Makan Pare Pakai Garam

0
0
Deskripsi

Ketika perjalanan hidup kalian pahit, maka kalian akan merasakan pahitnya hidup ditambah beban hidup.

Cerita “Makan Pare Pakai Garam” bukanlah cerita tentang orang yang suka memakan pare dengan cara mencampurkan dengan garam atau makan pare dibumbui dengan garam, melainkan perjalanan hidup yang pahit yang malah menambahkan pahit.

Ketika orang mengharapkan hidup yang terbaik, namun nyatanya hanya pahit yang datang duluan. Pahitnya nyata ada dua sisi, sisi pertama adalah tantangan untuk mencapai tujuan...

Pendahuluan 

Hidup terpahit, itulah yang dialami Siska saat memulai perjalanan hidup sejak meninggalnya orang tua mereka. Siska yang masih bayi kemudian dirawat di panti asuhan. Sampai tua pun tetap pahit hidupnya. Namun akhirnya, Siska yang sudah tua mendapatkan tujuan terakhir. Siska mengajak pembaca untuk mengulas hidupnya yang pahit dalam ceritanya yang ditulskan oleh Sari dalam bukunya “Manis Diawal, Pahit Diakhir” & rekamannya.

Jalan Cerita 

Masa Kanak-Kanak

Sejak berusia 3 tahun, Siska tiba-tiba tidak menangis. Padahal, sebelumnya seringkali menangis. Pengurus panti asuhan, Rumi, menyadari hal ini karena panti asuhannya sangat sederhana, hanya kayu yang tebal pada atap, sedangkan dinding & lantainya hanya dilapisi oleh semen. Rumi menyadari kalau Siska merasakan pahitnya hidup. Rumi juga menyadari bahwa sepertinya Siska tidak perlu diberi mainan apapun. Oleh karena itu, Rumi yakin bahwa Siska akan memulai perjalanan hidupnya yang pahit mulai hari ini hingga Siska tua nanti.

Pada suatu hari, seorang wartawan beserta juru kamera datang ke panti asuhannya menanyakan kondisi panti asuhan & anak asuhannya, Siska. Rumi menceritakan kepada wartawan sebagai jawabannya. Rumi bercerita bahwa ia ingin mendirikan panti asuhan, namun sederhana sekali, sehingga anak dari orang tua yang meninggal enggan memberikannya kepada Rumi. Rumi sengaja membangun panti asuhan yang sangat sederhana karena terkendala biaya untuk hidupnya & hidup anak asuhnya. Rumi mengaku bahwa orang tua Siska sangat miskin dibandingkan dirinya, sehingga ketika orang tuanya meninggal, orang tua Siska memilih panti asuhannya sebagai tanggung jawab Rumi. Ketika diwawancarai, tidak lupa juru kamera memotret kondisi Rumi & Siska serta panti asuhannya. Setelah wawancara, wartawan beserta juru kamera pun pergi.

Di sebuah kantor surat kabar, wartawan menyerahkan reportasenya kepada kepala redaksi, begitu juga juru kamera yang menyerahkan fotonya. Kepala redaksi, Farid, merasa kasian dengan fotonya & ceritanya yang berliku-liku. Farid hanya berharap, ketika Siska dewasa, ia dapat menikahi dengan anak kandungnya. Karena kasian, Farid menyerahkan hasil kerja wartawan & juru kamera ke editor, kemudian editor menyerahkan hasilnya ke penyusun untuk dimasukkan ke majalah “100 Cerita Pahit Warga Indonesia”. Farid meminta penyusun agar cerita Rumi & Siska diletakkan pada cerita terakhir pada majalah tersebut & penyusun menyutujuinya. Setelah disusun, penyususn tidak langsung dicetak, karena cerita yang masuk masih 97. Baru pada malam harinya, majalah tersebut sudah memiliki 100 cerita & siap dicetak besok. Setelah dicetak, majalah langsung dijual & langsung banyak orang untuk membeli majalah itu.

Dua tahun kemudian, Rumi & Siska harus merasakan kesedihan karena panti asuhannya terbakar. Hati Rumi seketika hancur & ingin menyerahkan Siska kepada siapapun yang ingin merawatnya dengan tulus. Akhirnya, Rumi menyerahkan Siska kepada Bagas, seorang nelayan tua. Setelah menyerahkannya, Rumi langsung kabur begitu saja entah ke mana. Besok, warga di sekitarnya kaget, ada jenazah yang mengapung di sungai. Dugaan warga adalah Rumi melakukan bunuh diri dengan cara jatuh dari jembatan ke sungai. Dan benar saja, polisi menemukan identitas bahwa jenazah itu adalah Rumi. Berita pun tersebar kemana-mana & Bagas yang merawat Siska pun ikut kaget. Bagas pun tidak mau menunjukkan korannya ke Siska yang saat itu berusia 5 tahun.

Masa Sekolah

Bagas, dengan kemampuan tubuhnya untuk hidup walaupun sudah tua, menyekolahkan Siska yang berusia 6 tahun ke SD negeri. Setiap hari, Siska selalu belajar di sekolah sampai pulang, lalu pulangnya tidur, sorenya mengajak teman-temannya untuk belajar sampai petang. Malamnya tidur. Kadang ketika libur sekolah, Siska membantu Bagas untuk membawa ikan beserta hasil laut lainnya.

Namun, kesedihan kembali lagi. Siska yang pulang setelah menerima kelulusannya, sedih melihat Bagas meninggal dunia di rumahnya. Uniknya, Siska tidak menangis, tetapi hatinya hancur. Namun, tiba-tiba ada seorang pekerja bangunan ingin menerima Siska untuk tinggal di rumahnya.

Di rumahnya ternyata tidak hanya pekerja bangunannya saja, melainkan ada istri & dua anaknya. Karena itulah, Siska memohon kepada pekerja bangunan itu agar Siska ingin pergi dari rumahnya saat Siska tamat sekolah. Siska yakin akan merelkan apapun kepada kedua anak itu. Pekerja bangunan beserta istrinya tidak ingin merelakannya hanya untuk kedua anaknya. Namun, Siska bersikeras agar pekerja bangunan beserta istrinya mau menerimanya. Akhirnya pekerja bangunan beserta istrinya mau menerimanya.

Sebelum masuk ke dalam rumah, Siska ingin memperkenalkan diri kepada pekerja bangunan beserta istrinya, serta kedua anaknya. Pekerja bangunan itu namanya Rizal, istrinya bernama Ramil, serta kedua anaknya yang kembar bernama Cici & Caca. Rizal pun memberikan sekolah ke SMP negeri, setelah itu Siska bisa menentukan mau ke SMA atau SMK. Jika Siska memilih SMA, berarti Siska harus kuliah sebelum bekerja. Sedangkan, jika Sika memilih SMK, Siska bisa langsung bekerja karena langsung praktik kerja. Alhasil, Siska memilih SMK untuk meringankan beban Rizal & keluarganya.

Setiap hari, Siska menjalankan hidupnya yang cukup berat, dimulai dari belajar, mengerjakan tugas, bersih-bersih rumah, memasak, sampai mengurus anak-anak jika Rizal & Ramil tidak ada di rumah. Karena hampir semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan Siska, Ramil merasa terbantu & mendapatkan istirahat yang panjang. Namun, semua yang dirasakan hanya sebentar, karena sebentar lagi Siska tamat sekolah & meninggalnya rumahnya. Ketika Rizal & keluarganya tahu Siska lulus sekolah, keluarganya pun senang, tapi Siska tidak senyum. Rizal & keluarganya pun merasa aneh & bertanya alasan Siska tidak senyum. Siska memilih untuk tidak menjawab & langsung ke kamar untuk mempersiapkan meninggalnya rumah ini. Tidak lupa Rizal memberikan sejumlah uang sebagai biaya awal untuk hidup.

Masa Dewasa

Awalnya Siska menyewa kos untuk menginap bersama orang lain. Kemudian, Siska mencari lowongan pekerjaan & akhirnya Siska diterima bekerja di sebuah perusahaan surat kabar. Ternyata perusahaannya adalah yang dulunya meliputi Rumi & Siska itu sendiri saat masih di panti asuhan, namun kepala redaksinya tidak lagi Farid, karena Farid meninggal dunia saat Siska masih sekolah SMP. Kepala redaksi sekarang adalah anaknya Farid, Kadri. Lalu Siska berpikir, ke mana Rumi. Maunya ingin mencari keberadaannya di internet, tapi pikiran Siska berubah bahwa tidak mungkin ia ada di internet.

