
ANTARA HASRAT DAN AKAL
tubuh jangkung atletis dengan kulit putih mulus yang berdiri terkangkang dalam keadaan telanjang tanpa penutup apapun yang ada dihadapanku sekarang benar benar membuat aku kehilangan akal. Cuma bisa mematung memandangi keindahan nyata yang terpajang didepan mata, rambut janter yang setengah basah dan acak acakan membingkai indah wajahnya yang persegi berahang tegas dan agak lancip. Tubuhnya yang kekar tanpa ada sedikitpun lemak yang singgah hingga ke perutnya yang membentuk enam tumpukan otot yang keras dan padat. Bulu bulu yang tumbuh dengan lebat dan serasi begitu rapi mengelilingi benda terindah yang menggantung terkulai tak tersunat tertutup kulit kulup di tengah tengah selangkangannya tampak yang memiliki paha yang kekar. Kedua bolanya yang berwarna kemerahan dan sedikit tertutupi rambut yang tumbuh hingga kealur lubang anusnya.
Tubuhku agak gemetar melihatnya. Sementara itu janter masih terus mengibas celana dalamnya tanpa melihat aku. Untung saja, jadi dia tidak melihat mukaku yang memerah terasa panas dan mengembang. Nafasku jadi tak teratur kembali menggigil dilanda nafsu. Cepat cepat aku pakai celana panjangku agar perkakasku yang tidak bisa diajak kompromi ini terkamuflase. Aku pakai bajuku dan cepat cepat aku berbalik. Sementara itu janter telah memakai kembali celana dalamnya. “Ayo kembali ke pondok, sekarang sudah sore” kataku dengan suara parau dan bergetar. “tunggu sebentar aku pakai baju dulu.” jawab janter sambil memakai baju kaus warna hijau tuanya tadi, sepertinya tidak menyadari perubahan dari suaraku. Untunglah! Dipondok, wahyu sedang memanggang udang sungai yang tadi ia tangkap. Mona dan ranti duduk di depan menghadap api sambil mengupas kulit udang yang berwarna merah tua dan masih berasap karena panas.
Sementara itu alat alat telah dibereskan. Hari sudah petang dan agak teduh. Sudah jam setengah lima sekarang. Aku dan janter bergabung bersama mereka. Aku mengambil sebatang lidi kabung dan menusuk udang lalu membakarnya diatas bara. Empuk dan gurih daging udang yang masih segar. Masih terasa manis segera berpindah kedalam mulutku. Janter mengipas ngipas api agar tidak terlalu besar. Kalau tidak, udangnya bakalan hangus dan pahit kalau dimakan. Aku sempat melihat ranti mencuri curi pandang melihat janter. Entah mengapa aku menjadi sangat cemburu. Janter tidak tahu kalau dia sedang diperhatikan secara diam diam. Janter duduk dengan keringat yang bercucuran, matanya merah karena perih kemasukan asap. Ranti mendekati janter dan memberikan selembar tissue untuk menyeka keringatnya.
Janter mengambil tissue yang diberikan ranti dan berterimakasih, lalu ranti mengangkat udang yang telah matang, mengupasnya dan memberikan kepada janter. Aku cuma bisa melihat semua itu tanpa bisa berbuat apa apa, kulihat janter sedang makan udang yang tadi diberikan oleh ranti. Mereka berdua tertawa tawa dan bercanda. Aku merasa cemburu tetapi tidak bisa berbuat apa apa. Rasanya tidak rela melihat janter begitu dekatnya dengan seorang perempuan. Aku cuma bisa melihat keakraban mereka. Tiba tiba aku merasa kehilangan semangat dan gairah. Aku buang udang yang tinggal separuh ditanganku lalu masuk kedalam pondok dan berbaring. Daripada hatiku terbakar cemburu lebih baik aku tidak melihatnya. Mengapa aku jadi begini, aku juga tidak tahu, tetapi aku sudah berusaha untuk tidak perduli namun hatiku terasa sakit.
Ranti seorang perempuan yang masih muda dan menarik, dengan sangat mudahnya ia bisa memikat laki laki. Mana mungkin sebagai seorang laki laki normal janter tidak tertarik dengan ranti. Sedangkan aku cuma bisa memendam perasaan terhadapnya tanpa berani untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan. Aku menyender didinding pondok dengan lesu. Merokok pun rasanya tidak enak. Begini rupanya rasa sakit mencintai teman sendiri. Cuma bisa berserah diri dan menunggu datangnya keajaiban. Tetapi itu rasanya mustahil. Dari luar terdengar suara mereka berempat yang tertawa dan bercanda. Kenapa janter tidak menyusul aku masuk kedalam pondok, malah asik bercanda dengan ranti. Huh memangnya aku ini siapanya janter.
Sadar niko kamu itu bukan siapa siapa bagi dia, hanya sekedar teman dan tidak lebih, jadi terimalah konsekuensi dari perasaan kamu sendiri. Suara batinku memperingatkan aku. Aku mengintip dari celah dinding pondok, melihat janter duduk disamping ranti. Sedang tersenyum dengan gembira. Kulit udang bakar berserakan ditanah. Sementara itu wahyu dan mona sedang berjalan di rumpun sulur kacang panjang. Mereka berpasang pasangan diluar sana. Sedangkan aku sendirian didalam pondok.. Kenapa tadi aku mau ikut kesini, aku menyesal sekali mau ikut bersama mereka. Andai aku dirumah mungkin tadi aku tidak akan merasa seperti ini.
Mungkin aku harus menjauh dan menghindari janter, agar perasaan ini tidak semakin dalam yang akhirnya tetap saja aku yang akan tersakiti. Aku akan menhindarinya dan aku akan membuka hati untuk darma yang telah jelas jelas mencintai aku. Biarlah perasaan terhadap janter aku kubur dalam dalam. Pulang dari sini aku akan berbicara kepada orang tuaku untuk meresmikan pertunangan aku dengan astri. Aku tidak mau karena mengharap merak diatas pohon, punai yang digenggaman aku lepaskan. Itu sama saja dengan bertindak bodoh. Ada sedikit lega setelah aku mengambil keputusan ini. ****** jam lima lewat sekarang, wahyu masuk kedalam pondok dan mengajak aku untuk pulang, kami membereskan peralatan yang kami bawa +++
sepanjang perjalanan pulang aku lebih banyak diam. Cuma memandangi pohon pohon yang berjajar di pinggir jalan. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, semangatku telah hilang dan sekarang aku hanya ingin cepat cepat tiba dirumah lalu tidur. Sementara itu wahyu yang menyetir dan mona yang duduk disampingnya tampaknya mulai menunjukkan tanda tanda mereka berdua saling tertarik. Sedangkan janter dan ranti yang duduk disampingku dari tadi mengobrol tak putus putus, ada saja yang mereka bahas. Sehingga janter tidak terlalu memperhatikan aku yang lebih banyak diam. Dalam hatiku seperti ada luka yang tergores dan menyakiti hingga sekujur tubuhku. Belum pernah aku merasa seperti ini. Kesepian ditengah tengah teman teman.
Perjalanan kami dikebun wahyu menyisakan cerita yang indah bagi mereka berempat. Tetapi tidak dengan aku. Disinilah awal remuk hati dan punah impianku. Kami sudah mulai memasuki tugu selamat datang di kota pangkalpinang. Berarti sebentar lagi aku telah sampai dirumah. Wahyu turun didepan rumahnya. Lalu masuk kedalam setelah melambaikan tangan kepada kami. Aku mengambil alih menyetir. Lalu aku mengantarkan ranti dan mona pulang. Setelah kedua perempuan itu telah aku antarkan. Tinggal aku berdua dengan janter. “bagaimana menurut kamu ranti itu, dia cantik kan?” tanya janter yang tidak menyadari kalau perasaanku sedang kesal. “tentu saja, dia cantik dan supel, perempuan yang menarik. Keliatannya kamu dan dia sama sama suka.” aku menjawab untuk menutupi perasaanku agar tidak terlalu nampak bahwa sebenarnya aku tidak menyukai kedekatan mereka berdua.
“sebenarnya aku sudah lama menyukai dia, begitu keibuan dan perhatian. Semenjak pertama kenal, aku sudah senang melihatnya.” kata janter semakin membuat perih hatiku. “ya kalau memang kamu menyukai dia ungkapkan saja perasaanmu jangan sampai kamu menyesal dia keburu diambil orang.” cetusku, hampir saja aku ingin menabrak pohon besar yang ada di pinggir jalan agar sakit hati ini tidak terasa lagi, tetapi akal sehatku melarang. Mengapa aku seperti dibutakan oleh perasaan cinta, padahal selama ini aku bisa mengendalikan perasaanku. “andaikan nanti aku berpacaran dengan ranti, kamulah orang pertama yang akan aku kasih tahu tentang hal ini niko, kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya” kata kata janter itu terasa dalam menghujam jantungku. Jangan pernah kamu lakukan itu.
Karena aku berjanji mulai detik ini aku akan menghindarimu janter, kututup cerita tentang kamu dalam lembaran hidupku. Kataku tentu saja cuma dalam hati. “oh ya… Aku akan turut bergembira jika memang nanti kamu berdua jadian.” jawabku dengan munafik. Janter meremas bahuku dengan lembut, aku diam saja dan tetap menatap lurus kedepan sambil konsen melihat jalan yang agak gelap karena lampu jalan banyak yang tidak dinyalakan karena krisis listrik. “terima kasih niko, aku beruntung punya sahabat seperti kamu.” aku tidak menjawab cuma tersenyum lemah. Dalam hatiku rasanya ingin berteriak, dan mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan saat ini. Tetapi aku tidak punya keberanian, biarlah semua terjadi seperti itu, perasaan sesal karena harus mengenal janter dan mencintainya membuat dadaku terasa sesak. Tetapi aku tidak boleh sampai menangis.
Karena sekali air mata dijatuhkan karena mencintai seseorang, disitulah kita akan menjadi semakin lemah dan tersiksa. Tidak terasa aku sudah dekat dikompleks tempat tinggal janter. Aku membelokkan setir dan masuk kedalam komplek. Satpam yang rupanya masih ingat dengan aku langsung membuka portal dan mempersilahkan mobilku masuk. Aku membuka kaca mobil dan tersenyum sambil menganggukan kepala pada satpam itu. Lalu aku mengantar janter hingga kedepan rumahnya. Janter turun dari mobil dan mengajak aku untuk mampir, tetapi aku tolak dengan alasan masih capek. Aku langsung pulang.
Tanpa banyak berkata apa apa kepada janter. Sampai ditempat jaga satpam tadi aku berhenti lalu mengulurkan uang lima puluh ribu kepada satpam tadi yang langsung mengucapkan terima kasih, aku cuma tersenyum sambil menganggukan kepala. Mungkin itu uang tips terakhir yang aku berikan karena besok besok aku tidak akan kesini lagi untuk alasan apapun. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar dan membersihkan badanku dikamar mandi sepuas puasnya. Setelah berpakaian aku turun keruang tengah menemui mama dan papaku yang sedang menonton televisi. Aku ceritakan tentang keinginan tante mul agar aku bertunangan dengan astri. Mamaku sangat antusias dan dia menyuruhku untuk menelpon astri untuk mengabarkan kalau sabtu depan mama dan papaku akan datang kerumahnya untuk membicarakan hal ini lebih lanjut. Setelah itu mamaku mulai sibuk merancang rancang apa yang nantinya akan dia masak diacara pertunangan kami nanti, gaun apa yang akan ia pakai dan siapa saja tamu tamu yang akan diundang pada hari itu.
Aku cuma diam saja tanpa semangat, tetapi aku harus menjalani keputusan yang telah aku ambil ini dengan mantap. Aku meminta izin untuk naik ke kamar dan beristirahat, sepertinya mamaku agak kecewa karena masih ingin membahas tentang pesta pertunanganku, tetapi dengan penuh pengertian mamaku menganggukan kepala. Aku kekamar dan masih kudengar mamaku membicarakan tentang pertunangan yang tidak lama lagi antara aku dan astri dengan antusias bersama papaku. Tapi aku tidak perduli, yang aku inginkan sekarang hanyalah tidur dan tidur.. Melupakan semua masalah yang menghimpit dan menenangkan pikiran agar besok aku bisa bangun dengan tubuh segar, dan semangat. Mungkin nanti aku bisa melupakan janter. +++
Senin pagi. Aku datang agak awal, belum ada pegawaiku yang datang. Kubuka kunci kantorku, memeriksa file file yang harus aku selesaikan hari ini, ada beberapa orderan yang baru masuk, seperti kop surat, kartu nama, kartu undangan, dan beberapa spanduk dan baliho, buku pajak, dan rekam medis. Lumayan juga. Berarti bulan ini banyak pemasukan. Kubuka laptop dan kusambung flash lewat usb. Aku online di pesbuk membuka beberapa koment yang mampir di status ku, ada beberapa permintaan pertemanan kebanyakan dari anggota boyzforum. Ada belasan pesan masuk dalam inbox dan aku buka lalu baca satu persatu.
Aku tersenyum sendiri membaca beberapa pesan yang lucu. Aku ketikkan balasan ke masing masing pesan dan aku jawab semua koment yang masuk, beberapa permintaan pertemanan aku reject karena tidak jelas profilnya. Kulihat kabar pemberitahuan. Rian teman sekolahku waktu masih sd dulu menambahkan beberapa foto baru, aku buka dan foto foto ia bersama anak dan istrinya langsung terpampang dilayar. Aku tersenyum melihat wajah anaknya yang mungkin baru berumur setahun lebih, begitu mirip dengan dia, aku tambahkan koment lalu aku kirim, selama setengah jam aku sibuk berkutat dengan pesbuk.
Setelah itu aku tutup laptop dan keluar untuk memeriksa surat perintah kerja yang harus dibaca pegawaiku hari ini, karena ada beberapa pesanan yang harus menjadi prioritas dari klien yang telah langganan disini. Aku hampiri titin yang sedang mencatat pembukuan. Lalu aku instruksikan kepadanya untuk ke ruangan produksi memberikan beberapa contoh file yang harus turun cetak. Aku turun ke bagian produksi mengawasi kinerja pegawaiku. Tampak kesibukan disana sini, ada yang mengoleskan ulano ke film untuk sablon, beberapa sedang menjilid buku dan sebagian lagi sedang menghitung lembaran kertas yang akan dicetak. bunyi riuh mesin offset dan motor penggerak alat pemotong kertas memenuhi ruangan produksi. Aku puas melihat semua pegawaiku yang cekatan.
Mereka telah tahu apa yang harus dikerjakan. Jadi aku tinggal membuat desain untuk produksi selanjutnya saja. Beberapa barang barang pesanan yang baru diantar tadi pagi dari toko kertas dan alat alat tulis masih bertumpuk dilantai. Aku panggil soni untuk memeriksa semua nota dan membawa tumpukan kotak itu untuk disimpan digudang. Setelah aku rasa semua telah sesuai pada tempatnya, aku kembali keruangan kerjaku. Memeriksa kembali pembukuan serta neraca perusahaan. Menghitung kembali dengan teliti akun yang dibuat oleh titin. Bulan ini banyak keuntungan bersih yang masuk. Benefit produksi meningkat.
Jadi aku bisa memberi bonus pada beberapa karyawan yang bekerja produktif. Saat aku sedang meneliti kembali print out undangan yang aku buat lewat printer tiba tiba handphone ku berbunyi. Rupanya dari janter. Aku abaikan saja. Ada sekitar tiga kali ia menelpon tetapi tidak aku angkat, kemudian terdengar nada sms masuk. Lalu aku baca.
Isinya **halo bro lg SibUk ya….koK gaK DiangKt? SianG nNt kt mkN SiaNg sm2 yUk… Ntar aKu jmpT Jam stgH Satu. Blz gpL!** Aku berpikir sebentar dan mulai mengetik reply singkat yang bunyinya **maaf aku sibuk. Lain kali saja!** aku tekan send. Kemudian aku buka menu blacklist di handphoneku, aku masukkan nomor janter di daftar hitam yang tidak bisa untuk menghubungiku baik lewat telpon maupun lewat sms. aku telpon darma untuk mengajaknya makan siang. Darma setuju dan menunggu aku di kantor tempat ia bekerja. Sekarang telah jam duabelas siang, aku mengambil wudhu dan sholat dulu, setelah itu baru menjemput darma. Sudah saatnya aku mulai lebih memperhatikan darma, dia temanku dari semasa kecil dan sudah belasan tahun kami berteman hingga akhirnya persahabatan kami berubah menjadi cinta. Aku telah mengenal sifat sifatnya. Seperti juga dia mengenal sifatku. Jadi aku mungkin bisa belajar untuk menerima darma. Dan juga akan berterus terang tentang rencana pertunanganku dengan astri.
Semoga saja darma bisa mengerti dan bisa menerima dengan lapang dada. Selesai sholat aku langsung menjemput darma. Sampai didepan kantornya aku menelpon dia agar segera keluar. Sekitar lima menit darma keluar dari kantornya dan berjalan menuju mobilku. aku langsung mengajaknya ke restoran istana laut yang terletak di pinggiran pantai pasirpadi. Sebuah restoran yang menyajikan makanan khas dari olahan hasil laut, restoran itu bentuknya agak unik, mirip dengan kapal besar yang lengkap dengan layarnya. Menjorok ke pantai dan agak tinggi. Suasananya sangat nyaman karena bisa makan siang sambil menatap pantai dan ombaknya yang berdesir. Langit biru dan awan awan putih serta hembusan angin yang sejuk.
Aku membuka buku menu, membacanya kemudian memesan kelapa muda segar, sup kepiting jagung, udang saus padang, cumi goreng tepung, kangkung cah terasi, lokan di asam pedas, dan lengkap dengan nasi. Darma cuma menggeleng gelengkan kepala melihat daftar menu yang aku pesan. “kamu ini lagi kelaparan atau kerasukan sih, kok pesan makanan begini banyaknya?” tanya darma dengan heran. Aku cuma senyum senyum melihat ekspresi wajahnya yang lucu. “lagi kelaparan nih, sekali sekali kan tidak apa apa, kalau tidak habis kan bisa dibungkus dan dibawa pulang kerumah.” jawabku sekenanya saja. Tak lama kemudian pelayan restoran datang membawa dua buah kelapa muda yang telah dibelah bagian atasnya dibuat seperti tutup lengkap dengan sendok kecil dan sedotan. Diletakkan dimeja tepat di hadapan aku dan darma. +++
KEJUTAN DARI JANTER
Aku minum es kelapa muda lewat sedotan, tenggorokanku yang tadi agak kering langsung tersiram air kelapa muda yang segar dan manis. Rasanya benar benar segar sekali, kemudian aku menatap darma yang sedang asik melihat ombak di pantai. “dar, sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan kepadamu.” aku meletakkan sedotan lalu menggeser kelapa agak ke tengah meja. Darma langsung menoleh kearahku dan menatapku dengan pandangan penasaran. “tentang apa..? Apakah itu berhubungan dengan aku, atau…” tanya darma yang langsung aku potong. “ini mengenai aku…” “kamu kenapa?” tanya darma. “aku mau bertunangan dengan astri dua minggu lagi” jawabku agak berbisik. Darma yang sedang meminum air kelapa muda langsung berhenti, tercengang menatapku dengan sedotan yang masih menempel dibibirnya. Aku melanjutkan tanpa menghiraukan keterkejutan darma. “aku sudah didesak oleh keluarga astri, kata mereka umur astri sudah semakin dewasa dan mereka tidak mau astri terlalu lama menikah, jadi mereka ingin kejelasan tentang hubungan kami.”
aku menandaskan. Darma menggeser kelapa muda yang diminumnya setelah berhasil mengatasi keterkejutannya. “jadi kalian akan segera bertunangan lalu setelah itu menikah? Tanya darma seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja aku jelaskan. “iya, tapi kami bertunangan dulu, belum ditentukan apakah akan menikah tahun ini atau tahun depan.” “bagaimana dengan aku nik, apa yang harus aku lakukan, terus terang aku tidak siap mendengar berita ini.” kata kata darma terdengar begitu sedih. Aku terdiam sejenak. Pelayan datang mengantarkan pesanan kami dan menyusunnya di atas meja.
Aku dan darma membisu sambil memandang tangan cekatan sang pelayan menaruh sendok diatas lipatan serbet putih bersih. Lalu menata piring di depan aku dan darma. Meletakkan bakul kecil penuh terisi nasi putih yang mengepul dan harum. Menyusun piring saji dan mangkuk berisi lauk yang membangkitkan selera. Setelah semua selesai diantar kemeja kami. Pelayan itu kembali ke dapur dan mengucapkan selamat menikmati pada kami berdua. Aku lihat darma seperti sedang gundah dan sibuk berpikir sendiri, aku salah seharusnya setelah makan baru aku menceritakan hal ini, belum apa apa darma seperti sudah kehilangan selera makan.
“ayo dimakan langsung, nanti keburu dingin…” ajakku sambil membalikan piring lalu menyendokan nasi kedalamnya. Darma cuma mengangguk dengan lesu dan membalikan piring lalu mengulurkan kepadaku. Langsung aku sendokkan nasi kedalamnya. “ups sudah..jangan terlalu banyak!” cegah darma sambil menahan tanganku yang mau menyendokan lagi nasi kedalam piring nya. “kenapa sih kamu ini makan kok kayak kucing. Sedikit sekali?” “nafsu makanku hilang!” cetus darma. Aku diam dan mengambil beberapa potong udang saus padang dan cumi goreng tepung lalu mencocol kedalam saus cabe tomat. “kamu jangan terlalu memikirkan masalah ini darma, aku juga kalau menuruti rasa hati, belum mau bertunangan dan terikat.”
aku menghibur darma. Tetapi darma seperti tidak menyimak kata kataku. Dia menyendok sup kepiting jagung lalu menyuapkan ke mulutnya dengan malas malasan. Aku sebenarnya tidak tega melihat darma seperti terbebani dengan kata kataku tadi, tetapi bagaimanapun juga cepat ataupun lambat dia harus tahu, karena saat ini cuma dia satu satunya sahabat ku yang paling dekat. Jadi aku tidak bisa merahasiakan ini. Kalau tidak, nanti malah akan bertambah menyakitinya kalau sampai dia mendengar dari orang lain. “mengenai kita berdua aku juga sudah memikirkannya, aku menerima kamu darma, aku juga masih menyayangi kamu. Jadi apakah masalah bagimu kalau aku menjalin hubungan lebih dari sahabat denganmu.
Walaupun aku nantinya sudah bertunangan dengan astri?” tanyaku langsung ke intinya. Darma yang menyendok nasi langsung terhenti dan mendongak menatapku. Seakan akan tidak percaya tetapi dengan mata yang agak berbinar. “benarkah itu niko?” tanyanya hampir berteriak “sttt……!… Jangan Keras keras….. malu…, ramai orang disini.” aku tersenyum melihat darma yang nampaknya menjadi lebih bersemangat. “tapi benarkah itu yang tadi kamu bilang,?” “iya aku serius…. Aku menyayangi kamu darma dan kita bisa berhubungan secara diam diam, walaupun nantinya aku telah bertunangan, tetapi aku akan tetap memperhatikan kamu, bahkan lebih dari sebelum sebelumnya.” jelasku panjang lebar. Darma menyeringai senang.
Lalu dia menggenggam tanganku erat erat. “terima kasih niko, terima kasih… Akhirnya aku benar benar bisa merasa tenang sekarang, aku berjanji akan menyayangimu sepenuh hatiku dan aku terima apapun yang jadi keputusanmu daripada aku tidak mendapatkanmu. Aku ikhlas berbagi orang yang aku cintai dengan perempuan yang akan menjadi isterimu nanti. Aku berjanji akan menyayangi kamu melebihi kasih sayang yang dapat astri berikan kepadamu.” kata darma dengan senyum dan mata yang berkilat, aku menjadi terharu dengan kata katanya tadi. Aku cuma mengangguk dan tersenyum menepuk punggung tangannya yang meremas tanganku dengan erat.
Lalu aku tarik tanganku dari genggamannya. “malu banyak orang nanti kita ketahuan sebagai pasangan gay yang baru jadian” bisikku pelan pada darma “eh..iya maaf… Aku sampai lepas kendali karena gembira. Eh tolong ambil bakul nasi itu aku mau tambah lagi.” seloroh darma sambil mengulurkan piringnya. Aku cuma nyengir dengan gembira melihat semangat yang terpancar pada darma. Ya tuhan terangilah jalanku…jangan sampai aku menyakiti hati darma lagi. Dia terlalu baik untukku dan bantulah agar aku dapat membahagiakannya +++ aku dan darma makan dengan lahap. Semua yang aku pesan tadi hampir bersih dari piring. Setelah selesai makan aku nyalakan rokok putihku dan menghisap asapnya dalam dalam…. Sungguh nikmat sekali setelah makan yang pedas pedas langsung merokok… Apalagi sambil melihat pemandangan pantai. Darma juga ikut menyalakan rokoknya. Wajahnya terlihat begitu cerah. Aku memandang darma kemudian tersenyum. “jadi hari ini kita resmi bertunangan ya, hahaha ternyata aku lebih beruntung dari astri, aku lebih duluan yang bertunangan dengan kamu” canda darma setengah tertawa sambil menghisap rokok yang ia pegang lalu menghembuskan asapnya membentuk bulatan bulatan yang langsung pecah tertiup angin pantai.
“iya…mulai saat ini kita resmi bertunangan, tapi kamu pegang janji jangan sampai kamu selingkuh..!” aku bercanda. “aku janji tuan puteri.” kata darma dengan mimik lucu sambil mengangkat tangannya dan membentuk huruf V dengan jari tengah dan telunjuknya. “enak saja… Aku tidak mau jadi tuan puteri. Aku kan cowok… Jadi aku maunya jadi pangeran!” aku tertawa karena agak jengah juga dipanggil tuan puteri. “iya deh… Belahan hatiku, pangeranku yang tampan.” seloroh darma. “ayo kita pulang sekarang sudah jam satu lewat, aku masih harus mengantarkanmu kekantor.” aku berdiri lalu melambaikan tangan pada pelayan restoran, sambil memberikan kode meminta bill, pelayan itu berjalan dengan cepat mendatangi kami dengan membawa selembar kertas.
Aku membayar sejumlah yang tertulis di bill dan tak lupa memberikan lebih sebagai tips kepadanya. Pelayan itu berterima kasih lalu pergi menuju ke kasir. Aku dan darma kembali kemobil, setelah mengantar darma kekantornya. Aku langsung kembali kekantorku untuk kembali melanjutkan pekerjaanku yang tadi belum selesai. Saat tiba di depan percetakan aku melihat mobil janter terparkir didepan kantor. Aku agak terkejut, lalu aku urung membelokkan mobil kekantor ku. Aku langsung terus saja. Aku telpon titin mengatakan padanya kalau aku tidak kembali lagi kekantor dan tolong agar membereskan file diruang kerjaku, mematikan komputer dan air conditioner didalamnya. Serta kalau ada tamu yang datang untuk segera ia tangani. Setelah itu aku tutup telpon dan pulang kerumah.
Aku masuk kedalam dan berpesan pada mamaku kalau aku mau istirahat, jika ada tamu yang mau menemuiku bilang aku lagi tidak mau diganggu. Mamaku sempat heran karena tidak biasanya aku seperti itu. Tapi aku cuek saja. “kalau janter yang datang kesini mau ketemu kamu bagaimana?” tanya mamaku. “termasuk janter juga! Pokoknya mau presiden, menteri, pejabat, kapolda. Atau barak obama sekalipun bilang saja aku tidak mau diganggu, titik….!” aku langsung naik ke tangga menuju kamarku diiringi pandangan mamaku yang agak kecewa. Aku masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya.
Lalu aku nyalakan televisi dan menonton siaran HBO Yang sedang menayangkan film laga. Aku mendengar suara deruman mobil memasuki halaman rumahku. Aku berangkat dari sofa, dan melihat ke jendela, rupanya mobil janter. Cepat cepat aku tarik gorden sampai tertutup lalu aku mengintip dari celah celahnya. Tampak janter sedang berbicara dengan mamaku. Entah apa yang mereka bicarakan tetapi tidak lama kemudian janter berbalik kecewa kembali kemobil diiringi pandangan mamaku yang seperti tidak enak hati. Tetapi aku tidak perduli. Sebelum tersakiti lebih parah, aku harus segera mengambil tindakan… Dan yang terbaik adalah menghindarinya. Jadi aku bisa melupakan perasaan terhadapnya apabila aku tidak bertemu lagi dengannya. Sebenarnya aku agak sedih juga melihat janter begitu giat mencariku, tetapi aku harus kuat menahan agar perasaanku tidak terlalu hanyut dan terbuai.
Aku sudah mengambil keputusan yang aku anggap paling baik untukku saat ini. Backstreet dengan darma dan meresmikan pertunangan dengan astri. Kalau dipikir pikir aku ini beruntung juga, walaupun cinta tidak terbalas, tetapi aku masih punya dua orang yang tulus mencintaiku dan menerimaku dengan segala apa adanya. Selamat tinggal janter, takkan kuizinkan lagi hatiku untuk mencintaimu. Pergilah kamu dengan ranti, aku hanya berdoa untuk hal yang terbaik bagi kamu dan ranti. Semoga kamu berani mengungkapkan isi hatimu kepada ranti. Lagipula kalau dipikir pikir kembali, terlalu banyak perbedaan antara kami berdua yang membuat sulit bagi kami untuk tetap bersatu, janter orangnya terbuka, sedangkan aku agak tertutup, dia juga agak agak playboy sedangkan aku gay yang tidak suka melihat lelaki yang aku cintai selalu mengejar ngejar perempuan. Dan yang paling penting dari semua perbedaan itu adalah aku gay dan dia normal jadi mana mungkin dia mau menerimaku, lagipula keyakinan kami berdua juga berbeda.
Jadi setelah aku kaji kembali memanglah tidak ada jalan bagiku untuk memiliki cintanya. Aku harus bisa dan tahan dengan keputusan yang aku ambil ini. Carilah teman lain janter, masih banyak teman yang lain yang lebih baik dari aku yang benar benar ingin berteman tulus denganmu, tidak seperti aku yang pamrih ingin mendapatkan dirimu, aku tidak akan membuatmu menjadi seperti aku, kalau memang itu membuat kamu merasa tidak nyaman. “”"”"”" aku matikan televisi karena aku sudah tidak ada hasrat lagi untuk melanjutkan menonton film yang ceritanya berbelit belit itu, makin menambah kusut pikiranku saja… Mendingan aku tidur dan menyegarkan otakku lagi agar nanti malam aku bisa mengajak darma jalan jalan sampai puas. mungkin aku akan bersamanya, mulai mencoba bermesraan mengulang cerita lama kami yang dulu sempat tertunda +++
sudah seminggu ini aku kucing kucingan dengan janter… Tidak capek capeknya anak itu mencariku walaupun aku selalu menghindar, titin yang selalu aku suruh menemuinya kalau ia datang kekantor, dirumahpun mamaku sudah kesal karena aku selalu ada saja alasan untuk menolak bertemu dengan janter, sedangkan aku tahu sekali kalau mama kepingin banget ngobrol dan mengajak janter makan bersama sama lagi, aku selalu mencari alasan yang masuk akal agar mamaku tidak curiga dengan keadaan ini, terkadang aku tidak pulang kerumah, langsung kerumah darma saat pulang dari kerja.
Menginap dirumahnya. Aku dan darma semakin dekat dan kembali seperti dulu, dan pelan pelan aku mulai bisa menyayangi darma. Sementara itu dirumahku mama mulai sibuk mencari gaun untuk acara pertunanganku. Malam ini rencananya aku dan kedua orangtuaku mau kerumah astri, saat aku telpon astri dan mengutarakan rencanaku untuk datang malam jumat kerumahnya untuk tukar cincin, astri begitu senang sekali, hingga dia tidak bisa berkata apa apa hingga telpon yang ada di tangannya langsung diambil oleh tante mul dan tante mul langsung menjawab bahwa keluarganya akan dengan senang hati menunggu kedatangan kami, dan dia akan menyiapkan pesta dirumahnya untuk menyambut kami. Aku sudah mengundang semua teman teman terdekatku kecuali janter, dan rencananya darma juga akan ikut bersama sama aku dan kedua orangtuaku.
Hari ini perasaanku tidak bisa diungkapkan dengan kata kata… Aku begitu berdebar debar menunggu datangnya detik detik pertunangan yang akan diadakan jam delapan malam hari ini. Rasanya aku agak gamang tidak seperti hari hari biasanya, nafsu makanku jadi hilang dan aku merasa ini seratus kali lebih menegangkan ketimbang saat menunggu hasil pengumuman SPMB Ku dulu. Baju beskap warna hitam dengan kancing berwarna emas dan rantai emas di bahu dan terpantek sampai dikantong yang aku pakai ini terasa sangat gerah. Tukang rias yang tadi menyanggul mama dan merias wajahnya hingga terlihat memang mirip dengan widyawati seperti kata janter. Masih sempat memaksaku untuk membedaki wajahku yang katanya keringatan dan pasti akan mengkilat jika terkena lampu blitz kamera. Akhirnya dengan sedikit terpaksa aku biarkan saja dia membedaki wajahku setelah aku berpesan jangan terlalu tebal.
Ketika dia mau mengoleskan lipstik ke bibirku langsung aku tolak, tetapi mamaku mendelik melihatku hingga akupun tidak bisa berkutik. Setelah perias yang ganjen itu selesai mengobrak abrik wajahku, aku langsung berkaca untuk melihat kekacauan yang telah ia buat dimukaku, saat aku melihat wajahku dicermin aku juga sempat kaget karena wajahku terlihat lebih segar dari biasanya. Darma tersenyum dibelakangku sambil mengacungkan jempol tangannya dan berkedip. Aku tersenyum kepadanya. Darma kelihatan begitu dewasa dengan batik berbahan mengkilap warna biru tua motif swastika yang ia kenakan. Wajahnya juga menjadi terlihat makin tampan setelah perias yang centil yang tadi meriasku dengan rambut di cat seperti warna tembaga yang lapuk, itu merias wajah darma juga kemudian setelah selesai, ia berjalan dengan centil dan sempat mengedipkan matanya ke kami berdua.. “huh dasar banci gatal…!” maki darma pelan… Aku cuma tertawa kecil mendengar kata katanya itu. Sudah jam tujuh lewat lima menit sekarang. Aku dan darma turun kebawah menghampiri mama dan papaku yang telah menunggu kami berdua turun. Tiba tiba kakiku kembali gemetar.
Tanpa sadar aku menggenggam tangan darma erat erat untuk meminta kekuatan darinya… Darma membalas genggaman tanganku. Mamaku mengangkat alisnya satu (entah bagaimana mamaku bisa mengangkat alisnya setinggi itu) saat melihat aku meremas tangan darma. Aku cepat cepat melepaskan tanganku dari darma dengan jengah. “ayo kita berangkat sekarang!” kata papaku “yuk.. Niko cepetan kita sudah ditunggu!” timpal mamaku “iya ntar tunangannya keburu merajuk” seloroh darma. Aku melangkahkan kaki mengikuti mereka dengan perasaan yang tidak dapat aku gambarkan bagaimana adanya, tetapi yang pasti rasanya ada dua buah batu gunung sebesar kelapa yang diikat dikakiku rasanya saat ini. *******
kami telah sampai didepan rumah astri, ada tenda yang dihiasi dengan kain berempel lengkap dengan plafon berwarna putih bersih. terpasang didepan teras rumahnya. Meja saji yang juga dialas dengan taplak berempel dengan warna senada dengan rempel tenda, telah berdiri dibawah tenda, penuh berisi makanan dan berbagai jenis buah pencuci mulut telah ditata dengan indahnya. Prasmanan terbuat dari stenlis berpenutup kaca tahan panas dengan api lilin sebagai pemanas disusun berjejer menguarkan harum masakan yang mengundang selera. Puluhan jenis kue kue sebagai pembuka, yang aku tahu pasti dibuat oleh astri sendiri, disusun dengan penuh gaya dalam dulang yang telah dihiasi dengan daun pisang yang dilipat lipat dibentuk segitiga bersusun seperti sisik ikan. Aku tidak menyangka sama sekali kalau mama dan tante mul benar benar membuktikan ucapan mereka bahwa akan membuat acara pertunangan yang meriah, aku tidak tahu berapa tabungan yang dikerahkan untuk mewujudkan gengsi mamaku dan tante mul, tetapi bagaimana pun juga aku sangat berterimakasih sekali kepada mereka berdua yang telah bersusah payah selama beberapa hari ini untuk mempersiapkan pesta pertunangan aku dan astri.
Suara alunan lagu yang dinyanyikan dengan merdu menyambut kedatanganku dan keluarga. Aku turun dari mobil dan berdiri diiringi kedua orangtuaku dan darma +++ Aku turun dari mobil diikuti oleh darma dan kedua orangtuaku. Dengan langkah yang aku buat setegap mungkin berjalan menuju rumah astri, mamaku tampak kerepotan sekali dengan kain yang dipakainya karena melilit dengan sangat pas hingga tidak bisa melangkah terlalu lebar. ditambah lagi sepatu bertumit tinggi membuat ia harus mengimbangi tubuhnya hingga membuat ia agak terseok seok. “pelan pelan dong jalannya niko, udah kayak mau mengambil gaji saja!” gerutu mamaku “maaf ma, soalnya aku gugup sekali.” bisikku pelan sambil memperlambat jalanku. Sementara di belakangku terdengar darma batuk batuk seperti menyamarkan tawa yang nyaris keluar dari mulutnya. Aku menoleh dan tersenyum melihat darma yang sedang menutup tangannya sambil berdehem.
Papa berjalan disebelah kananku sibuk memberikan senyum kepada para tamu yang berdiri ketika melihat kedatangan kami. Sementara itu didepan tangga teras rumahnya tampak astri berdiri di tengah tengah mama dan papanya. Cantik sekali astri dalam balutan gaun semi kebaya warna hijau lumut dengan variasi warna kuning jeruk dimodifikasi, garis bahu yang terbuka, hingga menampakkan lehernya yang jenjang dilingkari kalung kristal swarovski berkilauan ditimpa cahaya lampu tembak berwarna kuning keemasan. Sepasang telinganya dihiasi dengan anting bermodel senada dengan kalung. Rambutnya digelung keatas, ditata melingkar membentuk bunga, diberi hiasan mutiara yang di selipkan membentuk taburan hingga memberi kesan pada wajahnya yang dirias semakin kelihatan bercahaya.
Disamping kirinya tante mul berdiri tersenyum sumringah, berkebaya biru donker dengan taburan mote, rambutnya juga disanggul kebelakang dan diberi hiasan tusuk konde berkilauan. Sepatu yang dipakainya bertumit tinggi tidak kalah dengan yang dipakai oleh mamaku. Sementara disebelah kanan astri berdiri papanya yang memakai beskap warna hitam seperti yang aku dan papaku pakai. Mereka bertiga berjalan menyambut kedatangan kami dengan senyum terkembang. Terdengar Suara mc yang mempresentasikan kisah asmara aku dan astri dengan tampilan foto sliding lewat screen yang dipancarkan oleh infocus. Seakan akan telah lama mengenal aku dan astri, kisah cinta kami berdua yang diungkapkannya ditambahi bumbu di sana sini seakan akan dia menyaksikan sendiri kemesraan aku dan astri selama ini. Tapi aku tidak terlalu perduli, biarkan dia menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Astri menyalamiku dan mencium tangannku, kemudian menyalami kedua orang tuaku. Akupun menyalami orang tuanya juga, setelah itu kedua orang tua kami saling bersalaman. Suara alunan lagu yang dinyanyikan oleh biduan membawakan lagu endless love hingga menambah syahdu suasana yang aku rasakan. Kemudian kami duduk di kursi yang telah dihias dengan kain satin berenda. Tamu tamu kembali duduk dan mc pun membacakan susunan acara yang telah dibuat singkat. Mataku menyapu seluruh ruangan melihat tamu tamu yang datang, ada beberapa pegawaiku dan teman yang aku undang. Hadir juga doni, erin, dan beberapa teman astri yang lainnya. Aku merasa badanku seperti ringan dan tidak menjejak lantai, aku begitu gelisah dan gugup. Sementara darma yang berdiri disamping meja tempat buah yang disusun dengan indah bagaikan hiasan, tersenyum memberikan semangat kepadaku.
Mc menginstruksikan agar aku dan astri berdiri sekarang karena acara puncak pertunangan kami akan segera dimulai. Aku berdiri sambil memegang tangan astri lalu menuntunnya berjalan ke arah meja tempat cincin belah rotan di taruh. Sementara itu kedua orang tua kami mengikuti dari belakang. Aku dan astri berdiri di depan meja bundar yang dialasi kain satin putih dengan hiasan rempel pita merah jambu. Taburan kelopak mawar yang berserakan diatasnya, sepasang gelas sampanye dari kristal dan sebotol minuman sirup berwarna merah sebagai pengganti sampanye.. Ada Kue tiga tingkat yang dihias dengan krem mentega berbentuk bunga berwarna merah jambu dan kuning dengan ornamen sepasang patung porselen di puncaknya.
Di tingkat pertama yang agak lebar ada patung kristal berbentuk sepasang angsa mungil dimana setiap leher angsa itu dilingkari oleh cincin emas belah rotan untuk aku dan astri. Aku merasa kakiku gemetaran sekali. Lidahku terasa kelu dan aku benar benar gelisah. Mc menghampiri kami dan menyuruhku untuk memakaikan cincin ke jari manis astri sebagai tanda aku telah mengikat dia dalam pertunangan. Dengan tangan gemetaran aku meraih cincin yang ukurannya lebih kecil, kedua orang tua kami melihat dengan tegang, sementara itu seluruh tamu telah berdiri mengelilingi kami, Untuk melihat moment yang paling penting dari acara ini. entah karena grogi atau memang gemetar tanganku yang terlalu parah. Tiba tiba cincin itu terjatuh keatas krem mentega yang lunak.
Semua tamu mendesah melihat kejadian itu. Mukaku memerah karena malu, sementara itu astri menarik kembali tangan kanannya yang telah terulur lalu membekap mulutnya. Aku menoleh kearah mamaku… Dia menganggukan kepalanya sementara tangan kanannya memegang dadanya. Mc mengambil tissue lalu memberikan kepadaku. Aku sambut tissue itu kemudian ku ambil kembali cincin itu setelah aku usap dengan tissue sampai semua krim yang tadi menempel hilang. Astri mengulurkan kembali tangan kanannya, aku pegang dengan tangan kiriku, tangan kananku memegang cincin belah rotan yang telah siap aku sematkan dijari manis astri.
Tiba tiba aku baru sadar diantara tamu yang berdiri mengelilingi kami, tepat di belakang astri ada seseorang yang berdiri memakai baju kemeja lengan panjang berwarna hitam. __ hampir saja aku terperangah… Seseorang yang tidak aku harapkan kehadirannya malam ini malah datang sendiri tanpa diundang. Dari mana dia tahu kalau hari ini aku bertunangan… Janter kenapa sih kamu tidak bisa menangkap maksudku, aku tidak ingin bertemu kamu, melihat kamu, dan berbicara dengan kamu, kenapa kamu memaksakan diri untuk hadir… Mengapa ketika aku berusaha keras untuk menghindari kamu, semakin pula kamu terus mencariku. Mc berdehem dan akupun langsung tersadar kembali kalau aku sedang ditunggu untuk memasangkan cincin pertunangan kejari astri. Aku masukkan cincin itu dengan perlahan lahan dijari astri yang mungil, begitu pas melingkar.
Kemudian astri mengambil cincin yang satunya lagi, memasangkan dijari manisku. Resmi sudah aku dan astri bertunangan. Semua yang hadir terlihat seperti ikut bahagia melihat aku dan astri. Tetapi perasaanku tetap sama seperti kemarin kemarin, tak ada yang berubah. Aku merasa tidak bahagia… Dalam otakku tadi saat memasukkan cincin kejari astri aku membayangkan kalau itu jari janter. Astri merangkul tanganku dan mengajak aku untuk menemui para tamu yang ingin memberikan ucapan selamat. Mama dan papaku sedang ngobrol dengan mama dan papa astri. Aku berjalan mengikuti astri menemui teman teman kami yang sedang mengambil makanan di meja saji. “silahkan dimakan ya… “ kata astri kepada erin yang sedang menuang sup kedalam mangkuk. “eh… Astri selamat ya.,” erin meletakkan mangkuk yang dipegangnya dan langsung memeluk astri. Aku berdiri menunggu erin melepaskan pelukan ke astri, tiba tiba bahuku di tepuk dari belakang. Aku membalikan badan, ternyata doni dengan firman yang mau memberikan selamat.
“selamat bro, semoga cepat naik kepelaminan” doni menjabat tanganku.. Lalu memelukku…aku mengangguk sambil menepuk punggungnya pelan dan berterimakasih. Semua teman teman dekat menghampiri kami untuk memberikan selamat. Aku lihat astri sibuk dengan teman temannya.. Tiba tiba aku ingat, kemana darma ya? Kok tidak terlihat lagi setelah aku pasang cincin tadi, kuedarkan pandangan keseluruh tempat siapa tahu melihat darma. Mungkin ia ada di beranda, aku berjalan menuju ke beranda untuk mencari darma, baru saja aku sampai di pintu, tiba tiba janter muncul dari samping dan menahanku “kamu ini kenapa sih….?” janter menggenggam pergelangan tanganku. Aku berbalik dan menarik tanganku.
“tidak kenapa kenapa… Memangnya ada yang aneh?” aku acuh tak acuh. “kamu seperti menghindar dariku sejak kita pulang dari kebun wahyu.” “siapa yang bilang, itu cuma perasaan kamu saja.” “apa salahku niko, apa ada perbuatanku yang membuat kamu marah, jujur saja…” aku mengambil kursi dan duduk di sudut ruangan, janter mengikutiku. “kamu tidak ada salah apa apa, cuma aku benar benar sibuk.” ujarku dengan pelan. “tapi kamu berubah, teleponmu tidak bisa dihubungi, kamu ganti nomor ya.?” desak janter tidak puas dengan jawabanku. Aku pandangi dia dengan tajam. Tiba tiba aku baru menyadari kalau pipinya agak tirus serta jenggotnya sudah mulai tumbuh tidak tercukur, matanya agak layu dan pucat.apa yang terjadi hingga janter begini terlihat tidak bersemangat, apakah janter baru saja sembuh dari sakit, mengapa janter yang selama ini selalu ceria dan tidak pernah diam namun sekarang seperti tanpa gairah. Janter balas menatapku, matanya yang tajam terasa menguliti hatiku hingga kedalam dan membuka rongga disana hingga terbaca apa yang aku rasakan terhadapnya.
Aku tidak sanggup ditatap seperti ini. Mataku terasa panas, aku tidak boleh lemah….aku tidak mau kalah…. Aku harus melawan perasaanku sendiri…. Aku memalingkan wajah, jantungku berdebar debar, ternyata aku masih belum bisa menghilangkan perasaan terhadapnya. Kemudian aku berangkat dan meninggalkan janter. Ia cuma bisa bengong melihatku.. Tetapi aku tidak menghiraukannya,… ****** aku berjalan di halaman depan rumah astri yang masih ramai dengan para undangan, mencari cari darma yang entah kemana menghilang dari tadi, seluruh tempat sudah aku periksa tetapi tidak juga aku menemukannya. Entah kemana dia… Apa mungkin dia ada di…. Ah tidak mungkin, tapi aku harus tetap mencoba mencarinya siapa tahu memang dia ada disitu +++
Kubuka pintu mobilku, ternyata memang benar dugaanku darma ada didalam mobil, tampak dia terkejut melihat aku datang, cepat cepat ia tegak dari duduknya… Kulihat matanya tergenang.. Rupanya tadi ia menangis. “ngape dar, dari tadik ku nyarik ka, rupe e ade disinik…ngape dak gabong didalem bai….?” “kenapa dar,dari tadi aku mencarimu, rupanya ada disini…kenapa tidak bergabung didalam saja…?” “dak ngapelah nik, ku tengah nek sendirik.. Ku dak sanggup ningok ka bedue kek astri..ku cemburu niko…!” tidak kenapa napa nik, aku lagi kepingin sendiri… Aku tidak sanggup melihat kamu berdua dengan astri..aku cemburu niko…!” “kamu menangis ya dar…, aku minta maaf kalau telah menyakiti hatimu?” darma menyeka air matanya dengan tangan bajunya.. “maaf ok nik, ku dak bemaksud bikin ka serba salah, tp entah ngape ku pacak macem ni, ase e ku dak rela ngebagi ka kek urang laen….”"maaf ya nik, aku tidak bermaksud membuatmu serba salah, tapi entah kenapa aku bisa seperti ini, rasanya aku tak rela membagi dirimu dengan orang lain….”
“aku mengerti darma, dan aku minta maaf untuk semua ini, tetapi inilah jalan yang terbaik yang bisa aku tempuh, aku sudah didesak oleh keluarga astri, dan mamaku pun ingin aku secepatnya bertunangan, aku tidak mau kalau sampai mereka mengetahui kalau aku sebenarnya adalah seorang gay.” “aku bisa mengerti keputusanmu niko, cuma mungkin tadi aku terlalu sentimentil, mendingan kita sekarang masuk kedalam lagi, jangan sampai astri dan keluargamu mencari cari kamu.” kata darma sambil mengambil tissue dan menyeka air matanya yang masih tertinggal. Kemudian ia keluar dari mobil. Lalu kami berjalan kembali menuju ke tenda. Sempat aku lihat janter berdiri disamping pintu sedang memandang aku dan darma.
Aku pura pura tidak tahu kalau ia mengawasiku. Astri sedang bercanda dengan teman teman kantornya. Senyum tak putus putus dari tadi tersungging dibibirnya. Aku menghampiri dia bersama darma. Saat melihat aku astri langsung menghampiriku lalu menggandeng tanganku dengan mesra, darma membuang muka kearah lain. Aku tahu dia masih belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan pertunanganku. Aku pikir waktu dirumah tadi melihat darma yang ceria sebelum kesini, ia telah bisa menerima perjanjian yang kami buat dengan berbesar hati, tapi aku salah, hati manusia memang sulit untuk diukur seberapa dalamnya… Tiba tiba aku mendengar suara seseorang menyanyi yang tidak asing di telingaku. Aku menoleh ke arah panggung. Astaga ternyata janter sedang bernyanyi, +++
SEBUAH PERTANDA
Suara bening janter memenuhi ruangan, lagu yang dibawanya sangat aku kenal. Lagu dari glen berjudul dipantai cinta. sudah cukup lama tidak aku dengar, karena waktu lagu itu sering muncul aku masih duduk dibangku sekolah. hanyalah untukmu… Kupasrahkan hidupku… Kukatakan setulus hati… Semurni cintaku, begitulah yang kini kurasakan…. Hangatnya cintamu.. Sehangatnya rinduku… Percayalah diriku kasih… Kaulah yang terakhir…. Diantara seluruh cintaku…. Kupeluk dirimu penuh kemesraan kita saling menyayangi… Bagaikan debur ombak yang menyatu… Takkan berakhir untuk selamanya… Dipantai cinta… lagu itu dibawakannya dengan sangat penuh penjiwaan.. Aku terdiam menikmati lantunan setiap syair yang dinyanyikannya.
Begitu mendayu dayu, aku cuma bisa terpaku, aku sangat menyukai suaranya, lagu itu menjadi sepuluh kali lebih menyentuh saat ia yang menyanyikan. Dadaku terasa sesak, ingin rasanya aku merengkuh dan memeluknya, hatiku luluh…. Astri menggenggam tanganku sambil menyenderkan kepalanya dibahuku. Suasana romantis memang sangat terasa, tetapi bukan untuk astri, aku rasakan itu terhadap janter. Darma menghampiri aku dan astri, ia membawakan dua gelas minuman lalu memberikannya kepada kami berdua. Aku mengucapkan terima kasih, tetapi pikiranku saat itu tak dapat teralihkan dari janter… Ia telah selesai menyanyi lalu melanjutkan lagi dengan lagu batak.
Aku belum pernah mendengar lagu itu sebelumnya. Tetapi aku bisa mengetahui kalau itu lagu yang sedih dari iramanya. rampak marsoban hita nadua… Tu harangan i mulak sikkola i hu hehe i ma ho mekkel subing ho tu au… Borhat ma au tu parjangani ro ho tu au pahattus padan i… Alai dang marokkap hita tikki i hape dung matua marongkap ma hita boi pajumpang muse aha na buni dirohatta gabe boi ito tapasada dainang manodo ho do ito, na lao parumaen nai dang hu olo i dainang manuntun lomo au tikki i entah apa sebabnya hingga aku tak menyadari air mataku sampai mengalir mendengar lagu yang ia nyanyikan ini… Aku merasa seperti lagu itu ditujukan kepada diriku, tetapi aku tidak tahu apa artinya lagu tersebut, wajah janter seperti terlihat murung, bahkan saat lagu itu berakhir ia cuma menganggukan kepala lalu meletakkan mic setelah itu turun dari panggung dan langsung pergi dari rumah astri. Tidak pamit padaku, pada astri ataupun pada siapapun. Aku sudah kehilangan semangat pada pesta ini. +++
aku bangun dengan malas.. Rasanya masih pegal disana sini. Capek juga setelah acara semalam. Turun dari tempat tidur rasanya berat sekali. Tubuhku agak meriang, dengan kepala agak sakit, sepertinya pertanda demam. Kuambil remote ac lalu memencet tombol off power. Terlalu dingin. Semalam aku tidur sangat nyenyak.. Aku bermimpi tentang janter, ia menyatakan perasaan sayang kepadaku, membuat aku terharu, kami berdua sempat berpelukan, terasa indah sekali mimpi ini, tetapi saat aku sedang menikmati hangat tubuhnya tiba tiba ia melepaskan pelukkannya lalu pergi menghilang terbawa kabut…. Aku berteriak mengejarnya tetapi aku cuma menggenggam asap…. Mimpi indahku berubah menjadi mimpi buruk….aku sentuh bibirku ingin merasakan bekas ciuman janter dalam mimpi semalam, tetapi aku cuma meraba bibir yang panas, tak ada tersisa rasa apapun,(ya iyalah meskipun dicium beneran juga gak bakalan ada terasa) aku tarik kembali selimut sampai batas leher, rasanya dingin sekali walaupun ac telah dipadamkan. Sudah jam delapan kurang, tenggorokanku kering, gelas diatas meja kamar telah kosong, aku mau minum tetapi tidak sanggup berjalan kedapur. Tiba tiba terdengar ketukan pintu kamarku, suara mamaku membangunkan aku..
Dengan suara yang parau aku memanggil mama agar masuk kedalam kamar. Pintu terbuka dan mamaku segera masuk, ia memandangku sebentar lalu ekspresi wajahnya berubah menjadi kekuatiran. Cepat cepat dihampirinya aku. Lalu dirabanya dahi serta pipiku.. Aku merasakan kasih sayang yang benar benar tulus dari seorang ibu, rasanya begitu damai dan memenangkan saat sakit ada ibu kita yang menjaga….. Rasa sakit itu sedikit berkurang karena perhatiannya. Mama mengambil termometer lalu memeriksa suhu badanku. Tubuhku digosoknya dengan minyak angin, lalu ia menyuruhku meminum obat dengan segelas air putih… Kepalaku terasa berat sekali… Mama menggosok punggungku…. Sampai aku terlelap lagi.. Pengaruh obat yang aku minum membuat mataku kembali mengantuk. *******
aku terbangun karena merasa seperti ada benda yang kenyal dan basah tetapi hangat yang menempel dibibirku.. Perlahan lahan kubuka mata, cahaya matahari yang menembus dari balik kaca jendela kamar membuat pandanganku menjadi silau dan agak samar samar, butuh waktu beberapa saat agar aku bisa melihat dengan jelas.. Saat mataku sudah bisa memandang dengan jernih jantungku terasa mau meloncat, melihat siapa yang sedang duduk disamping tempat tidurku..dengan posisi masih menunduk kewajahku memandang mataku dengan matanya yang tajam… Apakah yang aku rasakan dibibirku tadi itu bibirnya…? Atau itu cuma ilusi saja…. +++
janter terlihat agak kaget dan segera tegak kembali dari duduknya. Aku memaksakan senyum walaupun rasanya sangat berat. “kamu sudah lama disini…?” tanyaku dengan suara agak parau “belum terlalu lama, mungkin sekitar satu jam.” “darimana kamu tahu kalau aku ada dirumah?” “tadi aku kekantormu dan sekertaris mu bilang kalau kamu tidak masuk karena sakit.. Lalu aku kesini, mamamu menyuruhku masuk kekamarmu, kamu tidak marah kan?” aku mendesah pelan, bagaimana aku bisa marah… Aku sebenarnya masih penasaran apakah tadi janter ada menciumku, namun untuk menanyakan itu langsung kepadanya rasanya kurang etis, iya kalau dia memang menciumku, seandainya tidak… Tentu aku akan merasa malu sendiri dan janter akan merasa tersinggung… Jadi biarlah aku penasaran sendiri daripada harus membuat keadaan jadi tidak enak. “kenapa pula aku harus marah, memangnya kamu siapanya aku…” jawabku agak ketus, tanpa aku sadari.
Janter agak kaget tetapi pura pura tidak menyadari nada bicaraku yang agak kasar. Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk terlalu kasar dengan janter, namun aku sudah tak tahu lagi bagaimana caranya agar ia bisa menjauhi aku, seandainya kami bertemu terus, bagaimana bisa melupakan perasaan terhadapnya, sedangkan sampai saat ini masih sakit hati perasaan menyayanginya. “kamu belum makan dari pagi kata mamamu, dari tadi kamu tertidur, apa mau aku suapin?” tanya janter dengan lembut, tersirat pandangan tulus dari kedua bola matanya. “aku tidak nafsu makan.” “tapi bagaimana mau sembuh kalau kamu tidak makan, aku ambilkan ya, makanlah walaupun cuma sedikit…” aku cuma bisa mengangguk lemah, percuma saja menolak terus, akan panjang ceritanya, janter agak keras kepala dan tak akan cepat menyerah, aku sudah cukup bisa memahami sifatnya walaupun belum sepenuhnya. Janter berdiri dan berjalan keluar kamar, tidak lama kemudian ia kembali dengan membawa sepiring nasi dan segelas air putih.
Aku beringsut dari tempat tidur kemudian menyender di kepala tempat tidur dengan disangga bantal. Kepalaku masih terasa agak berat, ia mengulurkan sendok ke mulutku, aku makan juga walaupun rasanya begitu tidak enak, lidahku terasa pahit, aku mengunyah dengan lamban, janter memperhatikan dengan sabar, setelah dilihatnya aku berhenti mengunyah kembali ia menyodorkan sesendok nasi dengan sup ayam… Setelah beberapa suapan aku merasa agak mual dan kepingin muntah… Janter mengerti, cepat cepat ia letakkan piring dan sendok ke meja kecil disamping tempat tidur, lalu mengambil tissue dan mengusap bibirku dengan lembut. Aku merasa seperti bermimpi, baru semalam aku memimpikan janter, dan sekarang dia ada dihadapanku dan merawatku dengan penuh kesabaran, ataukah ini masih mimpi? Aku menjadi ragu sekaligus takut, seandainya ini memang mimpi, tolong jangan sampai aku terbangun karena ini mimpi terindah.
Janter membantuku berbaring kembali. Kenapa ia bisa begitu perhatian kepadaku, andaikan aku cuma teman biasa baginya, perhatian seperti ini membuat aku jadi semakin sulit untuk melupakan perasaan cinta terhadapnya. Ia menyelimuti aku dan kembali duduk di sampingku. Tangannya yang kekar dan memiliki jari yang panjang dan ramping, mengusap wajahku yang penuh keringat dengan tissue, “kenapa kamu seperti mau menghindar dariku niko?” janter bertanya dengan setengah berbisik. “apakah aku telah menyakiti kamu dengan tidak aku sadari?” ia melanjutkan. Aku tidak menjawab, lidahku terasa kelu.. “aku rindu saat saat kita bercanda dan bersama… Aku merasa kamu semakin menjauh… Apakah aku teman yang membosankan hingga kamu menjadi tidak suka terhadapku?” hatiku sedih sekali mendengar kata kata yang baru saja ia ucapkan, andaikan ia tahu tentang perasaanku yang sebenarnya apa dia masih mau menemaniku seperti saat ini, aku takut sekali mendapat penolakan, apalagi dari seseorang yang aku sayangi jauh didalam lubuk hati ini… Dari pada aku harus kecewa lebih baik aku mengambil inisiatif untuk menjauh sebelum semakin mekar dan berkembang rasa indah yang sebenarnya cuma mimpi dalam tidur, aku tidak mau terbangun dengan kecewa. “aku memang merasa tidak cocok berteman dengan kamu, diantara kita terlalu banyak perbedaan prinsip, sifatmu berbeda denganku dan banyak yang aku tak suka!” jawabku mengada ada janter terperangah sepertinya tidak menyangka aku akan mengatakan hal seperti itu. “tapi… Apakah aku….?” “aku capek dan mengantuk lebih baik kamu pulang saja sekarang aku mau tidur, terima kasih untuk segala perhatiannya!” potongku menyela kata katanya, kemudian memejamkan mata.
Terdengar helaan nafas janter, tetapi aku bisa merasakan kalau ia tidak bergeming dari duduknya. Terbuat dari apakah hati manusia satu ini, aku jadi heran dengan kekeras kepalaannya… Aku terpaksa membuka kembali mataku yang memang tidak mengantuk sedikitpun.. Janter sedang memandangiku dengan gemas.. Entah apa yang ia pikirkan sekarang. “kamu sudah jadian dengan ranti?” tanyaku sambil menghindari dari pandangan matanya. “aku sudah seminggu lebih tidak bertemu ranti, aku terlalu sibuk mencarimu, rasanya aku tidak nafsu tanpa ada kamu untuk teman bercerita!” jawaban janter membuat hatiku terasa tersiram air embun. “tapi nanti sore aku akan menelponnya mengajak dia kesini, aku tidak menyangka kalau kamu merespon hubungan aku dengan ranti, aku ingin perempuan yang aku pilih nantinya bisa akrab dengan kamu, karena bagiku kamu adalah sahabat dan saudara bagiku..” ya ampun mulai lagi deh, merusak mood saja, baru saja hatiku hampir luluh, dasar janter sialan __ “mendingan kamu pulang sekarang, aku capek mau tidur… Nanti sore tidak perlu kesini karena aku mau istirahat, kepalaku sakit kalau terlalu banyak yang datang” cetusku dengan kesal… Daripada aku melihat perempuan centil sok perhatian itu, bisa bisa aku jadi makin sakit kepala. mendingan tidak usah kemari. Janter menggeleng kepala dengan heran. “kamu lagi mens ya?” hah apa aku tidak salah dengar apa yang diucapkan janter barusan….. “kamu bilang apa tadi.. Ulangi sekali lagi kurang jelas!” tanyaku “kamu sepertinya lagi sensitif, mungkin kamu lagi mens!” jawab janter dengan gregetan. “biarin…! Mau mens kek mau mons kek itu urusanku, yang penting jangan pernah bawa bawa ranti kemari aku tidak suka!” ups…. Kenapa aku bisa kelepasan bicara seperti ini.
Janter menatapku dengan mata agak menyipit heran, seperti sedang menilai sesuatu, aku cepat cepat menoleh ke arah lain dengan perasaan malu. Kemudian janter menghampiriku dan mendekatkan kepalanya ke arahku lalu bicara dengan berbisik… “apa maksudmu niko.. Kamu tidak menyukai ranti ya?…. Jadi itu yang menyebabkan kamu jadi menghindar dariku selama ini..!” tuduh janter tanpa perikemanusiaan terhadapku. “jangan menuduh sembarangan, aku tidak pernah mengatakan tidak menyukai ranti!” elakku walaupun apa yang dikatakannya itu benar tapi aku kan harus tetap jaga gengsi, sebenarnya aku bukan tidak menyukai ranti, tapi aku tidak suka janter menyukai ranti. Itu saja. “kamu sudah bertunangan dengan astri sekarang.. Dan aku juga ingin punya pacar seperti kamu juga niko..apa itu salah..?” aku mematung tiba tiba tanganku digenggam oleh janter… Aku nyaris menepis tangan itu saking kagetnya. Jantungku tiba tiba jadi berdegup keras… Tanganku gemetaran seperti tersiram air es.
“Niko ada yang mau jujur aku akui kepadamu, tapi kamu janji tidak akan marah ataupun menertawakan aku..” aku melirik janter, nafasku serasa tercekat, apa yang mau ia akui….apakah itu berhubungan dengan ranti, ataukah malah sesuatu yang lebih dari itu. Aku menunggu ia melanjutkan kata katanya dengan jantung berdebar semakin tak teratur. Sementara itu tangannya masih menggenggam dan meremas jariku. Matanya yang tajam menatapku tanpa berkedip. Aku merasa jengah ditatap seperti itu. Tolong jangan buat aku penasaran janter. +++
“entah mengapa waktu kamu menjauh dariku, rasanya aku seperti kehilangan semangat… “ aku agak kaget mendengarnya…. “mengapa bisa begitu jan?” “entahlah aku juga tidak tahu, belum pernah aku merasakan seperti ini…dulu aku punya teman akrab tapi waktu ia pergi lama aku tidak merasa seperti ini” aku sangat terkejut sekali mendengar kata katanya itu.. Seakan akan tak percaya aku mencubit tanganku.. Sakit… Aku tidak sedang bermimpi. Mengapa aku tidak sabaran dan selalu emosi. Mengapa aku harus cepat cemburu dan marah pada janter. “maafkan aku janter.. Aku mungkin memang bukan teman yang baik untuk kamu, kamu begitu baik dan selalu perhatian.. Aku juga senang punya teman seperti kamu,” janter tersenyum kepadaku. Tiba tiba aku merasa semakin pusing kepala, aku bingung mengapa harus jadi begini rumitnya.
Seandainya harus memilih diantara ketiganya tentu saja aku tetap lebih memilih janter, namun aku tidak mau menyakiti hati darma. Ia telah berharap banyak padaku. Ingin rasanya aku berteriak sekeras kerasnya agar hatiku menjadi lebih lega. “cepat sembuh ya niko, aku ingin mengajakmu jalan jalan lagi seperti kemarin kemarin.” aku mengangguk kecil… Janter berdiri dan berpamitan untuk pulang karena dia masih ada kerjaan yang harus diselesaikan. Ia berjanji nanti malam akan kesini lagi. +++
UNTUK PERTAMA KALI
Aku beringsut bangun dari tempat tidur, tubuh sudah agak ringan. Sekarang sudah sore, enaknya ngapain ya, rasanya semangat sekali, mengerjakan apapun pasti akan menyenangkan. Oh ya bukankah tadi janter berjanji akan kerumah nanti malam, tadi dia bilang merasa rindu, namun dia kan tidak ada bilang menyukai aku, jadi bingung juga… Kenapa sih tadi penjelasannya tidak tuntas, membuat aku jadi bimbang seperti ini. Ah sudahlah, yang penting sekarang aku mandi dulu dan berusaha terlihat sesegar mungkin, supaya janter senang melihatku. ********
aku duduk didepan teras, menunggu kedatangan janter, pokoknya aku harus mengungkapkan apa yang aku rasakan terhadapnya tidak perduli apapun reaksi dia nanti, yang penting semua rasa penasaran yang ada bisa terjawab dengan tuntas. Tapi harus bagaimana memulainya, apakah tidak akan terdengar memalukan, aku tidak terbiasa mengungkapkan perasaan dan kurang bisa bermain dengan kata kata, takutnya nanti malah salah pengertian…. Ya ampun kenapa sih untuk mengatakan suka saja harus begini sulitnya…. Dasar kuper. Aku melihat ke arah jalan tetapi belum ada juga tanda tanda janter mau datang… Tolong deh jangan sampai terulang lagi, aku bakal hilang kesabaran. Aku sadar betapa memuakkan tingkah laku ku sekarang, sudah bertunangan, tetapi masih saja ingin mengejar cinta dari janter, namun aku tidak bisa menahan gejolak rasa ini, bukan tidak bersyukur dengan apa yang ada, namun aku ingin sekali saja merasakan kasih sayang dari orang yang benar benar aku cintai dari dasar hati.
Cahaya lampu mobil menyilaukan mataku, rupanya mobil janter yang sedang masuk ke pekarangan rumah, dan berhenti tepat didepanku, janter langsung turun sambil nyengir melihatku, ya ampun lesung pipi dan senyum itu membuat lututku menjadi lemas, andaikan aku bisa menikmati senyum itu setiap hari setiap waktu dan senyum itu hanya milikku, betapa bahagia hidup ini. Aku berdiri dan janter menghampiri, “ayo jalan, kamu sudah siap kan?” ajak janter dengan suaranya yang berlogat batak, “ayo, aku sudah siap dari tadi….. Malah sudah hampir ketiduran menunggu kamu!” aku langsung berjalan menuju ke mobilnya. Sudah setengah jam aku dan janter berputar putar, tetapi masih bingung mau kemana.
Akhirnya janter mengajak aku main bilyard, aku menyetujuinya. Tidak sampai sepuluh menit sampai ditempat bilyard. Langsung memilih meja yang paling ujung. Ramai juga yang main disini, kebanyakan masih remaja. Tiba tiba aku melihat ada doni berjarak dua meja dari meja kami, tampaknya dia sedang asik dengan teman temannya sesama brimob. Biar saja nggak usah aku panggil, nanti juga kalau melihat aku, pasti dia minta tambahan dana buat beli koin. Dasar brimob kere… Gadis penjaga bilyard mengatur bola kemudian meninggalkan kami. Janter yang melakukan break shoot, sementara aku menggosok tip cue dengan chalk. Dua bola langsung masuk dalam pocket, wah boleh juga nih anak, kemudian dia mengarahkan cue nya dengan grip yang mantap ke cue ball menuju object ball dan melakukan follow through shoot yang benar benar fantastis. Beberapa kali aku gagal memasukan bola pada pocket bahkan sempat terjadi missed cue dan berkali laki scratch hingga foul akhirnya janter mendapat ball in hand.
Kami bermain bilyard hingga hampir tengah malam saking a asiknya, padahal aku biasanya kurang suka main bilyar, tapi jika dilakukan dengan janter menjadi asik, malam ini aku memasukkan bilyar dalam daftar hobiku yang baru.. Hihihi.. Janter memesan bir dan sudah sekitar tiga botol yang ia habiskan, aku hampir tidak pernah minum beralkohol, tetapi karena melihat janter minum, dengan penuh percaya diri aku ikut minum juga, agar terlihat lebih jantan men…. Pokoknya asal dengan janter, lebih dari bir pun aku minum dengan ridho. Saat menyodok aku mulai merasa mengambang, bolanya terlihat jadi agak buram dan mulut ku tidak henti hentinya nyerocos, mungkin pengaruh dari bir tadi sudah mulai meresap ke syaraf otakku.
Walhasil cue ball melambung dari meja bilyard dan mengenai punggung seorang remaja yang sedang main di meja sebelah kami sebelum akhirnya bola itu jatuh ke lantai. Pemuda remaja itu berbalik, wajahnya penuh jerawat batu yang sudah hampir mirip anak terserang cacar air parah.. Pemuda itu menyeringai melihatku, sambil menggaruk garuk kepalanya yang berambut seperti landak.. Dalam keadaan mabuk seperti ini, rasanya aku melihat pemuda itu mirip sekali dengan kera yang menyeringai hingga aku tertawa bukannya meminta maaf… Janter yang cepat tanggap dengan situasi ini cepat cepat meletakkan cue nya di atas meja dan menghampiriku membekap mulutku dan meminta maaf pada pemuda ingusan itu, tetapi si pemuda itu sudah terlanjur tersinggung dan menghampiriku lalu meninju mukaku, rasanya kaget sekali saat kepalan tangannya itu telak menghantam mata kiriku, rasanya seperti ada kilat lampu kamera disertai rasa sakit yang bukan kepalang, aku tersungkur, janter menjadi emosi dan langsung meninju anak itu, ketiga temannya yang tidak terima melihat janter memukul pemuda itu langsung menghentikan bermain lalu mengeroyok janter, aku bingung sekali, sementara kepalaku yang pusing, menjadi makin berkunang kunang akibat bogem mentah, janter yang sedang mabuk juga tidak bisa berpikir jernih sama seperti aku, akhirnya terjadilah keributan yang tidak di harapkan, aku ditendang oleh entah siapa diperut hingga lambungku menjadi sesak… Sempat kulihat janter sedang kewalahan menerima tendangan dan tinjuan dari dua orang teman pemuda tadi +++
Saat sebuah tendangan hampir mendarat didadaku tiba tiba ada seseorang yang menerjang pemuda itu, dan menghantamkan cue ke tubuhnya bertubi tubi… Terdengar pemuda yang mau menerjangku tadi mengaduh aduh meminta ampun..aku mencoba berdiri walau agak sempoyongan, kepalaku masih berdenyut dan perutku sesaknya minta ampun.. Dalam kesusahan itu ada seseorang yang memapahku untuk berdiri, rupanya doni.
Ia membantuku duduk diatas kursi, sementara itu teman temannya yang brimob masih menghajar pemuda pemuda ingusan sok jago itu, aku melihat janter tersungkur dengan hidung berdarah, sedang dipapah oleh teman doni yang aku kenal juga seorang brimob. Dalam hati aku merasa agak malu juga karena telah mengakibatkan perkelahian seperti ini, doni kemudian mengambil air es lalu menyeka wajahku, rasanya dingin sekali, tetapi sedikit demi sedikit rasa pusing dikepalaku berangsur hilang, aku melihat teman teman doni yang berjumlah enam orang sedang menggiring anak anak itu. Janter menghampiriku.. Kemudian ia berterimakasih kepada doni.
Doni menganggukan kepala dan menjabat tangan janter, “lebih baik kalian berdua sekarang pulang, soalnya takutnya nanti teman teman anak itu mengincar kalian berdua, soal mereka biar kami yang urus!” kata doni kepada janter. “iya bro, makasih banyak ya udah menolong kami tadi,” ucap janter pelan menahan rasa sakit dibibirnya yang luka. “ya sudahlah tidak masalah, aku sahabat baik niko, untung saja tadi kami lagi main bilyard disini, saat melihat kalian dikeroyok, aku dan teman temanku tidak bisa tinggal diam!” aku terharu mendengar kata kata doni, memang anak satu ini walaupun kadang menjengkelkan tapi dia sangat baik kepadaku. “maaf ya don sudah merepotkan kamu!” aku berkata sambil memegang perutku yang masih sakit. “tidak apa apa niko, itulah gunanya sahabat, tidak akan aku biarkan seorangpun menyakiti kamu niko.” “kalau begitu kami pulang sekarang ya!” janter berdiri dan mengajak aku pulang, aku berangkat dari duduk dan berpamitan pada doni sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi. Doni cuma senyum lebar…
“makanya jangan minum terlalu banyak, tiap kali aku ngajak minum kamu selalu menolak, eh malam ini mabuk gak ngajak ngajak malah bikin ribut. Hahahaha!” doni tertawa sambil mengolok aku. Aku cuma bisa meringis. Kemudian doni menuntun aku dan janter hingga ke mobil, “kira kira masih sanggup nggak nyetir?” tanya doni dengan kuatir “masih bro, aku masih bisa melihat jelas, terimakasih ya… Kapan kapan aku mau traktir kamu dan teman temanmu tadi makan makan.” jawab janter sambil membuka pintu mobil. “sip aku tunggu,!” “oke, nanti kami kabari, bye bro!” “bye, hati hati dijalan, pelan pelan saja nyetirnya, yang penting sampai. Oh ya kalau bisa niko tolong kamu bawa kerumah kamu saja, jangan sampai mamanya panik, soalnya dia anak semata wayang bisa bisa nggak dikasih lagi keluar malam!” kata doni sambil bergurau. Aku melotot kepadanya, doni membalas mengedipkan sebelah mata sambil memancungkan bibir seperti gaya berciuman kepadaku.
Aku dan janter melambaikan tangan lalu meninggalkan doni. Janter membawaku kerumahnya, aku langsung duduk di sofa, rasanya aku masih agak malu karena gara gara aku, janter juga kena getahnya. “maaf ya jan, aku tadi tidak sengaja….” “sudahlah niko, tidak apa apa, km tadi lagi mabuk, salah aku juga udah ngajak kamu minum bir” “aku memang jarang minum, hampir tidak pernah….” jawabku pelan. “tadi kamu hampir tiga botol setengah, pantas saja kamu mabuk…makanya kalau tidak sanggup lagi jangan diminum lagi.” “iya jan…” “sekarang mendingan kamu cuci badan dan muka lalu gosok gigi, baju kamu itu ganti saja dengan bajuku. Ambil saja dalam lemari.” perintah janter, aku langsung menuruti seperti kerbau dicocok hidungnya.
Aku masuk kamar mandi dan membasuh badanku dengan air hangat yang memancar dari shower, rasanya segar sekali.. Baju yang aku pakai telah kotor terkena sagu dan tanah… Aku keluar dari kamar mandi cuma berlilitkan handuk sebatas pinggang. Janter menungguku di depan pintu kamar mandi karena ia juga mau membersihkan badan. Setelah aku keluar, janter masuk lalu menutup pintunya. Aku membuka lemari mencari baju kaus dan celana pendek..ada baju kaos buntung dan boxer hijau sebatas paha… Tiba tiba aku ingat. Celana dalamku tertinggal di kamar mandi… +++
aku mengetuk pintu kamar mandi. “jan, tolong buka pintunya sebentar, aku mau mengambil cd ketinggalan didalam!” janter membuka pintu kamar mandi dan melongokan kepalanya yang penuh busa sabun. “cd mu tadi sudah aku masukkan kedalam mesin cuci..!” katanya sambil memejamkan mata menghindari perih karena busa sabun masuk. “yaaa… Aku kan nggak bawa cd untuk ganti…” aku mendesah, “sudahlah pakai saja punyaku… Pilih saja semua ada dalam laci lemari paling bawah!” cetus janter sambil menutup pintu kamar mandi. Aku kembali ke lemari dan memeriksa laci tempat penyimpanan celana dalam janter. Berbagai macam model dan merek celana dalam terkenal terlipat dengan rapi dan aku merasakan suatu perasaan erotis saat melihat sebuah cd dengan bentuk minimum exposure, gaul juga itu anak kok sempat sempatnya membeli celana dalam yang begini seksinya.
Bagian depan yang terbuat dari bahan karet elastis dan belakangnya cuma seutas tali yang kecil, aku senyum senyum membayangkan janter mengenakan cd ini. Aku ambil yang berwarna oranye dengan bentuk yang lebih konvensional, rasanya aku bakalan tak nyaman dengan cd yang bertali tadi.. Aku cium baunya harum sekali, rasanya ingin memakannya…. Selesai berpakaian aku langsung berbaring di tempat tidur, sudah jam satu dinihari mataku sudah mulai mengantuk. Janter keluar dari kamar mandi dengan cuma tersampir handuk pendek, pahanya yang berbulu dan putih mulus itu membuat aku menelan ludah..
“sudah ngantuk ya.. Tidur saja” kata janter sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang tadi dipakainya, sekarang dia cuma mengenakan celana dalam yang berwarna putih dan berpinggang rendah, aku sempat melihat bulu bulu yang mengintip dari belahan rongga kakinya. Tonjolan yang menggunung dalam celana ketat minim itu seakan akan tidak cukup untuk menampungnya hingga terlihat sesak. Kemudian dia langsung menyusul naik ke atas ranjang tanpa mengenakan celana dan baju lagi…. “aku terbiasa tidur cuma pakai cd, kamu tidak keberatan kan?” Tanya janter sambil menarik selimut. “tidak masalah, terkadang aku juga cuma tidur pakai cd kalau dirumah…!” jawabku berusaha keras untuk tidak terlalu sering melirik ke bagian terintim dari tubuh janter yang cuma tertutup secarik kain itu..
Nafasku jadi tak teratur karena jantungku berdebar tidak karuan. Oh janter kenapa kamu bisa memiliki tubuh seindah ini, bagaimana aku bisa tahan berada lama lama di samping kamu tanpa memeluk dan menyentuh tubuhmu. Apakah ia tidak sadar kalau aku benar benar mengalami rangsangan yang bergolak dan membuat sekujur tubuhku terasa lemas.. Janter menumpukan kedua tangan di belakang kepalanya, hingga bulu bulu ketiaknya yang tumbuh teratur menghitam menyemaki bagian dalam lengannya yang kekar, aroma sabun mandi tercium harum sampai ke hidungku. Dadanya bidang dengan puting yang berwarna kecoklatan agak mencuat sungguh mengundang seleraku untuk mencucupnya dengan bibirku dan menjilatinya penuh nafsu. Rasa kantukku telah sirna sama sekali. Tak terkatakan betapa aku menderita sekali menahan birahi yang semakin memuncak hingga kepalaku menjadi pusing, sementara janter dengan santai memejamkan matanya tanpa menyadari uap panas telah keluar dari seluruh rongga pori poriku.
Aku pandangi wajahnya yang semakin lama semakin enak dipandang, tiada cela sedikitpun, semua berada di tempat semestinya dan di ibaratkan benda, semua yang ada di wajah dan tubuhnya adalah produk kelas satu yang terpilih dari yang terbaik….. Bagaimana aku bisa tahan dengan gairah ini.. Andaikan dulu orang orang melihat nabi yusuf sampai mengiris jarinya, aku mungkin bisa memotong tanganku andaikan saat ini aku sedang mengupas buah. Matanya yang terpejam dengan bulu bulu yang lentik itu sungguh serasi dengan alisnya yang tajam di tengah membentuk lengkung mematah sangat tebal bagaikan jelaga diatas kue bulan. Hidungnya yang mancung mengingatkan aku dengan boneka ken teman pria barbie, bibir merah muda sedikit penuh agak tertarik hingga hampir membentuk lengkung senyuman yang samar tetapi kontras dengan matanya yang tajam memberi kesan tegas.. Tulang pipinya tinggi berujung pada dagu persegi dengan latar belakang hijau bekas cukuran yang rapi menambah kejantanan ragawi yang dimiliki janter..
Sungguh tuhan telah bermurah hati dan mungkin memberi waktu ekstra waktu menciptakan janter. Andai dia tinggal di jakarta, mungkin akan sukses berkarir sebagai peragawan. Dan sekarang tubuh yang yang mungkin menjadi idaman setiap wanita serta kecemburuan lelaki ini terbaring nyaris telanjang dalam posisi menantang disampingku… Bagaimana aku bisa mengelak dari pesona janter… Kepalaku yang masih sedikit pusing akibat bir yang tadi aku tenggak menjadi bertambah sakit melawan deru hasrat yang terus menerus meronta ingin segera terlampiaskan. Panas dingin rasanya. Nafasku menjadi panjang pendek hingga sakit dadaku berusaha meredam degup jantung yang terpacu.. Aku benar benar sudah tidak tahan lagi.. Aku harus nekat. Apapun yang akan terjadi nantinya akan aku terima. Daripada aku mati penasaran menahan nafsu, lebih baik aku mati di bunuh janter tetapi dengan kepuasan karena telah menjamah dan mencicipi buah terlarang itu. Aku rela dipukulnya, aku ikhlas andai ia menghajarku… Keputusanku sudah bulat, aku harus melakukan ini… Nafas janter begitu teratur, matanya masih terpejam.. Aku mengulurkan tanganku yang gemetaran hebat ke arah tubuhnya, aku sibak selimut yang menutupi perutnya hingga pinggangnya ke bawah terpampang menantang. tubuhku makin panas dan bergetar +++
aku merapat lebih mendekat berbaring di samping janter, harum tubuhnya langsung terasa, tubuh atletis yang menggairahkan itu seakan akan menunggu untuk dijamah… Bulu bulu halus dan agak ikal di bawah pusarnya tumbuh dengan rapi membentuk satu garis sebesar telunjuk dan makin menyebar di arah garis pangkal pahanya menghilang tertutup celana dalam putih yang dipakainya… Aku mainkan jari tanganku menelusuri perutnya yang begitu padat, memainkan bulunya terasa menggelitik kulit ujung jariku.. Aku merasakan bulu bulu halus di seluruh tubuhku berdiri, betapa menggiurkan, sementara itu janter seperti tidak menyadari apa apa dan masih terpejam, aku memiringkan tubuhku agar lebih memudahkan untuk menjelajahi setiap lekuk yang menonjol maupun yang tersembunyi pada dirinya. Ku usap dengan lembut dengan telapak tangan bagian luar celana dalam putih pada bagian yang menggunung, terasa kenyal, jantungku makin berdegup hebat, janter menggeliat sedikit, membuat aku kaget dan menghentikan usapan dan hendak mengangkat tanganku dari tonggak yang tersembunyi dibalik kain lycra tipis..
Namun tiba tiba sebuah tangan yang hangat dengan refleks menangkap pergelangan tanganku hingga tak bisa aku singkirkan. Astaga janter belum tidur…. Aku hendak berangkat dan menengadah melihat wajah janter.. Matanya tidak lagi terpejam namun tatapan tajam menyorot aku, ada yang lain aku lihat dari sinar matanya, bukan rasa marah atau keberatan, namun lebih mirip dengan tatapan meminta lebih. Aku kurang yakin dan hendak berdiri, namun tangan kiri janter langsung merangkul punggungku dan menarik tubuhku agar lebih mendekat pada dirinya. Terasa sekali tubuhnya mejadi lebih hangat serta dadanya yang menempel dipipiku ikut berdegup seirama dengan degup jantungku.. Aku telah mendapatkan izin walau tanpa kata kata, namun mata lebih banyak menjelaskan apa yang diinginkan oleh janter. aku tahu apa yang aku rasakan ini tidak ada hubungan dengan minuman alkohol yang tadi aku tenggak…
Semua murni dari naluri dan hati. Telapak tangan kasar janter menyelusup dari balik baju kaus dan menempel dikulit punggungku, terasa agak kasar dan hangat. Aku mainkan puting yang keras dan telah mengacung tepat di depan mata dengan lidah, lalu mengulum dengan lembut membasahinya… Bagaikan lidah ular menari nari di ujung puting kecoklatan menggelitik dan mencucup, bagaikan ada yang mengajari dari dalam tubuhku… Janter meremas rambutku, mendorong kepalaku hingga menekan putingnya menempel dibibirku..
Ku gigit kecil dan janter menggeliat hebat, tangan kananku menyelusup kebalik celana dalamnya, benda keras dan panas terasa berdenyut dalam genggaman tanganku.. Bulu bulu tebal yang tumbuh di sekeliling kejantanannya menggelitik punggung tanganku, begitu kasar dan lebat. Baru sekali ini aku menggenggam penis laki laki dan rasanya benar benar nikmat tak bisa diungkap dengan kata kata.. Aku naik turunkan tanganku memainkan kejantanan yang sebesar pergelangan tangan bayi itu sementara lidahku menelusuri perutnya dan menjilat semua bagian ototnya yang keras tanpa ada yang terlewati. Janter semakin menggelinjang kenikmatan. Berkali kali dengusan aneh dari hidungnya menerpa rambutku dan tubuhnya bergetaran…. semakin mempererat pelukan tangannya pada tubuhku.
Aku turunkan celana dalamnya hingga kelutut, kemudian aku turunkan lagi hingga kekakinya, aku loloskan dan lempar ke lantai.. Sempurnalah sudah tubuh telanjang janter berbaring terkangkang di hadapanku…penis yang ketat mengacung keatas dihiasi dua bola cokelat kemerahan disemaki bulu bulu ikal kasar yang teratur di sekelilingnya… Suatu pemandangan yang membangkitkan birahi, hingga rasanya ingin aku menelan benda itu, merasakan didalam mulutku batang panas yang keras, bagaimana rasanya bila tekstur nya aku rasakan di lidah, Berkali kali aku menelan ludah hingga jakunku turun naik…
Aku pandangi wajah janter meminta persetujuan, ia mengangguk dengan mata yang redup menahan nafsu, aku merunduk ke arah selangkangannya, siap untuk melumat batang keras di tengah tengahnya. Janter melebarkan pahanya agar memudahkan aku untuk memainkan kejantanannya.. Aku mendekat kan wajahku tepat ke tonggak yang mengacung dan berdenyut denyut itu, tercium aroma yang khas tapi tidak bau, seperti keringat yang maskulin berpadu dengan harum sabun mandi, ku pegang penis yang tertutup kulit itu dan ku turunkan kulitnya hingga kepala yang berbentuk jamur berwarna merah jambu dan licin itu menyeruak, cairan bening kental membasahi lubang kecil di ujungnya. Kepala bundar dengan tepi sedikit melebar dan membentuk lingkaran sedikit menaik pada bagian tengah dan putus dibagian bawah menyambung dengan urat yang menonjol pada bagian bawah batang tepat pada garis lubang kencingnya yang membentuk garis pendek.
Janter membuka mata lebar lebar menunggu aku melanjutkan…. Ku julurkan lidah dan menjilati batang yang berurat itu perlahan lahan, janter mengejangkan badannya seperti menikmati setiap sapuan lidahku pada kejantanannya.. Melihat reaksi janter membuat aku semakin terpacu untuk lebih memberikan kenikmatan pada batang berurat yang aku pegang ini. Kubuka mulutku dan memasukan batang hangat ini sedikit demi sedikit hingga hampir seluruhnya masuk dalam mulutku…. Terasa sekali denyutan teratur saat benda itu menempel dilidahku.
Terasa sedikit asin air yang keluar dari lubang kencingnya,.. Bulu bulu ikal yang kasar menggelitik pipi dan hidungku, menguarkan aroma yang begitu enak hingga menambah hasrat birahi dalam tubuhku +++
terasa penuh mulutku dengan benda hangat kenyal…. Sensasi yang tak terkatakan nikmatnya merasakan bagian paling rahasia dari tubuhnya itu dapat aku rasakan dalam mulutku.. Aku maju mundurkan kepalaku hingga batang yang telah basah oleh ludahku itu keluar masuk dengan lembut seiring gerakan kepalaku yang berirama…. Janter mendesis menahan nikmat. ia mengangkat pantatnya naik turun mengikuti hisapan mulutku yang maju mundur, kupercepat gerakan kepalaku sambil tanganku meraba raba dadanya yang kencang, janter membalas meremas remas bahuku dan mengusap punggungku… Aku menatap wajahnya dengan perasaan bahagia yang tak terkira, betapa senangnya saat melihat janter begitu menikmati setiap permainan lidahku yang menari dalam mulutku menjilati kejantananya yang berdenyut dan semakin keras…..
Mulutnya mendesah desah seperti kepedasan, matanya menatap aku dengan penuh gairah.. Sementara mulutnya setengah terbuka, aku kulum dan hisap terus kejantananya dengan irama teratur, mengerahkan segenap kemampuan yang aku bisa untuk memberikan kenikmatan pada tongkat tumpul yang kini ada dalam mulutku…
Tiba tiba janter menarik batangnya hingga terlepas dari mulutku, kemudian dengan ganas ia menarik tubuhku hingga terjatuh ke atasnya dan ia memelukku dengan erat, lalu tanpa disangka sangka ia melumat bibirku dengan ganas…. Akupun membalas melumat bibirnya yang terasa agak keras itu, wajahku menempel dengan wajahnya hingga terasa bekas cukurannya yang sedikit gatal di pipiku…. Janter menangkupkan kedua tangannya pada pipiku… Terasa panas hembusan nafasnya yang keluar dari hidung menerpa wajahku…
Aku memainkan lidahku dalam mulutnya, mencari cari lidahnya.. Ia membalas memainkan lidahku yang berada dalam mulutnya dan sesekali menghisap lidahku dengan lembut.. Aku membuka mata lebar lebar, menatap mata janter yang bersinar karena gairah…. Bibir kami terus saling lumat, liurnya yang masuk mulutku tanpa jijik aku telan, demikian juga dengan janter. Kemudian ia melepaskan pagutannya kemudian turun kedadaku, mengisap putingku dan menggigit gigit dengan gemas. .. Aku mendesah karena merasa nikmat…
Kami berdua bergulingan diatas kasur hingga seprei menjadi kusut dan acak acakan.. Namun kami tidak perduli lagi, hanya ingin menggali dan menggali terus kenikmatan demi kenikmatan yang dapat kami kecap hingga tuntas….. Janter menjilati sekujur tubuhku dengan rasa lapar yang tak henti hentinya. Seakan akan ia juga telah lama menantikan saat saat ini.. Aku menggelinjang tak henti henti saat lidahnya menyapu bagian bagian sensitif di tubuhku.. Tubuhku terasa kejang kejang didera rasa nikmat tak putus putus.. Aku menggeloros ke bawah menangkap batang kejantanan janter dengan mulutku lagi, rasanya menjadi ketagihan dan ingin terus menerus memasukan batang hangat itu dalam mulutku. Janter menekan kepalaku hingga hampir seluruh dari batangnya yang panjang itu amblas masuk dalam mulutku..
Aku megap megap Menahan mual karena kepala penisnya menyodok tenggorokanku. Cepat cepat aku tarik kepalaku untuk mencegah jangan sampai aku muntah.. Janter sepertinya mengerti dan tidak lagi menekan kepalaku.. Aku bersimpuh di selangkangannya terus menghisap dan mengulum dengan ganas… Sementara janter dengan posisi setengah duduk menyender pada tumpukan bantal, tungkainya yang panjang ditekuk keatas.. Janter terus mendesah dan menggelinjang gelinjang.. Aku semakin bersemangat mencelomoti batang penisnya.. Terkadang aku kulum dan jilat kedua bolanya yang kenyal dan padat dan ditumbuhi bulu sedikit..
Aku melihat bulu bulu pendek ikal yang tumbuh dari pangkal bola bolanya bagian bawah lumayan tebal hingga menutupi lubang anusnya dan menyerak di sepanjang garis belahan pantatnya.. Entah karena dibutakan oleh nafsu atau cinta aku telah kehilangan rasa jijik hingga tidak perduli lagi.. Aku renggangkan paha janter lebar lebar dan aku jilat pertengahan antara anus dan bola pelirnya yang berbulu itu hingga basah dan terkulai menempel ditepi lubang anusnya yang kemerahan dan masih sangat ketat..
Janter memundurkan pantatnya karena agak terkejut, sepertinya ia tidak tega melihat aku menjilat bagian itu, namun hatiku yang sudah benar benar terbutakan oleh perasaan mendamba sudah tidak perduli lagi dengan apapun, asalkan bisa membuat janter merasa puas itu sudah lebih dari cukup… Tiba tiba janter merubah posisinya.. Ia berdiri dan menyuruh aku berbaring telungkup, aku langsung telungkup dan menunggu apa yang akan ia lakukan selanjutnya..
Janter merenggangkan pantatku dengan kedua tangannya lalu memainkan lubang anusku dengan jari jarinya… Ia menusukan jarinya kedalam anusku, merogoh celahnya dengan pelan dan berusaha memasukan jari nya kedalam anusku.. Aku merasakan sedikit sakit saat jarinya perlahan lahan menerobos dinding anusku yang masih ketat namun aku diam saja karena nafsu sudah ke ubun ubun. Tiba tiba janter berhenti lalu ia berangkat menuju ke lemari, mengambil sebotol lotion dalam lemari itu kemudia melumuri jarinya dengan lotion itu, kemudian ia kembali mencolok anusku.. Karena terbantu dengan lotion yang licin jarinya jadi bisa menerobos anusku dan rasa sakit yang pertama tadi tidak begitu terasa lagi.. Aku mendesah saat ia memainkan jari dalam anusku. Ada suatu perasaan yang aneh tapi nikmat.. Janter memasukan lagi jarinya hingga dua masuk anusku.. Terasa cincin anusku agak merenggang terbuka.. Kemudian janter mencabut jarinya. Kemudian janter mengambil lotion itu lagi dan mengoleskan pada kejantanannya hingga licin lalu…. ++++
aku merenggangkan pahaku lebih lebar.. Janter meremas kedua bongkahan pantatku lalu membuka dengan kedua tangannya.. Ia mengarahkan batang kejantanannya yang telah licin dilumuri lotion… Aku menarik nafas dalam dalam dengan jantung berdebar, apakah benda sebesar itu bisa masuk kedalam lubang anusku yang sempit… Janter menumpukan lututnya di kasur agar lebih gampang untuk menekan penisnya pada anusku.. Aku merasakan kepala penis janter telah menyentuh dinding anusku.. Aku menggigit bibir sambil memejamkan mata dan menarik nafas dalam dalam…. Janter menekan penisnya dengan hati hati lalu menuang lotion tepat pada anusku..
Terasa dingin. Tiba tiba mataku terbeliak kaget saat cincin anusku meregang karena dipaksa untuk membuka oleh batang kemaluan janter yang besar itu.. Rasanya perih tak terkatakan.. Jantungku terasa berhenti berdetak. Tanganku meremas ujung kasur dengan keras, sementara itu janter terus berusaha memasukan penisnya yang terasa keras bagaikan kayu dianusku. Aku menggigit bibir keras keras.. Dan memejamkan mataku kuat kuat.. Aku tidak mau kalau janter sampai tahu perasaan sakit seperti tertusuk besi dalam pantatku, lututku terasa lumpuh saat batang yang keras itu perlahan lahan menerobos masuk dalam liang anusku.. Terasa sangat panas bercampur perih…
badanku gemetar menahan sakit yang bukan semakin berkurang namun sebisa mungkin aku tahan.. Rasanya anusku begitu sesak dan terganjal disertai sakit tak terkira.. Hampir pingsan rasanya.. Tubuhku menjadi basah oleh keringat dingin sebesar kacang kedelai. Sedikit demi sedikit penis janter masuk hingga amblas seluruhnya disertai dengan lenguhan janter yang agak keras dan aku nyaris berteriak karena rasanya ususku yang rawan tersodok oleh ujung kemaluannya. Janter memelukku dengan posisi penis tertancap dalam anusku..
Tubuhnya yang berkeringat menyatu dengan tubuhku yang juga basah oleh keringat.. Nafasku tersengal sengal tak karuan karena sekujur tubuhku lemas seperti kehilangan tenaga.. Janter mengatur nafasnya sambil merapatkan tubuh kepunggungku. Bisa aku rasakan bulu bulu kasar kejantanannya menempel pada pantatku seperti menggelitik kulit pantatku yang peka. Sementara itu anusku yang masih terasa begitu penuh seakan akan aku mau buang air besar, rasanya agak ngilu. Setelah sepersekian detik, janter mulai menggoyang pinggulnya naik turun. Aku merasakan lagi pedih dan panas kembali mendera anusku saat penisnya naik turun keluar masuk ia pompakan pada anusku…
Ya ampun begini rupanya sakit rasanya.. Kalau bukan karena rasa cinta yang besar terhadap janter, mungkin sudah aku tendang ia sampai terpelanting jatuh dari tempat tidur. Aku tahan rasa sakit itu agar janter bisa puas… Rasa sakit bercampur dengan kebahagiaan tiada tara karena aku merasakan tubuh kami berdua menyatu.. Janter menggoyangkan pinggulnya semakin cepat dan konstan sementara itu tubuhku berguncang guncang karena tertindih tubuhnya… Badan kami saling bergesek..
Terasa hangat, lama kelamaan aku mulai bisa menyesuaikan permainan janter.. Anusku yang tadi terasa begitu terpejal sekarang sudah mulai longgar dan rasa sakit yang tadi menghujam sudah mulai berkurang.. Seperti ada sesuatu dalam anusku yang tersentuh oleh batangnya yang keluar masuk itu.. Hingga menimbulkan sedikit rasa nikmat, antara sakit dan enak… Aku yang merasa sudah lebih lega kemudian mengatur posisi agak lebih menungging agar janter lebih mudah memaju mundurkan kejantanannya. Aku ikut menggoyangkan pinggulku seirama goyangan janter.. Setiap kali kejantananya bergesek dengan dinding anusku terasa hangat dan sedikit perih namun entah kenapa juga terasa nikmat. Mulut janter mendesis menyeracau entah apa yang ia katakan tidak begitu jelas…
Demikian juga aku dengan nafas memburu dan tersengal sengal tubuhku berguncang seiring janter menghujam dengan keras… Aku menoleh kebelakang memandang wajah janter yang penuh nafsu birahi.. Rasanya puas sekali melihat ia begitu menikmati tubuhku.. Aku merasa bahagia yang tak terkira. Janter mencabut kejantanannya dari anusku kemudian ia menyuruhku berbaring dengan menumpukan bantal di pantatku. Aku berbaring dengan posisi terkangkang.. Lalu janter berlutut di tengah tengah selangkanganku, diangkatnya kedua kakiku ke atas bahunya, kemudian ia masukkan kembali penisnya dalam anusku..
Dengan posisi seperti ini tidak terlalu sakit, dan aku juga jadi lebih leluasa memandang wajahnya, menikmati setiap moment yang erotis dari wajahnya yang penuh nafsu.. Janter kembali menggoyang goyangkan pantatnya maju mundur.. Aku mengimbanginya ikut menggerak gerakan pantatku juga. Kemudian janter merunduk hingga wajahnya dekat dengan wajahku.. Ia kembali melumat bibirku dengan ganas.. Memagut lidahku dan menggigit bibirku dengan lembut.. Aku membalasnya dengan tidak kalah panas.. Ku peluk tubuhnya yang kekar, membalas ciumannya, menghisap bibirnya dan memainkan lidahku dalam rongga mulutnya. Janter mempercepat gerakannya dan semakin cepat.. Hingga aku merasakan lagi ngilu pada bagian dalam perutku yang tersodok sodok oleh kejantanannya.. Tak lama kemudian ia mulai mengejang dan menghujamkan penisnya dalam dalam.. Aku merasakan semburan air yang hangat didalam perutku..
Berkali kali.. Hingga akhirnya janter pun berhenti lalu merebahkan tubuhnya keatas tubuhku.. Ia mengatur nafasnya yang tersengal sengal karena lelah.. Aku dekap tubuhnya erat erat, seakan akan takut ia menghilang dan ini cuma mimpi, air mataku keluar tanpa aku sadari, rasanya aku mau berteriak saking bahagianya +++
NYANYIAN CINTA
Aku mempererat pelukanku… Tidak kusangka begini rasa bahagia yang sesungguhnya… Setiap detik detik yang berlalu dalam dekapan orang yang kucintai sepenuh hati ini seakan diiringi dengan alunan musik syahdu dari dewa dewa yang ikut merasakan kebahagiaan yang kurasakan. Nafas janter sudah mulai teratur…. Sementara kejantanannya yang tadi masih tertancap didalam anusku kini perlahan lahan mulai terlepas seiring kembali lemasnya penis janter… Kemudian ia berdiri dan turun dari tempat tidur lalu masuk kedalam kamar mandi tanpa menutup pintunya, terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi, mungkin janter sedang membersihkan penisnya..
Aku beringsut duduk diatas tempat tidur.. Di atas seprei tempat dimana tadi aku berbaring, kulihat ada bercak bercak noda berwarna merah tua yang masih basah.. Aku raba dengan tanganku ternyata itu darah. Aku sedikit gugup dan langsung turun dari tempat tidur, kemudian aku tarik seprei itu, untunglah tidak tembus hingga kekasur. Aku gumpal seprei itu kemudian kumasukkan kedalam keranjang tempat janter meletakkan pakaian kotor.
Tak lama kemudian janter keluar dari kamar mandi masih bertelanjang bulat, kejantanannya yang tadi begitu tegak perkasa kini terkulai layu dan kembali tertutup kulit kulup namun terlihat sangat indah.. Janter tersenyum kepadaku lalu ia kembali ke tempat tidur, saat dilihatnya seprei telah aku angkat, janter kembali menuju kearah lemari, kemudian mengambil seprei baru lalu mengalasi tempat tidurnya dengan rapi dan mengganti semua sarung bantal dengan motif senada seprei. Aku masuk kekamar mandi kemudian duduk diatas toilet mengeluarkan semua sperma janter yang masih tertinggal dalam anusku, banyak sekali spermanya mengalir keluar dari anusku, kemudian kuraba bibir anusku yang sedikit bengkak hingga agak terbuka dengan jariku, masih sedikit perih dan basah, aku berangkat setelah terasa tidak ada lagi lelehan sperma mengalir, tapi betapa terkejutnya ketika melihat bukan sperma putih yang keluar, melainkan bercak bercak darah yang membuat air toilet memerah..
Aku raba lagi bagian pantatku dan kupandangi jariku ada darah kental.. Cepat cepat aku cuci tangan lalu ku tekan kenob flush pada toilet duduk itu hingga air mengguyur deras membersihkan bercak bercak darah dalam toilet. Aku berjalan dengan sedikit terkangkang karena bengkak pada anusku membuat aku agak susah untuk berjalan normal, kemudian aku jongkok meraih selang dan menyemprotkan seluruh area pantatku sampai bersih dan aku sabuni walau agak perih.. Setelah mengeringkan dengan handuk, aku keluar dari kamar mandi. Janter sudah terbaring diatas tempat tidur masih dalam keadaan bugil dengan posisi tengkurap, aku mengambil bajuku yang berserakan di lantai untuk ku pakai kembali namun janter menyuruhku langsung naik ketempat tidur.. Akhirnya masih dengan keadaan tanpa sekerat kain pun aku naik ketempat tidur dan berbaring disamping janter. Ia merubah posisinya menjadi menyamping menghadapku..
Aku merasa sedikit malu saat janter memandangku, ia tersenyum dan kembali memelukku.. Kejantanannya menempel pada pahaku dan aku usap penuh rasa sayang.. “nik….” janter memanggilku dengan lembut. “iya jan…!” aku menjawab dan menatap matanya. “tadi itu benar benar hebat. … Aku tidak menyangka akhirnya bisa sedekat ini dengan kamu tanpa ada batas sedikipun…,” “aku juga janter….belum pernah aku merasa sebahagia seperti saat sekarang…. Sudah lama aku mengimpikan dapat bermesraan denganmu…. Dan kini semua itu menjadi kenyataan..” aku mengakui perasaanku, rasanya begitu terharu dan membuatku terasa ingin menangis.
“mulai sekarang kamu jadi kekasihku ya niko…” aku tersentak sedikit kaget lalu menatap mata janter yang tajam… Tersirat ketulusan di dalam sinar matanya. Dan aku tahu janter tidak asal asalan mengatakan hal ini. Aku peluk erat tubuhnya, mendekap dengan bahagia dan rasanya aku takut ia akan berubah menjadi asap seperti dalam mimpiku.
“janter jangan pernah tinggalkan aku, demi tuhan aku mencintaimu…” aku membisikkan kata itu ditelinganya. Janter mendesah, matanya berbinar dan ia mengecup bibirku sebagai jawabannya. Hari telah subuh, suara ayam jantan yang sudah bangun memenuhi suasana pagi terindah dalam hidupku. … Rasanya aku begitu bersemangat dan bahagia, janter memejamkan matanya yang sudah mulai redup karena kantuk.. Aku cium bahunya yang kokoh dan lembut lalu aku ikut memejamkan mata.. Janter tidur dengan posisi memeluk tubuhku yang bugil… Aku merasa bagaikan pengantin baru yang telah puas mereguk manisnya madu asmara.. Terasa damai sekali berada dalam dekapan tangan yang kekar dan begitu melindungi..
Kupandangi sekali lagi lekat lekat wajah tampan yang tadi telah menggagahiku, sedikit senyum pada wajahnya yang keras… Oh mama laki laki ini adalah orang yang paling aku cintai di seluruh dunia.. Andaikan aku bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa inilah kekasih hatiku, alangkah lengkap kebahagiaan yang aku rasakan dalam hidupku.. Namun tidak mungkin. Nafas janter mulai pelan dan teratur.. Dia tertidur dengar dengkur yang halus mungkin karena merasa letih.. Aku menyelusupkan kepalaku pada dadanya yang bidang, menempelkan pipiku dan merasakan detak jantungnya yang teratur…
Aku raba kejantananya yang layu, tidak akan pernah aku mau membagi dengan orang lain.. Karena ini hanya untukku, milikku… Dan aku akan mengorbankan apa saja untuk mempertahankannya dari siapapun… Aku makin mengantuk dan tak terasa aku terhanyut dalam mimpi bersama janter +++ aku terbangun dan membuka mataku…. Terasa ada kehangatan yang menyelimutiku. Janter juga telah membuka matanya, tangannya masih melingkar di tubuhku, ia tersenyum saat melihat aku terbangun, aku belum sepenuhnya tersadar, hampir kaget juga menyadari saat ini aku bukan berada didalam kamarku tapi dalam keadaan bugil dipeluk oleh janter… Namun segera teringat kejadian semalam, tentang perkelahian, hingga permainan cinta yang panas antara aku dan janter.. Tubuhku kembali terbakar.
. Aku menggelisut berbalik menghadap janter lalu memeluk tubuhnya dengan bahagia. Janter mengecup kepalaku dan mempererat pelukannya dipinggangku. Matanya terpejam. Betapa nyaman dan hangatnya berada dekat tak terpisahkan penghalang apapun juga.. Silaunya Cahaya matahari pagi yang menerobos lewat jendela, menambah kehangatan yang aku rasakan… Detik detik yang terasa berjalan dengan cepat, membuat aku berharap Janganlah cepat berlalu kebahagiaan ini. Ingin kureguk selamanya. Kesejukan cinta yang indah ini, Tak akan pernah berhenti dahagaku akan sentuhan dan kasih sayang janter.. Andai ada orang yang lebih bahagia dari aku, entah bagaimana caranya ia bisa merasakan kebahagiaan yang lebih dari aku rasakan saat ini. Ternyata inilah indahnya cinta, penyerahan diri dan pengabdian tanpa pamrih, keinginan untuk berkorban lahir dan batin asalkan cinta dan kasih sayang tetap tertuju pada kita. Betapa beruntungnya aku yang bisa mengalami saat saat seperti ini, walaupun kasih sayang yang dihujat dan didera oleh masyarakat, namun lebih indah dari apapun yang dibenarkan oleh orang orang… Aku tidak perduli, biarlah aku merasakan ini tanpa ada perasaan bersalah, karena bagiku rasa cinta itu suci, tak perduli kepada siapa itu tertuju. Janter meraba punggungku, rasanya kulitku menjadi lebih peka hingga saraf saraf halus ditubuhku mengirimkan sinyal kenikmatan pada otakku, Aku membenamkan. wajahku ke dadanya dengan manja. menengadah memandangi wajah janter, ia cuma tersenyum balas memandangku. tak bosan bosan aku menatap matanya yang tajam berbingkai bulu yang tebal, menatapku dengan senyum samar terpancar dari kedua bola matanya yang hitam dan bening. Hangat sekali tubuh yang membuat aku betah membenamkan diri disisinya. Aku gerakan tangan dengan pelan menelusuri lekuk badannya, janter menggeliat.. Menyusuri tubuhnya dengan jari menjelajahi otot otot yang kencang pada dirinya hingga menemukan benda yang paling aku cari cari. ternyata sudah kokoh dan mengeras. Langsung kugenggam hingga terasa denyut aliran darah pada urat uratnya yang menonjol.. Janter mengerang. Aku tak perduli, dengan nakal aku pancing lagi birahinya. Sepertinya janter tidak tahan lalu dengan gerakan mendadak ia berangkat lalu menindih tubuhku… Ia menggesek gesek kejantanannya diatas perutku, dan perlahan lahan penisku pun menjadi tegang. Janter beringsut kebawah dan menyambut torpedoku yang sudah keras, aku memejamkan mata merasakan hangatnya genggaman tangan janter pada bagian tersensitif dari tubuhku itu. Kurasakan lidahnya yang basah dan hangat begitu lembut menyapu kulit perutku hingga membuatku merasa antara geli dan nikmat, tubuhku terasa kejang tiap kali ia mengecup area dipusarku dengan bibirnya diantara sapuan sapuan lidahnya yang ganas. Berdiri semua bulu halus di tubuhku +++ sekujur tubuhku terasa nyaris lemas, benar benar lihai lidah janter menstimulasi bagian bagian yang yang tak pernah terpikirkan olehku bakalan seperti ini nikmatnya disentuh, aku menggelinjang liar oleh cumbuan yang seumur hidup baru sekali ini aku rasakan.. Ku raih jemari janter dan kuremas dengan mesra.. Janter menggeser tubuhnya lebih turun kebawah dari perutku.. Dan tanpa ragu ragu batang penisku yang sudah tegang penuh itu dilumatnya…. Kakiku menjadi kejang saat mulutnya yang hangat menyelimuti kepala penisku. Tak terkatakan nikmatnya. Perasaan saat saraf saraf peka pada kepala penisku terkena lidahnya yang lembut dan basah. Dengan perlahan lahan ia menggerak gerakkan kepalanya hingga penisku seakan akan dikocok oleh mulutnya, terkadang sekali sekali terkena giginya namun tidak terasa sakit, malah semakin menambah sensasi kenikmatan saat gesekan giginya mengenai batang kemaluanku yang sensitif. “akh.. Jan, teruskan.. Sshhh… Akh..enak jan…!” aku menyeracau tidak jelas. Janter semakin liar memainkan batangku, tangannya memainkan biji pelirku dan mengusap usapnya lembut sementara lidahnya menelusuri pangkal penisku hingga naik keatas kepalanya yang sudah memerah dan berdenyut denyut memompakan aliran darah hingga benar benar keras, lalu dengan ganas mulutnya mencaplok dan mengulum penisku dalam dalam. “aaaahh..sshh…” Aku menganga nyaris terpejam dengan tinggal mata putih yg masih terlihat.. Lemas rasanya seperti hilang semua tulangku. Janter meremas pantatku sambil memaju mundurkan kepalanya mengulum dan menghisap penisku hingga basah. Wajah janter merah padam mungkin karena nafsu birahi yang tinggi…. Tak terlewatkan kedua biji pelirku pun dijilat dan digigitnya pelan. Aku mendesah kuat. Ku remas rambutnya dan menekan kepalanya hingga penisku menempel erat dipipinya. Kemudian ia jilat dari pangkal batang kemaluanku dan memainkan lidahnya pada lubang kencingku dan kepala penis, agak sedikit ngilu sehingga aku merasa lututku lemas dan gemetaran. Dengan irama yang teratur ia merangsang titik titik kenikmatan pada pusat terpeka itu. Tak sanggup lagi aku mengendalikan nafsu yang telah membuat sekujur tubuhku panas dingin… Aku merasakan ada yang ingin mendesak keluar dari lubang kencingku yang berdenyut dan tak dapat ku tahan lagi… Cepat cepat aku tarik penisku dari mulut janter, lalu menyemburlah cairan putih yang memberikan rasa nikmat pada puncak apa yang telah aku rasakan tadi… Janter terlihat sangat puas sekali saat melihat begitu banyak sperma tertumpah dari batang kemaluanku seperti tak henti hentinya.. Aku menggelosor lemas setelah tetes terakhir telah dikeluarkan. Janter berdiri mengambil tissue lalu menyeka perutku yang terkena leleran sperma hingga kering. Aku turun dari tempat tidur dan kekamar mandi, membersihkan tubuhku yang telah basah oleh keringat. Janter menyusul masuk dan ikut membersihkan diri. Berdua kami mandi dibawah pancaran air dari shower… +++ keluar dari kamar mandi tubuh rasanya segar sekali walaupun telah mengeluarkan banyak tenaga dalam pertempuran tadi. Perasaan hatiku saat ini begitu senang, bahagia, riang, gembira, suka cita, dan semua perasaan perasaan semangat yang campur aduk. Janter sudah mengenakan kembali pakaiannya. Entah kenapa aku merasa ingin selalu menempel padanya, rasanya tidak mau sedikitpun jauh jauh darinya. Aku memakai baju kaos punya janter, walaupun sedikit longgar namun tidak terlalu menyolok. “perutku lapar nih…makan yuk” kata janter sambil menyeringai mengusap perutnya. “boleh… Kamu punya persediaan bahan dikulkas kan?” tanyaku. Memang, perutku pun sudah terasa agak lapar. Setelah bercinta tadi rasanya banyak energi yang telah terpakai, dan sekarang butuh diisi kembali. “kalau gitu kita cek dulu didapur siapa tau ada, kalau nggak ada kita keluar saja beli makan!” ajak janter, kemudian ia berjalan menuju kedapur, aku mengikutinya. Untung saja didalam kulkas ada bahan makanan, “ini ada ikan tenggiri satu dan kangkung juga jan” kataku sambil mengeluarkannya dari kulkas. “wah boleh juga tuh…tapi dimasak apa ya..?” janter agak kebingungan “aku bisa loh masak ikan di asam pedas, dijamin kamu pasti suka, ya tidak jauh jauh dari masakan mamaku lah rasanya…” dengan narsis aku memuji masakan ku pada janter. “ah… Yang benar, mau dong dimasakin oleh kekasih tersayangku ini…” kata janter sambil memelukku dari belakang dan mengigit kupingku dengan pelan. Berdiri bulu tengkukku saat hembusan nafasnya yang beraroma segar pasta gigi… “kamu sabar ya aku akan masak khusus untuk kamu….sekarang bantu aku menyiapkan alat alatnya karena aku baru sekali ini masuk dalam dapurmu jadi belum tahu tempat kamu menyimpan alat alat untuk masak.” selorohku dengan perasaan yang gembira dan hati yang mekar karena mendengar kata kata janter tadi. Setiap haripun rasanya aku ingin sekali memasak untuk janter. Rencananya aku ingin memasak ikan tenggiri. asam pedas dan tumis sayuran. Setelah semua peralatan telah disiapkan aku mulai menyiangi ikan tenggiri ukuran sedang dan membuang perutnya. Lalu memotongnya beberapa bagian, janter mengamati aku dari samping seperti ingin tahu, aku tersenyum melihatnya. “mendingan kamu duduk manis saja didepan televisi, nanti bajunu jadi anyir terkena percikan air ikan ini…!” kataku sambil mencuci potongan potongan ikan dibawah air kran. “nggak mau…! Aku mau disini saja, apa yang bisa aku kerjakan, bosan kalau didepan..!” jawab janter dengan manja. Aku menjadi gemas ingin mencubitnya. Namun tanganku lagi basah jadi aku urungkan niatku. “kalau begitu kamu tolong siangi kangkung ini saja…..” aku mengambil kangkung yang masih terikat dengan tali plastik dan mengulurkan kepada janter. “oke bos…” janter nyengir sambil mengambil kangkung dari tanganku lalu memotong motong kangkung itu.. Aku diam diam mengamatinya, lucu juga melihatnya. Cukup cekatan juga janter menyiangi tak sampai sepuluh menit sudah selesai dan mencucinya dibawah air mengalir dari kran. Aku membersihkan ikan lalu meramu bumbu yang di perlukan untuk masak asam pedas. Bahagia sekali aku bisa memasak untuk janter, begini rupanya perasaan seorang isteri yang memasak untuk suaminya tercinta… Semua ilmu memasak yang aku punya langsung kukerahkan, aku harus memasak seenak mungkin agar janter suka dengan masakanku.. Aku pernah baca di artikel kalau ingin mendapatkan hati seorang lelaki itu, harus melalui perutnya. Jadi pada intinya kalau kita pandai memasak maka lelaki akan sangat menyayangi kita.. Entah benar atau tidaknya. Tapi sepertinya teori ini sudah hancur berantakan semenjak ditemukannya oral sex. Hahaha…. Aku masukan semua bumbu yang telah dihaluskan kedalam panci berisi air yang telah aku panaskan diatas kompor dengan api yang besar, sementara itu potongan potongan ikan tenggiri yang telah selesai di cuci, aku tiriskan hingga tidak terlalu basah. Setelah kuah diatas panci sudah menggelegak mendidih, kumasukan daging tenggiri. Tidak lupa aku tambahkan perasan air asam jawa dan sedikit penyedap masakan.. Aroma yang menguar dari dalam panci memenuhi dapur dan membuat perut menjadi semakin lapar saja. Klik terdengar suara tombol cooking pada rice cooker pertanda sebentar lagi nasi sudah masak. sekarang tinggal menumis sayur kangkung..aku raih semangkuk Udang yang telah dikupas dan dibersihkan sebagai campuran tumisan aku masukan kedalam wajan berisi bumbu dan minyak goreng, kemudian menumis hingga bumbunya kecoklatan dan berbau harum, kemudian ku masukan potongan kangkung kedalamnya. Dan menumisnya lagi hingga layu. Selesai sudah memasak hari ini. Asam pedas tenggiri kasih sayang, dan tumis kangkung cinta suci, persembahan untuk janter tercinta hehehe… “ayo menunggu di meja makan saja dan jangan lupa cuci tangan yang bersih sebelum makan!” candaku padanya. “oke cerewet… Aku sudah tidak sabar, dari baunya saja sudah kelihatan enak” janter mengendus mangkuk berisi asam pedas panas yang masih beruap di tanganku. Aku mengedipkan mata dan senyum lebar melihat tingkah janter. Selesai menaruh masakan diatas meja aku kembali lagi mondar mandir di dapur dan ruang makan untuk menyiapkan nasi, piring dan gelas. Janter cuma memandang sambil duduk di kursi makan menumpukan tangan didagu. Setelah selesai menyajikan masakan tadi kemudian Kami makan dengan lahap.. Tak henti henti ia memuji masakanku…membuat aku benar benar senang karena jerih payahku tidak sia sia… Memasak untuk janter bagaikan pekerjaan yang mulia bagiku.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
