Malam Tanpa Bulan

0
0
Deskripsi

Dalam keramahan malam disudut kota terindah yang selalu aku kunjungi. ditempat biasa dalam riang nyanyian lagu pengamen jalanan. kehangatan kopi pahit terasa hingga membuat ubun-ubun berdiri bersama kenikmatan. Disampingku terdapat banyak teks berkeliaran bersama tawa-tawa tak beraturan. setiap berapa menit sekali nyanyian rel kereta api serta belnya bersautan mengikuti irama malam yang cerah. Kesendirianku ini lebih menyakitkan daripada sakit hati, tergambar jelas pada diriku. dalam sadar, malam...

Sabtu pagi sepulang dari kampus menuju tempat kosan bu Paijah. mendadak temanku yang bernama Aziz mengajakku mengunjungi Musium sebagai salah satu tempat penelitian skripsi, ia kebingungan dengan penelitian skripsinya itu. meskipun diriku juga sedang dalam tugas skripsi yang sama. tetap saja aku ikut dengannya ke Musium.

Di Musium banyak terdapat data yang dibutuhkan. Aziz sibuk dengan pencarian datanya. dan diriku sibuk dengan absen di tempat lobi musium. berlama-lama di lobi musium tidak hanya sekedar mengisi absen. tanpa adanya niat, diriku bertanya-tanya ke penjaga lobi yang aku tau namanya fifi dari berkenalan dengannya, cantik orangnya dan sangat cantik yang aku rasa. 

Selang beberapa waktu, berhari-hari diriku mengerjakan teks skripsi yang sangat melelahkan pikiran. ternyata ada data yang kurang, yang mengharuskan diriku untuk mencarinya. Bertanya-tanya ternyata data itu terdapat di musium yang telah aku kunjungi beberapa waktu lalu bersama Aziz. selanyaknya pengunjung, diriku mengikuti prosedur musium. mengisi absen dan tak diperbolehkan memotret. 

Ditempat lobi ternyata bukan Fifi yang jaga, gerah hati ini. ku lanjutkan mencari data untuk mengisi kekurangan skripsiku. Berjam-jam diriku mengitari musium dan kucatat apa yang kubutuhkan untuk mengisi skripsiku. untuk sementara dalam pikiranku terasa cukup. ketika berjalan ke pintu keluar, terasa dalam tubuh ini getaran yang luar biasa sepertinya diriku mati rasa untuk melangkahkan kaki keluar musium. Aku tak bisa memalingkan wajah tuk menghindar dari memandang dirinya. entah apa yang kurasa, seperti ada lagu klasik yang bernyanyi di telingaku "pandangan pertama, awal aku berjumpa". entahlah apa yang kurasa ini.

Fifi sepertinya tau kedatanganku, dan tersenyum kecil seperti kepada pengunjung lainnya. Ia menggantikan temannya yang sudah selesai jadwal tugas tunggunya di musium. Aku terkadang kasihan dengan pekerjaan ini, sebab di musim yang nilai ketertarikan masyakat pada sejarah minim. hingga membuat musium begitu sepi dari pengunjung. terkadang dalam satu hari yang datang satu, dua, tiga orang. jika ramai biasanya ada program dari sekolah untuk mengunjungi musium. barulah musium itu ramai, yang membuat fifi tak terasa sepi. dan sibuk dengan kata yang monoton "silakan diisi absenya dulu". 

kemudian kami ngobrol bersama, Sangat lama dia bercerita tentang musium kepadaku. ia sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya. sepertinya ia senang dengan kedatangku. akhirnya aku pamit pulang duluan. dia tak mau untuk ditunggu, sebab ada keluarganya yang akan menjemputnya. didalam perjalanan pulang, pikiranku yang pusing memikirkan tugas akhir sedikit berkurang, senyuman Fifi menjadi penyembuh pikiran yang sedang ruwet. kupasrahkan saja apa yang kurasakan ini kepada Tuhan. Aku tidak mau diakhir tugasku terbengkalai gara2 sosok yang baru kukenal. meskipun dalam hatiku ada teks yang terucap "Tuhan jika ia jodohku dekatkanlah dan jika bukan jodohku maka jodohkanlah denganku". doa paksaan yang membuatku tertawa sendiri dalam perjalanan pulang.

To be continued ….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Malam Tanpa Bulan (part 2)
0
0
UJIAN SKRIPSI
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan