
Di kota Neo Jakarta dimana hampir semua hal sudah bergantung pada AI, bahkan dalam urusan cinta.
Dan sekarang sudah ada AI yang bisa melihat potensi kecocokan dengan calon pasangan kita, lalu kita bisa mendapatkan clue untuk membantu menaikan tingkat kecocokan kita dengan pasangan tersebut, tapi apa jadinya kalau ternyata hasil yang keluar tidak sama dengan yang diharapkan?
Ini adalah kisah Hiro dalam menjalani kisah cintanya di Neo Jakarta.
Bab 1 : MeCin (Meteran Cinta)
"Mulai menganalisa”
“…”
“Bzzzt”
“Tingkat Kecocokanmu dengan Alenka Inventra sebesar… 7% - 9%”
“Kalian tidak ditakdirkan untuk bersama”
“Sebaiknya cari calon pasangan yang lebih sesuai”
Hiro, seorang laki-laki berumur awal 20-an bergaya rambut Mullet dan berbadan kurus itu seketika kaget disaat melihat hal tersebut. Ia merasa tak percaya ketika wanita yang didambakannya dinilai tidak cocok dengannya.
“Eh, yang bener aja lah masa' cuma 7% - 9% sih?"
“AI nya rusak nih pasti”, kata Hiro dengan sedikit membentak.
Tidak lama seorang laki-laki yang terlihat lebih besar dan lebih tua dari Hiro, dengan potongan rambut cepak dan wearpack yang berlumuran Oli datang menghampirinya. Dia adalah Wanto seorang teknisi di Bengkel Alenka Inventaris, sekaligus teman baik Hiro.
“Ro, udah waktunya ganti shift istirahat, buruan pake lagi wearpacklu", ucap Wanto.
“Iye, ini juga mau siap siap”, Hiro menjawab sambil mengenakan wearpacknya.
“Itu mukalu kenapa kusut banget, ada masalah lu?", tanya Wanto sambil menuangkan kopi untuk dirinya sendiri.
“Sebel aja gw sama nih AI, lu tau kan MeCin, Meteran Cinta yang katanya bisa tau kecocokan kita sama calon pasangan yang kita suka?"
Hiro menunjukan Device Portable miliknya, tidak ada yang istimewa, benda itu terlihat seperti Device Portable yang sering ditemukan di Neo Jakarta, bentuknya kecil dan mengeluarkan tampilan hologram seperti layar berbentuk persegi panjang berukuran kertas A4 yang dapat disentuh. Namun di dalam tampilan tersebut menunjukkan hasil analisa dari aplikasi MeCin (Meteran Cinta), yaitu aplikasi berbasis AI yang dapat menganalisa kecocokan dari usernya dan target yang disukainya.
“Nah kata AI itu gw cuma cocok 7% - 9% sama cewe yang gw suka”, lanjut Hiro.
Sambil menyeruput kopi, Wanto bertanya, “Emangnya siapa sih cewe yang lu taksir?”
Hiro menjawab, “Boss Alenka, hehe”
Seketika Wanto yang sedang menyeruput kopi sedikit tersedak mendengar jawaban dari Hiro, “Lah yang bener aja lu”
“Yakali boss mau sama lu, lagian dia kan Mech Human bukannya manusia tulen”, lanjut Wanto.
“Yaa emang kenapa sih? Kan namanya juga cinta”
“Entah kenapa tiba-tiba nyaman gitu gw sama dia, walau dia Mech Human, walau gw sering kena omel kalo salah, walau dia suka ngeselin, tapi gw tetep suka sama dia”, jawab Hiro.
“Yaudah good luck deh ya dengan persentase lu yang kecil itu, buruan gih sana keburu Boss ngomelin lu lagi”, ucap Wanto sambil menggerakan tangannya seakan mengusir Hiro.
“Gapapa, gw suka kok diomelin Boss Alenka, Ehhooo~”, balas Hiro sambil berjalan keluar.
“Yee dasar Maso”, balas Wanto.