Keesokan paginya, Siska berangkat ke kantor untuk menunjukkan identitas & wawancara kerja, & benar saja Siska diterima. Disaat Siska menuju ke tempat kerja, tiba-tiba Siska ditabrak oleh seseorang & terjatuh ke lantai. Ternyata, orang yang kena tabrak adalah Kadri, kepala redaksi yang baru. Baru saja Siska terjatuh & meminta maaf, malah dikasih uang yang sangat banyak. Siska ingin menolaknya, tapi karena Kadri adalah kepala redaksi, Siska akhirnya menerimanya. Kadri sengaja memberikan uang itu hanya kepada Siska karena ternyata Kadri jatuh cinta & ingin menggodanya. Kemudian Kadri menanyakan alamatnya ke beberapa karyawan yang tinggal dekat dengan Siska, & Kadri pun tahu alamatnya.

Pada sore hari, Kadri datang ke kos Siska saat Siska mandi. Karena tahu Siska mandi, Kadri mencoba membuka pintu & benar saja pintunya terbuka karena ternyata Siska tidak mengunci pintu. Kadri ingin menunggu Siska mandi. Siska yang sudah mandi & membukanya langsung kaget, karena tiba-tiba Kadri tepat dihadapannya. Untung Siska sudah memakai handuk. Siska meminta Kadri agar keluar dari kosnya & meminta agar Kadri tunggu di luar. Tapi sebelum keluar, Kadri memberikan pakaian kepada Siska & mengharuskan Siska untuk memakai pakaian pemberiannya. Ternyata Siska harus memakai pakaian yang seksi, yang di mana berupa daster merah yang diatasnya telanjang bahu & dibawahnya hanya sampai diatas paha. Siska sebenarnya tidak mau memakai pakaian seperti itu, tetapi karena Kadri maka Siska memakainya. Setelah Siska ganti pakaian, Siska pun keluar dari kosnya. Kadri ternyata ingin memintanya agar mendatangi ke suatu tempat, tapi mata Siska ditutup terlebih dahulu. Setelah itu, Kadri membawa Siska menuju tempatnya dengan mengendarai mobil.

Tibalah pada suatu tempat, Kadri mengajak Siska untuk masuk ke tempat yang ternyata diskotik hiburan yang sangat seksual. Barulah setelah masuk ke dalam, Kadri membuka mata Siska. Siska kaget ternyata ia berada di tempat yang banyak keramaian orang. Siska ingin menurunkan rok daster karena malu, tetapi Kadri menghalanginya. Kadri meminta Siska agar duduk di sofa. Kemudian, Kadri pergi menuju tempat minuman yang ternyata berisi alkohol. Kadri meminta ke penyedianya agar dituangkan di dua gelas & setelah menuangkannya, Kadri meminta penyedia agar memberikan satu botol. Setelah itu, Kadri membawanya kepada Siska. Siska kurang meyakini bahwa minuman itu mengandung alkohol, namun Kadri malah berbohong bahwa itu hanyalah soda. Kadri memberikan satu gelas kepada Siska & bersulang. Keduanya pun mabuk & diajak untuk menari secara seksual serta menciumnya. Hingga tengah malam, bukannya pulang malah menuju ke kamar yang berada di dalam diskotik. Setelah masuk ke dalam, mereka melakukannya hal ini, yaitu membukanya hingga terlanjang, lalu tidur dengan kemaluannya bertemu seakan ingin berhubungan intim. Mereka pun tertidur di kamar diskotik.

Pagi harinya, Siska & Kadri bangun dengan lupa ingatan. Mereka tidak ingat mengapa mereka berada di sini. Siska pun kaget ketika membuka selimutnya bahwa ia terlanjang bersama Kadri. Siska malu, tapi Kadri malah merayunya kalau itu biasa, yang penting tidak ketahuan. Mereka berdua kemudian memakai pakaian yang kemarin & langsung pulang dengan mobilnya.

Beberapa hari berikutnya, Siska yang sedang bekerja tiba-tiba dipanggil Kadri. Siska berpikir bahwa dia memanggil untuk urusan tertentu. Tapi ternyata, Kadri memanggil Siska karena ingin berpacaran secara mesra kepada Siska. Kadri pun meminta nomor telepon Siska. Siska mendadak menggigil mendengar ucapan Kadri. Kadri ingin berjalan-jalan hanya untuk berdua, yaitu dengan Siska saja. Jika hubungan pacaran sudah melengkapi hidupnya, Kadri ingin menikah dengan Siska. Siska pun kaget, kemudian langsung keluar dengan kesialannya. Sial karena mengapa Kadri ingin berpacaran dengannya. Kemudian masuk lagi & menyatakan bahwa dirinya setuju menjalani hubungan pacaran dengan Kadri. Kadri pun senang, Siska pun malu. 

Akhirnya Kadri & Siska berpacaran. Selama mereka berpacaran, selalu saja perlakuan seksual Kadri lakukan, mulai dari mencium, menyentuh tubuh Siska dengan mesranya, sampai tidur berdua. Siska yang tidak menyadari hal itu karena hubungan cinta yang sangat kuat hingga tidak mau melepaskannya. Setelah merasa hubungan terlalu kuat, Kadri ingin menikahnya, tetapi sayangnya belum cukup usia. Siska menenangkannya agar hubungannya tetap kuat hingga pada akhirnya menikah. Kadri pun menyutujuinya.

Lima tahun kemudian, Siska diangkat dari anggota menjadi wakil kepala redaksi & Kadri menjadi orang yang sangat sukses dengan surat kabarnya. Akhirnya mereka menikah dengan sangat sederhana sesuai permintaan Siska, & tidak mengundang siapapun alias pribadi. Beberapa tahun berikutnya, mereka akhirnya memiliki lima anak, tiga laki-laki (Fadri, Budi, Surdono) & dua perempuan (Sinta, Sari).

Masa Tua & Kebahagiaan Lahir

Meskipun sudah tua, hubungan Kadri & Siska tetap seperti masa mudanya. Mereka sudah pensiun & menyerahkan kepemilikan & kepemimpinannya kepada Fadri & Sinta. Surdono membangun sebuah buku yang berisi beragam buku, termasuk majalah dari surat kabarnya. Sedangkan, Budi bekerja sebagai koresonden di surat kabarnya juga. Hanya Sari yang belum bekerja.

Suatu hari, Sari mengunjungi toko buku milik Surdono & menemukan majalah “100 Cerita Pahit Warga Indonesia”. Karena mereka masih saudara kandung, Sari tidak perlu membayar majalah itu & Surdono langsung menerimanya dengan tersenyum.

Di saat Sari meletakkan majalahnya untuk dibaca nanti, Siska diam-diam masuk ke kamar anaknya untuk membacanya. Siska sedih ketika membaca cerita-cerita pahit, sampai pada cerita terakhir tambah sedih karena ada cerita Siska saat masih di panti asuhan bersama Rumi. Siska yang kembali sakit hati berusaha membacanya & tidak kuat menahan air mata. Kemudian Siska terniang dengan keadaan Rumi setelah dirinya diserahkan kepada Bagas. Siska mencoba memberanikan diri dengan membuka laptop milik Sari & mencarinya di internet. Ternyata Rumi bunuh diri. Beritanya ada di mana-mana. Bahkan sempat heboh. Tapi sayangnya, itu berita beberapa tahun yang lalu. Siska pun menangis & menyesal karena Bagas tidak memberitahu Siska saat Bagas masih hidup.

Disaat Siska menangis & menyesal, Kadri hadir untuknya. Kadri menenangkannya & meminta bercerita apa yang terjadi. Siska menunjukkan cerita terakhirnya & beritanya di internet kepadanya. Kadri pun kaget ternyata cerita Siska pernah masuk majalah yang sempat laris dibeli banyak orang itu. Kadri meraih majalah yang dipegang Siska & mengecek halaman profil. Kadri juga ikut menangis karena pemimpin redaksi saat itu ternyata bapaknya sendiri, Farid.

Kemudian Kadri bercerita kepada Siska bahwa Farid pernah bercerita tentang Siska kepadanya & Kadri sedih melihatnya. Farid berharap Kadri dapat menikahi Siska & Kadri menyetujuinya. Satu dasawarsa kemudian, Farid mengalami kecelakaan & akhirnya meninggal dunia karena banyak darah yang keluar sebelum dibawa ke rumah sakit. Kadri pun akhirnya hanya tinggal bersama ibunya (Sarah) sampai ibunya meninggal sehari setelah Kadri tamat sekolah karena penyakit kanker.

Saking banyaknya cerita pahit dari Siska & Kadri, Sari yang mendengarnya menyadari bertapa pahitnya hidup ini. Malam harinya, Sari menelpon Fadri, Budi, & Sinta agar jangan ke rumah dulu, melainkan ke kedai kopi. Sari juga menghampiri Surdono yang baru pulang dari toko buku agar langsung ke kedai kopi juga. Sementara Sari mengambil majalah itu sebagai bahan diskusi di kedai kopi nanti.

Di kedai kopi, Sari menunjukkan bukunya kepada saudara kandungnya bahwa ada cerita ibunya sejak kecil. Sari pun juga bercerita tentang apa yang Sari dengar ceritanya. Akhirnya saudara kandung menyadari bahwa dunia benar-benar pahit. Kelima saudara kandung akhirnya memutuskan untuk tidak menikah & tidak mempunyai anak agar hubungan tidak telalu pahit terlalu pahit ibarat makan pare pakai garam yang bisa dinetralkan dengan gula (kebahagiaan), sekaligus keturunannya berakhir di situ. Kemudian, mereka merencanakan agar mereka selalu memberikan kebahagiaan kepada Siska & Kadri sampai orang tuanya meninggal.

Setiap hari mereka selalu memberikan kebahagiaan kepada Siska & Kadri setiap hari sampai akhirnya Siska & Kadri mendapatkan kebahagiaan murni, yaitu di akhirat. Sebelum meninggal, Sari akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai penulis & orang tuanya pun merasa senang. Tuntaslah perjalanan hidup Siska & Kadri.

Akhir Cerita

Setelah orang tuanya meninggal, mereka tetap memegang teguh untuk tidak menikah apalagi punya anak. Akibanya, satu persatu anaknya meninggal karena sudah tua, terserang penyakit, & kecelakaan, hingga menyisakan Sari saja. Sari pun tiba-tiba merasakan sunyi & sendiri, serasa di akhirat. Untuk mengurangi kesepian, Sari mengunjungi surat kabarnya yang sudah diambil alih oleh Santi, pemilik sekaligus kepala redaksi sekarang. 

Sari ingin Santi merekam kejadian masa lalunya, masa lalu orang tua, masa lalu saudara kandungnya, & majalah “100 Cerita Pahit Warga Indonesia” di cerita terakhir. Santi pun sedih & rekamannya akan menjadi sejarah surat kabar ini. Santi juga menyarankan Sari agar menulis buku terakhir sebelum akhirnya meninggal. Sari pun setuju & menuliskan cerita pahit itu ke buku berjudul “Manis Diawal, Pahit Diakhir”. Dan benar saja, satu dasawarsa setelahnya Sari meninggal dunia. Buku & rekamannya menjadi saksi sejarah surat kabarnya itu.

Selesai!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Hindu Juga Berpuasa
0
0
Mungkin kalian tahu sendiri Indonesia kebanyakan umat Islam, jadi yang kalian tahu berpuasa cuma untuk umat Islam doang. Padahal, aku sebagai umat Hindu juga berpuasa.Puasa berasal dari bahasa Sansekerta “उपवासः” (latinnya kalian cari sendiri) yang artinya tidak makan & minum. Sebenarnya, hampir semua umat di dunia berpuasa di waktu tertentu. Umat Hindu berpuasa dua kali dalam setahun, yaitu mulai malam Siwaratri & Nyepi. Kedua hari itu sama-sama berdurasi 24 jam, bedanya pada hari Siwaratri dimulai pukui 18.00, sedangkan pada hari Nyepi dimulai pukul 06.00. Berbeda dengan puasa umat Islam yang ada jeda walaupun berpuasa sebulan (Ramadan), puasa umat Hindu tidak ada jedanya sehingga berpuasa terasa lebih berat.Sayangnya, media jarang menginformasikan puasa umat Hindu ini, sehingga kalian yang Islam atau agama lainnya mungkin tidak tahu.Oleh karena itu, aku akan menceritakan bagaimana umat Hindu berpuasa & tantangan lainnya yang dihadapi dalam sebuah cerita yang dikemas fiksi.Selamat membaca karyaku.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan