
Dokter Cahyo menepati janjinya kepada Tantri untuk datang ke PT. Cahaya yang merupakan Biro Jasa untuk menyelesaikan kasus - kasus metafisika. Kunjungannya ini juga untuk melihat Eyang yang selama ini sangat jarang bertatap muka. Banyak rahasia keluarga yang akan terkuak dari hasil reuni antara sang cucu dan kakek, serta tentu saja hal yang paling Cahyo tunggu, melihat paras ayu menawan si Tantri, hehehe…
Dalam sekuel ini, Cahyo akan memulai kariernya sebagai staf part timer di PT. Cahaya bersama...
“Anjay! Apa - apaan ini??"
Kalimat pertama yang aku ucapkan setelah melihat temuan operasi pada seorang pasien.
Seorang pasien perempuan usia 65 tahun yang datang ke UGD Rumah Sakit Graha Bhakti dengan keluhan sakit perut hebat tidak tertahankan disertai syok sejak 1 hari lalu. Melihat kondisi seperti ini aku putuskan untuk operasi cito (emergensi).
ketika perut dibuka dengan metode laparotomy (operasi membuka rongga perut dengan sayatan vertikal di tengah area perut), tersembur nanah dan gas dari perut pasien. Lambung pasien mengalami bocor dengan lubang diameter 1,5 cm.
“Cah, tadi gua sempet nanya ke anak-anak pasien, si ibu hobi konsumsi parasetamol setiap ngerasa cemas or sakit kepala, bahkan bisa 4 kali sehari” kata Desy, dokter anestesi pendampingku.
“buikk, ngeri banget dok, seberat apa sih sakit kepalanya sampe sembarang minum obat begitu” sahut Ners. Ilham.
“sabodo teuing, bukan urusan aing.. urusanku sekarang harus nambal nih bolong mbuh piye carane!” jawabku dengan logat gado-gado.
Aku memutuskan untuk melakukan omental patch (menambal lubang dinding lambung dengan jaringan lemak di dalam perut yang disebut omentum)
omentum yang kujahit berhasil menutup kebocoran tersebut. “Good Job guys” sambungku ke semua rekan - rekan tim operasi. Operasipun berjalan lancar, pasca-operasi pasien dirawat di ruang ICU.
meskipun jam dinding menunjukkan pukul 13.00, rasanya seperti sudah sore saja. Aku duduk bersandar di sofa kamar operasi. sedikit demi sedikit kuseruput kopi pahit buatan mbah darmo, cleaning service kamar operasi.
“ahh segarnyaa..” rasa pahit kopi yang tajam merasuk ke seluruh jaringan lidahku. otakku terasa kembali enteng. sensasi kantuk yang luar biasa menghilang perlahan-lahan.
Kepala Desy tiba - tiba mendarat di bahu kiriku. “Pinjem bahu lu bentar Cah..” katanya dengan nada lirih.
“kenapa des? kamu ada masalah?” tanyaku penasaran. Desypun hening sejenak, kemudian menghela nafasnya dalam - dalam.
“Gua lagi marahan sama Nico, Cah.. Masa dia cemburu sih gara - gara gue sering operasi sama elu? emang sih, terakhir elu ngadain operasi cito pas gue lagi ngedate ama dia.. makanya dia marah, ampe bilang gue lebih mentingin elu ketimbang Nico.. *hiks"
"Woilah.. ternyata lagi perang dunia ni anak" jawabku nyengir. “Ya udah, akhir desember ini kamu sebaiknya ambil cuti tahunan ampe tahun baru. Perbaiki hubunganmu sama Nico, jangan sampe aku dikatain jadi noktah merah perkawinan kalian”
tangan Desy secepat kilat mencubit kedua pipiku. “woy sakit anjay !”
“hehehe sorry Cah,, Oke deh gua mau izin Bu Dirut dulu untuk ambil cuti tahunan, sekalian ngerayain Natal bareng Nico & keluarga, elu jangan kangen gue ya, nanti biusnya sama Mas Galang or si adik Grace (dokter anestesi lain di rumah sakitku selain Desy).
“asiappppp komandan” jawabku mengikuti gaya selebgram Atta Halilintar.
Hpku tiba-tiba berbunyi, nada dering lagu sheila on7 - JAP berkumandang di kamar operasi. Ternyata Mama Dorkas perawat poli bedah yang menghubungiku.
“Siang dokter, su ti ada pasien lae di poli,, dokter pi istirahat ke rumah su” jawab Mama Dorkas dengan logatnya.
“Oke terima kasih mama, saya menunggu di sini saja, jaga - jaga bila ada konsulan pasien” jawabku dengan bijak.
Mama Dorkas membalas dengan nada asli daerahnya “ Heee macam bandel betul ni dokter! ini hari Jumat su ada Dokter Gian (dokter spesialis bedah selain aku di rumah sakit) yang tugas sampai hari minggu, pergi pulang su, jalan - jalan atau cari jodoh sana di pasar ikan, jangan tunggu Mama Dorkas ada pi mengamuk lae!”
tanpa basa basi aku langsung mengurungkan niatku untuk stand by “ampunnnn mama, iya mama saya pulang sekarang T_T”
Sebagai dokter spesialis bedah umum di sini, aku diberikan asrama untuk tinggal. Tidak terlalu besar, namun sudah cukup bagiku untuk hidup. kesegaran setelah mandi ditambah hembusan AC yang dingin, menambah nikmatnya suasana siang di kamar.
“Selamat datang di biro jasa^^"
Duarrrr,, kata - kata Tantri yang nyaring terdengar kembali di dalam khayalanku. Seketika aku ingat bahwa aku berjanji untuk datang ke PT. Cahaya milik Eyang. kupikir tidak ada salahnya aku silaturahmi ke sana, sekalian reuni kembali dengan Eyang yang sudah lama tak bersua denganku. Kuputuskan untuk berangkat sore ini, apalagi dari hari ini sampai minggu aku tidak ada kerjaan lagi.
Kemeja Hitam, celana jeans biru panjang, dan sepatu sketcher hitam rasanya sudah cukup membuatku tampak bergaya. Yah maklum, aku akan bertemu lagi dengan Tantri hehehe.. Perjalanan dari asrama dokter spesialis sampai ke PT. Cahaya berkisar 15 menit dengan motor. sambil tancap gas, aku memikirkan, ternyata PT. Cahaya dan tempat kerjaku ada dalam satu kota yang sama. “ Apakah ini sekedar kebetulan?” pikirku penuh penasaran.
Aku tiba di alamat yang dituju, sebuah gedung 5 lantai yang disebut Gedung Pemuda. Gedung ini pada masing - masing lantai disewa oleh beberapa perusahaan berbeda, salah satunya PT. Cahaya.
“Permisi pak, boleh tahu di lantai berapa PT. Cahaya ya?” tanyaku kepada bapak satpam.
“Oalah kantornya Bapak Gusti Pasek Rigog Gautama, kebetulan di lantai basement mas. silakan turun lewat lift, lalu tekan B1”
Agak kaget juga mendengar nama lengkap Eyangku disebut oleh pak satpam. Aku melangkahkan kaki ke lift dan turun ke lantai B1.
Begitu pintu lift terbuka, suasananya berubah total. hawa hangat di luar gedung, berubah menjadi hawa dingin dan aroma wewangian bertebaran disepanjang ruangan kantor.
pintu lift berhadapan langsung dengan meja receptionist, jadi aku langsung berhadapan dengan petugas receptionist.
“Selamat siang Bapak Cahyo, selamat datang di Biro Jasa, perkenalkan dengan saya Djenar petugas receptionist hari ini.”
Jujur aku tidak terlalu kaget bila mereka mengetahui aku. Sudah pasti Tantri yang menginformasikan eksistensiku kepada PT. Cahaya.
tap tap tap tap..
terdengar hentakan langkah kaki tergesa - gesa dari arah kantor menuju receptionist. “Cahyo?” seorang laki - laki tegap menyapaku.
“Loh, Rah Loka?” betapa terkesimanya aku bertemu dengan saudara sepupu sepermainan sejak kecil. kamipun berpelukan dan berjabat tangan. Meskipun seumuran, aku dan Rah Loka hanya selisih 8 hari. Terakhir kami bertemu ketika sebelum masa kuliah. Rah Loka melanjutkan kuliah Teknik Informatika di Bandung, dan aku melanjutkan kuliah Kedokteran sampai PPDS Ilmu Bedah di Bali.
“Kamu kerja sama eyang rah? aku gatau lo kabarmu gimana selama ini” tanyaku dengan bahagia.
Rah Loka menjawab dengan senyum, “iya Cah, sebenernya selain di sini aku juga jadi manajer restoran Cafe Penyu - Penyu di lantai 1 gedung ini hehehe.. hitung - hitung dapet penghasilan tambahan dan bantu eyang kerja juga.”
“Btw ayo masuk, eyang sudah nunggu di ruang direktur”.
sesungguhnya hatiku berdebar-debar, bagaimana rupa eyang sekarang. Aku hanya samar - samar mengingat wajah beliau saat kecil. badan tegap, dengan tinggi kurang lebih 170cm (hanya mengira-ngira), Rambut putih berdiri dengan garis rambut membentuk huruf M… seperti rambut Bezita di serial Dragon Ball, wajah dibalut kumis dan jenggot tanggung seperti Pak Surya Paloh tokoh partai nasional.
langkah demi langkah terasa membuat ulu hatiku berat, penasaran dan kebingungan harus bilang apa ke eyang saat bertemu tercampur aduk di dalam sanubariku. Rah Loka membuka pintu ruang direktur secara perlahan. jantungku dag-dig-dug duer menanti pertemuanku dengan eyang.
seorang laki- laki berpakaian rapi lengkap dengan jas hitam dan dasi biru duduk di meja direktur sambil menyilangkan tangan. pandangannya tajam mengarah kepadaku. wajahnya sudah keriput, namun masih mengeluarkan aura maskulin. Rambut bezita, kumis - jenggot bak Surya Paloh yang tidak pernah berubah.
“Eyang?” kata pertama spontan terlempar dari mulutku sambil gemetar.
“Cahyo cucuku… mana pacarmu?”
sebuah pertanyaan menggelegar tak terduga melesat dari Eyang menusuk hatiku dan memporak-porandakan kerangka berpikir yang sudah kususun untuk berbicara dengan eyang. Wajahku yang awalnya tegang, hanya bersisa ekspresi pokerface
“belum ada eyang : ) ” jawabku dengan penuh kejujuran dan kepolosan.
“cucu GUOBLOOOOGGG” Duarrrrrr,, teriakan Eyang Rigog ke arahku disertai hembusan angin yang sangat kencang entah dari mana. Aku hanya bisa berdiri kaku seperti patung dengan wajah tertunduk ketakutan. Tak kusangka, seorang kakek tua memiliki daya intimidasi yang sangat luar biasa. Aku merasa seperti berhadapan dengan harimau haus darah siap memangsa.
“Eyang seumuran kamu sudah punya istri 3, belum terhitung pacar dan HTS, masak kamu kalah sama eyang, ckckck”
Kampret, ini orang malah flexing ke-playboy-an nya di masa lalu padaku, kalau saja dia bukan eyangku sudah kuberi jurus edukasi tentang kesetiaan dan infeksi menular seksual sambil kutempelkan leaflet presentasi ke gidatnya.
Beruntung Rah Loka menyela perbincangan, “ sudah eyang, jangan bahas masalah jodoh. Jodoh di tangan Tuhan, apalagi Cahyo punya riwayat pernikahan kandas, tentu dia masih was-was terhadap pengalamannya dulu.”
Benar kata Rah Loka, di keluarga besar Gautama, satu-satunya yang mengalami perceraian adalah aku. Istriku dahulu adalah seorang perempuan dari keluarga besar Sabat. Awalnya rumah tangga kami baik - baik saja, namun ketika aku sedang dalam pendidikan dokter spesialis, istriku menduakanku dengan seniorku yang seorang spesialis bedah plastik. Akupun bercerai dengannya, dan memenangkan hak asuh atas putriku, Asmitha Gautama. Putri semata wayangku kini diasuh di Bali bersama ayah ibu dan kakak-kakakku. Mantan istriku menikah dengan selingkuhannya si bedah plastik keparat itu. Oleh karena pengalaman busuk ini, aku agak terhambat untuk masalah hati dengan wanita lain sampai sekarang. kenangan buruk perceraianku masih membekas sangat dalam di sanubari.
“baiklah eyang tidak bahas jodoh-jodoh lagi, selama kamu masih suka lawan jenis, eyang tidak apa - apa” sahut Eyang Rigog sambil berjalan mendekat. Hatiku yang tegang melunak, ibarat balon yang mengempis karena udaranya keluar, suasana pun menjadi sedikit cair. Kami berpelukan dan tidak lupa mencium tangan Eyang yang sudah lama tidak bertemu. perbincangan kami bertiga cukup hangat seputar kondisi keluarga saat ini dan karier pekerjaanku.
"Cahyo, eyang terus terang saja ke kamu sekarang. Kamu pasti bingung dengan apa yang terjadi kapan hari bersama Ibu Tantri"." kata eyang memulai pembahasan utama tentang pertemuan kita.
“sudah sejak eyang usia 30an tahun, eyang membangun perusahaan ini untuk membantu masyarakat yang tertimpa musibah metafisik. Musibah yang diakibatkan dari pengaruh makhluk - makhluk di luar sana yang masih banyak menyimpan misteri.”
sembari menyeruput teh jahe manis buatan Djenar, Eyang melanjutkan ceritanya.
“makhluk - makhluk alam niskala mulai menjerumuskan manusia sudah sejak zaman awal terciptanya dunia. mereka melakukan tipu daya muslihat, memurtadkan, bahkan mencabut nyawa manusia demi peningkatan eksistensi mereka. Mereka adalah predator murni yang ingin menjadi lebih sempurna dengan cara memangsa energi kehidupan manusia, entah melalui tumbal, guna-guna, menyakiti secara langsung, dan masih banyak lagi. Maka Hyang Maha Kuasa menciptakan para Sang untuk membimbing dan mengajari manusia agar terhindar dari makhluk - makhluk angkara murka ini.”
"uhuk -uhuk!" eyang terbata - bata sambil batuk ringan.
“minum dulu eyang” kataku sambil menyodorkan teh jahenya.
“Salah satu leluhur kita adalah seorang Sang, tentu kalian sudah bisa menebak siapa beliau. Sang Gautama. Secara turun temurun, keluarga kita melanjutkan apa yang menjadi tugas dari leluhur. Di zaman ini sudah giliran eyang yang menjadi penerus wasiat leluhur untuk menjaga alam kita dari pengaruh alam niskala.”
Penjelasan Eyang Rigog yang cukup panjang dan memusingkan mulai tertanam di benakku. Tidak sulit mencerna apa yang dibahas oleh eyang karena aku sudah biasa mencerna hal yang lebih sulit saat mengenyam pendidikan dokter, contohnya menghafalkan siklus metabolisme karbohidrat alias krebs cycle ada pula menghafal perjalanan saraf dari otak sampai ke masing - masing organ. Jadi, penjelasan tentang dunia metafisika ini dapat kuterima dengan baik.
“Eyang tidak memaksamu ikut membantu di bidang ini nak, namun bila ada waktu eyang sangat berharap cucu eyang yang satu ini ikut berpartisipasi dalam perusahaan keluarga. Bukan tanpa alasan, takdirmu memang terhubung ke dalam alur dunia niskala ini. Buktinya pusaka eyang Kyai Sutra Cahaya memilihmu sebagai majikannya dibanding paman-paman dan semua sepupumu.”
Hatiku sedikit merasa terangkat mendengar pujian eyang. Bila hanya sedikit membantu-bantu tentu aku tidak menolak, apalagi konteksnya membantu keluarga. Selama tidak mengganggu pekerjaanku di rumah sakit tentu aku tidak akan keberatan.
“Baiklah eyang, selama pekerjaanku di rumah sakit tidak terganggu, aku akan berusaha membantu perusahaan eyang.”
Eyang Rigog terbahak - bahak puas dengan jawabanku. Djenar datang membawa surat perjanjian kontrak kerja. Akupun resmi menjadi pegawai part-time di PT. Cahaya milik eyang.
“Ga usah khawatir Mas Cah, meskipun kerja paruh waktu, gajinya memuaskan kok, hehehe..” ucap Djenar memasang senyum lebar.
Aku berpamitan kepada Eyang Rigog, dan berjanji kepada Rah Loka untuk rajin makan di Cafe Penyu - Penyu miliknya. Sudah waktunya untuk kembali pulang dan istirahat di asrama. Meskipun aku sedikit tidak puas karena tidak melihat Tantri di sana, namun semua momen bersama eyang sudah membuatku puas.
“Eyang Gusti.. selamat sudah berhasil membujuk saudara sepupuku untuk bergabung" sahut Rah Loka kepada Eyang Rigog.
“Kamu pikir eyang akan melewatkan cucu eyang satu itu? selama ini dalam berkarier kita selalu bergerak dalam grup yang terdiri dari 3-4 orang. Namun si Cahyo bisa menyelesaikan pekerjaan itu seorang diri (meskipun diawasi oleh Tantri). Kalapaksi yang dia kalahkan memiliki energi niskala setaraf gerubug (bencana) satu desa. meskipun dengan bantuan Kyai Sutra Cahaya-pun bila tidak punya potensi dalam supranatural, si Cahyo pasti sudah menghadap Hyang Kuasa saat itu.” jawab Eyang Rigog dengan bangga.
Sabtu pagi yang cerah tiba. Dering suara HP membangunkan tidurku yang nyenyak. “Halo Mas Cahyo, saya Djenar. Kebetulan Mas bila tidak sibuk, ayo datang ke kantor jam 08.00 ya, kita ada Job masuk nih, ditunggu ya mas^^”
“okee Mbak Djenar..” jawabku sambil setengah teler. Hari sabtu adalah hari dimana aku tidak ada jadwal sampai minggu besok. Setelah selesai memvisite pasien-pasienku di rumah sakit, akupun beranjak menuju PT. Cahaya.
“selamat pagi Mbak Djenar” sapaku. Djenar pun mempersilakan aku masuk ke dalam ruang rapat.
semilir aroma yang tidak asing tercium oleh indra hidungku dari ruang rapat. Tidak salah lagi itu Tantri!
seperti biasa, Tantri memakai pakaian kebaya putih berbalut kain songket coklat, namun sekarang dengan motif berbeda. Afek dan mood didalam tubuhku langsung meningkat ke puncak yang sangat relaxing. “God! I found you!..” ucapku dalam hati.
“Selamat datang Mas Cah^^ , akhirnya kita bertemu lagi setelah sekian hari."
“Halo Mbak Tantri, hehehe…” jawabku dengan tersipu malu.
Djenar pun memulai presentasi “baiklah hari ini saya akan menjelaskan tentang Job yang akan kita terima. Job ini datang dari Ibu Sukiyati Hartanto, karena beliau sedang sakit maka anaknya datang membawakan permintaan job. Dalam 1 tahun terakhir usaha bisnis warung toserbanya dilanda kesulitan. Tidak jarang uangnya raib sampai berjuta-juta rupiah. CCTV tidak menampakkan adanya pencurian maupun kecurangan dari staf pegawai kasir di warungnya. Polisi juga belum menemukan titik terang kasus ini karena nihilnya bukti dan saksi. Namun tadi subuh kami sudah mengirim Rah Loka untuk mengecek ke lokasi. Didapatkan jejak energi niskala dengan skala kecil dari mesin kasir dan berakhir di hutan pinggir selatan dari kota Dencarik, yaitu hutan alas rekso. Saat ini Rah Loka sudah berangkat duluan untuk menelusuri jejak tersebut. Saya minta Mas Cahyo dan Bu Tantri untuk ikut menyusul Rah Loka ke Alas Rekso. Kita akan berangkat bersama menggunakan mobil kantor bersama sopir kantor yaitu Pak Darsana.”
keringatku mulai muncul berserakan dari ujung dahi ke ujung dagu. “ Haloooo! bukannya Ibu Sukiyati Hartanto adalah pasien yang aku operasi karena lambungnya bocor kemarin?? Jadi beliau selama ini stres dan pusing karena uangnya hilang tanpa sebab sehingga rutin menenggak obat sampai merusak lambung?? Ahh c'mon man kenapa lagi - lagi ada benang merah antara pasienku dengan kasus niskala begini??” jeritku dalam hati.
Seakan-akan Tantri sudah membaca pikiranku, dengan tertawa manis dia meledekku, “ Nah loo, kenapa gugup Mas Cah? jangan - jangan ini pasienmu lagi ya? hehehehe”
“Waduh tau aja nih Mbak Tantri kalau itu pasienku, ada-ada saja ya mbak kebetulannya” jawabku sambil tersenyum kecut.
“tuh kan, Mas Cahyo itu sudah takdirnya berkecimpung di bidang metafisika begini, nasibnya ga jauh-jauh dari kasus niskala, hihihi” sambung Tantri.
“Husss, tetap cuma kebetulan aja kokk mbak” sahutku membela diri.
Djenar memandangku dengan tatapan heran, mengapa aku begitu akrab dengan Tantri. “hmmm.. naruhodo” jawab Djenar meniru suara wibu.
Breifing selesai, kamipun berangkat menuju lokasi yang ditentukan. Pak Darsana dengan cekatan mengendarai mobil kantor melewati kemacetan. Dalam waktu 30 menit kami sudah tiba di jalan setapak menuju Alas Rekso. Motor Rah Loka terparkir tepat di tepi jalan setapak, menandakan ini adalah lokasi yang tepat. Pak Darsana mendoakan kami semua agar selalu selamat dalam lindungah Hyang Maha Kuasa. Beliau akan menunggu di sini bersama mobil kantor dan motor milik Rah Loka. kami mulai melangkahkan kaki ke Alas Rekso yang rindang dan sunyi.
Suara serangga dan hewan hutan memenuhi suasana di dalam Alas Rekso. Bila saja ke sini bukan untuk bekerja, tentu rasanya seperti sedang nature healing. Otak kembali segar dan hati menjadi sejuk dengan menikmati suasana hutan rindang nan sejuk. Tapi itu semua hanya harapan belaka, “tcih.. mendokusaiii” gumamku dalam hati meniru gaya wibu akut.
