
โ ๐๐๐ซ๐ข๐ง๐ ๐๐ญ๐๐ง ๐๐๐ซ๐ฎ๐ง๐๐ฎ๐ง๐ ๐๐ง, ๐๐๐ฆ๐๐ซ๐ค๐จ๐ฌ๐๐๐ง, & ๐๐๐ง๐ข๐ฉ๐ฎ๐ฅ๐๐ฌ๐ข
Sebagai anak haram dari Ayah yang sama dengan Ressyla(32), Rebecca(19) harus hidup mengikuti semua kemauan Ressyla termasuk menikah dengan Adik bungsu dari suami Ressyla yang sakit-sakitan sebagai 'jimat' penghilang nasib buruk/tumbal.
Di rumah besar itu, Rebecca bertemu dengan Kakak dari suaminya, Aarseth(29). Dia berada disana, diatas tangga sambil diselimuti cahaya yang memancar di sekitarnya....
แดแดสสแด แด ษชแดแดแดแดสแดษช, สแดแดแดส แดแดแดแดแดแด แด แดสแดแด แดแดสษชแดแด ษชษดษช สแดษดสแดสแดส าษชแดsษช (แดษชแด แดแด ษดสแดแดแด). แดแดษดแดสษชs แดษชแด แดแด แดแดแดแดsแดแดแดแดษด แดษดsแดส แด แดสษช ษดแดแดแด-ษดแดแดแด ษดแดษขแดสแด/แดแดแดแด แด ษช แดแดสษชแด แดแดแดษด ษดสแดแดแด.
[1] : Sudut Pandang orang pertama
[2] : Sudut Pandang orang kedua
[3] : Sudut Pandang orang ketiga
#####

[1]
Rebecca Valentine
Putih...
Warna itu sekarang menjadi satu-satunya warna yang mengelilingi ku saat ini. Diatas brankar rumah sakit, aku terbaring hampir mati dengan dikelilingi orang-orang berpakaian putih yang terus mendorong brankar itu menuju sebuah ruangan.
Aku merasa sesak oleh rasa sakit yang kurasakan di setiap bagian dalam tubuhku terutama perut, rasanya seperti tubuhku sedang dileburkan dari bagian dalam dan bagian luar. Aku bahkan tidak bisa lagi menggambarkan bagaimana dan seperti apa rasa sakit itu, dan secara perlahan pandangan ku mulai memudar...
"Becca!"
Suara seorang pria telah berhasil menyadarkan ku, aku mencoba membuka mataku sedikit lagi dengan sisa-sisa tenaga yang ku miliki hanya untuk memastikan suara siapa itu. Di sana seorang pria dengan penampilan acak sedang memandangi aku dengan wajah putus asa yang membiru.
Mata hijaunya terlihat berkaca-kaca, rambut gandumnya tak tersisir dengar rapih, bahkan bawah matanya terlihat menghitam seperti seseorang yang tidak tidur selama berhari-hari. Aku terus memandanginya dalam diam, seolah-olah tubuhku mengingat sesuatu tentangnya. Aku ingin tahu siapa dia... Antusiasme yang aneh ini tak dapat mereda bahkan setelah kesadaran ku perlahan-lahan memudar.
Siapa kau...?
Sekali lagi, aku membuka mataku di bawah sebuah lampu besar ruang operasi yang diarahkan ke padaku. Orang-orang itu masih mengelilingiku, namun kali ini mereka semua menutupi tubuh dan wajahnya dengan sebuah masker.
Aku bisa merasakan dengan samar sentuhan sebuah pisau tajam yang berputar menyayat daging yang membalut tulang dalam tubuhku. Orang-orang ini sedang berusaha mengambil sesuatu dari dalam tubuhku...
Sebelum aku menyadari dan memprosesnya dalam otakku, kesadaran ku lagi-lagi hilang. Seolah-olah itu diambil dengan paksa hingga aku harus menutup kedua mataku kembali.
***
[3]
Seorang wanita tengah terbaring diatas brankar yang terus di dorong kencang menuju ruang operasi. Selimut putih yang menutupi perut besarnya berubah warna menjadi merah oleh darah segar yang terus mengalir.
"Pendarahannya tidak berhenti dan justru semakin banyak! Dalam kasus ini, pasien bisa mati karena kehabisan darah."
"Dalam riwayat medisnya, dia memiliki dinding rahim yang sangat tipis, sangat berbahaya untuk melahirkan secara normal! Di tambah, endometrium nya juga tidak terlihat normal."
Tak butuh waktu lama, wanita itu segera dimasukkan ke dalam ruang operasi. Seorang suster menutup pintu itu dan tidak memperbolehkan seorang pria yang menjadi wali bagi wanita itu untuk masuk ke dalam. Di tempatnya, pria itu terlihat frustasi dengan raut wajah yang tak bisa dikatakan baik-baik saja, hanya lampu merah di atas pintu ruang operasi lah yang menjadi fokus utamanya.
Tiga puluh menit pertama yang berlalu bagaikan 30 tahun bagi pria itu. Pintu putih itu kembali terbuka dan menampilkan sosok dokter, dokter itu melangkah mendekati pria tadi dengan wajah menyesal.
"Apa yang terjadi? Bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan Anakku?!"
"..."
"Kau tidak dipekerjakan untuk diam! Jawab aku sekarang juga!!!" teriak pria itu frustasi. Nafasnya memburu dengan dada yang naik turun.
"Pendarahannya sangat banyak, dan ternyata dia memiliki emboli cairan ketuban."
DEG!
Tubuh pria itu menegang, jari-jarinya mulai bergetar tak terkendali, "Apa...?"
Emboli cairan ketuban, adalah sebuah kondisi darurat pada kandungan di mana cairan yang ada di kandungan mengalir pada aliran darah ibu. Hal ini dapat menyebabkan tak berfungsinya organ dan mengancam nyawa sang ibu.
"Saya tidak sengaja menemukan cairan ketuban tersebut atau sel bayi dan bahan lain dari rahim yang pergi menuju sirkulasi darah Nona Rebecca, ini adalah keadaan yang paling berbahaya."
DEG!
"Sebelum saya mengetahui keadaan tersebut, saya sadar jika denyut jantung Bayinya semakin melemah. Kondisi ini juga termasuk keadaan berbahaya karena dapat mengancam nyawa bayinya."
Mendengar itu, pria itu terdiam dengan tubuh yang memaku serta wajah yang semakin membiru, dadanya memanas dan terasa sakit seperti ada ribuan pisau yang menghujam jantungnya.
"Saya minta maaf. Saya hanya bisa memberikan dua pilihan." ucap dokter itu menyesal.
"..."
"Anda harus memilih antara Bayi atau Ibunya. Saya bisa saja menjalani operasi Caesar dengan menggunakan anestesi yang bisa menyelamatkan Ibunya, namun itu akan membunuh bayinya."
Lagi-lagi pria itu dibuat terdiam.
"Pilihan kedua, adalah menjalani beberapa prosedur operasi yang dilakukan dengan kesadaran penuh tanpa anestesi, yang artinya dia bisa menerima semua rasa sakit dari sayatan dan pengangkatan bayinya dari dalam rahim." ucap dokter itu, "Pilihan kedua ini akan menyelamatkan bayinya, namun ... akan mempertaruhkan nyawa ibunya."
Kata-kata itu entah bagaimana menjadi racun yang membekukan hati pria itu. Rasa sakit yang pernah ia rasakan seumur hidupnya seakan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang saat ini ia rasakan.
Jika darah biasa digambarkan sebagai arti dari sebuah rasa sakit, lalu apa yang sedang ia rasakan saat ini? Tidak ada segores luka pun yang terukir di tubuhnya, tidak ada satu lubang pun yang mengeluarkan darah. Namun, rasa sakit ini seperti sesuatu yang tak bisa digambarkan oleh apapun, bahkan jika hanya dengan untaian kata yang telah dirangkai sekalipun.
Pada saat yang sama, pintu ruang operasi yang ada di seberang sana ikut terbuka. Seorang dokter keluar dengan membawa seorang bayi mungil yang baru lahir, keluarga yang menunggu di depan ruang operasi itu terlihat sangat bahagia. Tangisan mereka dipenuhi rasa syukur dan kebahagiaan, sementara di sini... Seorang pria tengah bergulat dengan pikirannya untuk menentukan pilihan yang dapat menyelamatkan dua orang terpenting dalam hidupnya. Siapa yang harus ia pilih? Bagaimana semuanya bisa menjadi seperti ini? Dimana letak kesalahan awalnya? Mengapa semua menjadi terjerat? Dan ... Sejak kapan semua ini dimulai?
###

- Tahun 1887, Cameria, Ibukota Zihel.
Kota Zihel adalah ibukota dari negara Cameria, dimana alat-alat elektronik pertama diperoduksi di negara ini sebelum diekspor keluar negeri.
Negara Cameria dulunya adalah sebuah Kekaisaran, namun setelah Kaisar ke-7, Suroso, naik tahta, dia segera menyadari ketidakadilan bagi para rakyatnya karena sistem monarki yang dibuat oleh pemimpin terdahulu.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelahiran politisi sosial, runtuhnya agama, dan kuatnya kapitalisme. Ini hanyalah beberapa alasan mengapa kekuatan negeri ini semakin melemah, bahkan Kaisar Suroso pun menyadarinya.
Juga, banyaknya orang kaya baru yang membeli gelar bangsawan semakin bertambah, demikian pula tumbuhnya perebutan kekuasaan antara orang kaya baru dan orang kaya lama.
Karena orang kaya lama/bangsawan lama mengancam menginginkan tahta dan gelar yang tetap, orang kaya baru/bangsawan baru akhirnya memutuskan untuk membentuk aliansi dengan Kekaisaran karena merasa tidak adil. Namun itu tak mudah karena perbedaan kekuatan. Bangsawan tua memutuskan untuk mencegah para bangsawan baru memerintah negeri karena takut posisi mereka terancam, akibatnya pertumbuhan darah di negeri sendiri tak dapat dihindari.
Setelah semua kekacauan yang terjadi, Kaisar Suroso akhirnya mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya. Melalui peraturan dan undang-undang baru yang direvisi ulang, Suroso berhasil mengubah sistem monarki berubah menjadi republik, dimana setiap rakyat memiliki suara untuk memilih pemimpin mereka sendiri, bahkan banyak dari mereka yang kini memiliki kesempatan untuk menjadi apapun yang mereka mau terlepas dari kalangan apa mereka berasal, semua itu adalah keadilan yang telah susah payah di capai, dan semuanya berkat Kaisar Suroso.
Kini, Negari damai itu menjadi sebuah tempat tinggal bagi seorang gadis yang akan segera menghabiskan usia ke-19 tahunnya di tempat yang sama. Gadis itu adalah Rebecca Valentine, putri diluar nikah dari seorang Cendikiawan.
Di depan sebuah rumah di dalam pedesaan, sebuah mobil hitam terparkir. Di dalam mobil itu terdapat seorang gadis berambut hitam bergelombang, matanya yang berwarna kuning terlihat hampir seperti batu amber, itu adalah jenis mata terlangka nomor 3 di dunia selain hijau dan abu-abu.
Gadis itu adalah Rebecca Valentine yang berusia 19 tahun. Tahun ini, dia akan segera berusia 20 tahun, namun pada tahun yang sama ia juga harus menikah dengan seorang laki-laki yang tak pernah ia lihat wajahnya. Yang ia tahu hanyalah, jika pria itu telah sakit untuk waktu yang lama, dia adalah Adik ipar dari Kakak tirinya, Ressyla.
"Ingatlah untuk berprilaku baik, jangan membuat masalah bagi Kakakmu!" ucap Friska, Ibu tiri.
Rebecca mengangguk pelan sebagai jawaban, raut wajahnya masih terlihat murung tanpa adanya ekspresi khusus.
"Jika kau mengerti, jawab!" Ibu tiri meninggikan suaranya hingga membuat Rebecca tersentak.
"A-Aku mengerti...!"
"Tck! Hey? Jalankan mobilnya." ucap Ibu tiri pada sopir di depan.
Sopir itu mengangguk sekali sebelum akhirnya menekan gas dan melaju meninggalkan pekarangan rumah kumuh itu untuk meninggalkan pedesaan. Mobil itu berjalan memotong angin menuju pusat kota Zihel, tempat dimana majikannya tinggal di sebuah rumah besar yang terkesan klasik khas rumah bangsawan.
***
Angin berembus kencang di tengah musim panas, sebuah mansion mewah yang terkesan tua dan klasik terletak di hadapan Rebecca. Rambut hitam yang tersapu tiupan angin berterbangan setelah topi yang dipakai Rebecca terlepas. Kini, Rebecca tengah berdiri di depan gerbang mansion sambil menatap mansion itu dalam diam.
Kilas Balik
Sebuah kertas disodorkan di hadapan Rebecca, Rebecca yang melihat itu hanya bisa mengernyit seakan tak mengerti maksud dari surat tersebut. Yang dapat Rebecca lakukan hanyalah menatap Ressyla, Kakak tirinya, untuk meminta penjelasan.
"Tandatangani ini." perintah Ressyla.
"Apa ini...?" tanya Rebecca.
Ressyla memutar bola matanya malas, "Tsk! Jangan banyak tanya!"
"T-Tapi--"
"Kau akan menikah dengan Adik kandung dari suamiku!"
Rebecca membulatkan matanya, "A-Apa?"
"Tidak perlu berlagak seakan kau terkejut begitu! Aku tahu kau senang, bukan? Siapa yang tidak ingin menjadi menantu dari orang kaya?" Ressyla menunjukkan senyum seakan merendahkan.
BERSAMBUNG...

โ PERINGATAN
โข Tinggalkan VOTE & KOMEN disetiap post atau cerita akan di DROP
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
