan penuh kasih.. “sudah sekarang kamu mandi dulu dan bersiap siap..” tukas namboru.
+++
kami telah tiba di rumah teman namboru… Rumah itu berhalaman luas, banyak pepohonan tumbuh di sekelilingnya.. Lengkap dengan sebuah kolam berukuran sedang berisi ikan gurame. Air yang mengalir dari atasnya menimbulkan suara gemericik. aku langsung merasa betah.. Selain suasana yang terasa teduh dan sejuk, terasa tenang sekali.. “ayo..” namboru mengajak aku berjalan menuju ke rumah itu. Baru saja aku sampai di depan pintu, seorang perempuan sebaya dengan namboru keluar, ia tersenyum melihat namboru.. “bah… agnes … Hu paima ho, sian dia agnes……pajumpang muse hita di son! ise on…..agnes…masuk ma ..” (agnes ku tunggu kamu, darimana agnes, jumpa lagi kita disini! Siapa ini.. Masuk lah..) cecar ibu itu sambil menyuruh kami masuk. “mauliate.. Hita sian jabu ma”(makasih, kita dari rumah lah) jawab namboru kemudian menarik tanganku mengajak masuk kedalam. Aku duduk di kursi tamu bersama namboru, ibu itu ikut duduk bersama kami. ” Ise do goarmu amang?” tanya ibu itu padaku.
“janter bu” jawabku sedikit malu. “oh.. Janter, ganteng sekali kamu nak.. Kok ibu baru lihat..?” ibu itu memujiku. “ini anak nina adik iparku, setahun ini dia tinggal di bangka..” namboru menjelaskan pada ibu itu. “eh agnes sudah dapat cucu lagi ya… Bagaimana kabar anak perempuanmu itu..siapa namanya kalau tidak salah rita.. Dimana dia sekarang?” tanya ibu itu pada namboru. “rita sekarang ikut suaminya di medan frida, anaknya sudah dua.. Cucu cucuku yang manis.. Kangen sekali aku sama mereka.. “ kata namboru. “oh ya hampir lupa… Rosi…rosi.. Buatkan minum nak.. Ada teman emak ni..” suara tante frida agak melengking khas perempuan batak.. Memanggil mungkin anaknya. “Iya mak..” terdengar sahutan seorang perempuan dari dalam. Ya ampun ibu ini.. Bikin minum saja hebohnya bukan main.. Berangkat dulu kek ke dapur, temui anaknya dan suruh bikin minuman, tidak perlu teriak teriak seperti orang lagi ngamuk. Batinku dalam hati. “tak usah repot repotlah kau frida.. “ tukas namboru.
“ai frida.. Mana si christ.. Tak nampak batang hidungnya anak satu itu.” tanya namboru sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. “biasalah si christ, selalu sibuk di belakang rumah mengurusi ikan dan tanamannya.” jelas bu frida.. Seorang gadis dengan wajah lumayan manis, keluar membawa baki berisi tiga cangkir teh manis dan sepiring kue. Ia meletakan cangkir itu masing masing di meja depan kami. Lalu meletakan sepiring kue di tengah tengah meja. Kemudian ia berdiri lagi hendak kembali ke belakang. “masih sekolah kau rosiana.. Atau sudah menikah?” tanya namboru pada anak bu frida yang bernama rosiana itu. “sudah lulus tante, sekarang lagi nyari nyari kerja..” jawab rosi sambil memegang baki di tangan kirinya. “oh begitu.. Semoga cepat dapat lah..” kata namboru. Rosiana tersenyum, aku memandangnya diam diam.. Mungkin karena merasa aku lihat, rosiana menunduk.. Wajahnya agak memerah.. Seperti malu.
“aku kebelakang dulu ya tante” kata rosiana sambil menundukkan badan sedikit lalu kembali ke dapur. “ayo diminum teh nya.. Agnes.. Nak janter..” bu frida mempersilahkan kami minum. “iya frida..” “ya bu…” aku dan namboru menjawab.. Kemudian kami minum teh itu, masih panas, jadi aku cuma menghirup sedikit. Namboru dan bu frida asik ngobrol.. Aku cuma diam saja. Menjawab cuma kalau ditanya. Lama lama aku menjadi bosan juga, karena pembicaraan mereka tidak satupun yang nyambung denganku. Aliran mereka beda denganku. Jadi yang di bahas pun tentu saja masalah ibu ibu.. Aku jadi kepingin merokok di luar sambil melihat lihat suasana rumah bu frida. Aku menunggu saat namboru berhenti bicara, untuk pamit keluar. “namboru, janter mau diluar dulu ya.. Mau merokok sambil melihat pohon..” kataku pada namboru. “ya sudah tidak apa apa..” tukas namboru. “di belakang ada christ, dia biasanya duduk di sana, ada bangku di bawah pohon cokelat.” Kata bu frida. Aku mengangguk tak lupa tersenyum sopan. Kemudian aku berangkat dari duduk lalu berjalan keluar. Sampai di pekarangan rasanya lega sekali, angin yang bertiup sepoi sepoi membuat tubuhku yang tadi sudah hampir keringatan karena gerah di dalam menjadi lebih segar.
Aku berjalan ke sekeliling halaman rumah bu frida yang luas.. Melihat kolam yang berisi ikan gurame, lumayan banyak dan besar besar. Airnya lumayan jernih untuk ukuran kolam ikan. Aku menyalakan sebatang rokok surya lalu menghisap asapnya dalam dalam.. Nikmat sekali rasanya. Kemudian aku berjalan lagi melewati samping rumah dan terus menuju ke belakang, sepertinya di sana ada kebun.. Aku bisa melihat batang tomat yang tumbuh berjejer di sepanjang pekarangan belakang. Ada banyak pohon juga di situ, ada rambutan, mangga, cokelat, dan jambu. Aku berjalan menghampiri batang batang tomat yang berjajar rapi berwarna hijau. Sebagian sudah berbuah. Warnanya merah dan ada yang masih mentah berwarna kehijauan. Nampaknya segar sekali. Tiba tiba aku melihat ada seorang pemuda mungkin sepantaran denganku. Ia sedang duduk dengan santai. Di sampingnya ada alat penyiram tanaman. Terlihat dari posturnya pemuda itu juga lumayan jangkung. Aku menghampiri pemuda itu.. Akhirnya ada juga teman yang bisa aku ajak ngobrol..
Pemuda itu diam saja melihat aku berjalan mendekatinya. Saat aku sudah dekat, aku terkejut sekali, wajahnya, agak agak mirip dengan niko. Hampir mirip. Kulitnya putih.. Hidungnya mancung.. Badannya lebih kekar dari niko.. Cuma rambutnya tidak ikal, lurus dan agak panjang di potong seperti bintang korea, gaya harajuku. Malah dia lebih tampan dari niko.
+++
“hai, ganggu nggak..?” aku menegur pemuda itu. Ia tidak menjawab cuma menggelengkan kepalanya melihatku. “kenalkan namaku janter…” aku mengulurkan tangan. Tidak ada reaksi.. Ia seperti tidak mendengar kata kataku. Ku ulangi sekali lagi karena kurang yakin.. “namaku janter, kamu siapa?” ia tetap tidak menyambut uluran tanganku. “christian.!” jawabnya tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Sialan.. Diajak kenalan baik baik bukannya membalas dengan sopan, malah acuh tak acuh. Biarlah mungkin ia sedang tidak mau di ganggu. Mending aku ke lain saja. Baru saja satu langkah aku berjalan tiba tiba ia bertanya. “kamu dari mana?” aku menghentikan langkah lalu berbalik menatapnya. Ia tidak melihatku, matanya tetap terpaku pada rumpun tomat di depannya. “sialagundi..” jawabku pendek.. Aku tidak mau terlihat seperti terlalu membutuhkan teman bicara.. Bisa bisa anak tak sopan itu besar kepala. “silahkan petik saja kalau mau makan tomat..” christian menawarkan aku, tapi tetap saja ia tak sedikitpun melihat ke arah aku.
“kamu anak bu frida ya? Aku kembali bertanya. “memangnya kalau aku bukan anak bu frida, aku boleh menyuruhmu memetik tomat di pekarangannya..” timpal christian terdengar bosan. Gila anak ini.. Mungkin autis… Belum pernah aku bertemu dengan seseorang yang sifatnya seperti ini.. Membuat aku kesal saja.. Aku sudah berniat baik, memperkenalkan diri baik baik.. Tapi reaksinya seperti seakan akan aku ini membuat ia tidak nyaman. “bukan begitu maksud ku, siapa tahu kamu keponakannya atau apalah…” jawabku asal asalan.. Hilang sudah hasrat ku untuk mengobrol dengannya.. Sama sekali tidak membuat aku tertarik lagi… Di pikirnya dia itu siapa. Selama beberapa saat kami cuma diam saja.. Aku pandangi buah tomat segar yang merah merah itu, sebenarnya aku sangat ingin sekali memetik dan makan buah itu, namun aku gengsi, bisa saja tawaran tadi cuma sekedar basa basi nya saja. Christian bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju ke barisan rumpun tomat, aku berdiri tanpa reaksi namun aku penasaran, mau apa sih dia..
Aku pura pura melihat ke pohon rambutan, sekarang belum musim, tak ada satupun buahnya terlihat, cuma daun dan dahannya saja.. “nih…” tiba tiba punggungku di tunjuknya pakai jari.. Aku sedikit kaget dan berbalik.. Christian berdiri sambil mengulurkan dua buah tomat segar padaku. “terimakasih…” aku mengambil kedua buah tomat itu dari tangannya. Ia tak menjawab. Kembali duduk di bawah pohon, aku baru saja hendak mengigit buah tomat yang ranum itu. “di cuci dulu..” cetus christian dari belakangku. Aku mengurungkan niat menggigit tomat di tanganku. Kemudian melihat ke arah christian, mengangkat alisku tanda aku tak tahu di mana harus mencuci tomat tomat ini. Sampai kram alisku, tak sekalipun ia memandang ke arahku. Sialan aku jadi seperti orang bodoh.. Persetan perut bisa ngatur..nggak usah di cuci juga nggak masalah.. Kan baru di petik dari batangnya.. Hehehe dengan cuek aku mengangkat tomat ke arah mulutku, siap siap menggigitnya. “di samping sebelah kanan itu ada sumur, tinggal putar saja krannya.. Nggak perlu nimba.” ia berkata seperti kepada dirinya sendiri. Aku jadi kesal…
Namun aku pergi juga ke arah sumur yang tadi di beritahukan oleh christian.. Ternyata memang benar, sumur yang lumayan besar, langsung ada bak yang di buat dengan posisi lebih tinggi, kira kira sejajar dengan pusarku. Aku putar kran kemudian air yang bening dan dingin mengalir jatuh hingga ke lantai keramik di bawahnya. Aku cuci ke dua buah tomat ku, setelah aku rasa sudah cukup bersih, aku putar kembali kran hingga air berhenti mengalir. Aku gigit tomat yang masih di penuhi titik titik air ini. Wah…. Benar benar manis dan segar.. Airnya banyak tapi bijinya sedikit sekali… Tomat jenis apa ya ini.. Hampir hampir mirip buah kiwi rasanya. Aku berjalan mencari tempat yang agak teduh.. Malas rasanya kembali ke tempat christian duduk tadi.. Kulihat ada sebuah kolam berukuran kira kira dua meter persegi.
