I'M NOT DILAN OR RANGGA Ch.1

5
2
Deskripsi

Kisah Cowok SMA yang biasa-biasa saja dan berhadapan dengan siswa-siswi lain yang populer di Sekolah.

Siang hari waktu istirahat sekolah kantin  ramai seperti biasa. Aku duduk menantikan makanan yang aku pesan. Di seberang meje depan aku lihat ada Alea dan teman-temannya. Sesekali aku curi pandang ke arah Alea cewek paling cantik di sekolah menurut aku dan mungkin sebagian besar cowok di sekolah ini. SMA Negeri 10003 Jakarta. Kapan ya aku bisa punya cewek secantik Alea. Batinku.

Dulu waktu kelas akhir SD aku sempat iri melihat teman yang sudah pacaran. Tapi dalam hati aku berpikir pada saatnya nanti aku juga pasti akan punya pacar. Demikian pula saat masa SMP lebih banyak lagi anak seangkatan yang sudah pada pacaran. Aku masih optimis bahwa aku juga akan mengalami indahnya masa pacaran meski status jomblo tetap melekat. Toh aku  memiliki wajah ganteng setidaknya menurut tetanggaku Dengan modal pujian tetangga itu aku optimis bisa dapat pacar. Namun kenyataannya tak seindah itu. Soalnya hingga saat ini aku duduk di kelas dua SMA aku masih saja berstatus jomblo.

Mungkin karena karakter aku sendiri penyebabnya. Aku agak sulit untuk bisa sekedar dekat dengan cewek bahkan untuk jadi teman biasa saja. Oh iya nama lengkapku adalah Suparjono. Panggilan sehari-hari Jono. Apalah artinya sebuah nama. Tapi Jangan-jangan nama menjadi salah satu dari sekian penyebab susahnya aku dapat cewek.

Aku masih lumayan optimis dengan modal wajah ganteng yang aku miliki akan ada cewek mendekat dan menunjukkan rasa sukanya hingga aku akan mudah menembak dia. Tapi hidup memang butuh perjuangan. Tak ada yang semudah itu hingga status jomblo tetap betah menenpel hingga saat ini.

Setelah masuk kelas dua SMA aku mulai menyadari popularitas di sekolah atau dilingkungan tempat tinggal adalah faktor penting dalam menggaet cewek.  Sepertinya aku kurang terlihat dimata cewek-cewek di sekolah. Aku bukan anak basket atau anak band sekolah. Bukan anggota OSIS atau tim futsal. Atau aku bukan sosok semacam Dilan atau Rangga yang puitis dan ganteng.

Tapi meski demikian aku tetap memiliki standar yang tinggi untuk kriteria cewek yang harus jadi pacarku . Aku ingin mengakhiri status jomblo dengan cewek yang cantik dan idola di sekolah. Semisal Alea, Andai dia mau jadi pacarku betapa indahnya masa SMAku setelah masa SMP lewat begitu saja tanpa kesan.
Khayalanku melayang tinggi dan berseliweran kemana-mana. Dari yang bersifat positif sampai negatif. Saat asik menghayal tiba-tiba.
Brakkkk
"Ngapain lo lihat-lihat gua hah!" Terdengar bentakan keras.
Aku kaget tak tanggung-tanggung. Alea menggebrak meja dan membalikkan mangkuk sampai isinya tumpah sambil menuding dengan penuh amarah. Bagaimana aku tidak kaget apa yang dilakukan Alea itu semua ditujukan kepadaku. Aku yang tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti itu hanya bisa terdiam.
"Lo naksir gua ya? Ngaca lo!" Bentak Alea.
"Maaf...!"Aku hanya bisa mengucapkan kata itu.

Suasana kantin sekolah jadi riuh. Apalagi saat satu sosok yang sangat populer di sekolah masuk ke kantin dengan tergesa-gesa dan langsung datang mencengkeram kerah bajuku.
"Ngapain lo ribut ama cewek gua bangsat?" Hardik Jevan cowok kelas tiga.
"Lepasin dia. Ini urusan gua!" Alea mendekat sambil mendorong Jevan.
"Ini jadi urusan gua juga karena lo cewek gua!'
"Kata siapa hah?"
Jevan melepaskan cengkeramannya dan menunjuk hidung aku.
"Urusan kita belum selesai!" Jevan bicara padaku dengan nada mengancam. Kemudian dia pergi meninggalkan kantin.
Aku memperbaiki kerah baju sambil menatap kepergian Jevan. Aku juga melihat Alea pergi ke kasir kantin kemudian berlalu bersama teman-temannya meninggalkan kantin.
Aku kembali duduk dengan perasaan campur aduk. Makanan yang aku pesan datang. Meski baru kena masalah aku tetap bisa menikmati makanan karena perutku sudah sangat lapar.
"Jono urusan Lo bakalan panjang nih!" ujar Renal yang tiba-tiba duduk di dekatku.
"Apes dah gua!' Aku hanya bisa mengeluh.
"Ngapain juga sih lo ngeliatin Alea sampe segitunya?"
"Mataku suka auto aim kalau liat cewek yang cantik bro!"
"Dasar lo, btw sorry ya fren aku gak bisa bantu, Lo tau kan Jevan kayak gimana?"
"Gak apa-apa gua bakal minta maaf ke dia."
"Moga Lo gak kenapa-kenapa!"
"Aamiin!"

***

Jam pulang telah tiba. Aku keluar kelas dengan mencoba bersikap tenang. Teman sekelas pada gak berani jalan bareng denganku. Aku pasrah saja yang penting aku tidak salah dalam hal ini. Sepanjang koridor sekolah dari kelas menuju ke pintu gerbang sekolah anak-anak lain pada memperhatikan aku.
Aku ambil sisi positif saja dengan kejadian ini orang mulai menaruh perhatian padaku. Dari tatapan mereka ada yang terlihat merasa kasihan, ada yang merasa miris ada juga yang tersenyum mengejek. Mungkin mereka bilang kapok Lo suka natap mata cewek sembarangan.
Perasaanku makin tegang ketika mendekati pintu gerbang sekolah. Beberpa anak kelas tiga menatap dengan tatapan permusuhan. Mungkin mereka itu teman-temannya Jevan. 
Aku sudah keluar dari pintu gerbang sekolah ketika terlihat Jevan berjalan cepat mendekatiku.Dia diikuti oleh teman-temannya. Jevan ini boleh dibilang adalah panglima tempur sekolah. Dia menjadi pemimpin saat sekolah sedang tawuran dengan sekolah lain.
Jevan adalah sosok siswa yang disegani di sekolah dan aku hanya seorang tak dikenal di antara ratusan siswa lainnya di lingkungan SMA 10003 ini.

Aku berjalan cepat menuju ke tempat biasa aku menyetop angkot. 
“Brenti lo bangsat!” Teriak Jevan.
Dia dan teman-temannya berhasil menyusul dan langsung mengepungku. Aku hanya bisa pasrah sambil menatap wajah Jevan dengan memasang wajah memelas agar bisa dikasihani. Aku hendak mengucapkan kata-kata maaf ketika tiba-tiba sebuah motor tiba-tiba menerobos kepungan Jevan dan kawan-kawannya.
“Jangan coba-coba nyentuh dia!” Hardik pengendara motor itu.
Jevan cs sepertinya jeri juga kepada pengendara motor itu. Aku segera melihat wajah si pengendara motor yang bertampang garang itu. Aku ingat dia adalah Alex alumni sekolah ini. Waktu aku kelas satu dia ini duduk di kelas tiga. Dia adalah preman sekolah angkatannya. Wajar saja Jevan CS mundur teratur melihat dia datang menghadang.
“Lo ikut gua!” Ujar Alex kepadaku.
Aku segera naik membonceng motornya yang langsung melaju dengan deru suara knalpot bisingnya.
Motor yang dikendarai Alex berhenti tidak terlalu jauh dari sekolah tepat di depan sebuah minimarket. 
“Sampe sini aja lo!” Kata Alex.
“Makasih ya bang!”
“Oke.”
Alex menggeber gas motornya dan menimbulkan suara bising kemudian berlalu pergi meninggalkan aku yang hanya bisa memandang kepergiannya. Hari ini aku selamat dari Jevan entah besok. Karena sepertinya dia kurang puas dengan kejadian tadi.
Aku segera menyetop angkot yang membawa aku menuju ke komples perumahan tempat tinggalku. Angkot berhenti tepat di muka gerbang gang menuju komples tempat tinggal aku. Setelah turun dari angkot aku berjalan menelusuri lorong menuju ke rumah yang jaraknya hampir dua ratusan meter.
Aku mengingat lagi kejadian tadi. Tak disangka Alea memergoki aku saat mencuri pandang menatap wajah cantiknya. Apakah dia puas sudah membuat aku terjebak masalah dengan Jevan sang panglima tempur sekolah.
 

Bersambung….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan