Dear Allah 3 : Prolog

71
9
Deskripsi

Dear Allah 3-Trilogi Dear Allah Karya Diana Febi

Dermaga itu sudah rusak, lampu-lampu pelabuhan sudah padam sejak hari itu. Namun, ia masih berdiri di sana, di ujung dermaga membawa lentera yang apinya tak pernah padam. Menanti kedatangan sebuah perahu yang pernah bersandar dan kini tengah berlayar. 

Pada cinta yang enggan beranjak dari hati yang telah mati. Mengapa kau menyiksa diri meskipun sudah tahu ia takkan pernah kembali? Mengapa kau menghukum diri, padahal Allah telah mengangkat hukumanmu...

Dikisahkan pada masa kekhalifahan, ada sebuah kisah patah hati mendalam yang dialami oleh seorang Amirul mukmin, Umar Bin Abdul Aziz, yang juga disebut Umar II. Ia adalah khalifah yang berkuasa dari tahun 717 sampai 720. Umar berasal dari Bani Umayyah cabang Marwani. Ia merupakan sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman. 

Dikisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah jatuh cinta dengan sangat berat dan mendalam terhadap budak perempuan. Perempuan itu memang hanyalah seorang amah, seorang budak perempuan. Namun, ia sangat cantik jelita, mengalahkan banyak wanita merdeka di zamannya. Budak itu milik Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, istri Umar bin Abdul Aziz. 

Sebelum Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, berkali-kali ia meminta kepada Fathimah, istrinya, agar sang istri menghibahkan budak perempuan itu atau menjualnya kepadanya. Namun, karena budak itu sangat cantik jelita, dan sang istri mengetahui betapa berat dan mendalam rasa cinta Umar bin Abdul Aziz kepadanya, sang istri tidak mau memenuhi permintaan sang suami. Wajar apabila ada rasa cemburu pada hati Fathimah. 

Sampai akhirnya, tibalah masa di mana tanggung jawab kekhalifahan jatuh pada Umar bin Abdul Aziz. Sebelum itu menjadi khalifa, Umar bergaya seperti hidup istana, penuh dengan kemewahan dan bergelimang harta. 

Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi miskin dan hari demi hari disibukkan oleh upayanya menjadi seorang khalifah yang adil, istrinya, Fathimah bin Abdul Malik, merasa iba dan kasihan. Maka dihibahkanlah budaknya yang cantik jelita itu kepada Umar bin Abdul Aziz. 

Di luar dugaan, ternyata Umar bin Abdul Aziz menolak hibah tersebut. Momentum penghibahan itu terjadi setelah Umar bin Abdul Aziz bercita-cita ingin masuk surga. Sementara Umar bin Abdul Aziz tahu betul bahwa surga itu diperuntukkan bagi seseorang yang memenuhi kriteria tertentu, yang diantaranya adalah firman Allah SWT, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” QS. An-Nazi’at: 40 – 41. 

Budak perempuan itu pun menangis dan berkata, “Kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin?” 

Umar menjawab, “Cinta itu tetap ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu, akan tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang yang menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu.” 

Ketika perasaanku membuncah ingin menyerah pada rindu dan cintaku pada Naira yang sekarang bukan lagi istriku, aku teringat akan cerita Umar Bin Abdul Aziz. Mencoba menahan diri dari keinginan duniawi yang sebetulnya berasal dari nafsuku untuk kembali memiliki Naira. 

Melihat Naira menemukan surganya di belahan bumi sana, aku tersadar. Wanita itu jauh lebih bahagia setelah tidak bersamaku. Meski rindu ini menggerogoti diri dan mematikan hati, aku mencoba untuk tetap menahan diri. Perahu-perahu lain banyak yang ingin bersandar, tetapi aku enggan untuk membuka gerbang dermaga. Aku menutup pintu itu untuk selamanya. 

Sepanjang perjalanan pulang dari OeUe, aku banyak menangis karena terpukul meninggalkan belahan jiwaku di sana. Merasa bersalah kepada anakanak karena tidak bisa membawa uminya kembali pulang. Aku merasa gagal menjadi seorang ayah. Pada dasarnya, aku sudah lama gagal menjadi manusia baik. 

Dua tahun sudah berlalu, aku menjalani hari seperti biasanya. Pagi hingga siang mengajar di kampus, terkadang ke rumah sakit untuk menghadiri seminar, kadang pula menggantikan Dokter Angel untuk operasi. Malam disibukkan dengan materi-materi pembelajaran, soal-soal kuis, serta … rinduku pada Naira. 

Setiap malam saat membaringkan diri di atas ranjang, aku akan mengusap tempat di mana wanita itu pernah berbaring di sana. Bayangannya seolah hadir, berbantal satu tangan sembari tersenyum menatapku. Hatiku menghangat kala merasakan hadirnya di sana, seolah kami tak pernah terpisah. Namun, dadaku akan sesak mengingat bahwa itu semua hanyalah bayangan dalam bentuk kenangan. 

Naira, jika suatu hari nanti mengingatku kembali, aku tidak banyak berharap kamu akan kembali padaku. Namun, aku berharap kamu melihat ke arahku, melihat mataku, di sana akan jelas terlihat rasa menyesal dan cintaku nyaris sama besarnya untukmu. 

Melihatlah ke pelabuhanku, di sana akan jelas terlihat gerbang dermagaku selalu terbuka lebar untukmu kembali pulang, Alnaira Malikah Jannah. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Dear Allah 3 : Eps. 1
53
9
Jangan lupa gunakan kode voucher diskon500 untuk mendapatkan potongan harga. Selamat membaca, jangan lupa love dan komentar, ya.With Love, Diana Febi.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan