
Cerpen horor ke dua saya . Jangan lupa like nya ya .
Hari ini aku pulang ke tanah air dengan senang . Setelah 10 tahun aku merantau di Jepang tanpa bertemu anak dan istri . Aku memegang tiket pesawat dan menanti di bandara . Juga tidak lupa aku video call istriku untuk memberi tahu jam keberangkatan . Anakku senang bukan main .
Setelah tiba di tanah kelahiranku . Aku sujud syukur karena telah kembali dengan selamat . Aku juga senang melihat rumahku yang sudah berdiri megah dan sawah yang lapang di belakang rumah .
" Mas Sugeng … ibu sudah nunggu dikamar . " Istriku berteriak dari dalam rumah .
" Iya sebentar . " Aku masuk ke dalam rumah setelah ngobrol bersama tetangga dan teman dekat yang datang ke rumah .
" Assalamualaikum buk . " Aku menyapa ibuku yang hanya bisa tertidur di kasur . Aku terkejut dengan kondisinya yang sangat mengenaskan hanya tinggal tulang dan kulit saja . Belum lagi bau busuk serta belatung yang mengerubungi kemaluan ibuku . Aku menatap istriku tajam . Istriku langsung keluar dari kamar ibu sambil menutup hidung .
" Ibu jangan lupa terus doa dan istighfar supaya lekas membaik . " Aku berbicara sambil memegang dan memeluk ibuku . Tak terasa aku meneteskan air mata sambil membersihkan tubuh ibuku .
Aku pun keluar dari kamar setelah melihat keadaan ibuku .
" Kenapa kamu gak ngomong kalau ibu keadaan nya seperti itu . " Aku membentak istriku karena marah dan terkejut . Sudah lama ibuku mengidap penyakit stroke . Tapi aku tidak menyangka kalau kondisinya akan separah itu .
" Memangnya kamu pikir aku gak berusaha nyembuhin ibu kamu . Aku sudah undang orang pintar , ustadz dan dukun . Gak ada satupun yang bisa ambil susuk kembang kantil di tubuh ibu . " Istriku menjelaskan dengan tenang .
" Sejak kapan kamu menyadari kalau ada susuk kantil di tubuh ibu ."
" Ustadz dari desa sebelah yang ngomong . " Istriku berusaha menenangkan aku yang penuh emosi .
" Sejak kapan ibu pasang susuk itu ." Aku menghela nafas merasa heran dan bingung .
" Kita cari lagi ustadz yang bisa ngambil susuk itu . Susuk kantil itu berwarna merah darah dan sudah menyatu dengan tubuh ibu . Susah kalau mau mengambilnya . Aku juga pernah meruqyah ibu selama 7 hari berturut-turut . Tapi hasilnya nihil . " Istriku menyajikan kopi di depanku .
Suaraku yang terdengar keras , mengundang warga untuk datang ke rumahku . Para tetangga menjelaskan keadaan ibuku dan menyarankan untuk mencari ustadz yang bisa mengambil susuk itu dari tubuh ibuku .
Sesepuh didesaku bercerita kalau ibuku dulu sinden yang cantik dan mempesona . Tak terhitung jumlah pria yang berkencan dan tidur dengannya . Termasuk siapa ayahku juga tidak ada yang tahu pasti . Mungkin karena profesinya seorang sinden itulah ibuku memasang susuk di tubuhnya .
Malam hari tiba . Aku menghubungi temanku yang berprofesi sebagai guru . Dia menyarankan untuk meruqyah sendiri sang ibu selama 40 hari . Aku pun melakukan apa yang temanku suruh .
Saat tengah malam , aku meruqyah ibuku sambil menyiapkan air minum. Belum ada 5 menit aku melakukan ruqyah , suara tangisan bayi sudah terdengar di telingaku . Bulu kudukku mulai merinding dan mulai ketakutan. Aku tetap melanjutkan ruqyah walau mendengar suara tawa bayi di sampingku . Tepat pukul satu malam , ada lima buah bayi yang berlumuran darah di depan mataku .
Aku cepat-cepat menyelesaikan ruqyah dan menyiramkan air ke tubuh ibuku .
" Alhamdulillah " aku mengatur nafas karena ketakutan setengah mati . Keesokan harinya aku mengajak sepuluh orang untuk ikut meruqyah. Ternyata tepat jam satu malam , delapan orang keluar dari kamar ibu dan berteriak . Mereka lari ditengah saat sedang ruqyah .
Setelah selesai ruqyah aku pun menegur ke delapan orang itu . Jawaban mereka sama . Mereka takut melihat mayat bayi yang berlumuran darah ada di hadapan ibuku .
" Mungkin ibumu dulu pernah hamil lalu digugurkan . " Celetuk seorang tetanggaku yang menemaniku sampai selesai ruqyah .
" Saya gak tahu pak . Ibu hidup sendiri sudah lama . Bisa jadi itu kejadian sebelum saya lahir . " Aku mulai berpikir keras tentang bayi-bayi itu . Dan kenapa bisa berlumuran darah .
Aku berbaring sejenak di kursi depan sambil menunggu adzan subuh . Dengan setengah sadar aku melihat sosok hitam besar memasuki kamar ibu . Aku segera bangun dan melihat kondisi ibuku . Aku melihat sekeliling dan menatap ibuku sebentar . Aku tidak lihat siapapun disana .
" Mungkin aku cuma mimpi . " Gumamku lalu menuju ke mushola dekat rumah .
Pagi hari aku mulai pekerjaanku di sawah .
" Gak jadi cari ustadz nya to mas . " Tanya istriku sambil menanam padi .
" Jadilah , biar ibu mati dengan tenang. Insyaallah satu Minggu lagi baru bisa ke sini . "
" Bagus kalau gitu . " Istriku terlihat lega . Tak lama , anak kamu yang berusia 12 tahun menyusul ke sawah.
" Nenek siapa yang jaga kalau kamu ikut ke sini . " Tegurku dengan lirih .
" Aku takut pak . Ada orang berbadan hitam besar jagain nenek terus . " Sahut anakku dengan lantang .
" Lalu sekarang nenek sama siapa . "
" Sama Mbah Sariyem . " Tetangga dekat rumahku yang ikut menjaga ibuku .
Sore hari kita pulang dari sawah . Aku masih kepikiran tentang omongan anakku tentang sosok hitam besar itu .
Malam hari tiba . Hari ke tiga ruqyah hanya 3 orang . Aku , anakku dan tetanggaku pak imam . Dan benar adanya saat tengah malam sosok hitam besar itu muncul dan ikut tidur bersama ibuku . Anakku sempat ketakutan dan duduk geser di dekatku . Aku terkejut melihat reaksi makhluk itu saat kami meruqyah ibu. Dia sama sekali tidak takut atau risih dengan tingkah kami .
Saat aku dan pak Imam membaca ayat kursi . Mata makhluk itu mulai merah menyala dan mulai mendekati kami . Anakku lari ketakutan melihat ekspresinya . Dia menghembuskan angin kencang dan berusaha menghentikan kami .
Setelah selesai , makhluk itu mulai menghilang dan menjauh dari tubuh ibuku .
" Allahuakbar . " Seru pak imam yang terlihat berkeringat dan gugup karena baru pertama kali lihat setan .
" Terima kasih pak sudah mau bantuin saya . " Aku mengantar pak imam sampai depan rumah .
Para tetangga pun heboh dan mulai takut kalau melintasi rumahku saat malam hari . Mereka mengatakan kalau ibuku bersekutu dengan iblis hitam penunggu gunung di dekat rumahku . Sugeng tidak menghiraukan omongan mereka . Sugeng hanya fokus agar ibunya bisa meninggal dengan tenang .
" Dengan kondisi seperti itu , sangat mustahil ibu bertahan hidup . " Gumamku sambil membersihkan tubuh ibu .
Kamis malam Jum'at Kliwon aku mengadakan ruqyah di lanjutkan yasinan yang dihadiri oleh ustadz dari pondok pesantren di kotaku .
Aku dan tetanggaku berada di luar kamar sedangkan sang ustadz berada di kamar ibu sendirian .
Saat kami membacakan Yasin . Terdengar suara teriakan yang sangat keras dari kamar ibu . Karena khawatir aku langsung masuk dan melihat . Aku menangis tersedu-sedu melihat ibuku sudah tidak bernyawa lagi . Malam itu juga jenazah ibuku langsung dikubur . Aku dan istriku merasa lega karena telah melihat ibu wafat dengan tenang .
Saat perjalanan pulang dari makam . Pak ustadz menyarankan aku untuk membongkar kamar ibu .
" Sepertinya ada lima mayat bayi yang mati tidak wajar disana mas . " Ujar pak ustadz lirih .
" Iya pak terima kasih . " Aku mengangguk .
Pak ustadz juga menceritakan soal ibu yang membuat perjanjian dengan iblis penunggu gunung .
" Anda lihat ke belakang mas . Iblis itu terus menunggu makam ibu anda. " Pak ustadz dan aku melihat ke arah makam ibu . Mataku terbelalak karena sosok itu tidak mau pergi walau ibuku sudah meninggal .
" Lalu susuk di tubuh ibu saya tidak bisa di ambil pak . " Tanyaku sambil gemetar ketakutan menjauh dari area makam ibu .
" Ibu anda melanggar perjanjian . Dimana perjanjian itu tidak boleh membesarkan bayi lebih dari satu tahun . " Jawab pak ustadz sambil berpamitan pulang .
" Mungkin kelima bayi yang berlumuran darah itu adalah kakakku. " Gumamku lirih .
Keesokan harinya aku meminta tolong ke beberapa tetanggaku untuk menggali kamar ibu dan mencari mayat bayi itu . Setelah satu jam digali kami menemukan lima mayat bayi yang sudah menjadi tengkorak . Di dekat mayat itu terdapat buku isinya tulisan tangan ibu yang berbahasa Jawa .
Aku melakukan pemakaman yang layak dan doa untuk mayat itu . Malam hari tiba . Setelah sholat isya aku membuka buku itu dan membacanya .
***
Hari ini aku tidak membawa uang lagi . Semua uang dari hasil panen sudah habis untuk beli kebutuhan dapur dan obat emak . Apa yang harus ku lakukan .
Tulis ibu yang sedikit bingung dengan keadaan ekonominya . Sugeng membalik lembar berikutnya.
Aku bertemu mas Surip saat menanam padi di sawah . Mas Surip tersenyum lebar dan menatap ke arahku . Sayang sekali dia sudah menikah jika belum , aku ingin jadi istrinya . Malam hari aku mencoba peruntungan menjadi sinden di tempat pak Linggar . Penghasilanku bertambah dan aku semakin populer.
Sugeng menghela nafas membaca tulisan ibunya . Dia membayangkan perjuangan ibunya saat masih muda. Di halaman lain , ibunya mulai berhubungan intim dengan Surip seorang pamong desa yang kaya raya dan tampan . Ibu juga rela jadi simpanan Surip .
Saat Surip bangkrut , dia mengajak ibu untuk pergi ke sebuah gunung yang dekat dari wilayah mereka . Awalnya ibu ragu dan takut . Tapi karena didesak Surip dan dijanjikan untuk dinikahi , ibu mau menuruti permintaan Surip untuk menyembah iblis penunggu gunung .
Iblis penunggu gunung itu meminta tumbal bayi yang lahir dari kandungan istrinya . Seketika ibu tersentak dan ingin meninggalkan tempat itu . Tapi Surip terus memegang tangan ibu dan melirik tajam dengan tatapan mengancam . Demi cintanya , ibu rela membunuh anak - anaknya untuk dijadikan tumbal .
Setelah Surip menjadi kaya . Dia mulai jarang datang ke tempat ibu . Ibu juga tidak hamil lagi . Sang iblis pun murka dan membuat Surip mati dengan tidak wajar . Ibuku harus mau melayani nafsu bejat sang iblis setiap malam Jum'at Kliwon . Aku meneteskan air mata sambil membayangkan wajah ibuku yang dikhianati oleh laki-laki .
Demi menghidupi dirinya sendiri , ibu kembali menjadi sinden . Karena ibu kalah cantik dengan sinden baru , ibu mulai berpikir sempit . Dia menuju dukun sakti di desa seberang dan memasang susuk kantil . Susuk itu punya larangan yang tidak boleh dilanggar . Yaitu tidak boleh hamil .
Apabila hamil , sang pemakai susuk akan terlihat tua dan mengeluarkan bau busuk . Ibu juga rela menjadi sinden plus-plus demi mendapatkan uang . Hampir tiap hari ada saja laki-laki yang mengantarkan ibu pulang .
Setelah dua tahun pemakaian susuk itu . Keuangan ibu sedikit membaik . Tapi tak disangka tanpa ibu sadari , ibu sudah hamil 3 bulan . Ibu menangis tersedu-sedu teringat kata-kata sang dukun . Ibu juga tidak tahu ayahnya yang mana . Dia bingung antara merawatku atau membunuhku . Ibu juga ingat wajah anak anaknya yang ia bunuh untuk dijadikan tumbal .
Ibu memutuskan untuk membesarkanku dengan segala resiko yang harus ditanggung. Terutama susuk kembang kantil yang tidak bisa dicabut karena melanggar larangan .
" Belum tidur mas . " Istriku keluar dari kamar .
" Belum . Masih asyik membaca buku harian ibu . " sahutku sambil terus membaca .
" Apa ada keterangan tentang siapa ayah kandungmu mas . " Bersandar ke bahu Sugeng .
" Tidak ada . Ibu juga bingung . " Aku dan istriku masuk ke kamar .
***
Keesokan harinya aku berangkat ke ibu kota bersama temanku . Aku ingin mengadu nasib di negara sendiri . Sesampainya di ibukota , kami langsung menuju proyek dan melihat kondisi proyek itu . Kali ini kami dapat proyek renovasi rumah di kawasan elit ibukota .
Aku pun terkesima melihat rumah besar dan mewah sepanjang perjalanan . Kami sampai di tempat tujuan . Rumah itu terlihat tua dan lusuh . Banyak sarang laba-laba dan barang terbengkalai begitu saja .
Aku dan teman-temanku tidak berpikir aneh-aneh waktu itu . Kami pikir wajar bila rumah lama yang sudah tidak ditempati jadi lusuh seperti ini . Kami menuju bangunan belakang yang sedikit lebih baik dari bangunan utama . Kami berlima tidur di situ .
Malam tiba , Wawan yang biasanya tidur mendengkur ternyata masih bermain game di luar .
" Gak tidur to wan . " Tanyaku dari dalam kamar . Kami tidur di lantai berlima .
" Nyapo . " Wawan menguap ternyata tidur di sebelahku . Aku langsung tersentak dan takut . Suara orang yang sedang bermain game mendadak sudah tak terdengar lagi .
" Gak apa-apa . Tidur lagi sana . " Aku berusaha tenang dan kembali berbaring . Walau jantungku berdetak kencang karena ketakutan .
Pagi pun tiba kami melakukan pekerjaan kami hingga siang hari . Gito hendak wudhu menuju ke kamar mandi terlebih dahulu . Dia terkejut dan berteriak saat ada ular besar yang berendam di bak mandi .
Kami berbondong-bondong datang ke kamar mandi . Aku berusaha mengikat mulut ular itu lalu memasukkannya ke dalam karung . Disitu pikiranku sudah mulai tidak nyaman dengan rumah ini .
Seminggu kemudian tepat di malam Jum'at , terdengar suara aneh lagi dari luar kamar . Kali ini ada suara anak laki-laki yang sedang menangis memanggil ibunya . Aku mulai ketakutan dan berusaha menutup telingaku dengan kedua tanganku sambil berdoa . Wito membangunkanku .
" Hey … temani aku kencing bentar . Handphone ku gak ada lampunya . " Ucap Wito sambil menggoyangkan badanku .
Aku pun tersentak karena aku juga takut untuk keluar . " Ayo . " Aku berdiri dan menuju kamar mandi .
Aku memfokuskan diri ke handphone sambil melihat sekeliling . Sesekali aku melihat belakang . Tiba-tiba ada seorang anak kecil berkeliaran sambil membawa mainan dan tertawa dengan kencang . Lama-lama suaranya kencang dan terasa dekat . Aku pun berlari ketakutan menuju kamar tanpa menghiraukan Wito yang sedang ada di kamar mandi .
" Sialan … aku ditinggal sendiri di depan . Mana gelap banget lagi depan. " Wito melempar bantal padaku .
" Takut paling . " Sahut Gito sambil memejamkan mata . Mereka menertawakanku .
***
Matahari mulai terbit kami mulai bangun dan menuju mushola . Setelah sarapan kami langsung bekerja . Aku dan Gito memperbaiki lantai yang rusak dan keramik yang pecah sedangkan Wito dan yang lain memperbaiki atap rumah .
Memang tidak ada yang aneh saat kami memperbaiki lantainya . Tapi kami mendengar ada suara menggema di antara lantai itu . Aku memukul dengan palu hingga lantai itu retak . Retakan lantai itu terjatuh di bawah . Aku dan Gito saling berpandangan .
" Apa ini . " Gito mencoba mengintip melalui lubang itu .
" Ada ruangan bawah tanah kayaknya. " Aku mengambil handphone dan menyalakan lampu .
Aku melihat ada kursi dan meja dari lubang kecil itu . Aku dan Gito menghancurkan lantai itu sampai terlihat anak tangga menuju ke ruangan bawah tanah . Anak tangga itu menempel pada dinding terbuat dari besi .
Aku melalui anak tangga itu dengan hati-hati sambil memegang handphone . Kami terus masuk ke dalam dan melihat sekitar . Ada banyak sekali foto wanita dari zaman penjajahan sampai foto wanita modern juga ada .
Aku mengamati foto wanita itu satu persatu . Setelah aku hitung ada sekitar 100 wanita . Yang anehnya ada foto ibuku saat masih muda dulu. Aku mulai bertanya dalam hati . Apakah ini rumah leluhur ayahku . Aku mengambil foto ibuku lalu menuju ke atas .
" Eh … tunggu . " Gito memanggilku.
" Ada apa . " Aku melihat ke arah Gito yang sedang membaca buku .
" Ini kayak buku mantra atau ilmu sesat gitu . " Gito membaca buku itu yang bertuliskan aksara Jawa.
" Baca aja di atas nanti kembalikan lagi . Aku mau nelpon mandor dulu ." Kami kembali ke atas bersama.
Sore hari sekitar pukul empat . Mandor datang dan mengecek ruang bawah tanah itu . Dia langsung memberitahu si pemilik rumah . Ternyata si pemilik rumah baru tahu tentang ruangan itu . Dia menyuruh mandor untuk memperbaiki ruangan itu juga dan barang-barang yang ada di sana akan di ambil besok pagi .
Malam hari kami hendak beristirahat. Aku melihat Gito masih tetap fokus membaca buku itu . Aku tidur disamping Gito yang sedang membaca . Aku mulai merasakan hawa aneh di sekitarku . Aku juga mencium bau kemenyan serta bunga melati .
Aku pun melirik ke arah Gito . Mata Gito sudah berubah menjadi merah padam dan melirik ke arahku . Aku berteriak dan membangunkan yang lain . Kami berusaha menyadarkan Gito dan membacakan surat Yasin . Tapi Gito justru tertawa dan mencekik Wito sampai melemparnya ke tembok .
Aku panik bukan main dan menelpon mandor . Mandor datang tengah malam bersama pak ustadz . Pak ustadz membakar buku itu lalu membacakan surat Yasin . Terlihat Gito mulai lemas dan tak sadarkan diri .
" Itu buku tentang ilmu iblis lebih baik jangan di simpan . " Pak ustadz memperingatkan kami semua .
Aku mulai curiga dengan rumah itu . Apa hubungan ibuku dengan rumah itu . Aku membaringkan Gito ke tempat tidur Wawan mengobati luka Wito yang terkena cakaran Gito .
Keesokan harinya , pemilik rumah mengambil barang yang ada di ruangan bawah tanah . Aku mendekati beliau yang sedang mengepak barang . Angin berhembus kencang di sekitarku hawa mencekam menyelimutinya . Aku memberanikan diri mendekati pria itu.
" Apa anda kenal dengan foto wanita ini . " Aku menyodorkan foto ibuku sambil menepuk pundaknya .
" Tidak mas . Ini rumah warisan nenek saya . Saya sendiri baru tau tentang ruangan ini kemarin ." Dia menunjukkan foto sang nenek lalu tersenyum dan menampilkan wajah polos tanpa dosa .
" Ini foto ibu saya . Saya akan membawanya . " Memasukkan foto itu ke dalam saku . Aku berlalu meninggalkan beliau sendiri . Bulu kudukku berdiri semua saat aku berbincang dengan beliau .
" Silahkan mas . Mungkin dulu ibunya mas teman nenek saya ." Pemilik rumah langsung tersenyum dan menampilkan tatapan dengan mata merah seperti darah .
" Dasar bodoh . " Pemilik rumah kembali mengepak barang .
" Kenapa kau dari sana . " Mandor melihat ke arahku dan menunjukkan pekerjaanku yang belum selesai .
" Bantuin bapak bereskan barang pak . " Aku tersenyum dan kembali bekerja . Aku terus melirik pemilik rumah dari kejauhan .
" Wong sugih Ki Podo aneh-aneh ya." Wawan berbicara sambil bekerja.
" Memangnya kenapa . "
" Aku tadi nyium bau menyan dari mobil bapak itu . Masak iya menyan di taruh dalam mobil . "
" Ora sah mikir aneh-aneh . Mungkin saja memang dia suka nyalain dupa di rumahnya." Mandor menegur kami.
Saat waktu menunjukkan pukul 9 malam . Kami semua mengakhiri pekerjaan kami . Kami mulai bergantian mandi satu per satu . Aku memutuskan untuk melihat ruangan bawah tanah itu lagi sambil menunggu giliran ku mandi . Ruangan itu sudah kosong melompong tanpa benda apapun .
Angin berhembus kencang di belakangku . Bulu kudukku mulai merinding dan aku mencium bau kemenyan yang sangat menyengat . Saat mulai melangkahkan kaki ke anak tangga . Aku mendengar suara tangisan dan tawa seorang wanita .
" Geng … Sugeng Ndang adus . Kabeh wes bar . " Wito memanggilku dari kejauhan .
" Iya . " Sahutku lalu bergegas meninggalkan ruangan itu .
Saat di kamar mandi , aku merasa diawasi dari kejauhan . Aku mengintip dari lubang kecil di pintu yang sudah lapuk itu . Aku melihat beberapa wanita berjajar menuju ke arahku . Mereka mendobrak pintu itu dan berhasil masuk lalu mencekikku . Aku berusaha keras melepas tangan mereka . Tapi mereka malah marah dan menceburkan kepalaku ke air .
Tanganku berusaha meraih baju mereka tapi tidak bisa . Tanpa sengaja kakiku menendang pintu . Mereka melepaskan lalu menghilang begitu saja . Aku bergegas menyelesaikan mandiku dan menuju kamar . Tubuhku lemas dan nafasku tersengal-sengal karena berlari kencang . Aku benar-benar takut mengingat kejadian tadi . Aku juga merasa ada yang selalu mengawasiku dari kejauhan .
Hari sudah mulai larut . Tapi Wito Wawan dan aku belum juga terpejam.
" Kamu belum tidur juga to . " Tanyaku sambil melihat jam di handphone .
" Mana bisa tidur . Dari tadi kami dengar suara wanita menangis . " Sahut Wito sambil berusaha memejamkan matanya .
" Aku kira . Aku saja yang mendengar suara itu tadi . "
" Kami juga kok . " Wawan mengambil rokok lalu menghisapnya.
" Kayaknya ada yang gak beres sama rumah ini . " Gito berbicara sambil memejamkan mata .
" Atau kita minta pindah aja sama mandor . Rumah mandor kan ada garansinya , lebih baik kita tidur di sana saja daripada disini . " Wito mulai menunjukkan kalau dia ketakutan tidur di kamar itu .
" Garasinya luas . Masih ada tempat untuk kita tidur . "
" Aku WhatsApp dulu mandor . " Aku mengetik pesan singkat .
Kami berusaha tidur walaupun dengan rasa ketakutan . Entah kenapa aku enggan menceritakan tentang foto ibuku pada teman-temanku . Aku curiga kalau nenek dari pemilik rumah ini adalah dukun yang dimaksud ibuku .
" Tapi kenapa ada banyak foto wanita dari jaman ke jaman ." Aku bergumam dalam hati .
Saat hendak memejamkan mata , aku mendengar suara ibu yang memanggilku . Karena takut aku menyalakan ayat kursi yang ada di handphone lalu mengeraskan volumenya . Temanku tidak ada yang kaget atau heran . Mereka malah bisa tertidur nyenyak .
Keesokan harinya kami pindah ke rumah mandor untuk sementara . Mandor memaklumi ketakutan kami . Karena rumah yang direnovasi ini tidak ditempati selama satu tahun . Sang pemilik sebelumnya mengalami stroke dan komplikasi penyakit lain yang mengharuskan menginap di rumah sakit .
Saat selesai bekerja kami langsung menuju ke rumahnya dengan berjalan kaki .
" Aku beli rokok dulu ya . Kalian jalan duluan . "
" Aku titip roti geng . " Wito menyerahkan sejumlah uang .
" Oke . " Aku menghitung uang milik Wito lalu menuju ke warung .
" Bawaannya kok banyak bener to mas . Mau pindah ya . " Ibu penjual bertanya dengan nada curiga .
" Iya buk . Kita menginap sementara di rumah mandor . Kita juga gak lembur lagi . " Ucapku sambil menyerahkan uang .
" Kita tetangganya aja gak betah lho mas . Dengar suara-suara aneh di rumah itu tiap malam . Rumah itu sudah ada sejak zaman penjajahan . " Ibu penjual menjelaskan padaku .
" Pemilik rumah sebelumnya , pekerjaannya apa ya buk . "
" Mbah Lastri dulu dukun sakti . Biasanya yang datang ke rumahnya itu pejabat atau pekerja seni . " Ibu penjual menceritakan tentang mbah Lastri .
Mbah Lastri berbadan tegap tinggi besar dan bermata tajam . Dia juga mempunyai wajah yang rupawan bak bangsawan Belanda .
***
Aku kembali berjalan kaki menuju rumah mandor sambil melewati rumah itu . Tak disangka aku melihat pemilik rumah masuk ke rumah itu sendirian . Karena penasaran aku masuk diam-diam dan mengamatinya.
Dan benar saja dia hendak menyiapkan ritual untuk sebuah pemujaan di ruang bawah tanah . Aku yang melihat dari kejauhan merinding melihat dia memakan mayat bayi mentah-mentah dengan rakusnya . Tak cuma itu , dia berubah sosok menjadi iblis yang menyeramkan dan menakutkan . Tubuh pemilik rumah hilang jadi debu .
" Itukan iblis yang menyesatkan ibu . Ibu juga buat perjanjian dengan iblis itu . " Aku bergumam dalam hati dan segera berlari dari sana menuju keluar rumah itu .
" Mau kemana kamu mas . " Iblis mendekati Sugeng dengan mata merah menyala .
Aku panik dan terkejut sambil menutup hidung karena bau mayat yang menyengat masih ada di badannya . Aku berusaha berlari dan menghindar dari iblis itu . Tapi anehnya aku malah berjalan mundur dan datang ke arahnya . Dia tertawa terpingkal-pingkal sambil mencekikku .
Aku berusaha menendangnya dan melepas tangannya . " Tolong … tolong . " Aku berteriak dengan kencang . Tapi aku sama sekali tak bisa menyentuh tubuhnya . Dia malah makin kencang tawanya .
" Kau tau terlalu banyak manusia . Lebih baik aku tidur nyenyak . " Dia melemparku jauh ke jalan dan aku mendarat ke depan kaca mobil yang sedang berjalan . Darahku bercucuran keluar . Orang berkerumun menolongku . Mataku terpejam melihat kerumunan orang itu .
Aku mulai sadar saat sudah berada di rumah sakit .
" Uhuk … uhuk . " Aku memegang kepalaku yang di perban dan melihat Wito tidur di bawahku .
Aku masih ketakutan mengingat kejadian itu . Saat aku memejamkan mata aku mendengar suara ibu memanggilku .
" Sugeng … " . Suara pelan dan mengarah ke luar jendela .
" Ibuk … " . Aku Meneteskan air mata lalu berjalan menuju ibuku . Wito bergegas bangun lalu memelukku dari belakang .
" Heh … sadar . Ini jendela . " Wito memukul pundakku dengan kencang.
Aku melihat ke bawah lalu terkejut dan berkeringat .
" Maaf … maaf . " Aku menghela nafas panjang . Wito menemaniku lalu membacakan surat Yasin di sampingku .
Wito mengirim WhatsApp ke mandor kalau Sugeng sudah sadar .
" Bagaimana keadaannya . " Mandor menjenguk Sugeng bersama istrinya .
" Alhamdulillah baik . Tapi tadi dia mau melompat dari jendela . Mungkin dia dirasuki lagi . " Ucap Wito lirih .
" Rumah itu benar-benar menyeramkan . Pemilik rumahnya juga susah dihubungi sekarang . " Mandor mengeluh dan mencoba menghubungi berkali-kali .
" Apa gak sebaiknya dihentikan dulu to pak . Lebih baik kita mengundang ustadz dan penduduk sekitar untuk tahlilan . " Wito memberi saran .
" Aku juga punya niat kayak gitu . Tapi orangnya dihubungi gak bisa . " Mandor menghela nafas sambil terus menelpon .
Beberapa hari kemudian , aku keluar dari rumah dan pihak kepolisian sudah menunggu di depan rumah mandor . Kami semua diberitahu kalau pemilik rumah itu sudah meninggal satu bulan yang lalu ditemukan kecelakaan di jalan tanjakan di sebuah gunung .
Kami semua tidak percaya dan kaget. Karena pemilik rumah menghubungi mandor baru sebulan yang lalu .
" Gak mungkin pak . Satu bulan yang lalu kami baru buat kesepakatan renovasi rumah . Jangan bercanda pak . " Ujar mandorku tak percaya .
Polisi menunjukkan bukti mayat dan TKP .
" Iya . Itu mobil dan baju yang sering beliau kenakan saat berkunjung ke sana . " Aku berteriak keheranan . Mandor juga menunjukkan isi chat dan surat perjanjian bersama pemilik rumah .
Pihak polisi juga bingung siapa yang menginginkan rumah itu direnovasi . Padahal sang pemilik jelas-jelas sudah meninggal . Rumah itu disita polisi sebagai barang bukti kasusku . Polisi juga sudah berhasil menghubungi kerabatnya dari luar negeri untuk mengurus rumah itu .
Beberapa hari kemudian kami mendapatkan proyek baru lagi . Kami semua segera pindah ke rumah yang akan direnovasi dan meninggalkan rumah mandor . Dari kejauhan aku melihat rumah itu dipasangi garis polisi . Malam hari saat kami semua terlelap , aku bermimpi . Ke 100 wanita yang ada di foto itu dipasangi rantai besi di lehernya .
Mereka semua diseret menuju gunung di sekitar rumahku . Aku ingin menolong ibu tapi tanganku tak bisa memegang mereka . Aku juga bisa melihat Mbah Lastri yang penuh darah dan merintih kesakitan saat di seret oleh iblis penunggu gunung.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
