Menaklukkan Dimas #4 Rencana Besar

18
0
Deskripsi

Bagian 4. Rencana Besar

 

DEDI P.O.V

Begitulah...setiap harinya. Aku berusaha mengintimkan diri ke Pak Dimas. Kuliat Pak Dimas juga tidak ada reaksi penolakan. Aku mulai merencanakan 'rencana besar' pada malam minggu ntar. Targetnya: berhubungan intim dengan Pak Dimas, Oh.

Malam minggu itu, aku betul-betul sudah siap. Aku udah puasa tidak ngocok selama 3 hari. Mengumpulkan energi kejantananku. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar, hehe.

Aku udah nongkrong di teras depan udah dari jam 8 malam. Main game di hape sambil menunggu Pak Dimas keluar. Sekitar jam 9 kurang, Pak Dimas dan bu Yayuk keluar. Mereka melihatku.

"Eh, mas Dedi ayo sini!" Bu Yayuk memanggil.

Aku segera menghampiri mereka.

"Jadi, kan nemenin pak Dimas?" Bu Yayuk bertanya.

"Jadi dong, bu Yayuk," jawabku.

"Tunggu sebentar ya. Bapaknya mau ngantar ibu dulu ke RS," kata bu Yayuk.

"Baik bu, saya juga belum pamit dengan mama di rumah," kataku.

"Ya udah, jangan lupa pamit dulu dengan mamanya," kata bu Yayuk.

Aku segera bergegas balik ke rumah untuk minta ijin nginap di rumah Pak Dimas. Alasanku ke mama: Mau mengakrabkan diri dengan tetangga. Jadi, setiap malam minggu, bu Yayuk dinas malam di RS. Katanya itu adalah peraturan tidak tertulis di RS, kalo ada perawat baru, biasanya dapat jatah jaga malam minggu. 

Setelah melapor ke mama, aku segera nunggu di teras depan. Sambil menunggu Pak Dimas pulang, lanjut main game.

Sekitar 15 menit kemudian, aku mendengar suara motor pak Dimas datang. Jantungku berdebar-debar. Tak sabar. Setelah memasukkan motor ke garasi, pak Dimas langsung memanggilku.

"Ayo masuk, Mas Dedi!" Pak Dimas mempersilahkan masuk sambil tersenyum ke arahku

Ukuran dan model interior rumah Pak Dimas mirip dengan rumahku. Ya iyalah, rumah kompleks. Ada ruang tamu, dua kamar tidur, satu ruang keluarga pas di tengah, dan dapur.

"Rumah bapak rapi banget," kata ku memuji.

"Iya, ibunya tuh yang pandai dekorasi ruangan," kata Pak Dimas.

Aku betul-betul terangsang dengan penampilan Pak Dimas. Dia masih memakai celana dinas cokelatnya yang ketat melekat itu. Gundukan kontolnya keliatan nyata banget.

"Nggak langsung tidur, kan?" tanya Pak Dimas sambil membuka jaket kulitnya yang biasa ia pakai. 

"Nggak dong, Pak. Kita nonton dulu aja yuk, sapa tau ada filem bagus di Tran* TV," Kataku.

Aku betul-betul terkesima ketika melihat Pak Dimas membuka jaketnya. Pak Dimas mengenakan kemeja putih yang super ketat. Ototnya keren banget. Dadanya bidang. Lengannya oh......tungkaiku lemes.

"Keren banget badan Pak Dimas," pujiku.

Pak Dimas tersenyum saja.

"Yok , ke dalam!" Pak Dimas mengajakku masuk.

Kami duduk di sofa di depan TV. Aku sengaja duduk agak jauh dari Pak Dimas supaya bisa menonton TV sambil menikmati pemandangan asyik bodi pak Dimas, hihi.

Sekitar 1 jam nonton film gak jelas, akhirnya Pak Dimas membuka channel mTV. Banyak lagu-lagunya tuh tv.

"Ayo, duduknya dekat bapak sini!" ajak Pak Dimas.

"Iya pak," kataku sambil pindah duduk ke sebelah Pak Dimas.

Pak Dimas merangkul bahuku dengan lengannya yang kokoh. Wangi banget dia.

"Kamu udah punya pacar, belum?" tanya Pak Dimas.

Uh, ngapain sih dia nanya tentang masalah itu, cape deh!

"Udah putus bulan lalu!" kataku ngarang. Cowok homo kayak aku mana punya pacar.

"Ooh!" gumam pak Dimas sambil memelankan suara TV pake remote.

Kuperhatikan gundukan celana Pak Dimas. Kelihatannya belum tegang, tapi udah terlihat besar banget.

Kuletakkan pelan-pelan tangan kiriku ke pahanya Pak Dimas. Gak ada reaksi.

"Pak Dimas biasanya fitness di mana, badannya keren banget?" tanyaku sambil memijit-mijit pelan paha Pak Dimas yang kokoh.

"Oh, udah 3 minggu nggak fitness lagi. Belum dapat tempat fitness baru yang cocok di sini," jawabnya 

"Ohh" gumamku.

Tanganku dengan perlahan merayap menuju gundukan Pak Dimas yang menggoda. Sesampainya di situ, kuelus pelan dengan penuh birahi.

"Kalo yang ini, di latihnya di mana, pak Dimas?" tanyaku. Kata-kata yang udah ku persiapkan nih.

"oh......mas Dedi....kok pegang itu bapak?!" Suara pak Dimas terputus-putus. Kayaknya dia gugup.

Kurasakan gundukan Pak Dimas mulai mengeras dalam elusan tanganku. Keras banget.

"Jangan, mas Dedi. Pak Dimas nggak biasa dipegang sama cowok kayak gini," kata Pak Dimas.

Tangan Pak Dimas menangkap tanganku dan menyingkirkannya ke samping. Sialan nih.

"Bukannya udah sering waktu di motor?" kataku membela sambil kembali mengelus dan meremas pelan gundukan kejantanan Pak Dimas yang menegang.

"itu..." Pak Dimas nggak sempat membela diri

"Gede banget nih, Pak. Badan Pak Dimas perfect banget. Kekar, ganteng, jantan lagi itunya," puji ku.

"Jangan mas Dedi.....Pak Dimas ...."

"Kenapa Pak, ini udah tegang banget nih batangnya pak Dimas," kataku sambil meremas kejantanan Pak Dimas yang kokoh.

Tangan Pak Dimas kembali menangkap tanganku yang sedang beraksi. Disingkirkannya lagi tanganku. Ugh, sialan.

"Pegang dikit aja ya, pak" kataku memaksa.

Kuletakkan lagi tanganku sambal mengelus-elus pelan tonjolan celana pak Dimas yang menggoda banget itu.

"Nanti istri bapak tahu, ntar dikira macam-macam, mas Dedi!" Kali ini pak Dimas membiarkan tanganku mengelus pelan tonjolannya itu.

"Macam-macam gimana, pak?"

"Kan gak boleh pegang-pegangan kayak gini, mas Dedii!" 

"Tenang, pak Dimas. Gak bakal ada yang tau, kok!" kataku.

"Janji ya mas Dedi, jangan bilang-bilang sama istri bapak, ya!" 

Yes, akhirnya...

Setelah mendapat sinyal positif begitu, aku semakin berani. Aku langsung pindah duduk di atas pangkuan pak Dimas. Gundukan kontol pak Dimas tepat kududuki di bawah pantatku. Tegang banget pak Dimas.

”Mas Dedi mau ngapain lagi, nih?"

"Agak mesra dikit boleh kan, pak?"

"Mesra? Maksudnya...?"

"Muka pak Dimas tegang banget. Senyum dikit dong, pak!"

Kami berhadap-hadapan. Ku rangkul leher pak Dimas sambil tersenyum ke arahnya. Pak Dimas pun tersenyum tegang.

"Pak Dimas ganteng banget," pujiku.

Aku mendekatkan kepalaku, menyentuhkan bibirku ke bibir pak Dimas yang basah. Kucium lembut bibir itu sambil tanganku memegang pipinya yang kasar ditumbuhi bulu-bulu cambang. Pak Dimas diam saja membiarkan aksiku tanpa melawan. Pasif banget nih polisi. 

Setelah puas menjilati dan menciumi bibir seksi pak Dimas, aku langsung melahap leher pak Dimas. Pak Dimas cuma mengerang pelan. Kedua tangannya merangkulku, sambil mengusap-usap punggungku. Nikmat banget.

"Pak Dimas!" panggilku pelan.

"Mmh," pak Dimas cuma melenguh. Tidak menyahut.

"Aku nggak tahan lagi nih, pak! " kataku sambil mencopoti satu-persatu kancing baju kemeja Pak Dimas yang ketat. 

Setelah seluruh kancing kemeja putih itu terlepas, aku langsung menyisihkan kedua tepinya ke samping. Ku sentuh bodi Pak Dimas yang aduhai. Dada Pak Dimas bidang dan berotot banget. Putingnya besar dan mencuat. Otot six pack nya keren tanpa menyisakan lemak. 

Aku membuka baju kausku dengan agak tergesa-gesa. Udah nggak sabar nih. Setelah itu ku bantu Pak Dimas mencopot bajunya. Kami berdua pun kini telah bertelanjang dada. Ohh serasa mimpi.

Dengan rakus dan penuh nafsu, kujilati dada bidang Pak Dimas. Sesekali kugigit pelan-pelan kedua putingnya bergantian. 

"Oh...mas Dedi...nikmat sekali" lirihnya!

Tubuh pak Dimas mulai bereaksi positif. Kayaknya pak Dimas udah mulai terlarut dalam permainanku. Hehe, yes!!

"Badan Pak Dimas bikin nafsu!" kataku sambil terus menjelajahi bagian perut pak Dimas. 

Semakin ke bawah, bulu-bulu di garis tengah perut Pak Dimas semakin melebat. aku turun ke bawah sofa, menatap kontol Pak Dimas yang tercetak begitu jelas di balik celana cokelatnya. tegang dan besar. Ku ciumi gundukan keras itu. Pak Dimas cuma mengerang sambil memegang kepala ku.

"Pak Dimas, celananya ku buka ya!" kataku.

"Pelan-pelan bukanya ya, mas Dedi!" jawabnya.

Aku segera membuka ikat pinggang Pak Dimas, agak susah juga. Lagi mabuk birahi sih.

Ku turunkan ritsleting celana cokelat itu, dan whoop....tampaklah celana dalam putih yang lembut. Benteng terakhir pak Dimas.

Kuturunkan celana pak Dimas hingga terlepas dari kakinya. Sekarang Pak Dimas cuma bercelana dalam. Semi-bugil. Oh, sungguh seksi sekali pak polisi ini.

Karena tak tahan, aku juga segera membuka celana jeans ku. Ku buka sekalian celana dalam ku sampai aku bugil di hadapan pak Dimas.

"Badan mas Dedi bagus juga," puji Pak Dimas.

Aku cuma tersenyum nakal sambil menunduk ke arah selangkangannya. Kupegang tonjolan celana dalam Pak Dimas yang lembut beraroma maskulin itu. Keras dan hangat.

Kali ini aku yakin akan berhasil menaklukkan pak Dimas!

Bersambung

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Menaklukkan Dimas #5 Pengalaman Pertama
25
0
Bagian 5. Pengalaman Pertama
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan