Makanan Sumber Kebahagiaan Santri #CeritadanRasaIndomie

4
1
Deskripsi

  

     Kalau biasanya masuk pesantren bikin kita jadi kurus, itu tidak berlaku dipesantrenku karena santri maupun semua yang masuk ke pesantrenku pasti akan merasa lapar bahkan makanan yang tidak kalian suka bisa jadi disini kalian lahap memakannya. Mungkin kesejukan dengan pepohonan yang begitu banyaknya membuat makan menjadi hal yang sangat membahagiakan.


Ini ceritaku semasa sekolah dulu, demi menjaga masa SMA anaknya dari pergaulan bebas, orang tuaku memasukkanku sekolah berasrama bernuansa Islam atau yang orang umum sebut sebagai Pesantren.  Tanpa berdiskusi orang tuaku dengan otoriter mendaftarkan dan membawaku ke Pesantren. Aku pun tidak bisa berkutik takutnya jika  melawan kehendak orang tua aku di kutuk seperti maling kundang. Dari pada menjadi batu lebih baik aku Mematuhi dan menjalankannya dengan legowo. Tidak sederhana seperti pendaftaran sekolah umum di pesantren ini banyak sekali prosedur-prosedurnya mulai dari tes urine sampai dengan pengumuman kelulusan. Lucunya semua orang pasti diterima di pesantren ini,  jika tidak memenuhi syarat juga akan dinyatakan lulus bersyarat kalo begitu untuk apa semua prosedur ini hanya membuang waktu dan tenaga yang mana gedung di pesantren ini tinggi-tinggi dan tidak ada lift sama sekali.


      Pesantren tempatku bersekolah bukan pesantren assalafie yang mengfokuskan diri pada hafalan melainkan pesantren modern. Jadi bisa dikatakan tidak tradisional berbeda dengan pesantren yang sering muncul di sinetron. Pesantren ini memiliki arsitektur bangunan yang modern dengan rata-rata gedungnya bertingkat lima dan enam. Merupakan kesialan jika diasrama mendapat kamar dilantai lima  atau enam dan untung saja aku ditempatkan dilantai tiga, itu membuatku sedikit senang. Sebagian besar santri disini berasal dari Jabodetabek maka tidak heran jika budaya betawi menjadi populer dan marak ditiru santri-santri lainnya. Itulah mengapa santri-santri disini sedikit agak kasar dalam berbicara,  sapaan loe dan gue  menjadi bahasa yang lumrah.


      Hal yang membuatku kesulitan di Pesantren adalah peraturan mengenai tidak boleh membawa Handphone dan makanan-makanan tertentu seperti ciki, minuman bersoda, permen dan Mie Instan. Semua itu diharamkan dipesantren ini. Adapun dilarang merokok dan yang ketahuan merokok sanksinya dikeluarkan. Pesantren tempatku bernaung ini begitu ketat akan peraturan. Bukan hanya itu saja untuk masuk ke dalam pesantren ini pun ada rangkaian-rangkaiannya termasuk untuk santri dan seluruh aktivis yang ada disini diberikan sebuah buku kecil seperti paspor untuk bisa masuk sedangkan orang diluar itu,  harus menunjukkan identitas berupa kartu tanda penduduk dan sebagainya.


       Entah apa penyebabnya apakah hanya di pesantren ini atau semua pesantren perutku sering sekali merasa lapar dan rasanya semua makanan yang dimakan di dalam pesantren rasanya enak. Padahal banyak jenis makanan yang aku tidak suka, semenjak berada di pesantren ini aku menyukai semua makanan. Dan lebih parahnya lagi makanan adalah sumber kebahagiaan para santri disini. Aku masih tidak tahu kenapa ini semua terjadi karena sebenarnya para santri diberi makan dengan cukup juga bergizi ya walau rasanya agak hambar tidak selezat makanan rumah. Bisa kalian bayangkan bukan menyiapkan makanan untuk ribuan santri pastinya sulit sampai masalah rasa pun diabaikan  dan yang menjadi prioritas ialah matang tepat waktu dan terpenuhi untuk semua santri.


      Begitu banyaknya peraturan soal makanan ditambah perut yang selalu keroncongan para santri sering melakukan penyelundupan makanan yang dilarang dan Handphone untuk memperlancar komunikasi dalam menjalankan aksi.  Caranya di setiap minggu dipesantren akan ada mobil pengantar paket dari orang tua karena jumlah paket yang banyak maka pemeriksaan di depan gerbang dilakukan dengan tidak teliti. Namun, di asrama akan ada pemeriksaan kembali dan tingkat kesulitannya semakin meningkat yang mana asrama terbagi menjadi  lima gedung. Untuk itu santri yang meminta orang tuanya membawakan makanan atau barang yang dilarang akan menghentikan mobil sebelum sampai diasrama dan meminta sopir mengambilkan paket atas nama santri tersebut. Hal itu dibolehkan jika sopirnya kenal dengan santrinya. 


      Walau begitu aku tetap tidak pernah melakukan penyelundupan karena aku terlalu paranoid untuk melakukannya. Aku tergolong santri yang taat aturan dan disiplin. Ustaz dan Ustazah pun sangat menyukai kepribadianku. Tapi, waktu itu tanpa sengaja aku melakukan penyelundupan dan tidak ketahuan. Jadi waktu itu dihari Jumat aku mengirim pesan ke orang tuaku menggunakan Hp Nokia yang disediakan asrama dikantor manajemen.  Mengetik banyak barang kebutuhan seperti alat mandi dan pakaian, dikirimlah pesan itu ke Umi. lalu umi menawarkan soto lamongan kepadaku karena saat itu Umi sedang berada dirumah nenek di Lamongan, Jawa Timur. Dengan senang hati aku menerima tawaran Umi. Hari Minggu pun tiba aku mengambil paketku, petugas yang memeriksa paket pada hari itu Ustazah Yuli wali kelasku. Imejku  yang baik membuat Ustazah Yuli percaya bahwa pada paketku tidak ada barang yang dilarang dan paketku pun tidak diperiksa.  


       Di kamar aku bongkar isi paketku dan tidak sabar melahap soto lamongan dari Umi. Namun, tidak ada soto lamongan yang kutemukan malah Indomei rasa soto lamongan. Aku kecewa melihatnya dan memberikan Indomie itu kepada teman-teman sekamarku dengan syarat jika ketahuan jangan menyebutkan namaku. Aku mendatangi kantor manajemen dan meminjam Hp Nokia menelepon Umi. Ternyata nenek tiba-tiba sakit Umi tidak sempat membuatkan soto lamongan dan rumah makan yang menjual soto lamongan terdekat pun tutup oleh karena itu Umi menggantinya dengan Indomie soto lamongan yang katanya lezat.


        Aku kembali ke kamarku, saatku  datang jendela kamar dan pintu tertutup rapat.  Aku membuka pintu kamar,  tercium aroma rempah-rempah yang kuat juga sedap. Anak kamarku ternyata sedang menyantap Indomie yang kuberikan, lima bungkus mie dituangkan pada satu panci. Mereka menawarkanku untuk bergabung. Aromanya yang kuat, uap yang membumbung dan mie yang terlihat begitu kenyal membuatku tidak bisa menolak. Aku bergabung dan menyantap Indomie  dengan empat teman kamarku. Dengan nikmat kami merasakan kelezatan Indomie soto lamongan sampai tidak sadar pintu kamar belum  kututup kembali. Mie telah habis hanya tersisa kuah di panci dan kami tidak ingin menyia-nyiakannya untuk itu secara bergilir kami menyeruput kuah itu dari panci. Tiba-tiba seseorang datang, kami semua terkejut Ustadazah Yanti ada di depan pintu.  


       Karena merasa bersalah telah lupa menutup pintu, saat di interogasi aku berniat untuk mengakui kepemilikan Indomie tersebut. Namun ternyata semua teman-teman kamarku mengakui bahwa mie itu milik masing-masing, yang mana jumlah bungkus yang ditemukan berjumlah lima dan satu orang memiliki satu Indomie. Ustazah Yanti tidak percaya dan terus memaksa kami untuk menyebutkan satu nama. Kami pun mengakali dengan satu orang menyalahkan satu orang lainnya hingga membuat kerusuhan terjadi. Ustazah Yanti akhirnya kehilangan kesabaran dan menghukum semua anggota kamar. Mendengar itu Aku dan teman-teman malah senang mendapat hukuman bersama. Menurutku  kenangan itu begitu berharga bukan hanya sekadar cerita makan Indomie tapi tentang kebersamaan, kesenangan dan kekompakan kami juga turut menyertai. Jika aku ingin mengingat masa-masa sekolah dulu aku memakan Indomie soto lamongan untuk mengenang  masa berharga  itu.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Membuka Mata
1
0
Puisi ini akan menyandarkanmu hal-hal yang sering tidak kamu sadari
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan