
Ch 4
Vincent mengalami hal aneh yang berbeda dari anak yang lain.
Want more?
Dukung hanya dengan 10 ribu saja dan dapatkan kumpulan cerita menarik lainnya.Cek Twitter : @laujzoCek FB page : Dreamer StoriesCek Instagram : @karyadreamerKeep Dreaming & Enjoy the Story
...CHAPTER IV
VINCENT
Aku kuat dan tidak ada lagi orang sekuat diriku. Di sekolah, di rumah, di manapun tidak ada orang yang sekuat diriku. Hal itu yang selalu aku pikirkan dan aku ucapkan setiap harinya sebelum dan sesudah aku melakukan setiap aktivitas. Hal yang tidak boleh aku lupakan dan harus selalu aku ingat apapun yang terjadi adalah aku kuat. Aku tinggal di kondisi rumah yang memaksa diriku untuk menjadi sosok yang kuat fisik maupun mental dan tidak boleh menunjukkan sifat kelemahan apapun. Mempunyai seorang papa yang suka memukul bila aku kelihatan lemah atau tidak sesuai ekspetasinya, membuat badanku selalu penuh dengan luka-luka tapi luka itu menjadi alasanku untuk tidak kelihatan lemah dihadapannya. Karena bila aku menunjukkan kelemahan sedikit saja maka dia akan semakin menjadi kasar dan malah memukulku semakin kuat agar aku tidak lemah. Ya itulah kehidupanku seorang atlit terkenal sekolah yang sering memenangkan lomba maupun pertandingan, yang sering dipuji-puji orang tanpa mereka mengetahui siapakah diriku sebenarnya atau apa yang menimpa diriku selama ini. Aku tidak bisa bercerita ke siapapun karena aku harus menjaga image yang sudah terbuat dan aku tidak mau sampai bila aku bercerita tentang masalahku. Apalagi sampai hal itu terdengar papaku. Karena itu tidak mungkin memecahkan masalah malah akan memperkeruh masalah yang sudah ada, karena aku tahu sifat papaku seperti apa dan orang luar tidak akan mengerti itu. Mereka mengira papaku adalah sosok yang hebat sebagai mantan atlit terkenal sehingga mampu membuat anaknya menjadi seorang atlit yang hebat juga.
Disaat aku memasuki SMA, aku masuk ke salah satu sekolah yang ternama yaitu SMA Cahaya. Disana tentu aku masih menjadi seorang atlit terutama di taekwondo, dan di sekolah ini bila kita memiliki sebuah talent maka talent itu akan menjadi semakin berkembang karena sekolah ini sangat mensupport para muridnya. Para murid di SMA Cahaya disupport dengan cara diberi semua hal yang dapat mengembangkan talenta mereka. Tentu aku semakin banyak menjuarai kejuaraan dan menjadi salah satu atlit nasional, tetapi hal itu tentu tidak menjamin membuat papaku berubah ataupun bangga padaku. Bila aku menang maka dia akan bilang aku harus mempertahankan dan menambah jadwal latihanku, dan bila aku tidak menjadi juara 1 maka mulailah kembali dia untuk memukuliku kembali. Satu hari aku menjadi juara 2 di turnamen taekwondo, dan semua orang di sekolah mulai dari guru dan teman-teman sekelasku sudah bangga dan memujiku. Tanpa mereka tahu bahwa hal itu bukan hal yang bisa diterima oleh papaku, aku saat itu sampai tidak bisa pulang dikarenakan aku takut untuk berhadapan dengan papaku yang pasti akan memukulku saat dia tahu aku kalah. Aku sedang duduk di lapangan basket dan masih bingung aku harus bagaimana, tiba-tiba ada seorang cewek yang bilang
“ Kadang yang kita butuhkan bukanlah ucapan-ucapan penyemangat atau rasa kasihan dari mereka tanpa mereka mengetahui perasaan kita sesungguhnya. Kamu Vincent yang juara 2 itu kan? Aku gatau aku harus bilang apa ke kamu karena aku gatau apa yang kamu rasakan sekarang. Tapi melihat kamu merenung disini sendirian padahal kamu sudah berhasil menjadi juara itu membuatku berpikir ada hal lain yang mengganjalmu yang berkaitan dengan kamu juara 2 ini. Jadi sekarang aku cuma bisa bilang janganlah lari dari masalahmu sekarang dan bila kamu butuh bantuan aku siap kok membantumu semampuku. “
Aku hanya bisa terdiam waktu itu dan tidak tau harus berkata apa ke cewek yang aku tidak kenal itu. Tapi perasaanku bisa menjadi sedikit tenang sampai aku berani untuk pulang kerumah meskipun reaksi papaku seperti yang sudah kuduga yaitu marah besar kepadaku. Sejak saat itu aku memang tidak pernah meminta tolong ke cewek itu entah mengapa, tapi setidaknya aku sudah tau siapa cewek itu. Dia bernama Alice dan ternyata adalah teman sekelasku, dia sangat pendiam berbeda dengan siswa-siswa lain di sma cahaya yang selalu ingin menunjukkan bakatnya. Semenjak aku mengamati dia aku mengetahui beberapa hal tentang Alice, dia memiliki teman dekat bernama Adam yang merupakan siswa terpopuler dan paling berprestasi di sekolah ini. Dia juga menurutku berteman dengan semua orang karena hampir semua orang mengenal dia akan tetapi hanya sekedar mengenal, dan aku tahu bahwa yang benar-benar mengenal dia hanyalah Adam. Aku tidak tahu apakah dia masih mengingatku atau tidak dan apakah dia mengingat bahwa dia pernah menjadi salah satu penyemangatku dikala aku dalam kondisi terpuruk tanpa orang-orang disekitarku tahu. Seandainya aku diwaktu itu memberanikan diri untuk meminta tolong ke dia dan menjadi lebih dekat dengannya mungkin aku bisa menjadi lebih baik dan bisa berteman dengannya.
Malam perpisahan pun tiba, aku menjadi salah satu siswa berprestasi yang duduk diatas panggung untuk menerima penghargaan dari Mr. Jeff. Aku dapat melihat Alice duduk di depan dekat panggung dan baru kali ini aku melihatnya memakai dress, biasanya aku melihatnya hanya memakai seragam sekolah. Dimataku sekarang Alice menjadi sosok paling bersinar yang bisa membuatku tersenyum malam itu, meskipun di panggung ada Rebecca yang memiliki julukan sebagai princess sma cahaya, entah mengapa aku melihat sosok Alice lebih indah. Memang bisa dibilang Alice cinta pertamaku, aku tidak tahu apakah yang kurasakan itu cinta atau hal lain. Akan tetapi sejak aku bertemu Alice di lapangan basket itu aku memiliki perasaan yang berbeda ke Alice dibandingkan ke cewek-cewek lain. Aku tidak fokus dengan apa yang dikatakan oleh Mr. Jeff di panggung, saat itu mataku tanpa kendali tetap terfokus pada Alice. Tidak lama Mr. Jeff sudah berhenti bicara dan dia mulai memanggil nama-nama kami yang berada di panggung termasuk namaku, aku dan anak-anak lain sudah mulai bersiap untuk menuju tengah panggung tapi tiba-tiba terdengar ledakan yang menggemparkan satu hall dan memadamkan semua lampu. Keadaan menjadi gelap gulita, aku bisa mendengar suara ribut di hall dan aku mendengar ada yang berlari ke belakang panggung. Tidak lama kemudian lampu menyala kembali dan ada sosok berpakaian gelap yang memakai topeng dan dia memegang pistol ke arah Mr. Jeff. Disaat itu juga reaksiku hanya terdiam dan aku tau semua mata sekarang terfokus kearah mereka berdua.
“DOR”
Suara tembakan diikuti dengan terjatuhnya badan Mr. Jeff , suasana yang sempat tegang dan membuat kami semua terdiam terpecahkan oleh kejadian tersebut. Disaat itu aku segera berlari ke arah Mr. Jeff, akan tetapi ledakan kembali terjadi tepat dipanggung dan ledakan itu membuatku pingsan. Aku tidak tau berapa lama aku pingsan akan tetapi aku merasa sudah cukup lama. Aku terbangun di dalam hall yang gelap gulita, aku terbangun diatas panggung dan aku langsung melihat keadaan disekitarku. Aku hanya bisa melihat keadaan hall yang gelap gulita dan tidak ada seorangpun di dalam hall yang gelap tersebut. Semua pintu keluar hall terkunci dan hanya satu pintu yang terbuka yaitu pintu keluar di belakang panggung yang mengarah ke dalam sekolah. Tanpa pikir panjang aku segera keluar dari hall dan sampailah aku kelorong sekolah gedung A. Tidak sengaja mataku melihat ada bayangan di arah tangga ke lantai 2, saat aku melihatnya bayangan itu langsung berlari ke lantai 2. Aku langsung mengejarnya untuk mencari tahu siapa dia dan kenapa dia berlari dariku. Di lantai 2 kondisinya berbeda sekali dari lantai 1, di lantai 2 ini semua lampu mati total seperti di hall. Aku melihat sepanjang lorong lantai 2 dan aku tidak melihat siapapun. Aku yakin tadi ada bayangan seseorang naik ke lantai 2, aku segera mencari ruangan yang terdekat dengan tangga. Ruangan itu adalah ruangan kelasku waktu kelas 1 dulu. Kucoba lah untuk membuka pintu kelasku itu, biasanya pintu ruang kelas sudah dikunci jam 3 sore. Pintunya terbuka, disana aku heran dan semakin yakin bahwa bayangan yang aku lihat itu bersembunyi disini. Seisi ruangan terlihat sangat gelap dan aku bisa melihat ada bayangan seseorang sedang duduk disalah satu kursi kelas ini. Belum sempat aku mendekati bayangan itu tiba-tiba lampu kelas ini menyala dan sekarang kelas yang tadinya sangat gelap menjadi satu-satunya sumber cahaya di lantai 2 ini. Bayangan itu adalah bayangan dari seorang cewek berambut panjang berwarna hitam, tingginya mungkin sama dengan Alice, mukanya begitu pucat dan murung. Dia tidak berbicara apa-apa hanya terdiam dan menatapku dengan tatapan mata yang kosong. Aku mendekat kearahnya dan duduk disampingnya, tetap saja dia tidak bereaksi apa-apa. Dia hanya terus menatapi aku dengan tatapan mata yang kosong itu. Saat aku melihatnya dari dekat aku melihat matanya itu sangat familiar dan mukanya juga tidak asing bagiku, tapi entah kenapa aku tidak bisa mengingat namanya.
“ Aku Celia bila itu yang ingin kamu tanyakan.”
Aku langsung kaget karena tiba-tiba saja cewek ini mengeluarkan suara.
“ Oh, Celia kamu anak sma cahaya kan?” Tanyaku ke anak yang bernama Celia itu.
“ Iya aku anak sma cahaya. Bahkan aku pernah sekelas denganmu, dikelas ini waktu kelas 1. Kamu ga ingat sama aku?”
“ Kelas 1? Iya bener aku dulu kelas 1 di kelas ini. Mungkin aku lupa kalau kamu dikelasku, maaf ya.”
“ Iya gapapa, meskipun kamu lupa dengan aku dan tidak ingat apa-apa tentang diriku. Tapi aku tau semuanya tentang kamu Vincent.” Mata Celia tiba-tiba melotot ke arahku.
Saat mendengar dia berkata kalau dia mengetahui semuanya tentangku dan matanya yang melotot ke arahku, aku langsung berdiri dan mundur beberapa langkah menjauh darinya. Aku hampir tidak takut dengan apapun kecuali papaku, karena aku tidak mau dianggap lemah sehingga rasa takut pasti aku selalu coba hilangkan. Tetapi anak ini, anak yang baru pertama kali aku lihat ini dalam sekejap langsung bisa membuatku takut dengannya.
“ Tidak usah takut denganku Vincent, karena bukan aku yang seharusnya kamu takuti. Ada hal yang lebih menakutkan dariku dan hal itu akan menjadi mimpi buruk kalian semua.”
“ APA MAKSUDMU?” Secara tidak sadar aku berteriak
“ APA YANG KAMU MAKSUD ADA YANG LEBIH MENAKUTKAN DARIMU? SIAPA KAMU SEBENARNYA CELIA?” Teriakanku semakin menjadi-jadi kearahnya
Tiba-tiba senyum kecil, senyum licik muncul dari wajahnya.
“ Tidak perlu berteriak-teriak Vincent. Aku bakal menjawab pertanyaanmu kok, pertama kamu pasti sudah tau siapa yang lebih menakutkan dariku? Bukankah terjadi sesuatu di hall sebelum kamu kesini.”
“ Maksud kamu kejadian yang terjadi pada Mr. Jeff? Itu benar-benar terjadi?”
“ Iya itu semua terjadi Vincent dan orang yang membunuh Mr. Jeff lah yang seharusnya kamu takuti, bukan aku.” Matanya tiba-tiba sudah tidak melotot lagi, sekarang matanya begitu sedih.
Setelah melihat matanya yang sedih itu rasa ketakutanku padanya pelan-pelan berkurang. Sekarang aku lebih tenang dan aku mulai menanyakan kembali pertanyaan-pertanyaanku.
“ Kenapa aku harus takut dengannya? Aku tidak melihatnya dari tadi. Lalu siapa kamu sebenarnya Celia?”
“ Iya kamu tidak melihatnya, tapi DIA bisa merasakanmu. Kalau kamu pikir sekarang kamu berada disekolahmu yang biasanya, kamu salah besar. Tempat ini berbeda dan nanti kamu akan percaya dengan kata-kataku.”
Aku hanya bisa terdiam dan aku tidak mengerti apa yang dia maksud.
“ Kamu masih belum menjawab pertanyaanku Celia. Siapa kamu sebenarnya?”
“ Aku sudah menjawabnya Vincent. Aku teman sekelasmu di kelas ini waktu kelas 1 dan aku duduk di bangku tempat aku duduki sekarang. Bila kamu ingat siapa yang duduk disini seharusnya kamu tau siapa aku.”
“ Aku tidak ingat Celia, Ok? Jadi jawab aja kamu bukan anak kelas ini kan, karena aku tidak mengingatmu sama sekali.”
“ Apakah kamu yakin? Apakah mukaku tidak familiar menurutmu? Aku tau kamu merasa bahwa aku familiar kan buatmu, terutama mataku.”
Senyum dia yang sebelumnya terlihat licik sekarang terlihat menyenangkan seperti senyuman itu tulus ditujukan padaku. Memang dia terlihat familiar terutama matanya.
“ Baik, anggap saja aku percaya Celia. Berikan aku alasan kenapa aku tidak bisa mengingatmu siapa meskipun kamu terlihat familiar.”
“ Pada akhirnya kamu bakal tahu siapa aku, yang lain nanti juga akan memiliki perasaan seperti kamu. Mereka melihat aku familiar dan tahu kalau aku anak sma cahaya, tapi kalian semua tidak akan benar-benar mengingat siapa aku sebenarnya sampai pada waktunya.”
Celia lalu berdiri dari bangkunya dan mulai berjalan keluar kelas.
“ Ikut aku Vincent.”
Aku langsung mengikutinya keluar kelas dan kututuplah pintu kelas, lampu kelas tiba-tiba mati dengan sendirinya dan sekarang pintu kelas yang tadinya terbuka sekarang terkunci. Sekarang satu-satunya cahaya di lantai 2 ini sudah padam, lantai ini kembali menjadi sangat gelap.
“ Tidak usah takut Vincent, kamu kan yang paling kuat dan paling pemberani diantara teman-temanmu. Aku juga sudah bilang kan kalau sekolah ini bukan sekolahmu yang biasanya.”
Aku masih tidak mengerti apa maksud Celia, dan tentu saja aku tidak takut hanya aku heran saja kenapa banyak hal aneh yang terjadi sejak Celia muncul. Celia mengajak aku berjalan menuju ke arah gedung B, sepanjang perjalanan Celia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Perjalanan kami diiringi oleh keheningan dan kegelapan sampai akhirnya kami sampai ke tengah-tengah lorong antara gedung A dan B, dari jendela disini kita bisa melihat taman dibawah. Celia berhenti dan melihat ke arah taman dan menunjuk ke arah taman.
“ Vincent lihatlah dibawah ada siapa.”
“ ALICE! Itu benar Alice kan Celia?”
“ Iya itu Alice dan aku tau kamu tidak sabar kan untuk turun dan bertemu sama dia. Lebih baik kamu cepat turun karena waktu kalian tidak banyak.”
“ Apa maksudmu waktuku tidak banyak? Sudahlah, aku ga perduli. Ayo kita turun Celia.”
“ Tidak kamu saja Vincent, nanti aku akan menyusul kalian bila itu sudah waktunya. Oh ya Vincent, aku beri tau kamu kalau kamulah orang pertama yang bakal mengetahui semuanya tentang aku maupun siapa orang bertopeng itu. Tapi kamu akan menerima konsekuensinya setelah mengetahui itu.”
Senyuman licik dan menakutkan itu kembali muncul di muka Celia, aku yang tadi sudah mulai tidak takut dengannya langsung tidak perduli dengannya lagi. Aku langsung berlari ke arah tangga dimana aku naik tadi, saat aku menoleh kebelakang aku melihat muka Celia masih menatapku dengan senyumannya itu. Aku terus berlari dan berlari tanpa menoleh lagi, aku langsung turun ke lantai 1 dan kembali berlari ke arah taman dimana Alice berada. Sesampainya aku didepan taman aku sudah tidak melihat Alice lagi. Aku mulai berjalan memasuki taman menuju ke pohon besar di taman ini, lalu aku merasa ada yang bersembunyi di belakang pohon itu. Aku berpikir Alice pasti sembunyi disana, aku langsung teriak.
“HOOIIII”
Lalu terjatuhlah 2 orang yang bersembunyi di belakang pohon itu. Dua orang itu adalah Alice dan Adam. Tadi waktu aku melihat Alice dari lantai 2 aku tidak melihat Adam, berarti di sekolah ini tidak hanya ada aku, Alice dan Celia. Adam dan Alice terjatuh sambil bergandengan tangan, disana aku cuma bisa tersenyum dan mengeluarkan gurauan.
“ Sedang apa kalian berduaan gandengan tangan, sembunyi-sembunyi di belakang pohon lagi.”
Mereka berdua kaget karena aku adalah orang yang membuat mereka sampai jatuh. Setelah mereka tahu aku bukan orang misterius, mereka langsung melepaskan gandengan mereka dan aku langsung menjelaskan aku darimana. Tapi aku tidak menceritakan apapun yang tentang Celia, karena aku masih merasa takut dengan anak itu dan aku merasa anak itu aneh. Jadi aku hanya bercerita tentang aku bangun di hall yang kosong dan tidak ada siapa-siapa. Adam dan Alice mulai bercerita kalau mereka juga bangun di hall dan lewat pintu yang sama tetapi kita seperti berada di hall yang berbeda, karena kalau kami bangun di tempat yang sama seharusnya kita bisa saling menemukan satu sama lain. Kejadian-kejadian aneh semakin banyak terjadi semenjak aku terbangun di hall itu, apa yang mungkin Celia katakan itu benar? Kalau ini bukan sekolah kami yang biasanya. Alice kemudian mengajak untuk mengecek kembali hall itu, aku dan Adam setuju dengan usul Alice. Saat aku berjalan keluar taman aku sempat melihat ke arah lantai 2 dan aku tidak melihat Celia lagi disana. Aku tidak tahu kemana anak aneh itu sekarang yang penting sekarang aku lebih tenang karena bersama Alice dan Adam. Baru saja kami keluar dari taman, Gerry sedang berjalan ke arah kami. Gerry kemudian menceritakan tentang pengalamannya dan tentu saja pengalamannya sama dengan kami, membuat hal ini menjadi semakin aneh. Kami meneruskan perjalanan kami ke hall dan sesampainya di depan hall ada Mizzy yang baru keluar dari pintu hall. Mizzy juga mengalami pengalaman yang sama, Adam pun kemudian mencoba membuka pintu hall dan dia bilang kalau pintunya terkunci. Akhirnya kami semua berusaha membuka pintu itu, tapi tetap saja pintu itu tidak terbuka. Aku sampai berusaha mendobrak pintu itu tetapi tetap pintu itu tidak bergeming, pintu itu malah seperti dinding yang tidak bisa bergoyang sama sekali. Aku dan yang lain akhirnya menyerah dan mulai berjalan kembali ke taman. Belum jauh kami berjalan, aku mendengar suara pintu hall terbuka. Aku langsung berlari dan berteriak.
“ JANGAN TUTUP PINTUNYA!!”
Aku berlari sekencang mungkin dan aku melihat Rebecca lah yang membuka pintu itu. Mungkin karena teriakanku, Rebecca menjadi kaget dan menutup pintu hall. Aku langsung berusaha membuka pintu itu sekuat tenaga dan pintu itu kembali tidak bergeming. Kami akhirnya memutuskan untuk duduk didekat pintu hall itu, siapa tau ada orang lagi yang akan keluar dari pintu tersebut. Tetapi suara langkah kaki datang bukan dari arah pintu hall melainkan dari tangga yang mengarah ke lantai 2. Aku berpikir jangan-jangan itu Celia, dan benar Celia lah yang turun dari lantai 2. Adam langsung menyapa anak itu seperti dia kenal dengannya. Celia pun menjawab dan bertingkah berbeda sekali dengan waktu bersamaku, sekarang dia bertingkah seperti cewek biasa yang tidak menyeramkan dan aneh. Adam mengajak Celia untuk berkumpul bersama kami dan Celia tidak memperhatikanku sedikitpun, seperti percakapan kami selama di lantai 2 itu tidak pernah terjadi. Aku hanya bisa terdiam dan aku tidak mau bicara apapun dengan anak itu. Alice tiba-tiba mendatangiku dan bertanya tentang Celia, aku jawab saja iya dia anak sma cahaya karena aku tidak mau membuat Alice ketakutan sepertiku. Mungkin apa yang dikatakan Celia benar.
“ Pada akhirnya kamu bakal tahu siapa aku, yang lain nanti juga akan memiliki perasaan seperti kamu. Mereka melihat aku familiar dan tahu kalau aku anak sma cahaya, tapi kalian semua tidak akan benar-benar mengingat siapa aku sebenarnya sampai pada waktunya.”
Kata-kata Celia itu kembali berputar di kepalaku dan mungkin benar kami semua merasa familiar dengannya tetapi kami tidak berani berkata lebih dari itu karena kami belum benar-benar mengingat dia. Waktu sudah berjalan cukup lama dan tidak ada orang yang keluar lagi dari hall. Adam mengajak kami semua ke taman untuk berpikir tentang langkah kami selanjutnya. Dari dulu aku menganggap Adam adalah sainganku karena di sekolah ini yang bisa menandingiku adalah Adam. Aku sebagai atlit taekwondo dan Adam sebagai atlit tinju merupakan dua petarung terbaik di sekolah ini. Beberapa kali aku berusaha untuk mengalahkannya dalam sparring tapi tetap saja dia satu-satunya orang yang tidak bisa aku kalahkan di sekolah ini. Kemampuan untuk memimpinnya juga sangat baik, tidak heran dia disebut sebagai prince sma cahaya dan juga tidak heran Alice dekat dengannya. Sesampainya di taman ada beberapa usul yang disarankan dan kita setuju untuk mengecek pintu belakang sekolah yang merupakan satu-satunya jalan keluar dari sekolah ini. Adam bilang kita tidak boleh berpencar karena takut akan pembunuh yang berkeliaran, tetapi dari tadi aku tidak melihat ada orang tersebut, mungkin Adam terlalu paranoid. Suara keras tiba-tiba terdengar dari arah hall tempat kami semua sadar.
BAAAAM!!!!
Suara itu adalah suara pintu yang ditutup dengan keras. Aku langsung bergegas keluar taman dan melihat ke arah pintu hall, disana aku melihat sosok bayangan sedang berjalan kearah kami.
“Dia datang. Dia akan membunuh kita semua.”
Suara menyeramkan yang kutakuti itu muncul lagi, suara Celia. Alice berteriak ke Celia menayakan apa maksud dari kata-katanya. Tapi aku tau Celia tidak mungkin menjawabnya karena dia sama anehnya dengan bayangan yang sedang berjalan ke arah kami.
Dor!!!!
Ternyata bayangan itu adalah pria bertopeng yang membunuh Mr. Jeff dan sekarang dia menembaki kami. Saat Adam berteriak menyuruh kita untuk lari, kami semua langsung berlari kearah gedung B. Pintu Gedung B ternyata terkunci dan pintu ini sama dengan pintu hall yang tidak bergeming, tetapi untungnya pintu gedung B adalah pintu kaca. Saat orang bertopeng itu menembaki kami lagi, pelurunya mengenai pintu kaca hingga pecah. Lewat pecahan kaca itu kami masuk ke gedung B dan saat di lorong gedung B tiba-tiba lampunya mati saat kami berlari. Semuanya panik dan tembakan orang itu semakin membabi buta ke arah kami semua. Adam kemudan berteriak untuk memegang tangan orang disamping kalian untuk berlari bersama agar kami tidak berlari sendirian. Aku melihat kearah kiriku dan entah kenapa di dalam kegelapan aku bisa melihat dengan jelas siapa dia. Dia adalah Celia. Meskipun dalam kegelapan aku bisa melihat senyum menyeramkannya. Aku melihat dia kemudian berlari sendiri di tengah kegelapan. Disaat aku mau mengejarnya ada tangan yang menggemgam tangan kananku, aku tidak tau siapa itu tapi sudahlah akhirnya kami berdua berlari bersama menjauh dari orang bertopeng itu. Tangan yang menggenggam tanganku ini lebih kecil dari tanganku, aku berpikir ini tidak mungkin tangan Adam. Bisa saja ini tangan seorang cewek, aku ingat-ingat lagi siapa tadi yang disebelah kananku. Aku ingat kalau disebelah kananku kalau tidak salah adalah Adam dan Alice, kalau ini bukan tangan Adam berarti sekarang aku sedang memegang tangan Alice. Meskipun aku berlari dari seorang peembunuh, di dalam kegelapan aku masih sempat untuk tersenyum berpikir kalau sekarang aku memegang tangan Alice. Saat kami sudah sampai di ujung lorong gedung B ada dua pilihan belok kanan dan belok kiri, aku ingat kalau arah ke belakang gedung sekolah adalah belok kanan jadi aku memutuskan untuk belok kanan. Belum sempat aku berlari lagi ternyata pasangan lariku ini kehabisan napas, suara napasnya berat sekali seperti dia tidak pernah berlari sekencang dan sejauh ini. Sampai akhirnya dia bersuara.
“ Hah,hah, aku ga kuat lagi Cent.”
Suara yang kudengar itu bukan suara Alice maupun suara perempuan, satu-satunya cowok selain aku dan Adam adalah Gerry.
“ Gerry ini kamu?”
“ Iya lah kamu pikir siapa lagi.”
Aku langsung menghela napas panjang, aku berpikir daritadi aku berpengan tangan dengan Alice ternyata malah Gerry. Kenapa sih tangan Gerry harus kecil banget seperti tangan cewek.
“ Ayo Ger kita harus cepat, nanti dia berhasil menyusul.”
“ Tunggu dulu Cent, beneran aku ga kuat lari lagi.”
Aku melihat napas Gerry makin berat dan berat, jadi dia memang tidak berbohong kalau dia tidak bisa berlari lagi. Aku melihat ke belakang dan tidak kulihat orang bertopeng itu, tapi aku masih mendengar suara tembakannya semakin mendekat. Aku langsung saja mengangkat Gerry dan menggendongnya seperti putri karena kita tidak boleh berlama-lama diam disini. Langsung saja aku berlari kembali ke arah gedung or, saat aku berlari Gerry yang kaget aku gendong bersuara.
“ Oi Cent, apa-apaan sih ngapain juga aku digendong-gendong seperti ini.”
“ Sudah Ger ikuti aja, kita udah ga ada waktu lagi. Suara tembakannya udah makin dekat tadi. Jadi daripada kita semua mati mending kamu tahan malu aja dulu.”
Gerry langsung diam saja menahan malu demi keselamatannya sendiri.
“ Ger kamu tau Celia ga?”
Aku bertanya ke Gerry untuk mencari kebenaran tentang anak aneh bernama Celia ini.
“ Iya aku tau, dia anak sma cahaya kan. Aku ga seberapa ingat sih tentang dia, cuma aku tau kalau dia pernah sekelas ama kita waktu kelas 1.”
“ Hah? Oh iya aku sekelas sama kamu ya Ger waktu kelas 1.”
“ Iya ama semua orang yang tadi di taman juga, semuanya satu kelas waktu kelas 1.”
Aku baru sadar kalau benar apa yang dikatakan Gerry kalau aku sekelas dengan semua orang yang sekarang ada di sekolah aneh ini. Tapi apa karena kami pernah sekelas menjadi alasan kami berada disini sekarang.
“ Memang kenapa dengan Celia Cent? Ada yang aneh sama dia.”
“ Sedikit Ger, tapi aku masih belum tau pasti apa yang aneh dari dia.”
Aku tidak berani menceritakan semuanya tentang Celia ke Gerry karena aku takut dia tidak percaya dengan apa yang aku ceritakan. Aku kemudian melihat cahaya dari arah pintu keluar gedung B ini dan aku juga melihat bayangan orang disana. Berarti ada yang sudah sampai duluan daripada kami, atau mungkin itu orang yang tidak kami kenal. Ternyata bayangan itu adalah Adam dan Alice, berarti mereka berdua berhasil lari dari orang bertopeng itu. Alice langsung menanyakan kenapa aku menggendong Gerry dan kujelaskan kalau tadi waktu berlari Gerry sudah tidak kuat dan harus kugendong. Aku lega karena melihat Alice selamat, tapi aku tidak melihat anak-anak yang lain. Alice menanyakan tentang Celia, Mizzy dan Rebecca dimana. Aku daritadi juga tidak melihat mereka dan berharap mereka hanya berlari ke arah yang lain dan lolos dari orang bertopeng itu. Gerry dan Adam memiliki ide dengan menaruh kertas dan kaleng untuk mengetahui jika ada yang membuka pintu itu, termasuk apabila orang bertopeng itu datang. Aku berharap aku juga bisa memiliki ide seperti itu, tapi yang aku bisa banggain cuma badanku saja. Aku melihat Alice dan menyenggol bahunya dan berkata.
"Wah-wah beruntung banget kita bisa bareng dua orang terpintar di sekolah ini. Ya ga Lice?"
Badan Alice langsung terdorong kedepan, aku tidak menyangka kalau Alice akan seringan itu. Dia langsung bilang kalau badanku besar dan harus sadar diri, dan aku cuma bilang kalau badannya saja yang kekecilan. Meskipun aku bilang seperti itu, sebenarnya Alice sudah sempurna di mataku. Apalagi sekarang dia memakai dress sehingga dia terlihat lebih cantik dari biasanya. Aku seperti tidak sadar kalau aku memperhatikan Alice terus, sampai akhirnya Adam mengajak kami semua untuk mengecek pintu belakang sekolah. Untuk kepintu belakang sekolah kita harus melewati gedung OR terlebih dahulu dan saat kami masuk tidak heran kalau tempat itu begitu gelap dan semua lampu mati. Aku segera menyalakan hpku dan berjalan ke arah saklar lampu karena aku yakin hanya aku yang tau itu diantara kami. Waktuku banyak aku habiskan di gedung OR dan lapangan basket karena aku berharap tidak pulang kerumah dan disekolah aku bisa saja bilang kalau aku sedang latihan. Saat aku mau menyalakan lampu gedung OR aku berharap agar gedung ini tidak terkena efek aneh seperti tempat yang lain. Untungnya lampunya dapat menyala dan kami langsung ke pintu yang mengarah ke lapangan basket, untung juga ternyata pintunya tidak terkunci. Disana aku berpikir sepertinya hal-hal aneh sudah tidak terjadi disekolah ini dan sekolah sudah kembali normal. Setelah membuka pintu itu aku langsung berlari kearah pintu belakang sekolah dan hal aneh kembali terjadi, pintu ini seperti pintu hall yang tidak bisa dibuka. Adam dan Gerry membantuku untuk membuka pintu ini tapi tetap saja pintu ini tidak bergeming apapun yang kami lakukan. Adam dan Gerry akhirnya menyerah dan melepaskan tangan mereka dari pintu, tapi aku tidak menyerah, aku terus berusaha menarik pintu ini sekuat-kuatnya.
"Vincent....Vincent sudah cukup pintu itu ga akan kebuka."
Adam berusaha menarikku dari pintu itu, aku marah dan menjawab Adam.
"Ga mungkin! Ga mungkin! Pintu ini ga seharusnya sekuat ini, pintu ini sudah tua aku tau itu. Dan aku juga tau kunci pintu ini sudah rusak. Jadi tidak mungkin pintu ini terkunci sekuat ini!"
Adam cuma bilang kalau banyak hal aneh terjadi di sekolah ini yang tidak bisa kita jelasin. AKU TAU ITU! Aku lebih tau daripada Adam, mulai dari Celia dan semua perkataannya, juga orang bertopeng serta semua pintu yang terkunci dengan sendirinya. Tidak perlu Adam memberitahuku tentang semua itu aku sudah tau kalau sekolah ini sekarang sangat aneh. Tiba-tiba aku melihat keatas dan kulihat kalau dinding sekolah ini tidak terlalu tinggi, kalau aku pakai tangga mungkin saja aku bisa memanjat keluar. Aku ingat kalau di dalam gedung OR ada tangga yang bisa kupakai untuk memanjat. Aku langsung berlari dan bilang ke yang lain kalau aku ada ide lain untuk keluar dari sini. Aku masuk ke gedung OR dan segera ke gudang disana aku melihat tangga yang kucari, segera aku mengambilnya dan saat aku mau keluar dari gudang ada orang yang berdiri disana menghalangiku untuk keluar.
“ CELIA.”
Celia berdiri di depanku dan menghalangiku untuk keluar dari gudang, dia lalu menutup pintu gudang dan hanya melihatku tanpa berkata apa-apa.
“ Apa maksudnya ini Celia? Kenapa kamu bisa disini?”
“ Apa aneh kalau aku selamat Vincent? Apa kamu ingin aku mati di tangan orang bertopeng itu?”
“ Tentu tidak, sudah biarkan aku lewat Celia.”
“ Tangga itu tidak akan membantu kamu keluar dari sini. Aku sudah bilang kan sekolah ini bukan sekolahmu yang biasanya.”
Disini Celia bukan membuatku takut tetapi malah membuatku semakin muak dengan semua perkataannya. Aku tidak perduli dengan Celia, aku terus saja berjalan melewati dia dan tiba-tiba dia memegang tanganku.
“ Kamu akan sangat menyesal bila kamu keluar dengan tangga itu.”
“ Sudah Celia aku tidak perduli dengan semua kata-katamu, lepaskan aku. Lebih baik kamu ikut aku sekarang bertemu dengan yang lain.”
Celia pun melepaskan tangannya dariku.
“ Aku tidak bisa Vincent, ini belum waktunya. Sekarang waktuku hanya untuk bertemu denganmu. Kalau kamu tetap ingin keluar dengan tangga itu kamu harus siap menerima konsekuensinya. Aku cuma bisa bilang ke kamu kalau nanti kamu harus melakukan pilihan yang sangat berat.”
Aku cuma melihatnya dan tidak berkata apa-apa dan meninggalkannya di gudang itu sendirian. Saat aku kembali ke lapangan basket kulihat mereka semua bingung karena sudah menungguku cukup lama, tapi aku tetap tidak ingin menceritakan tentang Celia karena biar aku saja yang merasakan keanehan anak itu. Aku segera menjelaskan rencanaku untuk memanjat tembok dengan tangga ini, tapi Adam berkata kalau ideku ini berbahaya. Aku bilang tenang saja kepada Adam, karena tidak hanya dia yang bisa berpikir tentang ide bagus.
Aku juga bisa.
Tangga sudah kuletakkan disamping tembok dan aku segera naik tangga itu, saat aku hendak melompat tangga itu patah dan aku terjatuh dengan punggungku yang terkena tanah duluan. Disitu jatuhku cukup keras dan kurasa punggungku akan memar, belum sempat aku memikirkan lukaku. Aku melihat bahwa tangga yang jatuh mengenai Adam yang melindungi Alice. Tangan Adam berdarah dan Alice langsung panik menanyakan tentang kotak P3K ke aku, aku menjawab kalau di gedung OR ada. Alice langsung segera membawa Adam untuk mengobatinya meninggalkan aku dan Gerry. Apakah ini yang dimaksud dari Celia tadi? Melihat Alice begitu panik tentang Adam daripada aku, membuatku sedikit sakit. Memang salahku membuat Adam terluka, dan seharusnya aku berterima kasih ke Adam karena dia melindungi Alice. Coba saja Alice yang terluka mungkin aku ga bisa memaafkan diriku sendiri. Gerry lah yang membantuku berdiri dan mengajakku untuk masuk ke gedung OR. Punggungku rasanya terluka cukup parah karena aku sedikit kesusahan untuk berjalan, aku berharap yang menopangku bukan Gerry tapi Alice tapi mau bagaimana lagi. Saat aku masuk kulihat Adam sedang memegang pipi Alice, disana perasaanku semakin down. Tapi sebenarnya aku tidak boleh merasa begitu, Adam menurutku adalah cowok yang baik dan perfect seharusnya aku bahagia bila Alice bisa bersama dengan dia, lagian aku juga bukan siapa-siapanya Alice. Aku cuma cowok yang mengaguminya diam-diam dan ga pernah berusaha untuk mendekatinya. Alice melihatku dan Gerry, dia langsung mendatangi kami. Alice menanyakan keadaanku dan dia menyuruh aku untuk duduk karena dia bakal mengobati lukaku. Disana dia bilang pada Gerry untuk menjaga Adam.
" Ga apa-apa nih kamu ninggalin cowokmu buat ngobatin aku? Aku bisa obati diriku sendiri kok Lice, jadi kamu temani Adam aja."
Aku tidak ingin menggangu Alice.
" Adam dan aku hanya teman dari kecil aja. Jadi kamu ga perlu aneh-aneh Cent, aku tau kamu juga terluka pada saat tangga itu jatuh. Jadi biarin aku obati lukamu."
Aku terus berusaha untuk bilang ke Alice kalau aku tidak apa-apa, tapi dia tetap memaksa untuk mengobatiku. Aku tidak bisa menolak terus-terusan satu-satunya orang yang aku anggap berharga di mataku. Aku tau lukaku cukup parah karena setiap Alice memegang punggungku, rasanya sakit sekali. Tapi aku harus tetap memasang wajah kuat agar Alice tidak khawatir. Setelah selesai mengobatiku Alice hanya diam saja dan menunduk. Aku tidak kaget kalau dia merasa seperti itu sekarang.
“ Alice."
Aku memanggilnya pelan dengan lembut. Dia mendengarku dan akhirnya melihatku.
"Ya, kenapa Vincent? Ada yang masih luka kah?"
"Enggak kok, kamu sudah merawat aku sebisamu. Aku cuma mau ngucapin terima kasih, tapi saat aku melihat kamu murung seperti ini mungkin ucapan terima kasih bukan hal yang kamu butuhin sekarang ya."
Alice kemudian bilang kalau dia merasa bukan siapa-siapa dan dia bingung kenapa malah aku dan Adam yang bisa terluka. Aku meyakinkan Alice kalau dia tidak seperti yang dia bilang dan Adam terluka karena kecerobohanku.
"Ga bisa disamain lah kita berdua Vincent. Kamu yang memiliki badan yang sempurna dan merupakan orang terkuat di sekolah ini dibandingin dengan aku yang bukan siapa-siapa ini tentu tidak sebanding. Kamu tentu ga bisa ngerti perasaanku bagaimana, karena hidupmu begitu sempurna dimana semua orang ingin ada diposisimu."
Saat aku mendengar Alice bilang kalau dia tidak sebanding denganku, dan aku ga bakal mengerti perasaan dia bagaimana karena hidupku begitu sempurna. Dia salah besar. Rasa marah lah yang muncul pertama kali dipikiranku, berani-beraninya dia berkata kalau hidupku sempurna kalau dia tidak tahu apa-apa tentang aku. Aku melihat ke arah Alice dan ingin kukatakan kalau dia salah besar tentang diriku. Aku melihat matanya dan aku melihat sosok yang dulu membantuku waktu aku takut untuk menghadapi papaku. Alice tidak salah, bagaimana dia bisa tahu tentang hidupku bila dia hanya tahu dari apa yang aku tunjukkan saja. Aku selalu bersikap kalau aku paling kuat dan tidak takut akan apa pun tentu saja dia berpikir kalau hidupku sempurna. Aku menghela napas panjang.
" Alice tidak semua yang kamu lihat dari orang lain adalah keadaan orang itu sebenarnya, tidak semua yang terlihat baik-baik saja dimata orang lain itu benar. Aku sendiri yang dimatamu kamu anggap sempurna malah jauh dari kata sempurna menurutku. Ada berbagai alasan kenapa aku harus bertindak selalu kuat menghadapi segalanya Lice. Aku tidak boleh menunjukkan kelemahan sedikitpun."
Aku tidak tahu ekspresi seperti apa yang aku keluarkan waktu itu sampai-sampai Alice memegang pundakku dan menanyakan apa yang aku alami. Aku tidak bisa menceritakan semuanya ke Alice, nanti dia tidak akan melihat aku sebagai cowok yang kuat dan tidak takut apapun lagi. Aku akan terlihat seperti cowok lemah yang takut dengan papanya sendiri dan bertindak sok kuat yang aslinya aku ini lemah.
“Aku cuma bisa bilang ke kamu kalau nanti kamu harus melakukan pilihan yang sangat berat.”
Kata-kata Celia teringat kembali di pikiranku. Apa ini yang dimaksudnya tentang pilihan berat itu. Aku harus mengakui dan menceritakan tentang kehidupanku ke cewek yang aku sukai dan merusak tentang pandangan dia ke aku. Aku berpikir aku tidak mau melakukan semua itu buat apa aku melakukan semua itu.
Untuk Alice
Bila aku menceritakan tentang kehidupanku mungkin Alice tidak merendahkan dirinya lagi. Bila dia melihat kalau orang yang kehidupannya sempurna di matanya sebenarnya tidak sempurna dia akan lebih bersyukur dengan dirinya sendiri. Aku memutuskan untuk bercerita tentang kehidupanku, tentang papaku, tentang semuanya dan alasan-alasan kenapa aku seperti ini sekarang. Sesuatu yang aku pendam selama ini dan tidak pernah aku bagikan ke siapa-siapa sekarang aku mengatakan semuanya ke seorang cewek yang aku sukai dari dulu. Aku tidak perduli lagi dengan bagaimana dia memandangku lagi, aku benar-benar terbuka dengan apa yang aku alami dan aku rasakan selama ini. Setelah aku bercerita aku tidak berani melihat bagaimana reaksi Alice sekarang setelah tahu aku yang sesungguhnya.
" Vincent aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tau kamu selama ini mengalami kejadian seperti itu dan kamu harus menanggung itu semua. Sungguh Vincent aku minta maaf atas semua kata-kataku, aku tidak pernah memikirkan perasaanmu. Aku merasa begitu jahat sekarang telah berkata-kata seperti itu tadi ke kamu."
Dia memegang tanganku dan dia menangis. Dia meanangisiku, dia menangisi masalahku yang selama ini aku takut orang tahu. Dia tidak membenciku. Dia tidak perduli kalau aku lemah. Aku berterima kasih ke Alice, tiba-tiba aku juga mengeluarkan air mata. Tapi aku tidak boleh mengeluarkan air mata karena aku akan kelihatan semakin lemah. Aku harus kuat kalau tidak aku tidak bisa menghadapi semua ini. Aku menutup mukaku dengan kedua tangan untuk menghentikannya air mata yang keluar ini. Alice kemudian memegang kedua tanganku.
" Vincent kamu ga lemah. Kamu menangis seperti ini tidak menunjukkan kamu lemah. Aku merasa kamu orang paling kuat dimana kamu memendam semua perasaanmu ini sendirian. Kamu kuat Cent, kamu berani menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya itu menunjukkan bahwa kamu bener-bener kuat. Aku pasti bakal bantu kamu, kamu ga perlu menghadapi semua ini sendiri lagi. Aku bakal bantu kamu Cent kamu ga sendiri lagi. Jadi keluarin semua perasaan sedih, kecewa, sakit yang kamu rasakan dan ga usah takut kalau itu terlihat seperti kamu lemah. Aku ga akan menjudge kamu seperti itu, aku tau kamu orang yang begitu kuat Vincent."
Aku sekali lagi dibantu oleh cewek ini, aku sekarang bisa tersenyum meskipun air mata masih terus mengalir dari mataku.
" Alice, mendengar kamu bilang kalau kamu bakal membantu aku sudah sangat membantuku Lice. Kamu gatau aku bahkan sempat berpikir untuk lari dari rumah sampai aku juga berpikir untuk memukul papaku karena aku merasa kalau aku sekarang lebih kuat darinya."
" JANGAN!!"
Alice berteriak ke arahku dan tentu saja itu membuat semuanya terkejut termasuk Gerry dan Adam. Gerry sampai bertanya kalau kita ga kenapa-kenapa. Aku tertawa melihat tingkah Alice, teriakannya itu benar-benar buat aku kaget sampai aku berhenti menangis. Alice bilang kalau aku tidak boleh lari dari masalah ataupun membalas papaku, karena bagaimanapun dia tetap orang tuaku. Dia bilang kalau yang harus aku lakukan adalah mengubah cara pikir papaku dan dia akan bantu aku. Disana aku melihat sosok Alice yang dulu sempat membantuku, tetapi saat aku mengingkatkannya tentang hal itu ternyata dia tidak tahu dan tidak percaya kalau dia dari dulu sudah menjadi sosok yang paling membantuku.
" Alice kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan, mungkin fisikmu tidak sekuat aku tapi hatimu untuk orang lain itu lebih besar dan lebih kuat dari aku. Gini aja deh, karena kamu sudah bantu dan mau bantu aku hadapi masalahku. Aku sekarang juga akan bantu kamu hadapi semua masalahmu, termasuk meyakinkan kamu kalau kamu lebih daripada yang kamu pikirkan. Setuju?"
Aku menjulurkan tanganku ke Alice mengajak dia untuk bersalaman.
" Oke Vincent aku setuju sama usulmu. Tapi, kita harus lebih banyak bantu masalahmu dulu ya daripada aku."
Dia menjabat tanganku, tapi tetap saja dia masih lebih mengutamakan aku daripada dirinya sendiri. Alice kemudian berdiri dan bilang kalau dia mau mengecek luka Adam, aku bilang iya dengan tersenyum meskipun sebenarnya aku masih ingin lebih lama bersama dia. Saat aku melihat Alice jalan dia sepertinya sedikit kesusahan karena Alice memakai dress dan daritadi kita sudah berlari-lari dan banyak hal yang sebenarnya dress bukan pakaian yang cocok untuk itu. Aku menyarankan Alice untuk mengganti bajunya dengan baju olahraga yang disimpan di ruang ganti. Alice setuju dan dia ke ruang ganti untuk ganti baju. Gerry sedang bersama dengan Adam dan aku duduk sendirian saja dengan senyum-senyum sendiri memikirkan tentang kejadian tadi. Baru saja aku merasakan kebahagian di tempat ini, muncullah masalah baru. Aku melihat Celia keluar dari gudang di sampingku, jadi daritadi dia disana. Aku tidak tahu apakah Adam dan Gerry juga melihatnya.
“ Ada apa Celia?”
“ Waktunya sudah tiba.”
Aku tahu arti dari perkataan itu pasti buruk. Benar apa dugaanku setelah Celia bilang itu lampu gedung OR padam semua menjadi gelap gulita, tapi hanya senyuman Celia yang menyeramkan itu yang bisa kulihat. Aku langsung berdiri dan berteriak.
“ALICE! DIMANA KAMU!”
Aku langsung berlari ke arah ruang ganti. Pintu ruang ganti terbuka dan kulihat Alice dan orang bertopeng itu dibelakangnya. Adam dan Gerry yang berlari bersamaku kusuruh untuk menjaga di pintu keluar dan menunggu Alice, karena Adam sedang terluka dan Gerry tidak akan kuat menghadapi orang bertopeng itu. Aku mempercepat lariku sambil menahan sakit.
. “Lari Alice!! Dia dibelakangmu!”
Aku berusaha berlari sekuat tenaga dan dipikiranku sekarang hanyalah menjauhkan Alice dari orang itu. Orang itu berjalan semakin dekat ke arah Alice dan dia mendekap mulut Alice dengan tangannya. Aku sudah tidak memperdulikan rasa sakit dipunggungku, aku sangat marah berani-beraninya orang itu menyakiti Alice. Aku langsung mendorong kepala orang itu dengan sekuat tenaga sampai dia terhempas ke ruang ganti. Aku memegang pundak Alice dan menyuruh dia untuk lari, biarkan aku saja yang menghadapi orang ini. Alice pun berlari kearah pintu keluar dimana Adam dan Gerry sudah menunggu disana. Saat aku tahu Alice sudah aman ditangan mereka, aku segera pasang kuda-kuda untuk menghadapi orang ini. Aku tidak ragu sedikitpun akan kemampuan taekwondoku, meskipin sekarang aku sedang cedera. Aku yakin aku masih mampu untuk mengalahkan orang ini. Orang itu akhirnya keluar dari ruang ganti, tadi aku tidak sempat melihatnya dengan jelas tapi sekarang aku bisa melihat sosoknya dengan sangat jelas. Aku tidak tahu apa yang lebih menakutkan, matanya yang penuh amarah, topeng yang menutupi seluruh wajah selain matanya itu, gambar mulut dijahit di topengnya atau pakaiannya yang serba hitam. Aura orang ini begitu gelap dan semakin dia mendekat sosok itu makin mengerikan. Disini hanya aku satu-satunya yang bisa menghentikan orang ini, saat dia sudah berada di jangkauan kakiku aku tidak ragu menendangnya sekuat tenaga tepat di badannya. Kita bisa tahu seberapa kuat dan seberapa keras tendangan dari suara yang dikeluarkan dan suara saat tendanganku mengenai orang itu seharusnya cukup untuk membuatnya terjatuh. Orang itu diam saja dan tidak bergeming sedikitpun, tendangan itu seperti tidak pernah mengenainya. Dia hanya diam dan melihatku dengan matanya itu. Aku tidak berpikir apa-apa aku langsung saja menendang di beberapa bagian tubuhnya mulai dari kaki, perut, tangan, dada. Semuanya tidak memberikan efek apa-apa, aku mulai panik dan aku menendang secara tidak beraturan ke arahnya. Dia tiba-tiba memegang kakiku dan aku terbanting ke lantai tepat di punggungku yang cedera.
“AAAAAAHHHHH”
Aku berteriak sangat keras, aku merasakan rasa sakit yang luar biasa. Aku sadar kalau orang ini bukan orang biasa, dan orang ini juga merupakan salah satu keanehan yang tidak bisa dijelaskan sama dengan kejadian-kejadian yang kami alami sekarang. Aku merasa bahwa aku tidak bisa berdiri lagi, sampai aku melihat Adam mau berusaha membantuku, Aku langsung mencegahnya dan menyuruhnya untuk segera melarikan diri dari tempat ini karena aku tau kalau aku tidak akan mampu menghentikan orang ini. Lebih baik Adam dan yang lain pergi dari sini dan menjaga Alice agar dia selamat. Aku berteriak sekali lagi karena orang berengsek ini menginjak tepat dilukaku seperti dia tahu persis dimana aku luka.
“Kita ga akan ninggalin kamu Cent.”
Aku tau suara itu, itu suara Alice. Suara Alice seperti memberikan aku tenaga tambahan, aku segera melepaskan diriku dari injakan orang itu dan melakukan tendangan memutar andalanku tepat di wajahnya. Dia terjatuh di lantai dan mulai bangkitlah harapan kalau aku bisa mengalahkannya.
DOR!
Semua harapan itu hilang saat dia menembakku. Tembakan itu mengenai bahuku dan darah mulai keluar dari sana. Aku tidak tahu kalau ada rasa sakit yang lebih parah daripada saat aku dibanting tadi, ternyata tembakan ini memberikan sakit yang jauh lebih parah. Orang itu lalu berdiri tapi dia tidak menembakku lagi, malah dia mulai meninju wajahku dengan sangat cepat seperti seorang petinju profesional. Aku membalasnya dengan kembali menendang-nendang ke badannya. Pukulan-pukulannya semakin keras, aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan melawannya. Aku berteriak ke Adam untuk segera lari dan melindungi Alice. Aku bisa melihat Adam berhasil menarik Alice yang ingin tetap disini. Suara terakhir yang kudengar dari Adam adalah.
“ Vincent kamu harus selamat aku tidak mau tau!”
“SIAP”
Aku hanya bisa menjawab itu, padahal aku tau kalau aku tidak akan selamat dari orang ini. Sekarang aku tinggal berdua saja dengan orang bertopeng aneh ini, aku bersyukur karena Alice setidaknya bisa selamat dari orang ini. Saat itu aku sadar gaya bertarung orang ini dan pukulan-pukulannya seperti orang yang aku kenal. Aku berkali-kali bertarung seperti ini dengan orang ini. Orang ini adalah anak sma cahaya dan aku tahu siapa dia. Tetapi tidak mungkin kalau ini dia. Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tinju terakhirnya mengenai wajahku sampai aku terjatuh ke lantai. Tetesan-tetesan darah jatuh kewajahku, darah itu berasal dari lengan bajunya. Aku yakin itu bukan darahku, apakah dia terluka karena tendanganku? Tidak mungkin. Kalau bukan karena aku, berarti dugaanku benar kalau dia adalah...
“ Aku tau siapa kamu sebenarnya. Tapi hal itu tidak mungkin kan, aku tidak percaya ini. Jawab aku...”
DOR!
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
