Love, Maybe [Bab 3]

0
0
Deskripsi

Dalam suatu hubungan tidak hanya ada cinta saja, tapi perhatian, pengertian, dan saling memahami pasangan merupakan bagian terpenting untuk membuat hubungan bisa terjalin dengan baik. Itulah yang dilakukan Joe Angkasa Gajendra untuk tetap bersama dengan Alissa Cassandra Dea.

Joe akan berusaha untuk tidak hanya mencintai Alissa, tapi berusaha untuk memberikan perhatian, mengerti yang dihadapi, dan memahami perasaan sang kekasih. Karena Joe ingin bersama dengan Alissa untuk selamanya. Menjalin hubungan...

"Saya minta maaf atas kejadian yang terjadi tadi sebelum pagelaran budaya dimulai dan sudah membuat kalian semua tidak nyaman. Saya benar-benar minta maaf," ucap Joe kepada seluruh penonton pagelaran budaya yang sengaja ia kumpulkan di parkiran begitu acara selesai, "Saya akan bertanggung jawab bila memang ada sesuatu yang membuat kalian tidak senang dan nyaman tadi."

Joe melakukan semua ini karena merasa tidak enak telah menjadi penyebab Alissa dimarahin oleh Garash di depan banyak penonton pagelaran budaya dan membuat mereka tidak nyaman. Jadi, Joe meminta maaf secara tulus kepada para penonton atas kejadian barusan.

Beruntungnya para penonton yang diwakilkan oleh seorang lelaki berkemeja biru menerima permintaan maaf Joe dan mengatakan kalau kejadian barusan tidak sepenuhnya salah Joe. Mereka juga memahami situasi yang terjadi.

"Santai saja, Mas. Kami semua paham apa yang terjadi. Ya, kami lebih ke kaget saja waktu panitia yang cowok marahin rekannya," ucap lelaki berkemeja biru.

"Terima kasih, Mas." Joe menyampaikan satu hal lagi, "Saya juga minta tolong untuk tidak membicarakan yang buruk soal panitia perempuan yang datang bersama dengan saya. Dia beneran pergi buat anterin saya dan saya yang minta."

"Iya, Mas. Tenang saja. Soal itu gak akan kita bahas lagi."

"Sekali terima kasih."

Setelah itu, para penonton pagelaran budaya pergi dari parkiran, meninggalkan Joe dan Rio. Tidak lama datang Samudra yang merupakan ketua divisi pendidikan dan kebudayaan himpunan ilmu komunikasi. Lelaki itu berdiri di depan Joe sambil memperlihatkan raut bersalah.

"Kang, saya dengar tadi ngumpulin penonton buat minta maaf soal kejadian tadi, ya," ucap Samudra pada Joe.

Joe mengangguk, "Iya."

"Seharusnya kami yang minta maaf karena sudah membuat Akang tidak nyaman saat akan menonton pagelaran budaya." Samudra menundukkan kepala, "Kami benar-benar minta maaf atas apa yang dilakukan oleh Garash barusan. Seharusnya kami bisa mencegah kejadian barusan."

"Lebih baik kita saling memaafkan buat kejadian tadi. Karena saya juga yang menjadi penyebabnya."

Joe tahu betapa sibuknya para anggota himpunan sebagai panitia sehingga emosi mereka sulit dikontrol. Maka dari itu, Joe tidak ingin terlalu mempermasalahkan dan menerima permintaan maaf Samudra. Begitupun dengan Joe yang meminta maaf pada Samudra.

"Baiklah, Kang." Samudra berani untuk menegakan kepala dan menatap Joe, "Tapi, kenapa Akang minta buat orang-orang gak ngomongin Alissa? Apa kalian saling kenal?"

Saat Samudra mengetahui Joe mengumpulkan penonton di parkiran fakultas untuk minta maaf soal Garash yang memarahi Alissa cukup kaget. Apalagi waktu Samudra dengar Joe minta mereka semua tidak membicarakan Alissa. Semakin kaget.

"Karena Alissa gak bersalah. Saya gak suka kalau orang-orang membicarakan yang buruk tentang seseorang yang gak bersalah," ucap Joe tegas.

"Saya juga yang meminta Alissa untuk pergi ke kantin buat sarapan. Karena dia benar-benar sibuk buat ngurusin pagelaran budaya ini dan sepertinya kurang makan juga."

"Maka dari itu, saya tidak terima kalau sampai ada yang membicarakan Alissa."

"Saya setuju, Kang. Saya akan bantu jelaskan nanti."

"Terima kasih."

Samudra tidak tahu hubungan apa yang terjadi antara Joe dan Alissa, sampai lelaki itu membela dan melindungi Alissa seperti ini. Anehnya, Samudra salut. Bahkan, ia pun akan membantu Joe untuk membuat orang-orang tidak membicarakan Alissa yang buruk. Apalagi Alissa sudah berkontribusi besar buat pagelaran budaya. Samudra harus membalas dengan baik.

"Apa Akang mau ketemu sama Alissa? Biar saya panggilkan. Kebetulan di dalam sudah selesai."

"Gak usah. Biar saya yang temuin dia sendiri," jawab Joe, "Biarkan Alissa istirahat dulu di dalam."

"Kalau begitu saya izin pamit kembali ke dalam. Sekali lagi kami dan seluruh panitia pagelaran budaya minta maaf pada Akang yang sudah dibuat tidak nyaman dengan kejadian tadi."

"Saya juga minta maaf untuk kejadian tadi dan sudah mengganggu kegiatan panitia yang lain."

Setelah itu, Samudra pergi. Sementara, Joe masih di parkiran sama Rio. Joe berencana akan menunggu Alissa di sini untuk bicara. Karena saat pagelaran budaya, Joe melihat perempuan itu murung. Tentu saja membuat Joe semakin bersalah dan ingin menghibur Alissa.

"Beneran lo mau tungguin dia di sini? Kalau beresnya malam gimana?" tanya Rio yang sudah tahu kalau Joe akan menunggu Alissa, "Soalnya panitia tuh suka pada kumpul dulu di hima begitu acara beres. Ngobrol-ngobrol gitu."

"Beneran. Aku gak masalah harus nunggu sampai malam." Joe menatap lurus ke gedung fakultas ilmu komunikasi, "Aku harus minta maaf karena gak bisa ngelindungin dia saat dipermalukkan sama temannya tadi."

Rio menatap takjub Joe dengan mulut menganga, "Kayanya lo beneran suka banget sama dia."

Joe mendengkus sambil tersenyum, "Mungkin."

Joe baru ketemu Alissa dua kali. Baru kenal dengan benar hari ini. Jadi, belum bisa dipastikan Joe sudah suka sama Alissa, tapi bisa dikatakan ia tertarik pada perempuan itu setelah mengobrol singkat di kantin dan juga penasaran apakah Alissa anak perempuannya Gunawan atau bukan.

"Mungkin terus jawabannya."

"Aku baru ketemu sama dia dan gak mungkin langsung suka gitu."

"Kan ada suka pada pandangan pertama. Bisa jadi lo sukanya pas pertama kali lihat."

"Mungkin."

Joe mengakui kalau ia bisa saja suka sama Alissa saat pertama kali melihatnya. Tapi perlu diingat untuk bisa suka sepenuhnya memerlukan beberapa langkah yang pasti. Itulah yang harus Joe lakukan jika memang ada rasa pada Alissa.

"Kalau gitu gue balik duluan, ya." Rio menepuk bahu Joe sambil tersenyum sedikit meledek, "Semangat menunggu kekasihnya."

"Kekasih apanya."

Namun, anehnya Joe tersenyum mendengar itu. Sekilas membayangkan dirinya menjadi pasangan kekasih Alissa. Gila. Memang tapi itulah yang dilakukan olehnya sekarang. Memikirkan Alissa sebagai kekasihnya.

Joe menatap langit yang mulai tertutup awan hitam. Pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Ia merenungkan dirinya sendiri yang tidak biasa ketika bersama Alissa tadi. Semua sikapnya benar-benar tidak bisa dikendalikan. Begitupun dengan perasaannya.

Sudah lama sekali Joe tidak berdebar saat bersama perempuan, merasakan kenyamanan, kehangatan, dan ada kebahagiaan ketika menghabiskan waktu. Semua itu hanya Joe rasakan ketika bersama Alissa.

"Apa mungkin aku benar-benar menyukainya sejak pertama ketemu? Bukan penasaran karena dia anaknya Om Gunawan."

Karena sampai saat ini, Joe merasa bahwa perasaannya pada Alissa hanya rasa penasaran untuk mengetahui apakah Alissa adalah anaknya Gunawan atau bukan. Sebab, Joe masih mencari tahu alasan Bara ingin menjodohkan ia dengan anaknya Gunawan yang entah seperti apa.

"Semoga ini bukan rasa penasaran."

*****

Malam hari tiba. Joe masih menunggu Alissa. Kali ini, ia menanti perempuan itu di dalam mobil sambil menatap hujan yang turun dan membasahi kaca depan mobilnya. Joe suka hujan. Selalu merasa tenang setiap kali melihatnya serta mendengar suaranya.

Joe harus menemui Alissa hari ini dalam keadaan apa pun. Joe merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Alissa dengan baik saat dipermalukkan oleh Garash. Kalau bisa Joe ingin menghibur perempuan itu. Joe juga berencana mengantarkan Alissa pulang begitu lihat hujan yang turun cukup lebat. Joe tidak ingin Alissa sampai kehujanan dan sakit.

Saat mengalihkan tatapan, Joe melihat Alissa berdiri di depan pintu masuk gedung fakultas sendirian. Alissa tengah memperhatikan hujan yang turun. Sepertinya Alissa tengah mempertimbangkan untuk menembus hujan agar bisa pulang.

"Kenapa dia gak bawa payung? Dia gak boleh sampai hujan-hujanan."

Joe langsung keluar dari mobil sambil membawa payung dan paperbag berisikan jaket miliknya dan novel. Joe melangkah secepat mungkin agar bisa sampai sebelum Alissa keluar dari gedung dan kehujanan.

"Alissa."

Joe beruntung bisa tiba di depan pintu gedung fakultas saat Alissa tengah menalikan tali sepatunya. Joe berdiri tepat di hadapan Alissa, melihat perempuan itu yang terkejut dengan kehadirannya.

Alissa berdiri, "Kang Joe, kok ada di sini?"

"Aku habis ngopi sama teman di kafe dekat sini. Sekarang mau ngambil mobil di parkiran."

Jelas itu itu adalah kebohongan. Tidak mungkin Joe memberitahu Alissa kalau ia ada di sini karena menunggu perempuan itu selesai dengan segala urusan pagelaran budaya. Pasti itu akan membuat Alissa tidak nyaman.

"Oh gitu."

"Kebetulan kita ketemu aku kasih kamu sesuatu." Joe memberikan paperbag abu-abu ke Alissa, "Ambillah."

Alissa menerima paperbag itu dengan raut kebingungan yang kemudian berubah terkejut setelah tahu apa yang ada di dalamnya. Lalu kembali menatap Joe dengan kedua mata yang membulat.

"Itu novel Dilan yang sudah ditandatanganin sama Pidi Baiq. Aku kasih ke kamu sebagai ucapan terima kasih sudah nemenin aku ke kantin," jelas Joe.

Lebih tepatnya barang yang ada di dalam paperbag sebagai pemberian dari rasa bersalah Joe yang sudah membuat Alissa dimarahin oleh Garash tadi pagi.

"Aduh, Kang, tadi emang sekalian jalan aja. Gak usah sampai kasih kaya gini ke aku."

"Gak apa-apa. Dan jaket itu buat kamu pake soalnya dingin." Joe menunjuk hujan yang ada dibelakangnya.

Joe berharap Alissa mau memakai jaket miliknya. Karena sekarang cuaca sedang dingin oleh angin malam dan hujan. Joe tidak mau membuat Alissa sakit. Apalagi kondisi perempuan itu pasti sudah lelah, sehingga mudah terserang sakit.

"Terus aku balikinnya gimana?"

Nah, itu yang sedang dipikirkan oleh Joe sekarang. Cara untuk mereka bisa bertemu lagi dengan menggunakan alasan mengembalikan jaket. Karena Joe ingin ketemu Alissa lagi dan bisa bicara lebih lama. Namun yang terjadi di luar dugaan Joe.