Aku penasaran, apa ada ikannya.. Setelah dekat, aku lihat ternyata itu kolam berisi ikan lele.. Ada puluhan lele berukuran sedang berenang di dalamnya. Aku duduk memandangi kolam itu di sebatang pohon cokelat.. Sambil makan tomat. Dari posisi aku duduk, aku bisa melihat christian.. Ia masih duduk dengan santai di bangku nya tadi. Ia melihat ke arahku.. Namun begitu ia lihat aku juga sedang melihatnya, christian langsung menoleh ke lain. Aku mencibir, silahkan nikmati saja duduk menyendiri.. Memangnya siapa yang mau duduk dekat dekat orang autis seperti itu.. Benar kata namboru, ternyata christian anak bu frida itu kuper.. Bahkan paling kuper sedunia. Yang sedunia ini menurut aku loh.. Tomat di tanganku sudah habis, aku menggosok tanganku yang basah di daun pohon cokelat tempat aku berteduh.. Aku merogoh kantong jacket, mengambil sebungkus rokok dan korek api gas, lalu menyalakan rokok dan menghisapnya dengan nikmat.
Aku menyender di bangku sambil memandang awan awan putih yang berarak di langit, agak silau walaupun saat ini aku terlindungi rimbun nya daun cokelat. Aku hisap kembali rokok ku… Menyemburkan asap nya dari hidungku.. Mataku mulai terasa makin silau hingga agak berair. Saat aku menegakkan lagi duduk bermaksud memandangi kolam, hampir saja aku teriak saking kagetnya. Christian sudah berdiri di sampingku sambil mengulurkan sawo yang besar dan ranum baunya harum sekali tercium oleh hidungku. Mungkin karena masih kaget dengan refleks langsung aku sambar sawo di tangannya. Christian mengernyit menatapku. +++ “maaf.. Eh sori.. Aku… Makasih.. Uh Sori ya..” kataku dengan kacau, gara gara terkejut tadi bikin hilang wibawa aja. Christian tidak menjawab.. Cuma wajahnya sedikit berubah seperti menahan seringai.
“dipanggil namborumu.. Makan siang..” ucap christian dengan datar memberitahu. Aku berdiri.. Lalu mengantongi sawo ke dalam jaket.. Berjalan mengikuti christian masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terletak di samping kiri. Tinggi kami berdua memang sama.. Hampir tak ada beda, langkahnya begitu santai namun tegas.. Baju kaus warna abu abu yang di pakainya seakan akan membuat seluruh otot otot tubuhnya ingin meloncat keluar. Ia memakai celana training, warna hitam.. Membuat pantatnya yang gempal, tercetak jelas.. Ada garis celana dalam membentuk garis melintang tepat di pertengahan pantatnya. Tersamar oleh celana training yang melapisinya. Wajar saja tubuhnya kekar begini, suka berkebun sih. Tapi kulitnya kok bersih sekali.. Walaupun tidak seputih niko, namun terlihat bersih dan mulus. Di dapur, ibunya christian, namboruku, dan rosiana sudah duduk di kursi makan, menunggu aku dan christian, sebelum memulai makan siang. Aku menghampiri mereka lalu duduk di kursi makan yang terbuat dari jati berukir, meja makannya berbentuk oval, di lapisi kaca tebal anti panas. Christian menarik kursi yang ada di dekatku, lalu duduk di sampingku.
“ayo kita semua makan… Tapi sebelumnya kita berdoa dulu, untuk kemurahan tuhan yang telah memberi kita rejeki untuk bisa makan hari ini.” ucap bu frida.. Aku menundukan kepala, menyilang jari jariku.. Dan berdoa. Tiba tiba terdengar suara christian memimpin doa, tadi aku pikir berdoa masing masing.. Tak ku sangka ternyata christian begitu alim.. Tapi sayang autis.. Pikirku dengan sebal. Selesai berdoa, kami segera mengambil nasi ke piring masing masing, lalu mengambil lauk, yang ada bermacam macam, sayuran, tumisan, kerupuk, ikan, juga daging asap dan sup, wah makan besar nih, pikirku dalam hati. Baru saja aku mau mengambil sendok di piring besar yang berisi daging asap, tiba tiba christian sudah menaruh potongan besar daging asap ke piringku. Aku agak terkesima..
Tak habis pikir bagaimana sih sebenarnya anak satu ini.. Dilain sisi agak pelit dengan kata kata..diajak ngomong diam saja.. Begitu didiamin eh malah momong walau cuma sepatah dua patah kata. Tapi soal makanan begitu baik sekali. Tanpa di minta ia selalu memberikannya. “terimakasih..” kataku sambil senyum wajar.. Ia menatapku sekilas tapi tak menjawab.. Seakan akan aku baru saja mengucapkan sesuatu yang aneh. Tapi aku tak perduli, aku mulai terbiasa.. Namboru memandangku sekilas sambil senyum dan mengedipkan mata. Aku nyengir setengah meringis… Untung saja christian ganteng minta ampun, jadi aku agak agak tahan juga meski sikapnya jauh dari bersahabat, tapi tidak juga memusuhi.. Seakan akan aku ini tidak ada atau ia cuma menganggap aku patung. Tapi kenapa dari tadi dia sibuk sekali memberikan buah.. Bahkan sawo tadi masih ada di dalam kantong jaketku. Sekilas aku merasa seperti duduk di samping niko, namun dalam versi yang berambut acak acakan.. Dan tubuh lebih steady. Apakah tuhan sengaja mengirimkan pengganti niko..? Tapi aku sadar, walaupun ia memamg dikirim untukku.. Mungkin bukan tuhan yang mengirimnya tapi setan.
Hahaha… Tuhan kan tidak menyetujui homoseksualitas. Aku makan dengan sangat lahap.. Tapi christian lebih lahap lagi.. Ia makan mirip mirip dengan kuli.. Aku belum habis satu piring, ia sudah nambah.. Aku nambah satu senduk nasi, ia sudah piring yang ke tiga. Cuma aku pura pura tidak memperhatikan saja.. Selesai makan aku menyender.. Mau berangkat dulu tidak enak, takut di bilang tidak sopan.. Aku kan tidak tahu bagaimana kebiasaan di rumah ini. Kalau di rumahku, aku sudah terbiasa tidak makan di meja. Aku bisa dimana saja sesuai mood.. Kadang di lantai, kadang diteras, kadang di depan tipi, kadang dalam kandang ayam.. Yang terakhir ini aku cuma mengada ada…suwer!!… Setelah semuanya selesai makan, kami berdiri.. Aku mengangkat piring kotor tapi cepat cepat di larang oleh bu frida. Akhirnya aku langsung berjalan ke ruang tengah.. Duduk di sofa depan televisi berukuran 29 inchi.
Entah acara apa yang terlihat di layar.. Sepertinya film jaman inangku masih bayi dulu. Heran, masih saja film ini di tayangkan.. Sudah ribuan kali mungkin.. Gak bermodal amat sih tipi di indonesia ini. Tidak bisa menyajikan program yang lebih berkualitas. Christian berjalan lewat sampingku.. Masuk ke dalam kamar.. Mungkin kamarnya.. Aku jadi penasaran, seperti apa sih kamar christian itu.. Apa saja isi dalamnya, dan apa saja yang ia koleksi. Sudah sepuluh menit aku duduk didepan tipi tanpa menyimak apa yang di siarkan, belum juga aku lihat christian keluar dari dalam kamar. Sedang ngapain sih anak satu itu. Apakah dia lagi tidur siang.. Tapi masa sih baru saja habis makan langsung tidur siang.. Memangnya ular sanca habis makan tidur lalu ganti kulit.. Atau malah memang dia lagi ganti kulit memang di dalam kamarnya. Huh kalau tau begini, tak mau aku ikut ke sini bersama namboru. Mendingan aku pulang saja ke rumah, dari pada harus bete seperti ini, cuma duduk duduk saja seperti kakek kakek uzur, untung saja aku bukan duduk di kursi goyang. Aku berdiri.. Kemudian berjalan keluar.. Lebih baik aku merokok sambil cari angin saja di luar, tak perduli lagi christian mau ngapain.. Terserah dia saja.. Lagian temanku juga bukan kok.. Kenal juga baru tadi.. Mana nggak ramah, dan pendiam.. Nggak rugi lah
****NIKO****
aku sedang berdua dengan astri, duduk di atas pasir pantai yang terasa empuk… Laut agak pasang, hingga ombak lebih dekat dari tempat kami duduk.. Aku justru senang ombak yang pasang.. Karena dengan begini suasana pantai jadi lebih terasa benar benar pantai.. Tidak ada yang balapan di tepi pantai.. Menimbulkan suara berisik, hingga membuat telinga gatal. Aku mengerok daging kelapa muda pakai sendok, kemudian menyendokan ke mulut, manis sekali rasanya.. Kelapa muda.. “kak, aku bahagia sekali apabila berdua seperti ini..” ucap astri sambil merebahkan kepala di bahuku.
“apa yang membuatmu menyukai kakak as?” tanyaku santai… Astri menggeserkan kepalanya hingga ia bisa melihat wajahku, “semua yang ada pada kakak, mata kakak.. Hidung, bibir, kuping, dagu.. Alis.. Rambut kakak.. Semuanya astri suka.. Apalagi sifat kakak.. Bagi astri, semua kriteria yang astri idam idamkan.. Ada pada kakak.. Astri bangga menjadi tunangan serta calon istri kakak..” ungkap astri dengan lembut… Dengan senyum aku pandangi wajah astri, mulus… Cantik.. Hidung mancung kecil, alis yang rapi dan agak tebal…rambut lurus sebahu dengan poni yang membingkai wajahnya.. Dengan riasan tipis astri begitu jelita.. Namun hatiku masih tawar… Terkadang aku jadi tak tega bila melihat wajah astri. Ia begitu mencintai aku.. Berharap sekali kami berdua menikah, aku menjadi ayah dari anak yang ia kandung nantinya.
Tapi aku malah menikmati hubungan dengan janter, juga darma.. Mereka berdua sudah menggagahi aku.. Jika teringat aku begitu liar bila sedang bercinta dengan darma.. Aku jadi makin merasa kecil di hadapan astri.. Aku yang harusnya menggagahi astri, bukan malah aku di gagahi lelaki. Mau jadi kepala rumah tangga macam apa aku nanti. Bagaimana rumah tangga kami akan menjadi sakinah, mawardah dan warohmah seperti yang di idam idam kan oleh nya, sedangkan aku masih asik tenggelam, bercinta dengan lelaki.. Sebetulnya kalau aku lelaki normal, pasti aku sudah lama melamar astri, mengajaknya melangkah ke pelaminan, membina rumah tangga.. Aku tahu astri juga bukan tidak ada yang mau padanya, beberapa teman kantornya dan juga masih banyak lagi, terang terangan menyatakan perasaan suka pada astri. Namun ia tak akan bisa menerimanya karena bagi dia, cuma aku satu satu yang ada di hatinya..
Aku adalah orang yang ia impikan untuk hidup selamanya bersamanya. Kalau bisa hingga ajal nanti. Untuk memutuskan astri pun aku tidak mungkin, akan banyak kekacauan dalam hidupku jika itu tetap aku lakukan. Keluarga astri, keluargaku, teman teman kami, bahkan astri sendiri.. Semua pasti akan menyalahkan aku, akhirnya akan terbongkar semua hubungan antara aku dan darma. Aku tak berani membayangkan apa yang akan terjadi andaikan aku dan darma sampai ketahuan.. Tamat lah riwayat kami berdua..” kak, sekarang giliran astri yang bertanya.. Apa yang membuat kakak menyukai astri.. Jawab yang jujur ya kak..” astri balik menanyakan pertanyaan yang sama kepadaku.. Aku terdiam sebentar dan berpikir sebelum menjawab. Aku tak ingin berbohong, sudah terlalu banyak kebohongan yang aku lakukan selama ini, hanya untuk menyembunyikan segala rahasia hidupku yang hitam kelam.. Tapi aku harus bisa melakukan itu kalau jujur justru membuat celaka.
“kakak menyukai astri karena begitu baik, pintar, pandai memasak.. Kalau diajak ngobrol nyambung, teman diskusi yang asik. terus astri juga pengertian dan dewasa.. itulah yang membuat kakak menyukai astri..” tuturku hati hati.. Astri terdiam.. Kemudian mengangkat kepalanya dari bahuku.. Kemudian menatapku tajam. “kakak apa astri tidak cantik di mata kakak.. Apa tubuh astri terlalu gemuk, atau gaya rambut astri bagi kakak terlalu berlebihan..?” desak astri, wajahnya terlihat begitu kecewa mendengar jawabanku, aku baru sadari kalau kebanyakan perempuan lebih suka di puji secara fisik ketimbang secara pribadi dan intelejensi oleh kekasihnya. Aku pandangi astri lekat lekat kemudian aku kecup keningnya.. Aku berbisik.. “kamu adalah perempuan tercantik yang pernah kakak temui.. Rambutmu yang panjang dan lembut menambah cantik parasmu, kakak bangga tiap berjalan membawamu.. Kakak cemburu bila melihat tatapan lelaki lain yang melihatmu seperti hendak merebutmu dari kakak.. Bagaimana kakak bisa naksir sama astri kalau tidak cantik…” aku mengatur kalimat itu agar astri menjadi lebih tenang, benar saja… Matanya langsung berbinar binar.. Ia tersenyum..
Bibirnya yang di gincu warna pink terlihat merekah, giginya rapi dan putih berbaris di mulutnya terlihat lewat senyumnya yang bahagia… “kak.. Astri sangat mencintai kakak.. Astri merasa tenang sudah bertunangan dengan kakak..” astri meremas tanganku dengan lembut.. Beda sekali rasanya dengan remasan jari darma.. Jari astri begitu mungil, sedangkan jari darma begitu pas saat telapak tangan kami berdua saling bertangkup, aku balas meremas telapak tangannya.. Menghangatkan tangannya yang mulus putih tanpa bulu.. Beda dengan tangan janter dan darma.. Tangan mereka begitu kekar dan berotot, lebih kejat, dan kokoh.. Bulu bulu nya juga lebat.. Aku rasanya lebih terbiasa dengan tangan yang kokoh dan berbulu, ketimbang yang lembut tanpa bulu seperti yang aku pegang saat ini. Astri memakai baju kaus dengan cardigan merah pasta, celana panjang bahan jeans dan sepatu hak pendek. Rambutnya di jepit melingkar ke atas dengan sebagian jatuh ke bahunya. Tentu sangat cantik sekali.. Tapi aku terbiasa dengan wajah persegi, alis hitam legam dan mata tajam serta jambang
+++
astri menyender dengan manja di dadaku, ringan sekali tubuhnya.. Aku cium dan belai rambutnya.. Aku buka jepit rambutnya lalu aku letakkan di pangkuannya.. Aku lebih senang melihat rambutnya yang tergerai, lebih indah, harum sekali, wangi bunga… Tetapi aku merasa lebih merindukan bau rempah rempah dan bergamott, yang sering dipakai janter, serta harum musk berpadu kulit kayu dan sandalwood yang sering di pakai oleh darma.. Terasa lebih maskulin dan merangsang. Betapa jauh sekali perbedaannya. Dua sisi yang sangat berlawanan, bagaikan arus listrik yang satu negatif dan yang satu positif.. Tapi aku lebih memilih yang negatif.. Merasa lebih nyaman.. Apakah aku salah.. Aku tak tahu kenapa bisa seperti ini, aku telah menyalahi kodrat, seharusnya aku kembali ke jalur, kalau aku ingin aman..
Namun bagiku jalur yang aman itu justru berbatu batu dan penuh lubang.. Bukannya aku tak berusaha untuk berubah.. Menerima astri sebagai satu satunya yang aku cintai, namun jiwaku berontak, aku merasa tidak bisa menikmatinya… Hatiku lebih mendambakan seorang pria.. Yang lebih maskulin, tubuh kekar yang membuat aku lebih merasa nyaman berada dalam pelukannya.. Merasa lebih damai.. Bukan tubuh yang mungil penuh lekuk di mana mana…justru tubuh datar keras yang lebih membuat birahiku bangkit.. Saat memeluk tubuh astri, rasanya begitu lembek, kenyal dan tidak membuat aku merasa damai.. Bau parfum bunga yang di pakai astri justru membuat kepalaku pusing… Kasihan astri, ia tak tahu apa yang berkecamuk di dalam pikiranku sekarang ini. Dia cuma tahu ia merasa terlindungi..tubuhku yang lebih besar dan kokoh, membuat ia merasa lebih damai..
Nyaman dalam kehangatan tubuhku. Maafkan aku astri… Aku tak kuasa menolak keinginanku sendiri.. Menentang hasrat ku sendiri.. Aku cuma berusaha untuk membahagiakanmu namun kamu tidak mungkin bisa memiliki hatiku.. Walaupun hatimu aku yang memiliki.. Itu bukan keinginanku.. Deburan ombak yang datang silih berganti.. Bagaikan berkejar kejaran menerpa butiran pasir halus di pantai.. Langit tampak cerah berwarna biru muda.. Di hiasi awan awan seputih kapas.. Sinar matahari kuning ke emasan menimbulkan warna berkilau kilauan terpantul di air laut yang berbuih.. Lantunan saxophone dari dave koz yang mengalun lewat loudspeaker handphoneku tak mampu menghadirkan nuansa romantis sedikitpun dalam hatiku.. Pantai berbatu karang dan koral ini seakan akan cuma jadi saksi bisu pertentangan batin yang aku alami… Hanya suara suara alam yang mampu menterjemahkan suara hatiku dengan jelas…
Biarlah hanya hembusan angin pantai yang tahu.. Hanya deburan ombak yang merasakan, dan hanya gemerisik daun cemara yang bisa mengerti… Aku akan menjalani hidupku, menikmati selama nafas masih berhembus… Berkorban demi kebaikan dan menahan perasaan agar semuanya tetap indah… Dimata orang orang… Walaupun suram dalam hatiku…. “kak astri boleh nggak nanya..?” tanya astri dengan manja di dadaku. “mau tanya tentang apa, sayang..?” aku balik bertanya dengan penasaran.. “kira kira kapan kakak akan melamar astri, rasanya sudah tidak sabar duduk di pelaminan bersama kakak…” ucap astri sambil mengusap usap lenganku dengan jari jarinya.
Aku sedikit tersentak, menyadari cepat ataupun lambat, astri pasti akan menanyakan hal ini… Aku bingung sekali harus menjawab apa.. Membayangkan saja pernikahan itu sudah membuat badanku panas dingin.. Belum lagi hari hari yang harus aku lalui hingga aku tua, bersama seorang perempuan.. Yang aku sendiri saja belum yakin apa aku bisa menjalaninya.. Bisa menjalankan kewajibanku.. Siap untuk melepas kebebasanku dengan tanggung jawab dan kewajiban kewajiban sebagai seorang kepala keluarga nantinya… Aku termenung sejenak.. Otakku rasanya buntu. “kak… Apa astri salah bertanya seperti ini..?” astri menatap wajahku yang terlihat resah.. Matanya yang bundar di bingkai oleh bulu yang panjang dan lentik itu menatap mataku, menunggu aku memberikan jawabn yang ingin ia dengar. Aku menelan ludah dengan susah payah.. Tarikan nafasku pun menjadi lebih berat..
Tapi bagaimanapun juga aku harus menjawab pertanyaannya itu.. Astri berhak menanyakan ini.. Karena aku telah memasang cincin di jari manisnya.. Cincin ikatan pertanda ia telah aku tandai sebagai milikku.. Dan itu telah menutup dan memagari dia dari lelaki lain yang ingin memilikinya.. Sekarang aku harus bertanggung jawab.. Harus konsisten dengan apa yang telah aku putuskan.. Dan jawaban dariku itu adalah hak astri.. Aku tidak boleh plin plan.. “kakak akan berusaha secepatnya melamar dan menikahi kamu sayang.. Kakak akan usahakan kita berdua cepat mengikat janji di penghulu, tapi kakak harap, astri mau bersabar sedikit saja.. Kakak sekarang sedang menabung untuk masa depan kita berdua.. Kakak janji, insya allah paling lama satu tahun, kita berdua sudah duduk di pelaminan. Kamu akan menjadi perempuan yang paling cantik.. Ratu untukku.. Perhiasan bagiku..” aku mengatakan itu dengan susah payah dan senyum yang di paksakan..
Tiba tiba aku melihat bulir bulir air mata mengalir dari kedua bola mata astri.. Ia menatapku dengan mesra.. Menggenggam tanganku lebih erat.. Aku memeluknya dan menempelkan pipiku di rambutnya.. “astri begitu bahagia mendengar itu kak.. Akhirnya impian astri akan menjadi kenyataan.. Astri berjanji apabila telah menjadi istri kakak.. Astri berusaha melakukan yang terbaik yang bisa astri lakukan.. Menjalankan segala kewajiban kewajiban sebagai seorang istri yang baik untuk kakak.. Astri tidak sabar menunggu hari itu”
+++
hari sudah semakin sore, langit yang biru sudah mulai berwarna abu abu pucat, awan berarak kemerahan terkena bias matahari yang hampir tenggelam. Aku berdiri dan mengibas celanaku membersihkan pasir yang masih menempel. Astri ikut berdiri ikut mengibas celananya. “sudah sore as, pulang yuk..” ajakku. “yuk, nanti mama kuatir” jawab astri sambil menggulung rambutnya lalu menjepitnya. Kami berjalan menuju tempat tadi aku memarkir mobil. Setelah mengantar astri aku langsung pulang ke rumah. +++ aku duduk di kamar dengan gelisah, teringat kembali dengan kata kata astri tadi, aku jadi semakin menyadari, waktu aku untuk menikmati kesendirian sudah tak lama lagi, walaupun astri tidak mendesak, namun aku punya tanggung jawab di keluargaku, juga keluarga astri… Benar benar kebingungan harus bagaimana nantinya, terus terang kalau ditanya apakah aku sudah siap untuk berkomitmen, jawabanku tetap tak akan pernah siap.
Aku merasa terbelit dalam jerat yang susah untuk aku lepaskan. Hidupku seakan akan di dalam lingkaran setan. Kenapa aku harus di beri cobaan seberat ini, kalau bisa di tukar, aku mau memberikan segala yang aku miliki agar aku bisa menjalani hidup normal seperti yang dimiliki oleh orang orang. Bersyukurlah bagi mereka yang tidak diuji seperti ini. Orang orang yang mempunyai orientasi normal. Bisa menikmati hidup ini dengan biasa, mencintai lawan jenis dengan nyaman.. Tapi mengapa mereka sering merasa kurang puas.. Mereka sering menghujat kaum gay, menentang bahkan membatasi ruang gerak bagi yang mereka anggap melenceng. seandainya mereka yang diberi ujian seperti ini, bisakah mereka menghadapinya..
Apa reaksi mereka.. Masih dapatkah mereka berkoar koar meneriakan ke tak setujuan mereka.. Bukannya mencari solusi tapi memasung ruang gerak dan kebebasan bagi kami.. Orang tuaku pun mungkin termasuk di dalamnya. Kadang hatiku miris sekali membaca di beberapa negara di timur tengah, kaum gay di hukum gantung, di pancung, di culik dan di mutilasi, mayatnya di buang di tempat yang tak pantas, di selokan, di got, di pinggir jalan dan di pembuangan sampah. Alangkah rendah dan hinanya kami di mata mereka. Keluarga yang memiliki saudara gay yang dibunuh itu tidak pernah melapor atau menuntut karena mereka malu punya anak, saudara, teman, keponakan, paman, dan kerabat yang gay. Betapa tak adilnya semua ini. Bukankah semua yang ada didunia ini adalah ciptaan tuhan, ia yang menciptakan manusia, bumi, planet, langit, bahkan nafsu, marah, kasih, cinta, sayang. apakah untuk kasus gay ini, bukan tuhan yang menciptakannya… Apakah itu ciptaan manusia..
Apakah tuhan pilih kasih. Memilih mana umatnya yang normal mana umatnya yang menyimpang agar bisa memasukkan ke dalam neraka. Apakah surga memang untuk orang yang punya orientasi normal.. Sedangkan yang orientasi sejenis sudah di tetapkan masuk neraka. Alangkah beratnya kalau memang benar begitu.. Enak sekali orang yang dilahirkan straight.. Mungkin dari segi ibadah, gay pun tidak kalah.. Apakah mencintai seseorang itu berdosa. Tidak boleh kah gay mencintai.. Ingin merasakan hal yang di rasakan oleh yang straight, walaupun subjek yang di cintai itu beda. Kalau berpikir seperti ini, rasanya tak habis habis penderitaan kaum gay.. Makin pusing rasanya kepala ini. Aku merasa takut hari hari cepat berlalu. Aku takut bila hari aku harus menikahi astri semakin dekat. Apakah ini cuma aku yang mengalami.
Lelah rasanya otakku memikirkan ini.. Belum cukup penderitaan ini, ketika aku mencintai seseorang, menumpukan harapan ini pada dia, namun dengan tega ia mengkhianati aku. Janter, dimanapun kamu sekarang ini.. Puas kamu telah membuat aku menderita.. Mungkin saat ini kamu sedang bersenang senang, sudah mendapatkan penggantiku, yang kamu tipu dengan kata kata mesra dan rayuan.. Kau buai dengan angan angan yang muluk lalu kau hempaskan tanpa rasa bersalah.. Aku menderita karena kamu.. Aku menderita mencintaimu. Lebih menderita lagi karena tak bisa melupakanmu hingga kini.. Rasanya baru kemarin aku merasakan hangat bibirmu, tubuhmu dan kasih sayangmu.. Walaupun kini aku sudah bersama darma, namun cintaku pada darma tidak sebesar cintaku padamu.. Darma tak pernah bisa menggantikanmu..
Walau aku menyayangi darma, namun rasa sayangku padamu lebih besar.. Cuma aku tak pernah membenci darma.. Dan orang yang paling aku benci justru kamu janter.. Sungguh ironis, dilain sisi aku sangat merindukanmu tapi aku juga ingin kamu menderita.. Kamu pantas menderita.. Sebesar derita yang aku rasakan. Aku nyaris kehilangan masa depan, meregang nyawa karena kamu. Tapi aku mencintai kamu.. Sangat mencintaimu lebih besar dari cintaku pada hidupku sendiri.. Kembalilah janter agar aku bisa memukulmu, sepuas hatiku.. Membuat kamu menderita seperti yang aku rasakan.. Setelah kamu setengah mati, aku akan ikut menancapkan pisau yang sama untuk melukai kamu ke tubuhku..ikut merasakan sakit yang kamu rasakan karena ulahku. Agar kamu tahu apa yang aku rasakan..kehancuran apa yang kamu buat dalam hatiku.
KEMBANG SETAMAN
****JANTER****
aku duduk di bawah batang cokelat tempat tadi christ duduk, memikirkan niko, apa yang sedang ia kerjakan sekarang… Masihkah ia teringat denganku, betapa tak mudah mencari pengganti yang sama.. Yang paling tidak punya sifat yang hampir mirip dengan niko. Kenapa niko harus mengetahui semua lebih awal, saat aku belum siap, aku sedang merencanakan untuk mengakhiri hubunganku dengan om beni waktu itu, tapi semuanya harus berakhir lebih cepat dari yang mampu aku persiapkan. Kalau di ingat ingat, hidup ini memang lucu, bagaikan suatu permainan, siapa cepat dia menang. Aku bersumpah.. Niko adalah yang terakhir.. Tak akan ada lagi laki laki dalam hatiku.. Sudah cukup semua kesalahan. Tak perlu lagi aku mengulangi masa lalu yang hitam.. Sakit yang dulu belum hilang, sebisa mungkin aku akan menyembuhkannya, aku akan menyendiri dulu, setelah itu aku akan mencari wanita.
Seorang wanita yang bisa aku miliki seutuhnya, tanpa ada ketakutan ia akan menikah dengan orang lain. Ataupun resiko tidak di setujui oleh inang. “janter, sudah sore sekarang kita pulang….nanti kemalaman di jalan.!” teriak namboru dari depan pintu. Aku berdiri menghampiri namboru. Bu frida dan rosiana berdiri di samping namboru. Aku berpamitan pada mereka berdua. Lalu aku dan namboru berjalan menuju ke mobil. Baru saja aku mau membuka pintu, tiba tiba christian setengah berlari menghampiri kami. Ia membawa sebuah kantong plastik berisi tomat dan sawo.. Aku terdiam memandangi christian dengan bingung. “ini, untuk kamu, aku baru saja memetiknya…” kata christian sambil mengulurkan kantong itu padaku.
Aku tidak menyangka sama sekali christian bakalan memberikan oleh oleh padaku. Aku ambil kantong itu lalu aku berterimakasih… Christian tersenyum.. Senyum yang pertama kali keluar dari bibirnya.. Aku balas tersenyum. Christian menjabat tanganku.. Aku balas menjabat tangannya dengan erat.. Aku lihat bu frida dan rosiana seperti agak bengong… Aku pamit pada christian.. “aku pulang dulu ya christ, kalau ada waktu, main lah ke tempatku..” ucapku dengan tulus.. Christian mengangguk… “kamu juga main kesini kalau ada waktu..” jawabnya. Kemudian ia langsung pergi masuk kedalam rumah tanpa melihat aku lagi. “ayo hasian, nanti keburu gelap..” kata namboru dari dalam mobil, aku cepat cepat masuk kemudian menyalakan mesin..
“da.. Frida… Sampai nanti.. Ingat ya.. Aku tunggu kamis depan di rumahku.. Pokoknya aku akan siapkan makanan yang enak enak..” namboru agak berteriak bicara pada bu frida dari dalam mobil. “ya agnes.. Aku tak lupa lah.. Tenang saja kau..” balas bu frida. Kemudian aku menginjak gas membawa namboru pulang kembali ke rumah.. “hasian.. Namboru sudah menyangka, christian pasti senang sama kamu..” ujar namboru.. “maksud namboru.. Aku tidak berpikiran sama.. Dari tadi dia tidak ramah, bahkan seperti bosan denganku..” jawabku. “namboru cukup kenal dengan anak itu, dia tak pernah menegur siapapun sebelumnya, ia terlalu pendiam. Ia bukan tidak ramah.. Tapi ia pemalu.. Buktinya ia mau memberikan kamu tomat untuk di bawa pulang.
Biasanya ia tak pernah berbuat seperti itu loh..” jelas namboru dengan serius. “tapi sikapnya itu buat aku bingung namboru..” “tenang saja hasian… Justru tipe seperti itu biasanya sangat penyayang dan setia.. Lagipula anaknya benar benar tampan bukan..” “tapi belum tentu dia menyukai aku, siapa tahu dia normal..” balasku.. “perasaan namboru dia seperti kamu nak, tapi entahlah… Kita lihat saja nanti..” aku diam saja tak menjawab.. Dalam hatiku masih belum yakin dengan christian, bagiku.. Tipe seperti itu sangat susah di atur.. Ia bagaikan bom yang sewaktu waktu meledak, dan aku tidak suka kalau harus selalu merasa was was.. Ia tak bisa di bandingkan dengan niko, walaupun christian lebih ganteng tapi niko tetap nomor satu bagiku. Wajah bukanlah segala galanya.. Kalau hatiku sudah jatuh cinta, tak mudah aku melupakannya. Dan aku masih menggarap niko… Sampai saat ini.. Aku tidak yakin bisa melupakan dia dalam waktu dekat ini.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