***
Bab 2 : Bengkel
Suasana Bengkel itu terlihat seperti biasanya, sebagian orang sedang memotong panel baja dengan Laser, ada yang sedang memindahkan barang dengan Mechanical-Arm, lalu ada yang memperbaiki Hover Car, dan ada juga yang sedang mengendap-endap keluar dari ruang istirahat.
Seorang wanita yang awalnya sedaritadi memerhatikan kerjaan anak buahnya yang lain, seketika menoleh ke arah Hiro yang baru saja keluar dari ruang istirahat sembari berkata, “Ro, ngapain aja kamu, buruan itu lanjutin kerjaan si Wanto”
“Hehe siap Boss ku yang cantik", jawab Hiro sambil menggodanya.
Wanita tersebut adalah Alenka Inventra, atau yang lebih dikenal dengan Boss Alenka kalau sedang di Bengkel, yaitu pemilik sekaligus pendiri Bengkel Alenka Inventaris, ia merupakan Mech-Human wanita dengan paras yang imut bergaya rambut twintail, walaupun tampilannya imut tapi ia adalah sosok Boss yang tegas dan disiplin dalam bekerja, ia juga merupakan mantan teknisi ahli di Nusantara Innovation, namun ia keluar tanpa memberitahu alasannya.
“Mending kamu cepetan kerjain daripada ngegodain saya”, lugas Alenka.
Hiro pun bergegas melanjutkan pekerjaan Wanto, ternyata itu adalah mobil berbahan bakar bensin yang sudah tidak banyak ditemui. “Pantas aja tadi Wanto berlumuran Oli", pikir Hiro. Namun karena Hiro tidak terlalu familiar dengan mobil itu, Hiro pun berbalik memanggil Boss Alenka.
“Boss, boleh minta tolong ga? Kayaknya aku ga familiar sama mesin model lama kayak gini", ucapnya dengan suara keras sambil melambaikan tangan ke arah Alenka.
"Lagian siapa sih yang masih ngurusin nih mobil di jaman yang udah serba Hover Car?", lanjut Hiro dengan suara yang lebih pelan sambil berbalik memerhatikan mobil kembali.
Alenka yang berjalan ke arah Hiro sedikit mendengar apa yang terakhir diucapkan Hiro tadi langsung menjawab, “Ini salah satu mobil saya, saya emang suka sama mobil bensin kayak gini”
“Kalo kamu gabisa, biar saya atau Wanto aja yang lanjut kerjain, kamu urus kerjaan lain aja”, lanjut Alenka.
Hiro yang tidak ingin mengecewakan Alenka langsung berkata, “Yaa sebenernya aku sih tertarik juga sama mobil model ini, gimana kalo kamu ajarin aku Boss? Hehe”
“Kamu mau belajar? Kalau mau, nanti saya suruh Wanto ajarin kamu”, jawab Alenka.
“Yaah diajarin Wanto mah yang ada masuk kuping kanan keluar kuping gajah, eh kuping kiri maksudnya”, ucap Hiro sambil bercanda, receh memang, tapi ini adalah jokes yang disukai Alenka.
“Haha kenapa snack lebaran segala dibawa-bawa, yaudah kalo gitu nanti pas libur kamu ke bengkel kalo mau belajar sama saya”, Alenka mengiyakan permintaan Hiro.
“Yess, makasih Boss”, ucap Hiro sambil sumringah.
“Gitu aja seneng banget, kamu kerjain kerjaan lain dulu gih”, kata Alenka.
“Siap Boss ku yang cantik”, sahut Hiro.
***
Bab 3 : Cafe DeLatte
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, sudah waktunya Bengkel Alenka Inventaris tutup, semua mesin sudah dimatikan dan beberapa lampu juga sudah dimatikan, para karyawan pun pulang ke rumah masing-masing, sedangkan Alenka pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas dari Bengkel itu.
Hiro dan Wanto pulang mengendarai skuter listriknya masing-masing, kebetulan jalan pulang mereka searah, dan dalam perjalanannya itu Hiro pun membuka obrolan.
“To, lu bisa servis mobil bensin belajar dari mana dah? Boss Alenka?”, tanya Hiro.
Wanto dengan sigap menjawab, “Hah? Bukan lah, bokap gw yang ngajarin, bokap dulu sempet punya mobil bensin, walau pada akhirnya dijual karena harga bensin makin mahal”
“Oalaah, tolong ajarin gw dong soal mobil bensin, gw udah minta diajarin Boss Alenka sih nanti, tapi ya gw ga mau keliatan bodoh banget pas nanti diajarin, gw juga udah searching tadi, tapi informasi yang gw dapet ga banyak”, kata Hiro.
“Boleh sih, tapi sayangnya di dunia ini ga ada yang gratis tuh”, ucap Wanto dengan nada meledek.
“Yee sama temen aja gitu lu, ayolah biar gw ga keliatan malu-maluin di depan Boss Alenka", kata Hiro sambil sedikit memohon.
“Yaudah, gimana kalo lu bayarin gw kopi? Kebetulan gw tau Cafe yang Kopinya enak dan tempatnya bagus”, tanya Wanto.
“Boleh dah kalo sekedar kopi mah, lagian gw juga lagi butuh kopi”, jawab Hiro.
Mereka pun pergi ke kawasan pertokoan, ternyata tidak terlalu jauh dari Bengkel Alenka Inventaris. Di kawasan tersebut memang lumayan banyak restoran atau Cafe, tapi ada satu Cafe yang terlihat tidak terlalu ramai, mungkin karena lokasi Cafe tersebut memang berada di belakang, bukan di area yang menghadap ke jalan raya.
“Nah ini Cafe yang gw maksud ro”, kata Wanto saat berhenti di depan Cafe itu.
Hiro ikut berhenti dan memperhatikan Cafe di depannya. Cafe itu bernama DeLatte, dengan Neon Flex yang tidak terlalu besar tapi tetap menarik perhatian. Lokasinya memang tidak terlalu strategis untuk segi pemasaran, namun terlihat Homely dan nyaman untuk dikunjungi.
“Yaudah yok masuk”, sambung Wanto.
Hiro pun mengiyakan lalu mengikuti Wanto dari belakang. Sesampainya di dalam, aroma kopi baru diseduh tercium dari meja Bar, arah mereka berjalan. Lalu mereka berdiri di depan meja Bar tersebut, dan mereka pun langsung disambut oleh barista yang sedang menyeduh kopi itu.
Barista tersebut terlihat seumuran dengan Hiro, dia cantik dengan rambut Side Ponytail berwarna coklat serta senyumnya yang cerah, menyambut mereka dengan suara yang lembut dan bersahabat. Dia juga menggunakan apron Hijau dengan nametag di dadanya, yang bertuliskan Devi Nalawati.
“Selamat Datang di Cafe DeLatte, mau pesan apa nih kak?”, sambut Devi.
“Eh, ada kak Wanto, mau pesen yang biasa kak?”, lanjut Devi bertanya.
“Iya, biasa, Ice Cafe Macchiato nya satu ya, less sugar”, ucap Wanto.
"Lu mau pesen apa Ro?, lanjut Wanto sambil menyodorkan menu ke Hiro.
Hiro memperhatikan menu dan tak berselang lama perhatian dia tertuju pada menu Manual Brew, yaitu menu yang menurut dia sudah asing. Karena kebanyakan Cafe di Neo Jakarta rata-rata sudah menggunakan mesin kopi otomatis entah itu dalam pembuatan V60, Chemex, ataupun AeroPress.
“Kak, di sini masih jual Manual Brew?”, tanya Hiro kepada Devi.
“Iya kak, di sini masih serba manual, demi mengeluarkan rasa kopi yang maksimal, soalnya kalau pakai mesin rasa yang dikeluarkan cuma bisa sampai batas 80% gitu”, jawab Devi.
“Kalo gitu aku mau nyoba V60 deh, beans-nya Aceh Gayo aja, aku ga familiar sama nama beans yang lain hehe”, ucap Hiro.
Devi mencatat pesanannya di device dan menyodorkan ke arah Hiro, “Oke deh kak, tolong scan barcode di sini, nanti total tagihannya langsung terkirim ke device kakak"
"Kalo gitu aku langsung buat ya, mohon ditunggu sebentar, silahkan pilih tempat duduk dulu kak”, lanjut Devi dengan senyumnya yang cerah.
Dengan iringan lagu lo-fi yang diputar, Devi pun berlalu untuk membuat pesanan mereka. Dan mereka duduk di pinggir ruangan.
***
Bab 4 : Konsultasi
Disaat mereka sedang menunggu, mereka sibuk dengan Device masing-masing.
Lalu, “Ro, tumbenan lu ikut ngopi, apalagi kopi Manual Brew gitu”, tanya Wanto memecah keheningan.
“Yaa sebenernya gw masih mikirin hasil MeCin yang tadi siang sih To, gw pengen coba deketin Boss Alenka tapi takut gagal”, jawab Hiro.
“Biasanya kan gw pake tuh AI buat minta saran kalo lagi deketin cewe”, lanjut Hiro.
“Yaah ternyata soal itu toh, lagian kalo emang lu ngandelin tuh AI, kenapa ga nyari cewe lain aja ikutin apa yang ditulis di AI?”, kata Wanto.
“Gak segampang itu To, pikiran cewe tuh susah ditebak, makanya dengan AI ini gw kebantu banget tiap mau deketin cewe”, bantah Hiro.
“Bahkan kalo lu tanya cewe mau makan apa, trus cewenya bilang Terserah pun lu tau apa yang tuh cewe mau”, sambung Hiro dengan bangga.
“Trus sekarang gimana? Lu masih mau lanjut deketin Boss Alenka tanpa bantuan tuh AI? Yakin sanggup lu?”, tanya Wanto meledek.
“Ah lu mah, bukannya support apa gitu, kasih saran kek atau apa gitu”, ucap Hiro sambil merajuk.
“Ya lu kan tau sendiri gw ga jago dalam hal percintaan begitu, kalo soal mesin boleh diadu, tapi kalo soal cinta saya mundur dulu”, kata Wanto.
Tidak lama minuman mereka pun datang diantar oleh Devi, fokus mereka yang awalnya sedang berdebat terpecah saat Devi datang. Lalu Wanto dengan inisiatif berkata, “Nah, lu minta saran dari dia aja nih”, sambil menunjuk Devi.
“Eh? Ada apa nih? Aku ga tau apa-apa”, jawab Devi ketakutan sambil memeluk nampan yang dia bawa.
“Haha ga ada apa apa kok, kebetulan temen gw lagi pengen deketin cewe tapi takut gagal tanpa bantuan AI, nah kebetulan juga gw denger lu kan sering jadi tempat curhat customerlu, jadi ada lah pengalaman buat konsultasi soal percintaan”, ucap Wanto sembari menenangkan Devi.
“Ooh soal itu toh, iya aku sering sih kalo jadi tempat curhat, tapi ga bisa jamin untuk selalu ngasih saran, aku bukan AI soalnya”, kata Devi menjelaskan.
“Beneran? Aku mau deh kalo gitu, daripada ga ada yang bisa aku pintain saran”, ucap Hiro putus asa.
“Oiya boleh kenalan dulu ga? Kenalin aku Hiro, temennya Wanto”, sambung Hiro sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Namaku Devi, salam kenal kak”, balas Devi sembari meraih tangan Hiro untuk berjabat tangan sambil malu-malu.
Hiro yang sedang berjabat tangan dengan Devi melihat keimutan Devi yang sedang malu-malu, “Astaga ternyata imut juga dia kalo lagi malu-malu gini”, ucap Hiro dalam hati. Selang itu Devi meninggalkan Wanto dan Hiro lalu kembali ke meja Bar nya.
“Oke satu masalah selesai, walau ga bisa dibilang selesai juga sih, ya pokoknya sisa satu masalah lagi nih”, kata Hiro.
“Masalah apa lagi Ro? Bukannya masalahlu cuma itu tadi ya?”, kata Wanto terheran-heran.
“Ya apa lagi kalo bukan alesan gw bayarin lu kopi? Gw mau minta diajarin soal Mobil Bensin, biar ga keliatan bodoh banget nanti pas belajar sama Boss Alenka, tegas Hiro.
Lalu Wanto mulai sharing dengan Hiro tentang apa saja yang dia ketahui tentang Mobil Bensin, dan memperlihatkan beberapa video tutorial yang dia punya di Devicenya. Dan akhirnya mereka pulang karena besoknya mereka harus bekerja kembali.
***
Bab 5 : Belajar
Setelah sekian lama hari libur yang ditunggu Hiro datang juga, akhirnya dia bisa memamerkan hal yang sudah dipelajari dengan Wanto kepada Boss Alenka. Tentunya dia tidak secara gamblang pamer dan seakan sok tahu, tapi dia berpura-pura tidak tahu dan seolah-olah cepat dalam belajar.
“Wah, ga nyangka ya ternyata kamu cukup cekatan untuk diajarin, saya jadi seneng ngajarin kamu", ucap Alenka sambil tersenyum.
“Hehe ga kok Boss, biasa aja aku tuh, kamunya aja yang jago ngajarin aku”, kata Hiro.
Saat itu Hiro merasa sepertinya dia tidak membutuhkan bantuan AI karena dia pikir dia bisa memenangkan hati Alenka berdasarkan pengalamannya saja.
Tapi sayangnya itu salah, momen seperti itu hanya terjadi saat pertama kali dia minta diajari oleh Alenka. Pada minggu depannya lagi saat dia minta diajari kembali oleh Alenka, tidak ada hal berkesan atau yang setidaknya membuat Alenka tertarik kembali, hanya seperti bawahan dan Boss pada umumnya.
Lalu, Hiro menggunakan AI itu untuk melihat apakah ada perkembangan atau perubahan pada hasil dardari target yang ditujukan.
"Mulai menganalisa”
“…”
“Bzzzt”
“Tingkat Kecocokanmu dengan Alenka Inventra sebesar… 7% - 9%”
“Kalian tidak ditakdirkan untuk bersama”
“Sebaiknya cari calon pasangan yang lebih sesuai”
Hiro merasa kecewa, ternyata tidak ada perubahan sama sekali. Padahal Hiro sudah berpikir akan ada kenaikan walaupun cuma sedikit. Dengan hatinya yang kacau, Hiro pun pergi ke Cafe DeLatte lagi, tapi kali ini tanpa Wanto.
Sesampainya di sana ia bertemu dengan Devi dan disambut dengan hangat, Hiro pun membalas dengan senyum, namun senyumnya tidak dapat menyembunyikan raut wajah sedih Hiro.
“Kamu temennya kak Wanto waktu itu kan ya? Kak Hiro kalo aku ga salah ingat", tanya Devi memastikan.
“Iya itu aku kak, Hiro”, jawab Hiro singkat.
“Kamu lagi ada masalah kak? Wajah kamu keliatan sedih soalnya", tanya Devi penasaran.
Hiro sedikit menghela nafas, “Yaa sebenernya ada kak, kamu inget kan dulu aku mau minta saran dari kamu soal percintaan, aku lagi punya masalah soal itu, makanya aku sekarang ke sini”.
“Yaudah, aku dengerin, tapi sebelum itu kamu mau pesan apa nih kak?", kata Devi.
"Aku mau V60 lagi sih, tapi aku mau nyobain beans lain dong kak, kira-kira ada beans yang bisa kamu rekomendasiin ga?, ucap Hiro.
“Oh ada kak, ini beansnya dari Kintamani, Profil beansnya juga lumayan asam seperti Aceh Gayo yang kemarin kamu minum”, Devi menjelaskan sambil mengambil kemasan dari beans Kintamani tersebut.
“Aku mau kak, tapi boleh ga aku liat proses Manual Brewnya? Waktu itu aku mau liat proses seduhnya tapi takut ga boleh”, tanya Hiro.
“Haha tentu aja boleh kak, lagian aku juga nyeduhnya di meja Bar ini kok, kalo kamu mau liat kamu bisa duduk di depan meja bar ini”, jawab Devi.
Lalu Devi mulai menyeduh kopi itu sambil menjelaskan beberapa detail yang berkaitan dengan proses penyeduhan kopi. Mulai dari profil beans, gramasi, suhu, waktu penyeduhan, dan lain-lain.
Hiro yang memperhatikan prosesnya merasa tertarik saat melihat dan mendengarkan penjelasan dari Devi, lalu bertanya, “Umm kak, kayaknya seru juga ya nyeduh Manual gini dibanding yang otomatis, boleh ga aku minta diajarin untuk nyeduh kopi sama kamu kak?”
“Tentu aja boleh, kebetulan aku juga suka sharing soal kopi ke customerku, kadang aku adain free sampling Manual Brew biar mereka mau cobain sekaligus aku sharing beberapa hal tentang Manual Brew”, jawab Devi.
Pada malam itu Hiro sepertinya lupa akan masalahnya serta alasan dia datang ke sana, dia malah fokus belajar tentang Manual Brew, pada sampailah waktu menunjukkan pukul 22.00, waktunya Cafe DeLatte tutup.
“Maaf kak Cafenya udah mau tutup”, suara Devi membuyarkan fokus Hiro.
“Eh, maaf kak aku keasikan ngulik Manual Brew nih jadinya”, balas Hiro.
“Gapapa kak, aku juga seneng ngajarin kamu kak”, kata Devi. Namun kalimat ini malah membuat Hiro mengingat dengan apa yang dikatakan Alenka saat belajar bersamanya. Dan mengingatkan Hiro pada alasannya untuk datang ke Cafe DeLatte.
“Aah aku baru inget, aku kan ke sini mau curhat soal percintaanku", kata Hiro.
“Haha yaudah kamu bisa curhat besok lagi kak”, ucap Devi sembari merapikan kursi-kursi.
“Aku ga tau sih bakal sempet ke sini atau engga, soalnya minggu depan bakal banyak lemburan”, balas Hiro.
“Kalo aku minta nomor WazzApp kamu boleh ga kak? Nanti biar aku curhatnya di sana aja", sambung Hiro sambil bersiap untuk pulang.
“Boleh kok, tapi maaf ya kalo aku slow respon”, jawab Devi.
“Makasiiih”, balas Hiro singkat sambil sumringah karena secara tidak langsung ia mendapatkan kontak dari Devi.
***
Bab 6 : Insiden
Setelah malam itu Hiro dan Devi bertukar pesan melalui WazzApp, walaupun sebenarnya lebih ke arah curhat biasa dan direspon oleh Devi. Namun hal tersebut membuat keduanya makin kenal satu sama lain. Mereka mulai memanggil dengan nama masing-masing setelah tau mereka seumuran. Tidak lupa juga mereka saling sharing tentang hal-hal tentang kopi.
Disaat Hiro sedang membalas WA Devi, Hiro teringat akan pertemuan pertamanya, dan dia ingat kalau Wanto yang pertama kali kenal Devi sebelum dirinya. Lalu ia mengirim pesan pada Wanto.
‘To, lu kalo tau Cafe DeLatte dari dulu kenapa ga pernah ajak gw ke sana?’ - Hiro
‘Lu sendiri yang sibuk pacaran sama cewe lu, giliran udah putus larinya ke gw dah, mentang-mentang udah lama ga pacaran jadi gampang suka sama orang nih?’ - Wanto
‘Yee udah lah yang lalu biarlah berlalu, eh btw gw sekarang lagi chattingan juga sama si Devi’ - Hiro
‘Wah gercep amat lu udah dapet kontaknya aja’ - Wanto
‘Haha belom deket banget sih, cuma ya lebih ke temen curhat gitu, kan lu sendiri yang ngenalin waktu itu, btw makasih ya’ - Hiro
‘Makasih buat apaan? Gw ngenalin lu ke dia biar lu ga gangguin gw doang hahaha’ - Wanto
‘Oiya, lu udah pernah cek belom tuh kecocokan lu sama Devi gimana di MeCin’ - Wanto
‘Belom sih, nanti paling gw coba, dah ye gw lanjut chat sama si Devi dulu’ - Hiro
Setelah membaca tulisan yang dikirim oleh temannya, Hiro pun segera mencoba analisis kecocokan dirinya dengan Devi Nalawati di MeCin.
"Mulai menganalisa”
“…”
“Bzzzt”
“Tingkat Kecocokanmu dengan Devi Nalawati sebesar… 80% - 90%”
“Kalian kemungkinan ditakdirkan untuk bersama”
“ Silahkan jalani seperti apa adanya maka kalian akan bersama”
Melihat hasil yang seperti itu membuat Hiro berpikir untuk kedua kalinya untuk terus melanjutkan perjuangannya dengan Alenka. Memang awalnya sangat sulit untuk menerima logika disaat hati mendominasi, tapi ketika tertampar realita, hati dan logika pun akan berkoalisi.
Hiro memutuskan untuk tidak lagi belajar dengan Alenka karena memang sudah tidak ada alasan untuknya melakukan itu, setidaknya dia sudah tau dasarnya, kalaupun bingung dia bisa minta diajari Wanto.
Namun, keputusan Hiro itu berakibat fatal. Hiro yang biasanya setiap libur membantu Alenka mengotak-atik mobil bensin itu menjadikan Alenka harus mengerjakannya sendirian, karena Alenka terbiasa melakukannya bersama dengan Hiro uang bisa merangkap sebagai asistennya, Alenka pun kesulitan saat menjangkau laser cutter yang ada di meja, mengakibatkan laser cutter tersebut mengenai tangki bensin dan, BOOM, suara ledakan berbunyi sangat keras.
Seluruh pemilik atau pegawai toko yang di dekatnya mendengar bunyi keras tersebut lalu segera keluar, dan mencari sumber suara tersebut. Suara keras itu juga sampai terdengar di Cafe DeLatte, kebetulan Hiro sedang ada di sana pada saat itu. Hiro yang berasumsi ledakan tersebut berasal dari bengkelnya segera bergegas ke bengkel mengendarai skuter listriknya.
Benar saja, kobaran api terlihat di sekitar bengkel dimana Alenka dan dia sering mengotak-atik mobil bensin, Hiro khawatir dengan keadaan Alenka yang berada di dalam, setelah menelpon Pemadam Kebakaran ia nekat menerobos api untuk menyelamatkan Alenka.
Untungnya Alenka termasuk Hiro berhasil keluar dengan selamat, dan pada saat itu juga pemadam kebakaran datang lalu Hiro diomeli oleh pemadam kebakaran tersebut karena tindakan seperti tadi bisa juga membahayakan nyawanya.
Alenka yang sadar telah diselamatkan oleh Hiro tanpa sadar menjadi suka kepadanya.
“Terimakasih Hiro”, ucap Alenka lalu beralih ke mode tidur.
***
Bab 7 : Akhir yang berubah
Seminggu berlalu setelah insiden kebakaran tersebut, Devi memarahi Hiro tidak kalah dengan pemadam kebakaran yang waktu itu menceramahinya.
“Kamu kenapa waktu itu nekat banget sih, kan bisa nunggu pemadam kebakaran dateng, segitu pentingnya kah Boss kamu untuk kamu? Lagian dia juga kan Mech-Human, daya tahan mereka lebih bagus dibanding manusia biasa", ucap Devi.
“Maaf Dev, aku ga bakal ulangin lagi kok”, balas Hiro.
“Yaudah yuk jalan lagi, sekarang kita mau kemana?", tanya Devi.
“Gimana kalo makan di sana? Kan kita belom makan dari siang”, jawab Hiro sambil menunjuk restoran Sate.
“Yaudah tapi nanti bagian kulitnya kamu yang ngabisin ya?!”, tegas Devi.
“Siap Nona Cantik”, sahut Hiro singkat.
Saat Hiro ingin mengejar Devi, dia mendapatkan Notifikasi dari MeCin yang bertuliskan.
“Bzzzt”
“Terjadi perubahan”
“Tingkat Kecocokanmu dengan Alenka inventra sebesar… 80% - 90%”
“Kalian kemungkinan ditakdirkan untuk bersama”
“Tapi apakah kamu akan melepaskan pasangan kamu saat ini?”
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