"Gak usah, kebetulan jaketnya emang gak dipake. Daripada aku buang, lebih baik kasih ke kamu."

Joe meringis dengan ucapannya. Bukankah daritadi ia tengah memikirkan cara untuk bisa bertemu lagi dengan Alissa, tapi kok malah mengeluarkan ucapan yang membuat mereka tidak bisa ketemu.

Kalau sudah begini, lebih baik Joe cari cara untuk bisa mengantarkan Alissa pulang saja. Karena mungkin itu adalah kesempatan untuk bisa bersama Alissa sedikit lebih lama. Joe juga bisa mengajak Alissa ke tempat makan dulu.

"Makasih banyak, ya, Kang. Hari ini, aku kaya dapat keberuntungan."

Joe kembali berdebar saat melihat Alissa tersenyum senang. Mungkin secara tidak langsung Joe telah menghibur Alissa yang sedang sedih akibat kejadian tadi pagi hingga bilang seperti mendapatkan keberuntungan. Padahal di sini Joe yang beruntung bisa ketemu sama Alissa.

"Aku harap kamu suka."

"Sangat suka apalagi novelnya." Alissa memperlihatkan raut bingung sekaligus ragu, "Tapi, gak sayang dikasih ke aku?"

"Aku sudah punya yang ada tanda tangannya."

Lagi pula, Joe tidak begitu suka dengan novel romantis. Ia hanya beruntung saja tadi bisa mendapatkan tanda tangan Pidi Baiq lewat undian setelah seminar di pagelaran budaya selesai. Novel itu awalnya untuk sepupu Joe, tapi lebih baik diberikan ke Alissa saja.

Joe memperhatikan sekitar kampus serta hujan yang sepertinya belum mau reda, "Kamu mau pulang? Gimana kalau aku anter ke tempat tinggal kamu."

Akhirnya, Joe bisa mengajak Alissa untuk pulang bareng dengannya. Joe tidak tega kalau Alissa pulang sendiri sambil kehujanan. Joe juga tidak mau membiarkan Alissa sendirian di kampus yang sudah sepi. Karena semua mahasiswa sudah pulang.

"Gak usah."

Itu bukan Alissa yang menjawab. Melainkan Garash yang tiba-tiba muncul dan berdiri di belakang Joe sambil memegang payung. Joe yang menoleh pun melihat tatapan tidak suka dari Garash ke arahnya.

"Dia sudah janji mau pulang bareng saya," ucap Garash begitu berdiri disamping Alissa dan merangkul bahunya.

Joe teringat waktu Rio bilang ia memegang bahu Alissa dan mengusapnya. Sepertinya Garash sengaja melakukan itu untuk balas dendam kepada Joe. Sayangnya, itu tidak mempan. Karena Joe melakukannya berdasarkan keinginan hatinya.

Joe lebih marah pada Garash yang sudah mempermalukkan Alissa tadi pagi. Memarahi perempuan itu di depan banyak orang bukanlah hal baik. Seemosi apa pun seharusnya luapkan ketika berdua saja agar orang lain tidak tahu dan berpikiran yang aneh-aneh.

Meski begitu, Joe berusaha untuk tetap tenang. Walaupun ia sendiri sudah tahu kalau kedua matanya tengah menatap tajam Garash. Joe akan selalu ingat hari ini dan akan membalas semuanya suatu hari nanti.

"Begitu, ya. Aku kira Alissa pulang sendiri karena sendirian di sini," ucap Joe sambil menahan emosi, lalu menatap lembut Alissa, "Kalau begitu aku duluan ya, Alissa."

Joe gagal pulang bersama Alissa. Tapi setidaknya perempuan itu bersama seseorang yang mungkin bisa dipercaya.

"Iya, Kang. Hati-hati," ucap Alissa yang masih tersenyum pada Joe.

Joe melangkah pergi dan tidak sengaja mendengar Garash berkata "Hati-hati ya, Kang. Terutama ditikungan soalnya tajam dan sulit dilalui."

Joe tersenyum miring, lalu membalas ucapan Garash sangat pelan, "Lihatlah siapa yang akan melalui tikungan tajam dan sulit dilalui."

Joe masuk ke dalam mobil. Sebelum pergi, Joe melihat Alissa pulang bersama Garash. Jujur saja Joe sedikit kecewa melihat Alissa tidak mengenakan jaket pemberiannya. Tapi, ia lebih curiga melihat kedekatan Alissa dan Garash.

"Sepertinya memang benar mereka punya hubungan." Joe menyeringai sinis, "Atau mungkin Garash yang punya perasaan ke Alissa."

Joe kembali teringat saat Garash mencium bibir Alissa. Tidak mungkin Garash mencium tanpa ada perasaan sedikitpun. Tetapi sepertinya hubungan mereka belum ada, karena Joe dengar sendiri kalau saat itu Alissa baru saja melihat lelaki yang sedang dekat dengannya pergi dengan perempuan lain.

"Aku harus cari tahu nanti."

Joe melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Tepat saat itu ada panggilan masuk dari Haris. Joe segera menjawab panggilan tersebut. Pasti sekretaris pribadi Bara itu sudah mendapatkan informasi yang Joe terima.

"Mas Joe, saya sudah mendapatkan informasi mengenai Alissa Cassandra Dea dan tentang kedua orang tuanya."

"Kasih tahu sekarang." Joe menggeleng, "Jangan. Tapi kamu datang ke rumah sekarang juga. Saya mau dengar langsung."

"Baik, Mas. Saya ke sana sekarang."

"Saya tunggu."

*****

Joe masuk ke ruang belajar begitu selesai mandi dan berganti pakaian. Di sana sudah ada Haris yang sedang duduk di sofa. Lelaki itu segera berdiri di hadapan Joe yang sudah duduk di kursi belajarnya.

"Jadi, apa yang kamu dapatkan soal Alissa Cassandra Dea."

Haris menyalakan tab yang dipegangnya, lalu diletakkan di atas meja saat memperlihatkan informasi mengenai Alissa.

"Alissa adalah anak pertama dan putri satu-satunya pak Gunawan," jawab Haris, "Saat ini, dia sedang kuliah di Bandung."

Joe mengambil tab tersebut. Tersenyum melihat foto Alissa bersama keluarganya terpampang di sana. Ternyata benar dugaan Joe, kalau Alissa adalah anak perempuannya Gunawan. Berarti Ica inilah yang ingin dijodohkan oleh Bara kepada Joe.

Joe senang mengetahui kalau Ica yang akan dijodohkan oleh Bara adalah Alissa yang ia temui tadi. Meski begitu, Joe tidak ingin mengenal Alissa melalui perjodohan orang tuanya. Ia ingin semuanya terjadi secara alami.

Joe bertemu dengan Alissa secara tidak sengaja. Itu berarti apa yang terjadi dengan mereka juga harus berdasarkan pertemuan tidak disengaja hingga akhirnya menumbuhkan perasaan satu sama lain. Karena perasaan cinta yang tulus akan lebih terasa daripada perasaan melalui perjodohan.

"Apa mungkin Mas Joe mencari tahu soal Alissa karena mau menerima perjodohan Pak Bara dengan anaknya Pak Gunawan."

Joe mengalihkan tatapan pada Haris, "Apa maksud kamu?"

"Saya ada di sana Mas, dan saya dengar waktu Pak Bara ingin menjodohkan Mas dengan Ica. Ya, walaupun Mas Joe sepertinya belum tahu kalau Ica adalah Alissa," lanjut Haris.

Memang saat itu Joe belum tahu kalau Ica adalah Alissa dan tidak berminat ketika ingin dijodohkan. Karena Joe berpikir bahwa perempuan yang mengetahuinya dari keluarga Gajendra akan mengejarnya bukan karena cinta, tapi reputasi dan kekayaan keluarganya.

"Bagaimana saya mau tahu kalau Om Gunawan manggil anaknya Ica. Saya kira Ica adalah namanya."

"Keluarganya memang sudah memanggil Alissa dengan sebutan Ica dari dulu. Sepertinya mereka sudah terbiasa sehingga Ica sudah terdengar seperti nama aslinya Alissa," sambung Haris, "Lalu apa rencana Mas Joe selanjutnya? Mau saya rencanakan pertemuan dengan Alissa?"

"Gak usah."

"Terus kenapa Mas Joe cari soal Alissa?"

"Karena saya sudah bertemu dengannya dua kali. Sebelum saya tahu kalau dia adalah anaknya Om Gunawan yang mau dijodohkan dengan saya, Ris."

"Jadi, Mas Joe minta saya cari tahu soal Alissa adalah untuk memastikan dia adalah anaknya Om Gunawan atau bukan."

Joe mengangguk, "Iya. Dan saya tidak ingin dijodohkan olehnya."

"Serius?"

Joe tersenyum sambil menggeleng karena Haris belum mendengar sampai selesai, "Tapi saya ingin mengenalnya secara alami melalui pertemuan yang ditakdirkan untuk kita."

Haris manggut-manggut begitu paham maksudnya perkataan Joe. Jadi, anak atasannya itu sudah menyukai Alissa, tapi tidak ingin mengenal perempuan itu melalui perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Melainkan terjadi begitu saja.

"Wah! Ini berita besar," ucap Haris dalam hati.

"Jadi, saya minta kamu gak kasih tahu soal ini ke Ayah atau Om Gunawan. Biarkan mereka berpikir kalau saya tidak minat dengan perjodohan ini," perintah Joe tegas, "Karena saya mau mengenal Alissa secara alami untuk tahu perasaan kami sendiri."

"Baik, Mas Joe."

Joe mengembalikan tab pada Haris, "Terima kasih, Haris. Kamu boleh istirahat sekarang."

Haris menerima tab miliknya, "Mas Joe juga selamat istirahat. Saya izin pamit pulang dulu."

"Silahkan."

Begitu Haris pergi. Joe merenungkan langkah selanjutnya untuk mendekati Alissa. Hanya saja untuk pendekatannya, Joe masih bingung. Maka dari itu, jangan sampai kedua orang tuanya tahu kalau ia tengah mendekati putrinya Gunawan.

Namun, langkah Joe untuk mendekati Alissa juga tidak mudah. Karena ada Garash disamping perempuan itu. Joe masih menduga hubungan Alissa dan Garash adalah teman, tapi melihat bagaimana tatapan Garash, Joe yakin lelaki itu menyukai Alissa.

*****

"Joe? Lho kok kamu ada di sini?"

Gunawan terkejut melihat Joe masuk ke dalam ruangan. Ia tidak menyangka kalau tamu dari Gajendra yang akan bertemu dengannya adalah Joe. Gunawan berdiri, lalu menghampiri putra kedua Bara itu, kemudian bersalaman.

"Iya, Om. Saya kebetulan lagi libur dan pulang ke Jakarta. Katanya Bunda juga kangen."

"Silahkan duduk, Joe." Gunawan mempersilahkan Joe duduk di sofa, "Mau minum apa? Teh? Kopi? Jus?"

"Apa saja."

Gunawan menatap Mira, yang merupakan sekretarisnya, "Tolong buatkan teh buat Joe dan kopi buat saya."

"Baik, Pak."

Gunawan kembali menatap Joe dengan tidak percaya. Sejak Bara ingin menjodohkan Joe dengan Alissa, Gunawan agak sedikit terbebani dan takut kalau misalnya Joe datang untuk menolak perjodohan tersebut.

Gunawan memang berharap, tapi tidak ingin memaksakan. Lagi pula, Joe belum bertemu dengan putrinya sehingga tidak masalah kalau mau menolak. Selain itu, soal jodoh serahkan ke Tuhan saja. Cuman agak deg-degkan saja sama reaksi penolakan Joe. Karena Gunawan tidak begitu dekat dengan Joe.

"Ada apa datang kemari Joe? Soalnya ditelepon tadi Om cuman dikasih bakal ada orang Gajendra ke sini."

Joe tersenyum sopan, lalu meletakkan sebuah map biru di atas meja, "Saya ingin membahas soal tanah yang akan menjadi tempat pembangunan gedung rumah sakit baru."

Gunawa mengambil map tersebut, "Tanah yang dibelakang rumah sakit, kan?"

"Iya, Om."

"Emang ada apa?"

"Tiba-tiba saja ada orang yang mengaku kalau tanah tersebut adalah milik keluarga mereka dan belum dijual sama sekali ke keluarganya Bunda. Bahkan, mereka pun mengaku gak kenal sama yang jual tanah tersebut."

"Dan ini bukti yang mereka bawa?" tanya Gunawan saat melihat surat kepemilikkan tanah pemilik sebelumnya.

"Iya, mereka bilang selama ini tinggal di Jawa Timur dan awalnya tidak tahu kalau nenek moyang mereka punya tanah di situ. Tapi mereka beralibi kalau mereka sudah mencari keberadaan tanah tersebut dari lama."

"Kita harus membuktikan lebih dulu surat tanah yang dibawa oleh mereka, serta bukti transaksi pembelian tanah dengan orang yang menjualnya. Karena bisa saja salah satu dari mereka adalah penipu." Gunawan menatap serius Joe, "Kalian saat ini sedang ada rencana bikin gedung rumah sakit, dan pastinya harga tanahnya bakal tinggi. Mereka manfaatkan untuk mendapatkan uang."

"Makanya, saya kemari untuk bahas itu, Om. Saya gak mau sampai ada orang yang memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi."

"Baiklah, Om akan segera utus tim untuk menyelidikinya. Da—" pembicaraan berhenti saat Gunawan mendapatkan panggilan masuk dari salah satunya kliennya, "Joe, maaf tapi Om harus angkat telepon ini. VIP tapi agak begitulah."

Joe yang paham mempersilahkan, "Silahkan, Om."

"Kamu tunggu di sini."

Gunawan pergi meninggalkan Joe diruangannya. Selama di sana, Joe mengamati ruangan Ayahnya Alissa itu yang tidak beda jauh dengan ruangan kerja atasan pada umumnya. Sampai pandangannya berhenti pada beberapa bingkai foto yang berjajar di atas meja kerja Gunawan.

Joe berdiri, lalu berjalan ke meja Gunawan. Joe tahu apa yang dilakukannya saat ini tidak sopan, tapi ia penasaran sama potret apa saja yang dipajang oleh Gunawan. Saat itu, ia menemukan foto Alissa.

post-image-66f4fbe03cdc4.jpg

Foto yang memperlihatkan Alissa yang tersenyum manis sambil menangkup kedua pipinya. Rambut hitam panjangnya begitu indah dan menambah kecantikan perempuan itu. Joe terpesona melihatnya sampai mengambil foto tersebut. Menatapnya begitu dalam.

"Cantiknya," ucap Joe sambil mengusap kaca bingkai foto Alissa.

Tanpa Joe tahu, kalau Gunawan tengah menatapnya sambil tersenyum senang dari luar ruangan. Melalui kaca panjang kecil di pintu, Gunawan melihat Joe yang tengah mengagumi foto Alissa. Gunawan langsung menghubungi Bara.

"Bar, kayanya kita beneran bakal jadi besan."
 

post-image-66f4fbfb82385.png
Dionsayrus, 22 September 2024

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Love Maybe
Selanjutnya Love, Maybe [Bab 4]
0
0
Dalam suatu hubungan tidak hanya ada cinta saja, tapi perhatian, pengertian, dan saling memahami pasangan merupakan bagian terpenting untuk membuat hubungan bisa terjalin dengan baik. Itulah yang dilakukan Joe Angkasa Gajendra untuk tetap bersama dengan Alissa Cassandra Dea.Joe akan berusaha untuk tidak hanya mencintai Alissa, tapi berusaha untuk memberikan perhatian, mengerti yang dihadapi, dan memahami perasaan sang kekasih. Karena Joe ingin bersama dengan Alissa untuk selamanya. Menjalin hubungan yang dipenuhi kebahagian dan cinta abadi.Bagi Alissa, Joe adalah lelaki yang selalu memberinya kepastian dalam hubungan, selalu menunjukkan perasaan dengan caranya, selalu memberikan kasih sayang yang tulus, dan selalu memerlihatkan bahwa cintanya tidak akan pernah pudar. Itulah yang membuat Alissa tidak pernah meragukan Joe selama menjalin hubungan. Alissa ingin bersama dengan Joe selamanya.Lalu seperti apa kisah cinta Alissa Cassandra Dea dan Joe Angkasa Gajendra?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan