

KEJUTAN TAK TERDUGA
Masih terduduk di meja makan, Janno yang sedari tadi melamun sedang mencoba menggali logika di pikirannya.
Ditengah-tengah lamunannya, seketika ponsel berdering dan sebuah pesan singkat pun masuk. Segera setelah ia membuka ponsel, tampaknya itu pesan dari Rovit yang berisi bahwa temannya itu setuju untuk masuk kembali ke gim tersebut. Tanpa berlama-lama Janno membalas pesan dari Rovit dan kembali menghubungi Sari untuk bersiap masuk kembali ke dunia Ecloris.
Setelah membutuhkan cukup waktu untuk mempersiapkan diri, Janno mulai menyalakan komputer dan GC yang ada di kamarnya. Ia melihat kolom percakapan yang tersedia pada gim itu, disana Rovit berkata kalau dia sudah masuk terlebih dahulu lima menit yang lalu.
“(Janno) Ohh... Si Rovit ternyata udah masuk duluan.” Gumam Janno sambil memperhatikan layar monitor.
Janno buru-buru mengetik pesan chat ke Sari untuk segera masuk. Beberapa detik kemudian Sari membalas chat-nya dan bersiap untuk masuk. Tanpa mau menunda-nunda waktu lagi, Janno menghubungkan GC dengan komputernya. Setelah kedua alat itu terhubung, ia membuka pintu kaca yang ada pada GC dan merebahkan tubuhnya di dalam. Tak lupa juga alat sensor kepala dikenakannya. Setelah semua siap, tombol power yang ada di dalam alat itu ditekan dan gas tidur pun mulai menyembur memenuhi seisi tabung. Seketika Janno tertidur pulas dan tubuhnya mulai berpindah dimensi.
***
Dunia Ecloris akhirnya terhubung. Peti neutral tree terbuka diiringi kepulan asap yang menyembur keluar. Janno bangkit dari peti dengan kepala yang terasa pusin, lalu kembali merebahkan badan untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya. Setelah lima menit berlalu dan kepalanya sudah terasa normal, Janno bangkit dari peti dan melihat sekitar.
Kondisi waktu di dunia ini sekarang menunjukkan tepat tangah hari. Itu terlihat dari cahaya matahari yang memancar membuat bayangan semua benda persis berada di bawah kaki. Dilihatnya disamping peti tempat ia bangkit sudah ada tumpukkan batu yang tersusun rapi. Janno pun turun dari peti dan mencoba melihat-lihat keadaan sekitar.
Dilihatnya dari kejauhan, tepat di samping shelter ada Rovit yang sedang berdiri memandangi para pekerja yang tengah menyusun batu di tanah galian. Ya, para pekerja sedang menyusun batu untuk pondasi bangunan yang nantinya akan menjadi workshop. Lalu ia kembali melihat ke arah lain dan disana ada Zemy yang sedang mengasah tombak sederhananya dengan sebuah batu yang cukup besar. Siang itu semua matthing tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Dikala Rovit sedang asyik memperhatikan para pekerja, Janno memilih berdiri di bawah rindangnya neutral tree dan memandangi sekitarnya. Tak berselang lama, peti lain yang ada di sebelah petinya tiba-tiba menutup. Dengan sekejap perhatian Janno teralihkan ke arah tersebut. Peti itu kembali membuka dengan kepulan asap tebal keluar mengiringinya. Itu adalah Sari yang baru kembali masuk ke dunia Ecloris ini.
Janno tidak mau langsung menyapanya karena Sari harus meredakan rasa pusing di kepalanya dahulu. Setelah sekian menit, Sari baru bisa bangun dari tidurnya dan melangkah keluar dari peti.
“(Sari) Hhuuaaahhh...” Sari meregangkan tubuh dengan menggeliatkan badannya layaknya orang yang baru bangun dari tidur.
“(Sari) Lagi pada ngapain orang-orang?” Ia membuka pembicaraan dengan Janno.
“(Janno) Lagi pada ngelanjutin planning kita yang semalam.”
“(Sari) Ohh...”
“(Sari) Itu Rovit lagi ngapain disana?”
“(Janno) Enggak tahu tuh... Aku lihat dari tadi dia cuma memperhatikan pekerja yang lagi bangun workshop.”
“(Sari) Eh iya... Zemy mana? Aku harus ngelanjutin latihannya hari ini.”
“(Janno) Itu... Dia di sebelah sana. Lagi ngasah tombaknya dari tadi. Kamu samperin aja dia.”
Setelah melihat posisi Zemy berada, Sari meninggalkan Janno yang sedari tadi hanya berdiri dan berjalan menghampiri matthing itu.
Beberapa menit kemudian, Rovit datang dari arah shelter dan mendekati Janno.
“(Rovit) Nggak nyangka ya, waktu di sini sama di dunia nyata terpaut cukup jauh.”
“(Janno) Iya, Vit. Aku juga nggak habis pikir. Seharian penuh kita di sini ternyata cuma beberapa jam aja di dunia nyata.”
“(Rovit) Kamu tahu nggak? Ada hal aneh lain yang kita rasakan di sini.”
“(Janno) Apa lagi tuh, Vit?”
“(Rovit) Waktu kita keluar dari gim, dunia yang ada di sini enggak ter-pause sama sekali.”
“(Janno) Darimana kamu tahu?”
“(Rovit) Lihat aja progres pembangunan yang ada. Sebelum kita keluar dan setelah kita masuk lagi, ada peningkatan pada fisik bangunannya.”
“(Janno) Artinya, dunia Ecloris ini terus-terusan online walaupun kita matikan programnya di dunia nyata?”
“(Rovit) Kurang lebih seperti itu.”
“(Rovit) Yah... Apapun itu, yang diuntungkan ya kita-kita ini, para pemain. Bisa melimpahkan semua pekerjaan kita ke para matthing kalau kita sedang offline.”
“(Janno) Aku masih belum tahu ini termasuk keuntungan atau kerugian. Soalnya kita belum bisa ngerasain langsung efeknya.”
“(Rovit) Karena kita kan baru sehari semalam ada di sini. Jadi belum tahu hal-hal apa aja yang jadi keuntungan atau kerugiannya di dunia nyata.”
“(Janno) Mungkin efeknya baru terasa kalau udah berhari-hari kita masuk ke sini.”
“(Rovit) Untuk sementara mending jangan terlalu kita ambil pusing, No. Nikmati dulu apa yang kita jelajahi sekarang. Ehmm... Meski beberapa hal sempat bikin kita shock sih. Hehehe.”
“(Janno) Yaa... Mainin gim ini ternyata kudu siapin mental yang kuat. Butuh strategi yang matang untuk bertahan di sini.”
“(Rovit) Omong-omong soal strategi. Katanya kamu mau bangkitkan lagi beberapa matthing?”
“(Janno) Ohh iya... Hampir lupa aku. Ini juga batu-batu yang dikumpulin Zemy udah siap semua. Thanks, Vit. Udah ngingatin.”
Janno langsung meninggalkan Rovit di bawah neutral tree dan berjalan ke arah pekerja yang sedang sibuk menata batu pondasi. Kelihatannya ia meminta tolong sesuatu ke para pekerja itu.
Setelah terlihat sedikit berbincang, para pekerja tampak menghentikan pekerjaannya. Ternyata mereka dimintai tolong oleh Janno untuk mengangkat beberapa kayu ke lokasi peti yang ada di neutral tree. Dengan sigap para pekerja menggotong potongan katu yang berbentuk balok ke arah peti. Tumpukan kayu pun dengan cepat terkumpul rapi bersama tumpukan batu yang sudah lebih dahulu di susun oleh Zemy. Sekarang saatnya bagi Janno untuk kembali membangkitkan beberapa matthing lagi.
“(Rovit) Bahan-bahan udah siap semua?”
“(Janno) Biar aku cek dulu. Kayu segini udah cukup, terus batunya kayaknya kebanyakan. Tapi nggak apa-apa lah. Bisa buat cadangan.”
“(Rovit) Jadi kalau stok kayu dan batunya segini, kira-kira berapa matthing yang bisa kamu buat?”
“(Janno) Sesuai rencanaku kemarin. Empat matthing... Satu ahli senjata, satu ahli armor, dan dua penambang material.”
“(Rovit) Untuk penambang materialnya, kalau cuma dua, apa itu cukup?”
“(Janno) Aku kira-kira dulu sebentar... Heemmm...” Janno sedikit berpikir setelah mendengar pertanyaan dari temannya.
“(Rovit) Menambang itu lebih berat dari membangun bangunan, No. Aku saranin sih, lebih baik kamu tambah lagi untuk penambangnya.”
“(Janno) Iya, ya... Menambang itu resikonya cukup besar. Kalau cuma dua orang bakal kesusahan nantinya. Menurutmu harus kita tambah berapa lagi?”
“(Rovit) Kalau pendapatku, mending kamu tambah tiga orang lagi. Jadi jumlah untuk penambang kita samakan dengan jumlah pekerja.”
“(Janno) Boleh juga. Lima orang penambang lebih dari cukup untuk cari material.”
“(Rovit) Bagiku lima orang itu pun juga masih kurang. Tapi mengingat yang mau kita bangkitkan ini matthing yang kemampuannya bisa kita atur berkali-kali lipat melebihi manusia. Jadi aku kira lima orang matthing udah cukup.”
“(Janno) Yaahh... Berarti batu dan kayunya harus ditambah lagi.”
“(Rovit) Ehh tunggu, No... Gini aja, stok kayu dan batu yang ada sekarang kita jadikan lima orang penambang dulu aja.”
“(Janno) Terus, ahli senjata dan ahli armornya gimana?”
“(Rovit) Itu nanti aja kalau bangunan blacksmith shop dan armory udah siap. Jadi sembari pekerja membangun kedua itu, kita suruh penambang untuk mulai nambang dulu. Biar nggak saling nunggu nantinya.”
“(Janno) Ehmm... Boleh juga saranmu, Vit. Kalau gitu kita mulai aja proses pembangkitannya.”
“(Rovit) Oke... Aku bantu masuk-masukin materialnya ke dalam peti.”
Kedua pemain sepakat dengan hasil perundingannya. Tanpa basa-basi Rovit mulai memasukkan beberapa balok kayu dan batu ke dalam peti milik Janno. Kemudian Janno mengetik sejumlah kemampuan yang akan dimiliki oleh matthing penambang. Kemampuan yang ia tulis yang utamanya adalah kemampuan mencari lokasi material di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Tak lupa keterampilan dalam menambang dan juga menciptakan peralatan tambang juga ia tulis. Selain itu, Janno juga tak mau ketinggalan menambahkan keterampilan bertarung ke tubuh matthing penambang. Ini disebabkan karena pekerjaan penambangan kemungkinan dilakukan sedikit jauh dari area neutral tree yang akan berdampak pada tingkat keamanan para penambang.
Setelah semua kriteria selesai ditulis oleh Janno, kali ini waktunya untuk dia memulai proses pembangkitan dengan kemampuan yang diperoleh dari kelasnya. Satu persatu matthing penambang dibangkitkan olehnya. Sementara Rovit ikut membantu dengan mengikuti beberapa arahan yang diminta Janno.
Tiga puluh menit berlalu dan akhirnya kelima matthing penambang telah bangkit dan berbaris rapi dihadapan Janno dan Rovit.
“(Rovit) Sekarang mereka udah siap semua. Rencana selanjutnya apa lagi?”
“(Janno) Oke... Kalau gitu aku briefing dulu sambil ngajarin beberapa hal ke mereka sebelum mulai kerja.”
“(Rovit) Hhmmm... Cukup disiplin juga cara kerjamu.”
“(Janno) Iya lah... Kan harus siaga, kalau kita ini ada di zona berbahaya.”
“(Rovit) Lumayan logis... Oke lah kalau gitu. Aku mau ikut latihan bareng Sari dan Zemy. Kamu urus dulu para pasukanmu.”
Setelah selesai membantu Janno, Rovit kemudian berjalan ke arah tempat latihan bela diri dimana Sari dan Zemy sedang berlatih. Sementara Janno memulai memberikan arahan dan pelatihan sebelum memerintahkan beberapa tugas untuk para penambang.
Ketika briefing sudah selesai, sekarang saatnya untuk para penambang mulai melakukan tugas yang diberikan oleh Janno. Mereka mulai menuju ke pinggir hutan untuk menebang beberapa pohon dan mengambil beberapa batu. Yang pertama mereka lakukan yakni membuat peralatan menambang dan juga beberapa senjata untuk berjaga-jaga.
Urusan membangkitkan matthing penambang telah selesai. Janno melirik ke arah tempat latihan. Di sana terlihat Sari, Zemmy, dan Rovit saling adu teknik bertarung satu sama lain.
Setelah semua situasi tampak aman, Janno berjalan ke arah pembangunan workshop untuk memantau pekerjaan para matthing pekerja. Bangunan yang rencananya akan mempunyai dua lantai ini baru seperempat jadi. Mengingat Janno sendiri memberi arahan kepada para pekerja untuk membuat bangunan permanen yang seluruh konstruksinya di dominasi oleh material keras seperti batu, jadi tak ayal kalau pembangunannya akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Setelah sekian lama memandangi pekerja yang sedang membangun workshop, tiba-tiba Janno merasa mengantuk. Memperhatikan dan mengawasi pekerjaan selama berjam-jam rupanya membuat ia merasa lelah.
Kemudian Janno berinisiatif untuk mengistirahatkan diri dibawah rindangnya neutral tree di sore itu. Setelah ia berjalan dan sampai di bawah neutral tree, ia langsung merebahkan badannya dan mulai tidur dengan diiringi hawa sejuk yang menyelimuti tempat itu.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Sari yang sedari tadi sedang berlatih bersama Zemy dan Rovit beberapa kali menyempatkan matanya untuk melirik ke arah Janno tidur. Tidak ada hal yang aneh dengan situasi di sore itu hingga kemudian matanya melihat sebuah pergerakan di semak-semak yang berada tiga puluh meter tepat di depan lokasi Janno tidur.
Sambil melakukan beberapa gerakan bela diri, Sari terus memperhatikan semak-semak yang sedari tadi terus bergerak itu. Karena jarak antara dia dan Janno terlalu jauh, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya terus mengawasi temannya dari kejauhan.
Sekian lama tumbuhan itu terus bergerak akhirnya sekarang kembali tenang. Ini menunjukkan bahwa hewan yang mengintai sedari tadi sudah pergi. Perasaan Sari sedikit lega karena sesuatu yang terus menyita perhatiannya itu telah menghilang. Ia memalingkan pandangannya dari tempat Janno tidur dan kembali fokus pada latihannya bersama Rovit dan Zemy.
Belum lama Sari kembali fokus pada latihannya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sesuatu yang keluar dari semak-semak yang ia awasi sedari tadi. Seekor hewan yang tidak asing mengendap-endap ke arah neutral tree dimana ada Janno yang sedang terlelap.
Semakin jelas dilihat dengan mata kepalanya, ternyata itu adalah seekor liger yang berusaha memangsa Janno. Sari kaget dan berusaha teriak untuk membangunkan temannya itu.
“(Sari) Jannooo... Aawaass...!” Ia berteriak sangat kencang agar temannya terbangun.
Janno mendengar teriakan Sari dan perlahan membuka matanya. Tapi sayangnya terlambat. Liger itu sudah berlari mendekati Janno dengan cepat. Janno yang masih dalam posisi duduk sangat kaget dan hanya bisa pasrah ketika liger itu mulai melompat kearah dirinya untuk menerkam.
“(Liger) Grraaaarrr...” Liger itu mulai melompat dan memasuki area jangkauan neutral tree.
“(Janno) Huwwaaaaa...” Saat itu Janno tidak bisa apa-apa dan hanya bisa berteriak.
Belum sempat sang liger mencapai tubuh Janno, tiba-tiba dengan sekejap sesuatu yang tak terduka mengenai tubuh liger itu.
“BRREEZZZZZZTT” Suara tubuh hewan yang tersengat listrik terdengar sangat keras hingga mengalihkan perhatian semua orang yang ada di sekitar sana.
Kejadian tak terduga baru saja disaksikan oleh Janno. Ia melihat liger yang akan menerkamnya tiba-tiba saja tersambar listrik berkekuatan tinggi. Ia shock sambil melihat tubuh hewan pemangsa itu kejang-kejang hingga akhirnya terbaring kaku.
Sari, Rovit, dan Zemy yang sedang berada di tempat latihan dengan tergesa-gesa berlari menghampirinya. Demikian juga para pekerja dan para penambang yang sedang sibuk bekerja langsung berlari dengan membawa senjata ke arah teriakan Janno.
Mereka semua melihat Janno yang masih terduduk dengan seluruh tubuh yang gemetaran dan melihat mayat liger yang gosong dan terbujur kaku ada di hadapan Janno.
“(Sari) Astaga... Janno... Janno... Kamu nggak kenapa-kenapa?” Tanya Sari yang sangat khawatir sambil memeriksa seluruh tubuh Janno.
“(Rovit) Buseeett... Habis kamu apain ligernya bisa sampai gosong semua gini?”
“(Janno) Aku nggak sempat nyerang dia... Sumpah...!” Jawabnya yang masih sedikit shock.
“(Zemy) Terus... Kenapa hewan ini bisa sampai begini Tuan?” Zemy masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“(Rovit) Oke... Oke... Tenang dulu... Kamu serang dia pakai sihir, No?”
“(Janno) Enggak, Vit... Aku baru bangun tidur dia udah lari ke arahku dan dia hampir menerkamku.” Janno menjelaskan sambil mulai berdiri dari tempat duduknya.
“(Sari) Aku tadi lihat dia mengendap-endap ke arahmu. Tapi pas dia lari dan loncat ke kamu, aku nggak lihat lagi situasinya gara-gara kehalang batang neutral tree.”
“(Janno) Jadi gini, semuanya... Aku kaget pas dia udah lari mendekat dan siap menerkam. Aku nggak bisa apa-apa dan cuma bisa teriak. Tapi pas liger ini nginjak batas area neutral tree... Yang berbentuk pagar dari akarnya itu...!” Sambil menunjuk ke arah akar yang membentuk pagar di sekeliling neutral tree.
“(Janno) Tiba-tiba aja dia kesetrum... Yang aku saksikan kelihatannya listriknya itu punya tegangan yang cukup tinggi. Entah dari mana listrik itu berasal.” Janno berusaha menjelaskan.
“(Rovit) Penjelasanmu aneh banget, No. Kalaupun memang ada yang nyerang dia, harusnya kelihatan siapa orangnya yang berusaha ngelindungin kamu.”
“(Janno) Aku juga nggak bisa lihat siapa lagi orang yang ada di dekatku. Soalnya sedari bangun tidur tadi, pandanganku cuma fokus ke dia.” Sambil menunjuk bangkai liger.
“(Sari) Nggak mungkin ada orang lain lagi di dekatmu... Soalnya dari tadi aku perhatikan, semua orang berada jauh dari lokasimu tidur.”
“(Janno) Kamu yakin, Sar? Cuma ada aku aja yang ada di sekitar neutral tree?”
“(Sari) Iya... Aku dari tadi memperhatikan semak-semak tempat liger ini muncul. Aku kira setelah semak-semaknya nggak gerak, dia udah pergi. Ternyata dia masih ada di situ dan mulai nyerang kamu. Makanya aku terus teriak ke arahmu buat memperingatkan.”
Disela-sela obrolan semua orang yang sedang bingung, Rovit mencoba memperhatikan benda-benda yang ada di sekitar neutral tree. Dilihatnya terdapat beberapa akar yang keluar dari tanah membentuk pagar dan mengelilingi neutral tree. Kemuadian Rovit mencoba memanjat neutral tree dan mencoba naik ke dahan yang paling tinggi. Setelah hampir mencapai posisi paling atas, dia memperhatikan akar-akar yang membentuk pagar tadi.
Jika dilihat dari atas, akar-akar tadi membentuk lingkaran yang mengelilingi posisi neutral tree berdiri. Jarak akar itu dari batang neutral tree kemungkinan sepanjang lima meter. Rovit mulai berspekulasi kalau serangan yang melukai liger tadi ada kaitannya dengan neutral tree. Kemudian ia kembali turun dan menghampiri orang-orang yang ada di bawah.
“(Sari) Ngapain kamu manjat-manjat ke sana?”
“(Rovit) Nggak apa-apa... Cuma penasaran aja.”
“(Janno) Apa ada yang aneh sama neutral tree-nya?”
“(Rovit) Aku cuma penasaran sedikit sih. Tadi kamu bilang waktu ligernya melewati akar berbentuk pagar itu, dia langsung kesetrum?”
“(Janno) Iya... Kayak ada serangan sihir yang nggak terlihat, yang langsung nyengat liger itu.”
“(Rovit) Aku lihat dari atas pohon, akar ini membentuk lingkaran yang mengelilingi batang pohon neutral tree. Kemungkinan juga jarak dari berbagai sisinya sama semua.”
“(Janno) Maksudmu, kamu berspekulasi kalau yang nyerang liger tadi itu neutral tree?”
“(Rovit) Yaahh... Kira-kira hampir seperti itu.”
“(Sari) Hhmmm... Masuk akal. Tapi aku masih belum ngerti.”
“(Sari) Maksudnya, akar yang membentuk pagar itu adalah batas area serangan dari neutral tree, gitu?”
“(Rovit) Aku belum begitu yakin, Sar. Ini juga baru sebatas spekulasiku.”
“(Janno) Ya udah lah kawan-kawan... Apapun yang baru aja terjadi, kita pikirin lagi nanti. Sekarang kita fokus lanjutin kegiatan kita masing-masing.”
Janno mengakhiri pembicaraan dan mulai membubarkan kerumunan. Sari, Rovit, dan Zemy kembali ke area tempat latihan. Sementara para pekerja kembali ke workshop untuk melanjutkan pembangunan, dan para penambang kembali ke pinggir hutan untuk melanjutkan membuat peralatan menambang.
Sore itu cukup gaduh setelah apa yang baru dialami oleh Janno. Semua orang dibuat kebingungan setelah insiden itu karena kejadiannya berlalu begitu saja.
Janno yang masih berdiri di bawah neutral tree mencoba menerka-nerka kejadian barusan. Dia mencoba memeriksa bangkai liger yang sekujur tubuhnya gosong.
“(Janno) Hmm... Nggak ada bekas lain selain bekas kebakar.” Gumamnya
“(Janno) Kalau nggak ada orang lagi di sekitar sini, terus aliran listrik itu dari mana dong?”
Ia berpikir sejenak sambil celingukan memandangi area di sekitar neutral tree. Sesekali pandangannya tertuju ke batang pohon neutral tree yang berdiri kokoh di hadapannya. Kemudian Janno mencoba berjalan ke arah batas neutral tree.
Akar-akar kecil yang keluar dari tanah dan seolah-olah membentuk lingkaran itu ia pandangi dengan tatapan serius. Janno mencoba berpikir lebih keras.
“(Janno) Apa karena aku dan teman-teman bangkit dari neutral tree? Jadi pohon ini kemungkinan bisa melindungi kita kalau kita dalam keadaan terdesak?” Tanyanya di dalam hati.
“(Janno) Kalau dilihat dari namanya sih neutral tree. Artinya pohon netral. Apa mungkin pohon ini nggak bakal mengijinkan adanya pertarungan kalau sedang didekatnya?”
Lama sekali Janno mambayangkan hal-hal yang sedang ia coba untuk membuatnya logis. Tapi sepertinya semua yang ia tanyakan di dalam pikirannya tak mampu menjawab semua hal.
“(Janno) Ahh... Sudah lah... Malah tambah pusing aku mikirin ini semua. Mendingan lanjut ngawasin pembangunan workshop.”
Janno yang menyerah dengan logikanya lalu beranjak pergi berjalan ke arah workshop yang sedang dibangun. Sore itu ditutup dengan rasa penasaran oleh masing-masing pemain maupun para matthing atas apa yang baru mereka alami di hari itu.
[BERSAMBUNG]
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