Rah Loka tampak muncul dari balik pohon jati rindang, melambaikan tangan. Kami menghampirinya untuk mendengarkan situasi saat ini. Aku benar - benar heran, luar biasa berani sekali nyali sepupuku satu ini sendirian mencari jejak di hutan angker.
“Jejak niskala ini menuju ke arah barat sana, (menunjuk jalan kecil setapak yang dikelilingi semak belukar), namun aku merasakan tanda - tanda gerubuk"
Tantri bertanya, “Menurutmu gerubuk apa yang ada di sana, kualitasnya seperti apa?”
Rah Loka memutar topinya ke belakang, sambil memperbaiki posisi kacamatanya, menyerupai gaya detective conan.
“eheemmm! makhluk yang suka mencuri uang dengan jejak yang kecil seperti ini, tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah tuyul, makhluk cebol gundul seukuran kurcaci, bertelinga lancip seperti kelelawar, bermata menyala merah, tanpa hidung dan berjalan jinjit. Mereka adalah entitas kelas rendah yang terbentuk dari energi negatif akibat kematian bayi yang tidak wajar."
“Looo kalo emang tuyul mana mungkin ada tanda - tanda gerubuk , makhluk rendah macem gitu ga akan bisa membuat bencana besar” sambung Djenar.
“Menurut pendapatku sepertinya ada variabel sehingga energinya memuncak sampai level gerubuk" sahut Rah Loka.
Ibarat sapi yang dicongor hidungnya, aku hanya bengong mendengar percakapan mereka. Maklum pengetahuanku tentang klasifikasi makhluk niskala sudah pasti 1% ( cuma tahu Kalapaksi aja)… Hal terbaik yang bisa aku lakukan, hanya menyimak dan berlagak paham.
“Ya sudah, ayo kita mulai masuk ke tempat tujuan, aku akan membukakan portal gaib” Kata Tantri sambil mencakupkan kedua tangan di dada. “Kalian semua pegang punggungku yaa..” lanjut Tantri.
Djenar memegang bahu kanan Tantri, Rah Loka memegang bahu kirinya, dan aku memegang punggungnya. Dasar lelaki single ! tanpa sadar aku malah mengelus rambutnya yang halus mengkilat, "eeh! jaga sikap kisanak!" teriakku dalam hati. Posisi tanganku sudah kembali di punggung Tantri. Sungguh malunya diriku, ternyata Tantri menyadari elusan tanganku di rambutnya sambil melirik ke belakang dan tersenyum. Gila ! tambah kikuk ragaku atas ketololan ini.
Tingggg! suara lonceng nyaring satu kali terdengar di telingaku.
Suasana rindang, jeritan serangga dan hewan-hewan di hutan berubah menjadi hening. Warna daun-daun di hutan menjadi sedikit pucat kemerahan. Aku melihat kumuhnya lumpur kehitaman memenuhi jalan dan sepanjang pepohonan. Bau yang tidak asing bagiku, ya benar ! ini bau air ketuban yang membusuk. Lumpur-lumpur ini setelah aku dekati ternyata adalah daging ketuban. Sungguh situasi yang sangat menjijikkan bagiku.
perjalanan kami lanjutkan setapak demi setapak. Jalan kecil ini membawa kami ke suatu lapangan luas yang ditengahnya terdapat satu pohon besar yang sudah meranggas.
“stop!” Rah Loka menghentikan langkah kita semua. Sambil memberi isyarat untuk diam, dia menunjuk ke arah pohon besar itu. kamipu terbelalak dengan apa yang kami lihat.
ratusan tuyul -tuyul berkumpul mengitari pohon rindang dari jauh yang tampak seperti sekumpulan semut mengitari sarangnya. Pantas saja energi negatif sangat pekat disini, jumlah mereka yang banyak membuat kepekatan hawa miskala mencapai tingkat gerubuk.
Aku pikir hanya diriku yang tercengang, ternyata Djenar dan Rah Loka juga tampak menganga melihat fenomena ini. Asumsiku menyimpulkan ini adalah fenomena tidak lazim dalam pekerjaan mereka.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa” pekikan teriakan suatu makhluk tiba - tiba saja terdengar. sesosok tinggi seukuran manusia berdiri di tengah - tengah kerumunan tuyul. Wujudnya persis seperti tuyul lainnya, hanya ukurannya setinggi manusia. kedua matanya terpejam, namun sebuah mata di dahinya tampak melotot dengan tajam. Tangannya yang berjari tiga menunjuk ke arah kami.
“Bajingan, itu variabel ! Kita ketahuan " Rah Loka spontan berteriak memberi peringatan pada kita. Yah, tidak salah lagi, kita akan berhadapan dengan tidak satu tuyul saja, namun satu armada tuyul! bila melawan satu saja mungkin bisa kubayangkan cara menangkapnya, namun ini? aah! tidak ada waktu untuk berpikir.. akupun merapal mantra pamungkasku
"pusaka.. sang saka bintang turun dari langit .. CAHAYA !"
