
Akibat ambisi tak ingin si Kecoa berkunjung ke kediamanmu, kamu menjadi terjebak dalam halusinasi. Apakah sekarang kamu baik-baik saja?
Berbeda dengan aku yang sebelumnya, seorang gadis tak terawat di lingkungan pembuangan sampah manusia. Sekarang aku adalah gadis tua yang setiap harinya terkurung di rumah. Suasana yang nyaman, lingkungan yang bersih dan rapi, serta bebas dari kotoran masyarakat, bau tidak sedap dan kuman, tentunya adalah suatu gambaran yang ideal mengenai lingkungan tempat tinggal, terutama penjaraku ini.
Kecilku terbiasa dengan sampah-sampah organik, non organik, hingga sampah berbahan bahaya. Sampah-sampah yang sudah menjadi satu pada tubuh, membuatku harus mengamplasnya tiap malam. Semua kulakukan dari mandi kembang hingga mandi darah yang bukan merah. Saat aku sudah beranjak seribu satu tahun jadilah makhluk hidup yang tidak suka dengan suatu hal yang berantakan dan kotor. Aku hanya merasa tidak nyaman dengan keadaan yang kurang rapi dan bau tidak sedap di sekitar. Aku tidak akan berhenti berkata sampah sumpah serapah jika ada ruangan yang berantakan.
Di setiap sudut ruangan terdapat pengharum ruangan yang sengaja kusediakan agar terasa seperti berada di taman bunga tempat kencanku yang ke limapuluh dua, suasana bioskop pada tahun 2000, atau di kedai kopi pada tahun 1994. Bahkan aku membeli banyak kamper untuk diletakkan di lemari baju, sudut dapur, dan kamar mandi. Aku yakin para serangga tidak akan sudi bertamu ke penjaraku ini. Kebiasaanku yang menggunakan pengharum membuatku nyaman di rumah yang kusebut penjara ini, apalagi jika pengharum yang berbau alam membuatku rileks. Rasanya sekarang aku berada di daerah bukit dengan wangi rerumputan yang basah oleh embun pagi. Dengan segelas teh melati dan kacang-kacang putih, kunikmati hidupku yang tak menua ini.
Entah waktu kapan ini aku berada di suasana rumah sakit, padahal rasanya aku baru saja berada di pedesaan memakan kacang putih dan baru dua kali seruput teh melati. Bau obat-obatan menyengat ke hidung. Pada bayangan alam bawah sadar, aku berada di ruangan dengan dinding berwarna hijau muda dan putih, warna yang menyejukkan membuat mataku tenang tidak membuat para kunang-kunang terbang di kedua bola mata. Di sini bersih dan nyaman meskipun tidak kutemukan pengharum ruangan yang baru kubeli kemarin di warung Mpok Ida, hanya bau obat menyeruak buatku ingin melahirkan pengharum bau obat. Bahkan bunga di vas pun tidak berbau harum sama sekali. Aku coba ingat, kapan aku beli pengharum rasa rumah sakit, aku lebih nyaman dalam bayangan suasana desa, rapi, dan wewangian khas rumput bercumbu.
Pintu ruangan terbuka perlahan menampilkan sosok pria jangkung seperti slenderman yang kujumpai tahun 1987 tetapi menggunakan setelan jas dokter dan seorang perawat yang manis di belakangnya. Mereka mengecek keadaanku saat ini. Aku hanya mengiyakan apa yang perawat ucapkan padaku. Aku bosan mendengar hal-hal yang diucapkan dari bibir mungilnya itu.
“Kenapa pula di imajiku ada dokter dan perawat? Menyusahkan saja!”
Mereka selalu berkata seperti makan, tidur, dan minum obat yang teratur, buat gendang telingaku gatal minta ditabuh.
Dokter jangkung itupun menatapku seakan ingin menerkam, aku menghiraukan mereka. Ada satu kalimat yang ia ucapkan pada perawat di sebelahnya. Pernyataan yang membuatku diam dan mulai menyadarkan pola-pola kejadian sebelum aku ada di sini. Apakah aku melakukannya lagi setelah seribu tahun?
“Jangan ada pengharum, wewangian seperti kapur barus atau bau yang tajam di sini. Biarkan saja ruangan ini berbau obat, agar pasien lekas sembuh dari candunya memakan 'kacang putih' di kamar mandi.”
* Paradichlorobenzene : bahan kimia yang terkandung pada pengharum ruangan, pengharum kamar mandi, pengharum pakaian, alias, kapur barus, toilet ball, kamper dan wangi-wangi wc toilet, mothballs. Menghirup uap paradichlorobenzene dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan pernapasan, iritasi mata dan gejala lainnya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
