
Jasper adalah seorang pangeran dari kerajaan Almekia. Kerajaan di era masa depan dengan teknologi yang telah berkembang sangat maju. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu karena sang raja telah tiada.
Segala hal tentang mendiang raja menjadi sebuah misteri yang dirahasiakan oleh pihak kerajaan. Bahkan Jasper pun tidak pernah tahu dan mengenal ayah kandungnya sendiri.
Dengan dibantu oleh tiga orang sahabatnya, Diamond, Zircon dan Opal, Jasper berusaha dapat mengungkap misteri itu. Meskipun mereka...
EPISODE 4. DIAMOND
Semenjak menerima jadwal baru, setiap hari Jasper harus menjalani hari-hari yang sangat berat mulai dari pagi sampai malam menjelang. Membuatnya selalu tidur terlentang di ranjang bahkan tanpa sempat mengganti pakaian di malam hari. Dengan seluruh tubuh terasa ngilu dan nyeri karena banyak luka memar dan luka ringan yang dia derita di sekujur tubuh. Luka dari pukulan, bantingan, bahkan sabetan pedang dari Kunzite, sang mentor saat sesi latihan bela diri.
Malam ini, betapa kagetnya Jasper saat merasakan tubuhnya begitu ringan, hangat dan nyaman saat tertidur. Sensasi yang membuatnya terbangun karena penasaran dari mana asal kenyamanan itu.
Saat membuka mata, Jasper mendapati Nefrit, sang ratu yang sedang duduk di samping ranjangnya. Mengulurkan kedua lengannya di atas tubuh Jasper, untuk menyalurkan tenaga dalam yang berwarna kehijauan. Tenaga penyembuh untuk mengobati luka-luka di sekujur tubuh putranya itu.
"Se, selamat malam Ibunda Ratu ..." Karena canggung Jasper kontan terduduk, bangkit dengan buru-buru dari posisi tidur.
"Tidak usah secanggung itu kepada ibumu sendiri, Jez." Jawab Nefrit memberikan senyuman lembut kepada Jasper.
"Baik," jawab Jasper menurut, namun masih merasa sangat kikuk kepada sang ratu.
"Ayo buka bajumu, agar bisa lebih cepat menyerap energi penyembuhan ke dalam tubuhmu." Nefrit lanjut memerintahkan.
"Tidak usah Ibunda, ananda tidak apa-apa." Jasper berusaha menolak perintah itu. Tak ingin ibunya melihat banyak luka-luka dan memar di sekujur tubuhnya.
"Sudahlah, ayo menurut saja." Nefrit tetap tak tergoyahkan. Perlahan dia membuka kancing kemeja Jasper satu-persatu.
"Astaga Jez, banyak sekali lukamu?" Nefrit memekik setelah berhasil meloloskan seluruh kancing kemeja yang dikenakan Jasper dan nampaklah tubuh bagian atas Jasper yang tidak lagi mulus saat ini.
"Ayo, berbaringlah! Ibunda akan coba menyembuhkanmu!" Ujar beliau membantu Jasper kembali berbaring.
Jasper hanya mengangguk sebagai jawaban, entah mengapa semakin merasa canggung dan gugup dengan perlakuan Nefrit kepadanya. Memang Nefrit adalah ibunya, namun sejak Jasper beranjak dewasa, dia tak pernah sekalipun membuka pakaian di hadapan orang lain. Hal ini dikarenakan status kebangsawanan serta berbagai aturan kesopanan istana.
‘Sungguh tidak sopan rasanya untuk membuka pakaian di hadapan seorang ratu.’
Beberapa saat berlalu dalam kesunyian dan kecanggungan yang memenuhi atmosfer ruangan. Hanya ada suara ringan dari aliran energi di telapak tangan Nefrit yang mengalir dan merasuk ke dalam tubuh Jasper.
"Jez ... Apa kau begitu inginnya untuk bisa mengendarai Gear?" Nefrit tiba-tiba bertanya memecahkan kesunyian.
"Apa?... Be, benar Ibunda." Jasper menjawab gugup, saking kagetnya mendengar pertanyaan tabu tentang Gear dari mulut ibundanya.
"Apa kau sudah benar-benar merasa yakin? Apa kamu sudah siap dan sanggup untuk mengendalikannya?" Nefrit lanjut bertanya, memastikan kesanggupan dari Jasper.
"Tentu! Ananda siap! Ananda akan berusaha dan berlatih dengan sekuat tenaga!" Jawab Jasper dengan mantap dan penuh semangat. Ingin meyakinkan Nefrit akan kebulatan tekatnya.
"Sudah kuduga kau akan menjawab begitu." Nefrit menghela napas panjang mendengar jawaban putra semata wayangnya. "Aku tahu keinginanmu kali ini sudah tak dapat dibendung lagi ... Baiklah kalau begitu akan kuijinkan kau mendapat pelajaran Gear, mulai besok akan ada pelajaran Gear untukmu"
Jasper terdiam bengong mendengar ucapan beliau. Terlalu mengagetkan dan tidak dapat dipercaya bahwa ucapan itu keluar dari mulut ibundanya sendiri.
"Jez? Bagaimana menurutmu?"
"Great! Terimakasih Ibunda!" Saking senangnya, kontan Jasper reflek meraih dan memeluk tubuh ibunya dengan sangat erat.
Tindakan yang membuat Nefrit sampai buyar konsentrasinya dan berhenti menyalurkan tenaga heal, energi penyembuh ke bagian tubuh Jasper yang terluka. Beliau kemudian membalas pelukan Jasper dengan penuh kasih sayang.
"Berjanjilah kamu tidak akan lupa diri dan menjadi gila perang setelah mengenal Gear." Tambah beliau sebagai peringatan.
Tanpa pikir panjang lagi Jasper langsung menyanggupi permintaan beliau dengan anggukan mantap sebagai kesanggupan.
‘Yeah! Akhirnya, aku bisa mengenal dan mengendarai Gear!’
***
Jasper membaca berbagai rincian jurus dan teknik menggunakan senjata Gear yang akan dia praktekkan keesokan harinya dari sebuah layar komputer hologram. Sebelum memberikan materi baru, Morgan, guru pelajaran Gear Jasper selalu memberikan tutorial berisi rincian manual, penjelasan serta peragaan gerakan-gerakan yang akan dilakukan dalam sebuah file.
Entah mengapa Kunzite, mentor Jasper tidak mau mengajarkan materi tentang Gear kepadanya. Menurut yang Jasper dengar dari ibunda ratu, Kunzite sudah tidak mau lagi menyentuh Gear karena suatu hal.
Selain itu, alasan lainnya juga karena Morgan adalah Gear master terhebat di seluruh kerajaan Almekia.
Belum lama mengotak-atik komputer, kedua mata Jasper sudah terasa sangat berat dan tidak bisa diajak kompromi namun Jasper tetap memaksakan diri untuk bisa bertahan.
"Sedikit lagi. Aku akan mempelajari beberapa jurus lagi." Jasper menepuk kedua pipinya dengan telapak tangan sebagai penyemangat diri.
Akan tetapi semangat tinggallah semangat, tetap saja terkalahkan oleh kelelahan yang menumpuk di dalam tubuhnya. Sehingga tak lama kemudian Jasper tertidur pulas di atas tombol-tombol keyboard dengan tiga layar komputer hologram masih menyala.
Pelajaran Gear Jasper sudah berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Dia sudah mengalami banyak kemajuan sekarang, sudah bisa bertarung bahkan berperang. Walau hanya memakai Common Gear yang tidak canggih, Gear yang biasa dipakai oleh para prajurit. Atau biasa dipakai sebagai sarana transportasi.
Gear menyerap begitu banyak tenaga dari pilotnya. Sehingga membuat Jasper yang belum terbiasa mengendalikan menjadi sangat kelelahan.
"Plaaaak!"
Jasper tersentak kaget dan terbangun dari tidur saat merasakan sensasi panas karena sebuah sebuah tepukan keras mendarat di punggungnya. Perlahan Jasper bangkit dan menggosok-gosok kedua kelopak mata untuk sedikit memulihkan sebagian kesadarannya. Mencari sumber datangnya tepukan tadi.
‘Sialan! Siapa yang begitu kurang ajar dan berani memukul seorang pangeran sekeras itu?’
"Jendela dan pintu balkon belum dikunci, angin bertiup sangat kencang dan dingin. Kau malah enak tidur di sini, bagaimana kalau kau sakit? Atau lebih parah ada penyusup yang ingin membunuhmu, wahai Pangeranku?" Sebuah suara dengan nada setengah khawatir, setengah mengejek menyapa Jasper. Suara yang sangat tidak asing dan sangat dia rindukan.
"DIAMOND!" Pekik Jasper dengan terbelalak tak percaya mendapati sosok gagah dihadapannya.
Seorang pemuda dengan paras wajah yang enak dilihat serta jauh diatas rata-rata. Dia memiliki mata biru yang penuh misteri bagaikan lautan dalam, serta rambut pendek berwarna pucat yang dibiarkan berantakan.
Jasper mengulurkan tangan untuk menyapanya, tetapi alih-alih menjabat uluran tangan itu, Diamond malah menarik tubuh Jasper ke dalam pelukannya.
"Kau masih sama Jez, tetap manis seperti dulu." ujar Diamond setelah puas memberikan pelukan persaudaraan kepada Jasper.
"Ayahku bilang bahwa kau sudah mulai mahir mengendarai Gear? Wah kita bisa duel satu lawan satu donk? Pasti sangat seru!" Lanjut Diamond dengan cengiran khasnya, mengamati ketiga layar hologram di atas meja belajar Jasper.
"Iya," jawab Jasper singkat, sambil cepat-cepat mematikan komputernya.
‘Yang benar saja, aku bisa mati konyol kalau nekat berduel satu lawan satu melawan Diamond dengan kemampuanku saat ini.’
"Hei mana yang lainnya?" Tanya Jasper mencoba mengalihkan pembicaraan. Dengan menanyakan sahabat-sahabat mereka yang lainnya.
"Zircon dan Opal sudah kembali ke istana sebelum aku tiba. Namun kurasa Opal masih sibuk membantu di rumah sakit pusat. Maklum banyak tenaga medis yang mengambil cuti akhir tahun."
"Sedangkan untuk Zircon, kau tahu sendiri kan seperti apa dia? Jangan harap dia mau menghamipiri hanya untuk memberitahukan kedatangannya. Lagian sepertinya bibi Garnet masih belum mengijinkan dia keluar paviliun, kangen berat ama anak semata wayang yang akhirnya bisa pulang setelah sekian lama merantau." Diamond menjawab panjang lebar.
"Kalian di istana sampai kapan?" Jasper lanjut bertanya, takut tak bisa bermain lama-lama dengan ketiga sahabatnya itu.
Para sahabat yang kini bertugas sebagai prajurit yang menjaga perbatasan kerajaan. Jasper menjadi rindu dan ingin bisa bermain bersama mereka seperti dulu lagi, saat mereka bertiga selalu menempel kemanapun dia pergi. Tapi dengan jadwal kesibukannya saat ini, Jasper merasa semua itu mustahil dapat terlaksana.
"Sialan kau. Masa aku baru datang sudah ditanyai kapan pulang?" Protes Diamond tidak senang dengan pertanyaan Jasper.
"Tenang saja Jez, aku berencana disini sampai tahun baru. Entah kalau mereka berdua-" Ucapan Diamond terhenti dan kemudian dengan gerakan secepat kilat dia berlalu ke arah balkon, menghilang dari pandangan mata Jasper.
‘Haaaah? Apa yang terjadi? Kenapa Diamond tiba-tiba pergi dan menghilang?’ Jasper membatin kebingungan melihat tingkah Diamond.
EPISODE 5. DUEL GEAR
Tak lama kemudian, kebingungan Jasper terjawab dengan adanya ketukan di pintu kamar. Mau tak mau dia jadi disadarkan dengan kehebatan Diamond yang bisa merasakan kedatangan seseorang dengan jarak sejauh itu.
'Aku saja tak merasakan apa-apa sampai ada ketukan.'
Jasper membuka pintu kamarnya untuk memeriksa siapa yang datang. Dan ternyata mereka adalah kedua pengawal pribadinya.
"Maaf pangeran, tadi kami mendengar ada suara-suara dari dalam kamar. Kami khawatir jika ada seorang penyusup." Sinistra, salah satu pengawal pribadi Jasper melapor. Sementara pengawal satunya, Dextra berusaha melihat kedalam kamar.
"Tidak ada siapapun di sini, aku sendirian." Jasper menjawab cepat-cepat, tetapi kedua pengawalnya itu tidak percaya dan tetap memaksa untuk masuk ke dalam kamar.
Mereka memeriksa secara menyeluruh semua sudut kamar tanpa terkecuali ke bagian balkon. Membuat Jasper sedikit was-was kalau Diamond akan ketahuan sedang bersembunyi.
Akan tetapi kekhawatiran Jasper tidak terjadi, setelah beberapa saat kedua pengawal itu tidak dapat menemukan siapapun di dalam kamar selain Jasper. Mereka berdua pun meminta maaf dan memberikan penghormatan kepadanya, dan tidak lupa pula memintanya untuk menutup semua jendela dan pintu serta segera beristirahat.
Jasper mengantarkan mereka berdua sampai pintu, kemudian menutupnya rapat-rapat. Lalu Jasper bergegas ke arah balkon untuk menghampiri Diamond yang sedang bersembunyi.
"Diamond?" tanya Jasper karena tak mendapati siapapun di sana.
"Berengsek mereka! Kenapa tidak langsung kau usir saja sih?" gerutu Diamond kesal. Dia tiba-tiba melompat dari bawah balkon tempatnya bersembunyi, dan mendarat tepat di hadapan Jasper.
"Tidak bisa. Mereka akan curiga dan melaporkan kepada ayahmu. Pasti bakalan panjang urusannya. Lagian yang salah itu kamu kan, yang menyelinap kekamarku tengah malam begini?"
"Sebaiknya kamu pulang saja, besok kita lanjutkan lagi ngobrolnya." Jasper menggiring Diamond ke tepi balkon kamarnya.
"OK, besok aku akan mengajak Zircon ikut latihan fisik, beladiri dan Gear denganmu. Kamu tak akan sendirian lagi, Jez ... Aku pergi!" Diamond melompat dari balkon lantai kamar Jasper dan menghilang dalam gelapnya malam.
***
Keesokan harinya Jasper sengaja datang ke tempat latihan lebih pagi agar bisa sedikit ngobrol dengan sahabat-sahabat lamanya. Sekedar untuk beramah tamah sebelum acara latihan pagi dimulai.
Namun betapa kagetnya Jasper saat tiba di dojo. Telah hadir seorang pemuda dengan rambut hitam panjang sebahu yang diikat dengan gaya ekor kuda di sana. Pemuda itu memiliki wajah yang sangat tampan. Wajah bak karya seni yang sempurna, dengan mata hitam tajam dan wajah dingin tanpa ekspresi. Dia adalah Zircon putra tunggal Morgan, sang panglima tertinggi angkatan bersenjata kerajaan.
'Sepertinya Zircon salah waktu.' Jasper membatin geli melihat Zircon yang sudah banyak berkeringat. Pasti dia sudah cukup lama berlatih.
Saat menyadari kedatangan Jasper, Jasper menghentikan kegiatannya yang sedang push up dengan satu jari. Kemudian pemuda itu menegur kepada Jasper dengan nada kesal. "Kau terlambat Jez, sudah sejam aku menunggumu."
Zircon berusia tiga tahun lebih tua dari Jasper, namun entah mengapa dia bahkan tampak lebih dewasa dari Diamond yang sudah berusia dua puluh lima tahun. Sikap tenangnya, pembawaan yang dingin bahkan cenderung ketus sangat berlawanan dengan Diamond yang ceria.
"Wah sepertinya kamu salah informasi, Sobat. Lihat saja Paman Kunzite juga belum tiba. Sepertinya kau kena dikerjai oleh Diamond, hehehe." Jasper terkikik geli melihat wajah Zircon yang berubah menjadi masam.
Tanpa berkomentar, Zircon melanjutkan gerakan push up. Membuat Jasper mau tak mau ikut melakukan kegiatan push up bersama disampingnya.
Tak lama kemudian Kunzite, mentor Jasper tiba di dojo. Beliau keheranan melihat kedua anak muda yang sudah rajin berlatih bahkan sebelum beliau tiba.
"Paman, dimana Diamond?" tanya Zircon tak sabaran.
"Diamond? Kurasa dia masih tidur waktu aku berangkat." Jawab Kunzite.
Zircon mendengus kesal demi mendengar jawaban itu. "Saya sampai disini saja Paman, permisi."
Zircon mengemasi handuk dan botol minumannya. Kemudian melemparkan pandangan 'akan kuseret dia kesini' pada Jasper sebelum pergi beranjak meninggalkan dojo.
Jasper hanya bisa tersenyum geli sebagai balasan. Ingat benar bahwa Diamond dan Zircon memang selalu begitu. Tiada hari tanpa bertengkar di antara mereka, seperti kucing dan anjing.
Dalam pelajaran-pelajaran selanjutnya sampai makan siang, Zircon dan Diamond tidak nampak batang hidungnya. Membuat Jasper semakin dongkol dan uring-uringan. Saat pelajaran Gear berlangsung pun, kedua sahabatnya itu juga tidak hadir.
"Tapi ada untungnya juga mereka tidak datang, mereka tidak akan menertawakan saat aku salah melakukan jurus-jurus combo atau meleset dari sasaran tembak." Jasper mengambil sisi baik dari absennya mereka berdua. Dan memusatkan konsentrasi mempelajari jurus-jurus baru yang bahkan lebih keren dibanding peragaan video.
Akan tetapi konsentrasi Jasper buyar seketika saat tiba-tiba ada dua buah Gear super canggih melintas diatas ground latihan itu. Gear merah dengan senjata pedang dan Gear biru dengan senapan ganda. Kedua Gear itu pastinya selevel dengan Private Gear milik panglima atau prajurit dengan pangkat sersan ke atas.
Saking takjubnya, Jasper tak sanggup untuk bergerak. Hanya bisa tercengang kagum menyaksikan kedua gear itu bertempur dengan dahsyat dan saling hajar satu sama lainnya. Ledakan-ledakan saat kedua gear itu beradu membuat darah Jasper seolah bergejolak penuh gairah.
"Siapakah gerangan pilot kedua gear itu? Bagaimana bisa mereka masuk dan bertempur di kawasan istana ini?" Jasper bergumam kagum.
"Hentikan! ... Kubilang berhenti!" Berbeda dengan Jasper yang terkagum-kagum, Morgan malah berteriak geram.
Kedua gear itu terus saja bertarung tanpa kenal kompromi. Gear biru berhasil menembak Gear merah hingga sampai terhempas jatuh ke tanah. Saat Gear biru itu mendekat hendak menyerang lagi, Gear merah tiba-tiba menghunuskan pedang. Serangan telak dan sangat mematikan seandainya gear biru tak berhasil menghindar.
Tanpa sadar Jasper menikmati pertarungan itu, semakin penasaran dengan kedua pilotnya di dalamnya. Saat tersadar, Jasper sudah melompat turun dari common Gear yang dipilotinya. Gear yang biasa dipakai oleh prajurit atau sebagai alat transportasi. Dari bentuknya saja sudah kalah jauh jika dibandingkan dengan kedua private gear yang sedang bertarung di hadapannya.
Jasper berdiri di samping Morgan yang kemarahannya memuncak. Wajah pria paruh baya itu merah sekali menahan amarah saat berteriak. "Hentikan! Zircon! Diamond! Berhenti!"
"Diamond dan Zircon?" Jasper tersentak kaget saat menyadari pilot-pilot Gear itu adalah kedua sahabatnya.
'Gila level mereka benar-benar sudah jauh diatasku, keren banget!'
Beberapa menit kemudian berlalu. Kesabaran Morgan benar-benar habis karena Gear merah dan biru itu terus bertarung tanpa memperdulikan peringatan darinya.
"BERHENTI! FENRIR, PHOENIX... OFF!" Morgan kembali berteriak sambil mengeluarkan tekanan tenaga dalam yang sedikit aneh. Lalu tiba-tiba saja kedua gear yang sudah siap saling menyerang itu seketika berhenti bergerak.
Kedua gear itu sepertinya ter-shut down begitu saja. Kokpit tempat pilot keduanya terbuka, Zircon keluar dari gear merah dan Diamond dari gear biru, keduanya basah kuyup oleh keringat, terengah-engah dengan napas memburu.
"Apa-apaan kalian ini?" Dagu paman paman Morgan berkedut saking marahnya. Secepat kilat menghampiri mereka berdua yang tengah-engah membungkuk mengatur napas.
"Kami cuma latihan duel kok, hehe ... Iseng aja." jawab Diamond berusaha tersenyum disela-sela napasnya yang memburu.
"Benarkah itu, Zircon?" Morgan meminta penjelasan kepada Zircon.
"Benar, Ayah." Zircon menjawab tegas, dengan sikap sempurna pula. Walaupun jelas terlihat dia juga sedang kesusahan mengatur napas.
Meski hubungan mereka adalah ayahnya dan anak, tapi di dalam dunia militer Morgan adalah seorang jenderal. Yang berarti atasan dari Zircon serta Diamond sekaligus.
'Tapi kenapa sikap Diamond masih bisa santai? Dasar anak itu, tetap saja semaunya sendiri.'
"Kalau hanya latihan, tidak perlu sampai mengeluarkan Phoenix dan Fenrir segala kan? Apalagi dengan persenjataan lengkap seperti ini?" Morgan menghardik penuh curiga. Zircon hanya mampu menundukkan kepala semakin dalam, sementara Diamond menyunggingkan cengiran lebar bagaikan kuda, tanpa sanggup menjawab.
"Sudahlah, untung kalian berdua tidak apa-apa. Ayo!" Paman Morgan menarik dan menjinjing kemeja bagian leher belakang mereka berdua dengan kedua tangannya.
"Sampai disini dulu pelajaran kita hari ini, Pangeran Jasper. Saya akan membawa mereka berdua ke rumah sakit." Pamit Morgan kepada Jasper.
"Apapun yang terjadi jangan pernah sentuh kedua gear itu!" Morgan kemudian berlari setengah terbang membawa kedua sahabatku pergi.
"Jadi ini Phoenix dan Fenrir?" Gumam Jasper mengamati kedua gear itu dengan seksama dari kejauhan. Namun tidak berani menyentuhnya sesuai dengan perintah Morgan.
Sebenarnya ingin sekali Jasper menyentuh kedua Gear itu, tapi Morgan yang super serius tidak mungkin melarangnya tanpa alasan. Dan apapun alasannya pasti untuk kebaikan Jasper sendiri.
EPISODE 6. OPAL
Sore hari setelah duel Gear merah dan biru itu, Jasper mendapatkan libur dari mentornya. Beliau memberi Jasper waktu bebas untuk menjenguk Diamond dan Zircon yang sedang cedera setelah duel Gear siang tadi. Dengan catatan dia harus membuat ilustrasi perang dan taktik yang harus dikumpulkan besok.
Jasper tentu menyambut gembira waktu bebas yang dia dapatkan. Memanfaatkan waktu luangnya untuk datang berkunjung ke rumah sakit istana yang berada di tengah kota. Dari istana dia berangkat dengan dikawal oleh dua pengawal pribadinya Dextra dan Sinistra.
Sesampai di rumah sakit Jasper langsung dikawal ke kamar kedua temannya dirawat. Kemudian kedua pengawal pribadinya menunggu di luar ruangan. Betapa kagetnya Jasper saat membuka pintu kamar perawatan dan mendapati Diamond dan Zircon sudah tidak berada di diatas ranjang mereka masing-masing. Melainkan malah berdiri siaga dalam posisi siap tempur, dengan saling mengacungkan bantalnya ditangan.
"What the? Sedang apa kalian?" Jasper bertanya kepada kedua penghuni kamar.
Baik Zircon maupun Diamond serentak menoleh menyadari kedatangan Jasper, mereka juga menghentikan baku hantam. Seakan melakukan kesepakatan tak tertulis, keduanya setuju melakukan gencatan senjata. Kemudian beranjak kembali ke ranjang masing-masing.
Jasper hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan kedua sahabatnya itu. Tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan. Kelakuan dua pria dewasa yang bahkan sama-sama sudah menjadi prajurit militer. Namun masih saja seperti kelakuan para bocah.
Padahal Jasper jelas-jelas dapat melihat mereka terlihat masih lemah, dan pucat. Serta beberapa plester yang menempel di tubuh mereka. Tapi mengapa?
"Apa-apaan ini?" Jasper mengulangi pertanyaan sambil mengambil posisi berdiri di antara kedua ranjang mereka berdua.
"Tanyakan saja kepadanya." Zircon mendengus kesal. Kembali menghempaskan tubuhnya begitu saja ke ranjang.
"Aku? Aku tidak berbohong, karena aku memang ketiduran. Aku juga tidak mempermainkan kamu karena aku tidak tahu kalau kamu mencariku." Diamond menjawab dengan nada dramatis.
"Lalu aku juga tak mengatakan apapun kecuali kebenaran tentangmu. Sejujurnya ayunan pedangmu tadi sangat lembek dan lemah. Sudah mirip ayunan pedang seorang banci, hahaha." Diamod terang-terangan terbahak-bahak setelah melontarkan ejekan kepada Zircon.
"Dasar berengsek! Kau memang orang paling menyebalkan!" Zircon duduk tegak di ranjangnya, bersiap untuk melempar bantal lagi ke arah Diamond.
"Kalau orang lain yang berani bilang begitu, pasti sudah aku hajar dari dulu!" Dia melemparkan bantal tadi dengan penuh emosi ke arah Diamond.
"Lalu kenapa tidak kau hajar aku sampai sekarang? Tak sanggup dengan kemapuan bancimu, hah?" Hardik Diamond tak mau kalah.
"Jangan harap bisa mengalahkan aku dengan tenaga lemah gemulai seperti itu!" Diamond balas melempar bantal yang dipegangnya ke arah Zircon.
Suasana kembali memanas, tidak hanya terjadi perang bantal yang sengit, tetapi juga terjadi perang mulut. Yang semakin lama, topiknya semakin melenceng dan tidak penting bahkan semakin menggelikan. Seperti pertengkaran dua anak kecil yang berebut mainan saja.
Jasper beranjak dari tempatnya berdiri. Menepi dan berlindung ke dekat dinding, menghindari hujanan bantal agar tidak mengenai dirinya.
'Sebaiknya aku menepi saja dulu, daripada terkena bantal nyasar!'
Cukup lama peperangan bantal ronde kedua berlangsung. Sampai kemudian pintu kamar terbuka, dan masuklah seorang pria yang mengenakan jas putih dokter. Dokter itu terlihat masih sangat muda, tampak rapi, bersih dan sangat cedas dalam penampilan rapi.
Dia adalah Opal, sahabat Jasper yang lainnya. 'Si jenius Opal' dengan segala kebaikan, kepandaian, kesopanan dan kesempurnaan sifatnya. Opal berusia sama dengan Zircon, yang artinya hanya tiga tahun lebih tua dari Jasper. Namun dengan segala sifat perfeksionisnya itu, dia bahkan seperti beberapa tingkatan lebih dewasa dari ketiga sahabatnya.
"Hei guys, apa-apaan ini?" Tanyanya sambil mengernyitkan dahi. Memandang keadaan di dalam kamar yang sudah seperti kapal pecah. Dia juga lanjut memandang ketiga pria yang berada di dalam kamar secara bergantian.
"Pesta!" jawab Diamond santai. Dia menghentikan serangannya kepada Zircon dan kembali menghempaskan diri ke atas ranjang pasien.
Menyadari lawannya duelnya sudah tak ada keinginan untuk bertarung, Zircon pun ikut berbaring di atas ranjangnya.
"Selamat sore, Pangeran Jasper." Opal beralih untuk menghampiri Jasper yang berdiri di dekat tembok. Tak lupa dia membungkuk dengan sangat takzim padaku, memberikan penghormatan.
Tindakan itu membuat Jasper kontan mundur beberapa langkah ke belakang, saking canggungnya. Opal tak perduli dengan kecanggungan temannya itu, dia malah bangkit menghampiri ranjang Diamond dan Zircon. Memeriksa keadaan kedua pasiennya dengan seksama.
"Jadi begini sambutan kalian kepadaku? Harus bertugas di hari libur untuk merawat pasien yang masih sanggup untuk melakukan perang bantal?" Tanya Opal dengan menyunggingkan senyuman simpul di bibirnya.
"Apa maksud kalian sebenarnya, hah?" Namun tiba-tiba saja senyuman lebar itu menghilang dan berganti dengan wajah serius dan geram demi menatap kedua pasiennya.
'Menyeramkan sekali, dia seperti mempunyai kepribadian ganda.' Batin Jasper mengomentari tabiat Opal yang memang suka berubah-ubah seperti itu.
"Cuma iseng aja duel Gear." Zircon menjawab.
"Hahaha, ini yang namanya udah jatuh malah ketiban tangga." Diamond ikut menjawab, berusaha terdengar seriang mungkin.
"Padahal kami berdua berharap bisa dirawat oleh dokter Amethys Sumeragi, wanita tercantik di kerajaan Almekia. Tapi apalah daya yang datang malah dokter Opal Sumeragi yang gak ada cantik-cantiknya ... Sungguh membagongkan sekali."
"Apa benar hanya begitu?" tanya Opal lagi penuh penekanan. Sepertinya dia merasa tidak puas dengan jawaban kedua temannya. Lalu kemudian dia melirik secara sepintas kepada Jasper.
"Hei apa hubungannya denganku? Apa Opal pikir aku terlibat dalam pertengkaran konyol mereka?" Jasper membatin. Merasa salah tingkah dengan tatapan mata curiga Opal yang dilayangkan kepadanya.
"Sudahlah, kita tidak akan bisa untuk membohongi Opal." Zircon yang kemudian angkat bicara.
Diamond menghela napas panjang sebelum menambahkan ucapan Zircon. "Kami ingin mengenalkan Jasper kepada kedua Gear kami, Phoenix dan Fenrir"
"Aku sangat yakin bahwa Jasper sudah mampu untuk mengendalikan Gear dengan level seperti milik kita. Phoenix milikku, Fenrir milik Zircon atau Hydra milikmu ... Akan tetapi Jez bahkan tidak mau menyentuh mereka. Sia-sia saja jadinya perjuangan kami berdua tadi." Lanjutnya sambil menghela napas kecewa.
Kedua bola mata Jasper melebar seketika demi mendengar penjelasan lebih detail dari Diamond
"Jadi kalian?" tanya Jasper dengan nada tidak percaya mendengarnya. Sangat terharu demi mengetahui ternyata ketiga sahabatnya berpikir sampai sejauh itu untuk dirinya. Dia merasa beruntung memiliki sahabat-sahabat yang baik seperti mereka.
'Jadi semua tingkah aneh yang Diamond dan Zircon lakukan ini untukku?'
"Sudah kuduga." Opal tersenyum puas mendengar jawaban kedua rekannya. "Dan seperti biasa aku akan mendukung rencana gila kalian."
"Kurasa kalian akan membutuhkan seorang ahli strategi agar tidak bertindak secara serampangan begini lagi. Maka disinilah perananku."
"Tentu saja! Tak ada yang bisa merebut peranmu sebagai si tukang mikir!" Diamond menyetujui peranan Opal sementara Zircon juga mengangguk sebagai tanda persetujuan.
"Lalu untuk kamu, Jez. Kau sebaiknya mempersiapkan diri sebaik-baik mungkin." Opal kini beralih mendekat kepada Jasper. Dia juga memberikan tepukan di punggung sang pangeran dengan akrab dan tersenyum lebar.
Diamond dan Zircon juga memberikan senyuman penuh arti kepada Jasper. Seakan sebagai bukti bahwa mereka menyanggupi janji kepada sang pangeran kerajaan Almekia itu..
"Terima kasih." Ujar Jasper kepada ketiga sahabatnya. Meski dia masih tidak bisa mengerti maksud dan tujuan mereka dengan pasti.
'Apa yang akan mereka lakukan?'
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