Sang bendera putih berkibar dari langit dan menyelimuti kepalaku sampai ke bahu, membentuk kerudung putih. urat wajahku tampak mulai jelas terlihat, pertanda khasiat pusaka sudah menyatu dengan tubuhku.
wuzzzz! seketika kecepatan bergerakku meningkat pesat. terkaman - terkaman para tuyul berhasil kuhindari dengan baik. sebuah gerakan melompat ke atas lalu akupun menukik bak rajawali mencengkram mangsa. lebih dari sepuluh ekor tuyul terlibas oleh sapuan kakiku dan efek udara yang kutimbulkan . Luar biasa ! aku merasa isekai ke dalam dunia mobile legend dan menjadi Chou ! husss ! fokus Cahyo ! ini situasi taruhannya nyawa coeg!" kata hatiku membuyarkan semua khayalan.
sepanjang menyerang dan menghindar, aku penasaran dengan kondisi rekan-rekanku. Tantri berdiri jauh di belakang medan laga. Djenar bersembunyi di punggung Tantri sambil memasang muka cemas. Bagaimana dengan saudara sepupuku ??
puluhan tuyul mengerubunginya dan mencabik-cabik tubuhnya. Aku bergegas berlari ke arah Rah Loka dengan ancang-ancang melompat jauh. namun sesaat sebelum melakukannya, indra pendengaranku yang sudah dipertajam mendengar sebuah mantra..
“Otot Kawat, Balung Besi, Sumsum Baja, Urat Bergolo… Aku Sang BANDUNG BONDOWOSO!!”
sebuah ledakan aura menghempas semua tuyul yang mengerubunginya. kulit Rah Loka berubah menjadi berwarna merah, urat nadinya tampak mengular, putih matanya berubah merah. Asap putih keluar perlahan - lahan dari leher dan punggungnya. Gelombang serangan armada tuyul melanjutkan pengeroyokannya. cabik-cabik kuku dan gigitan para tuyul tiada yang melukai tubuh Rah Loka.
diambilnya seekor tuyul kemudian dibanting berputar-putar kepada semua pasukan tuyul yang mengitarinya. mayat para tuyul yang binasa sudah mulai menggunung disekitar Rah Loka.
Luar biasa, aku pernah membaca cerita di internet tentang ajian bandung bondowoso, aku pikir hanya legenda belaka namun ini pertama kalinya kulihat dengan mata kepala sendiri, sepupuku menggunakannya. Dengan memiliki ajian seperti itu, jadi wajarlah beliau tidak takut apapun di hutan nan angker ini.
Sambil maju menghabisi lawan-lawan kami, aku tidak lupa untuk selalu melompat ke belakang, dan membinasakan beberapa tuyul yang berlari ke arah Tantri. satu bogem mentah untuk satu tuyul sudah cukup membuat polonya muncrat, sehingga keselamatan tantri dan Djenar terjamin. Djenar melihat tingkahku dan berbisik “Hmmmm.. naruhodo” ada apa gerangan? akupun tidak ambil pusing.
Rah Loka maju menembus pertahanan musuh yang solid sendirian. tubuhnya bak Tank Abram Amerika memberondong para tuyul dengan pukulan bertubi - tubi sambil maju terus mendekati pohon besar. Akupun tidak mau kalah, kusapu satu persatu para tuyul hingga tersisa si tuyul besar yang aneh !
deru pertarungan mereda. Seluruh armada pasukan tuyul terbantai habis. Sang pemimpin yang bermata tiga berdiri tak bergeming sambil menggerutu.
Tantri dan Djenar mulai mendekati kami berdua yang posisinya sekitar 1 meter dari si tuyul besar.
“Saudaraku, berhati-hatilah.. ini adalah fenomena variabel. Makhluk niskala yang mengalami perubahan bentuk menjadi lebih kuat.” pesan Rah Loka kepadaku.
Mungkin secara ilmu sains kedokteran, ini boleh aku asumsikan dengan proses mutasi organisme, dimana organisme berubah menjadi bentuk yang diluar sifat inangnya atau disebut mutant akibat dari proses tertentu atau evolusi alami.
sebuah kalimat singkat keluar dari mulut si tuyul besar.
“ANGRO NUN NAMAR…"
kalimat singkat yang tak kumengerti itu disambut ekspresi kaget dan tercengang Tantri, bahkan sampai menghentikan langkahnya yang mendekat menuju kami.
Tidak menunggu basa basi Rah Loka maju menghantam wajah si tuyul variasi… eh variabel . Tinju straight tepat ke arah wajah, namun ditepis oleh si Tuyul. tidak ada beberapa detik sebuah tamparan ke dada menghempaskan tubuh baja Rah Loka beberapa jengkal. Ekspresi Rah Loka yang meringis pertanda pukulan si tuyul bukan serangan yang enteng.
Spontan aku langsung melompat ke arah Tuyul. Dibanding Rah Loka, aku boleh menyanjung kecepatan serangan yang kumiliki jauh lebih tinggi meskipun daya hancurnya rendah.
Prakkk!! kakiku berhasil terhujam di wajah si tuyul, tanpa basa basi kusarangkan tendangan kedua ke arah leher sebelah kanan. aku berpikir, leher adalah bagian vital, bila terkena cedera dapat menyebabkan patah tulang leher yang bisa berakibat kematian. Yahh itu sih pada MANUSIA.. tapi yang kuhadapi sekarang bukanlah homo sapiens,, namun alien yang tak terbayang struktur anatominya. serangan kedua berhasil menggeser kepala tuyul ke kiri, dari posisinya sudah jelas itu patah tulang servikal (tulang belakang di leher). Aku lengah, kupikir seranganku berhasil membinasakannya, tinju dari arah kanan berhasil didaratkan kepadaku. Bersyukur pusaka membuat refleks tubuh meningkat pesat. serangan tinjunya yang bak palu godam kutahan dengan tangan kiri. Berbeda dengan Rah Loka, aku terpental sekitar satu meter dan menabrak pohon.
“Cahyo!” Tantri berteriak melihatku terkapar. Aku segera bangkit dan bersiap untuk serangan balasan. Sayang sekali, tangan kiriku tampak bengkak dan mengalami patah tulang. sambil menahan nyeri, akupun mulai berlari ke sana kemari untuk menciptakan kebingungan si tuyul. Lehernya yang patah membuatnya tidak bisa menoleh ke kanan dan kiri, namun sepertinya tidak membinasakannya.
Akupun menoleh ke Rah Loka, memberi kode akan melakukan serangan untuk mengecoh lawan. beberapa kali lompat, kemudian aku menukik ke arah tuyul yang sudah sulit melihat posisiku. Merasa terancam, si tuyul mulai memutar - mutar tangannya kesana kemari, melakukan serangan membabi buta. Tertipu ! serangan membabi butanya mengarah ke atas dimana posisiku akan melakukan tendangan vertikal ke bawah. di sela-sela udara akupun melakukan lompatan sekali lagi dengan kekuatan pusaka cahaya, sehingga aku bisa melompat di udara. tubuhku mendarat di blindspot si tuyul, dan langsung menghantam paha, tumit betis kanannya dengan berondongan tinju tangan kananku.
krakk! krakk! krakk! terdengar suara tulang - tulang remuk dari si tuyul, dan tentu saja tulang jari tanganku juga ikut patah saking kerasnya tubuh si tuyul. badannya yang bongsor terjerembab ke tanah karena kehilangan kemampuan berdiri kaki kanannya. teriakan keras tuyul yang kesakitan menggelegar ke langit, akupun terjerembab ke tanah menahan rasa sakit kedua tanganku. Di saat tangan tuyul berhasil menggenggam leherku, Rah Loka melakukan kuncian MMA leher si tuyul yang sudah patah.
“ORRAAAAAAAAA!!!!” teriakan tak kalah menggelegarnya dari Rah Loka sembari mencabut kepala si tuyul. darah hitam muncrat membasahi tanah. Nyawa makhluk niskala ini sudah tidak tertolong lagi.
melihat kematian si kampret, akupun terduduk menghela nafas lega. Pusaka cahaya kembali terbang ke langit dan menghilang. Mata berkunang -kunang akibat kelelahan dan menahan rasa sakit. Kutaksanggup berdiri lagi, sepertinya kaki dan badanku mati rasa. Hup! kepalaku ditangkap oleh Tantri dan direbahkan ke pahanya. Apakah ini surga?? tentu tidak,, aku masih hidup namun menikmati leganya kemenangan dan harumnya Tantri.
“Mas Cah, maaf ya kami membuat mas ikut dalam pekerjaan mengancam nyawa begini.. padahal ini kasus pertamamu tapi malah kamu berhadapan dengan makhluk variabel”
“Tidak apa - apa Mbak Tantri, hehehehe” jawabku dengan ekspresi setengah nyengir, setengah mesum.
Tantri mengeluarkan 2 buah bunga kecil berwarna putih dari tangannya. satu diberikan pada Rah Loka, satu lagi padaku. Ketika Rah Loka menelan bunga itu, tubuhnya pun segar kembali seperti tidak terjadi sesuatu.
“Nah, karena kedua tangan Mas Cah sakit, jadi biar aku suapin ya, aaaaaa…”
“aaaaaaaaaaaaa” aku membuka mulut sembari melempar senyum bahagia. Siapa sangka ada cewek cantik menyuapiku yang hampir sekarat ini.
“Hmm… naruhodo” kata Djenar dan Rah Loka dengan senyum liciknya. Bodo amatlah, yang penting disuapi Tantri.
Ajaib begitu bunga masuk ke dalam perutku, kedua tangan yang patah sudah kembali seperti semula. Aku sudah tidak merasakan nyeri lagi. Nafasku yang ngos-ngosan kembali teratur. Akupun berpikir bahwa Tantri pasti seorang healer dalam tim. Sungguh benar-benar seperti isekai ke dunia MMORPG. Ada aku sebagai damage dealer, ada Rah Loka sebagai Tank dan Tantri yang seorang Healer. Bila waktunya tiba mungkin aku tahu role apa yang cocok buat Djenar.
“Kerja bagus team! kita berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik, horeeee” sahut Djenar bahagia.
“Lohh tunggu dulu, dengan matinya para tuyul ini, kita belum tahu kan siapa pelaku pengguna ilmu tuyul yang mengambil uang Ibu Sukiyati?” tanyaku sedikit bingung.
“hohoho tenang Mas Cahyo, dengan matinya makhluk yang melakukan kontrak jahat pada manusia, otomatis si pembuat kontrak akan jatuh sakit. Sakitnya hanya bisa disembuhkan bila si pelaku dimaafkan oleh korban setelah datang mengakui dosanya. masalah nanti dilanjutkan ke pengadilan ya bukan urusan kita mas. Kita cukup ngurusi gaib-gaibnya saja.” Jawab Djenar dengan bangga.
Sedikit banyak aku mulai mengerti bagaimana sistem kerja dari perusahaan eyangku. yaah lama-lama juga aku pasti akan terbiasa dengan hal - hal baru ini.
Tantri membawa kami kembali ke alam nyata. Pak Darsana pun tampak berkaca-kaca melihat kami semua kembali dengan utuh. Setalah berucap syukur kepada Hyang Maha Kuasa, kami pulang ke kantor dengan bahagia.
Sesampai di kantor PT. Cahaya, aku duduk - duduk sebentar di sofa. Rah Loka izin pamit kembali ke lantai 1 untuk mengurusi Cafenya. Tantri sudah tidak nampak lagi dikantor, sepertinya dia sudah pulang duluan. Baiklah, waktuku untuk cabut dari kantor.
“Mas Cahyo..”
Tiba - tiba Djenar memanggilku. “Ya gmana Mbak Djenar?”
Djenar sepertinya ingin membahas sesuatu yang penting denganku. “Mas suka ya sama Bu Tantri? huehehehe” celetuknya kepadaku.
Jreengg mukaku langsung merah padam, keringat mulai bercucuran. “eh anu mbak,, nggak gitu juga woy! siapa sih yang nggak suka lihat Mbak Tantri, dia cantik, sifatnya lemah lembut kepadaku, dan kami dipertemukan beberapa kali dalam momen-momen yang genting seperti tadi. Tentu saja untuk lelaki normal sepertiku muncul rasa kagum padanya.”
"aduh hahahahahaha,, mas kamu lucu deh", sepertinya Bu Tantri dan Eyang Gusti nggak ada bilang apa-apa ke kamu masalah ini XD" kata Djenar sambil tertawa terbahak - bahak.
“looo ada yang aneh klo ada laki-laki yang kagum sama Mbak Tantri?” tanyaku bingung.
“ppffftt. sudah ah mas, biar waktu yang menjelaskan ke Mas Cahyo XD,,, anyway untuk pembayaran jasa tugas hari ini besok aku transfer ke rekeningnya mas ya,, hari ini aku mau lapor dulu ke client tentang progres pekerjaan kita tadi sekalian nagih biayanya." ucap Djenar.
Akupun mengiyakan, “Oke Mbak Djenar, aku tunggu kabarnya yaa, selamat sore, pamit pulang dulu.”
“husss panggil Djenar aja Mas Cah, aku masi 19 tahun, hehehe”
“ Oalah muda banget, harusnya kamu manggil aku Om,, aihh canda - canda, mas aja ya hehehe”
Akupun kembali ke asrama dokter spesialis. Tidak kusangka, tugas pertamaku seperti ini. Hampir saja kehilangan nyawa, bahkan kupikir karierku sebagai Bedah Umum akan sirna setelah kedua tanganku patah. Tapi banyak keajaiban yang kulihat, jadi kupikir dunia ini luas sekali dan masih banyak misteri yang ingin kuketahui.
Malam hari tiba. Eyang Rigog tampak duduk termenung di meja direktur. beberapa kali dia tersenyum melihat laporan pekerjaan hari ini. “Tidak salah cucuku kuajak bergabung di sini..” bisiknya dalam hati.
krieekk… pintu terbuka perlahan - lahan. Eyang Rigog langsung berdiri. Ternyata Tantri yang datang.
“Bagaimana, puaskah dengan performa cucumu hari ini?”
Eyang Rigog memandang Tantri sambil sumingrah. tiba-tiba Eyang berlutut kepada Tantri. “Terima kasih Tantri sudah mau membimbing dan melindungi cucuku yang satu itu, bila tidak ada engkau, aku tidak akan pernah tahu memiliki cucu dengan bakat supranatural” sambil menitikkan air mata. Apapun yang terjadi tidak ada di dunia ini seorang kakek yang iklash menerjunkan cucu-cucunya ke medan laga taruhan nyawa.
Tantri pun memegang tangan Eyang Rigog, “bangunlah Eyang, saat ini aku hanya seorang staf dari perusahaanmu, jangan memperlakukan aku seperti saat aku masih seorang Sang”
“Nunas Sinampure (mohon maaf) Sang Ni Diyah Tantri Nawakeling!” ucap Eyang Rigog bangun sambil menyeka air mata bahagianya.
"Ya ampun sudah lama sejak aku mendengar seseorang mengucap namaku, hehehe",, sudah Eyang berlakulah kepadaku seperti biasanya, ini perintahku padamu." sahut Tantri sambil tersenyum.
“Aku sangat tertarik dengan cucumu itu, aku sudah sangat tidak sabar melihat bagaimana takdir akan membawanya. Apakah dia akan menjadi sekutu para Sang, atau malah jatuh ke jurang angkara murka.”
“Saya akan menjamin nyawa saya dalam menjaganya agar terhindar dari pengaruh angkara murka, itu adalah kewajiban orang tua untuk anak cucunya.” jawab Eyang Rigog lantang.
Tantri puas dengan jawaban Eyang Rigog, sebelum menghilang, Tantri berbisik “ Eyang Rigog, aku masih cocok nggak jadi ibu?”
“hah, maksud anda bagaimana?” si eyang rada kebingungan. “hihihi,, sudah-sudah aku bercanda eyang^^,, oh iya kalau sempat tolong selidiki tentang ANGRO NUN NAMAR ya eyang.."
gelas yang dipegang Eyang Rigog pecah terkena remasan kuat dari tangannya. wajahnya pucat pasi, bercampur amarah yang meluap-luap. “ apa? Angro Nun Namar?… dia yang tidak pantas disebut namanya? mengapa tiba-tiba ananda Tantri menanyakan hal itu?”
“makhluk niskala yang kita kalahkan terakhir adalah suatu variabel,, berwujud tuyul, namun berbadan sebesar manusia, bermata tiga, kedua mata di bawah buta, mata di dahi terbuka dan melotot ke depan,, dia menyebut nama itu.” jawab Tantri dengan ekspresi serius.
“Ini akan menjadi sangat menarik, aku berharap masih berumur panjang untuk menantikan saat itu” jawab Eyang Rigog bersemangat.
pertemuan itu diakhiri dengan kepulangan Tantri dari kantor. Eyang Rigog tampak sibuk menelepon beberapa orang. Yaah, setidaknya kasus saat ini sudah berhasil diselesaikan, entah masalah apa lagi yang menunggu Dokter Cahyo beserta PT. Cahaya nantinya, kita ikuti terus perjalanan mereka.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
