Malam Pertama 1-7

0
0
Deskripsi

Celine dijebak Lisa, hingga bermalam pertama dengan Jason. 

Bab 1 CURHAT BERMUATAN JEBAKAN
 


 

Celine bergegas masuk ke dalam restoran salah satu Hotel Bintang lima terkenal di kotanya.
 


 

Saat masuk dalam restoran, mata Celine mencari-cari sesuatu hingga dia menemukan sosok yang dicarinya sedang melambai ke arahnya.
 


 

Celine bergegas mendekat ke arah wanita seumur dengannya yang melambai ke arahnya. "Maafkan aku, Lisa. Aku telat. Macet, sih."
 


 

"Gak apa-apa, kok. Nih, aku sudah sediain minuman. Kamu kelihatan haus. Minum dulu, gih." Lisa menunjuk ke arah minuman di depannya.
 


 

Lisa terlihat ingin sekali supaya Celine meminum minuman yang dia tunjuk itu.
 


 

Celine mengabaikan kata-kata Lisa. Dia tidak meminum minuman itu. "Nanti, deh. Kamu mau curhat apa? Kamu kedengarannya putus asa saat nelpon aku."
 


 

"Aku punya masalah rumit. Tapi, kamu minum dulu nih. Jangan khawatir, minuman ini gak ada sianida-nya."
 


 

Celine tertawa mendengar kata-kata Lisa ini. Karena itu dia langsung meminum minuman yang disodorkan Lisa.
 


 

"Ok." Celine mulai meminum minuman yang disodorkan Lisa. Sekalipun agak terasa aneh, tapi karena sedang haus setelah buru-buru datang menemui Lisa, maka Celine langsung menghabiskan minumannya.
 


 

Lisa nampak memperhatikan betul saat Celine meminum minumannya hingga akhirnya tercipta senyuman licik di bibir Lisa. 
 


 

"Sebentar lagi, kehidupan sempurnamu akan berubah, Celine. Hehehe," batin Lisa sambil tertawa puas.
 


 

"Kok malah ketawa?" tanya Celine. "Aku tadi khawatir banget loh sama kamu. Waktu di telpon, kamu terdengar menangis, sekarang, kamu ketawa."
 


 

Lisa menghembuskan nafas berat. "Aku memang lagi sedih."
 


 

"Why?"
 


 

"Akhirnya aku berani menyatakan isi hatiku pada cowok yang aku sukai itu."
 


 

"Terus?" tanya Celine penasaran.
 


 

"Aku sudah ikuti nasehatmu untuk menemui dia dan bilang kekagumanku padanya."
 


 

"Finally. Kapan?"
 


 

"Dua malam yang lalu?"
 


 

"Terus?" Celine mulai khawatir dengan ekspresi wajah aneh sahabatnya di kampus kuning ini.
 


 

Lisa menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas sedih.
 


 

"Oh, maafkan aku, Lisa. Tapi, ini mungkin bukan akhir. Bisa saja dia masih ada pertimbangan lain sehingga dia belum menerimamu. Nanti ..."
 


 

"Sudahlah, Celine. Kenyataannya sudah jelas. Dia menyukai wanita lain. Itulah dasar utama dia menolakku." Lisa menatap tajam ke arah Celine.
 


 

"Masak, sih? Kukira tidak ada cowok di kampus kita yang bisa menolakmu. Kamu kan cantik banget. Lihat wajahmu. Lihat tubuhmu."
 


 

"Kenyataannya, dia menolakku karena mencintaimu, bangsat!" batin Lisa sambil menatap dengan penuh kemarahan ke arah Celine.
 


 

"Kamu kenapa? Kenapa menatapku kayak gitu?" Celine menatap Lisa dengan penuh tanda tanya. Dia seolah melihat kemarahan terpancar dari wajah Lisa.
 


 

"Aku gak apa-apa. Aku cuma kurang enak badan," bohong Lisa.
 


 

"Speaking of that. Aku juga merasa kurang enak badan, nih." Celine memegang dahinya. Tiba-tiba dia merasa pusing. Keringat dingin mulai mengalir di tubuhnya.
 


 

"Hehehe. Obat itu mulai bekerja. Rasakan pembalasanku, Celine," batin Lisa sambil menunduk untuk menyembunyikan senyuman puasnya.
 


 

Sementara itu, Celine masih berusaha untuk mengalahkan rasa pening yang semakin menguasai dirinya sehingga dia abaikan tawaran Lisa yang mau memberinya salad.
 


 

**
 


 

Tidak jauh dari tempat itu, tepatnya di kamar hotel 818, di hotel yang sama dengan restoran tempat Celine dan Lisa berada, dua orang pria terlibat dalam pembicaraan.
 


 

"Jadi, gimana Ton? Kamu mau curhat apa? Terus kenapa disini? Kenapa di kamar hotel, bukan di warung kopi?"  tanya Jason kepada Tony, teman kerjanya.
 


 

"Ini masalah pelik, Jason. Aku tidak mau bicara tentang ini di warung kopi, dimana ada telinga-telinga di sebelah kita," jawab Tony cepat.
 


 

"Ok. Kalau gitu, aku dengarkan."
 


 

Tony menyodorkan sebuah gelas minuman kepada Jason. "Minum dulu. Kamu pasti haus."
 


 

"Ok." Jason mulai meminum minuman yang disodorkan Tony. Sekalipun agak terasa aneh, tapi karena sedang haus setelah buru-buru datang menemui Tony, maka Jason langsung menghabiskan minumannya.
 


 

Senyuman licik langsung tercipta di bibir Tony, saat melihat Jason menghabiskan minumannya itu. "Hehehe. Kamu sudah masuk dalam perangkapku, Jason. Sebentar lagi, obat perangsang itu akan menguasaimu," batin Tony.
 


 

"Jadi gimana, Ton? Kamu mau curhat tentang cewek atau pekerjaan?" tanya Jason setelah menghabiskan minumannya.
 


 

"Dikit lagi, deh. Aku belum tahu mau mulai dari mana, tuh."
 


 

"Ya udah. Aku berikan waktu padamu sambil aku lihat transaksi saham di Amerika. Ya?"
 


 

"Ok."
 


 

Jason mengeluarkan handphonenya untuk melihat pasar saham Amerika yang sedang berlangsung.
 


 

Beberapa saat kemudian, Jason mulai memegang kepalanya. "Kepalaku pening. Ugh ... kenapa gini?"
 


 

"Mungkin kamu kecapean, bos. Kamu tunggu di sini, ya? Aku keluar dulu buat nyuruh orang hotel buat beli obat sakit kepala."
 


 

"Iya, Ton," jawab Jason sambil terus memegangi kepalanya.
 


 

Tony keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar dari luar. Setelah berada di luar, Tony mengeluarkan handphonenya untuk menelpon Lisa.
 


 

"Iya, Ton?" kata Lisa di ujung telpon.
 


 

"Gimana temanmu itu?"
 


 

"Beres, Ton."
 


 

"Temanku juga sudah mulai kena. Aku buru-buru keluar supaya aku gak diserangnya karena orang yang dalam pengaruh obat perangsang, bisa nyerang siapapun kalo gak ada cewek di dekatnya."
 


 

"Jadi gimana?"
 


 

"Bawa temanmu itu kesini buat diterkam Jason. Jangan ditunda lagi. Semua kamera yang aku siapkan, sudah siap untuk merekam semuanya."
 


 

"Ok, Ton. Bentar lagi aku dan dia ke atas."
 


 

"Ok. Aku tunggu depan kamar." Setelah itu, Tony berjalan ke arah lift dan menunggu depan lift di lantai 8.
 


 

Hingga akhirnya pintu lift terbuka dan keluarlah dua orang gadis dari sana. Mereka adalah Lisa dan Celine.
 


 

Celine nampak memegangi kepalanya dan terus dipegangi oleh Lisa.
 


 

Lisa dan Tony nampak saling tukar pandangan dengan senyuman licik di wajah mereka.
 


 

"Kita mau kemana, Lisa?" tanya Celine dengan kepala berat.
 


 

"Ke kamarku. Aku kan buka kamar di sini. Soalnya kondisimu gak memungkinkan untuk pulang," jawab Lisa sambil mengikuti langkah Tony yang sedang menuju ke sebuah kamar.
 


 

"Tapi aku akan dicari orang tuaku, Lisa."
 


 

"Nanti aku telpon mamamu. Pokoknya, kamu tenang aja. Ok?"
 


 

"Iya deh."
 


 

Saat ini Tony sudah sampai di depan sebuah pintu kamar. Dia lalu memberi isyarat kepada Lisa.
 


 

Lisa langsung mengangguk. Kemudian saat Lisa melihat Tony membuka pintu kamar, dia langsung mendorong tubuh Celine ke dalam kamar sana.
 


 

Setelah itu, pintu langsung ditutup dari luar oleh Tony yang langsung tertawa-tawa bersama Lisa.
 


 

"Sebentar lagi, Celine si gadis alim dan cantik itu akan kehilangan gelar alimnya, saat video panasnya berader di kampus. Hihihi. Dan Reynold akan melihat video itu, akan membenci Celine dan menerima cintaku," kata Lisa sambil tertawa-tawa.
 


 

"Ya. Dan Jason akan dipecat dari kantor dan gagal jadi suami Gladys dan menantu bos besarku, saat video panasnya diputar saat rapat besok pagi. Hehehe." Tony tertawa puas.
 


 

Sementara itu, Celine yang sudah berada di dalam kamar, masih memegangi kepalanya saat Jason mulai mendekatinya.
 


 

Jason menggeram. Yang dia tahu, saat ini ada nafsu yang menguasainya. Nafsu untuk bersama seorang gadis dan gadis yang masuk dalam kamar ini, segera menjadi sasarannya. 
 


 

Bab 2 MALAM PERTAMA
 


 

Celine terus meronta saat Jason, pria di hadapannya ini berusaha menciumnya dan membanting tubuhnya ke atas ranjang dan mulai merobek-robek pakaian yang dikenakannya. 
 


 

Celine terus melawan, tapi Jason tidak peduli karena saat ini Jason sudah dikuasai oleh hasrat yang membara. 
 


 

"Jangan! Jangan lakukan ini! Please," kata Celine dengan suara lemah. Celine sadar kalau dirinya dalam keadaan bahaya, tapi dia tidak bisa melawan, tubuhnya terlalu lemah, dia hanya bisa melawan dengan suaranya. 
 


 

Jason menggeram, nafsu birahinya benar-benar menguasainya, dia terus merobek-robek baju yang dikenakan Celine. 
 


 

Meskipun Celine melawannya dengan kekuatan penuh, Celine tidak akan bisa menang, apalagi saat ini Celine sedang dalam keadaan lemah.
 


 

Semua perlawanan lemah Celine, tidak berarti apa-apa bagi Jason yang sudah dikuasai nafsu. Jason hanya ingin melampiaskan nafsunya yang tak tertahankan ke tubuh Celine. 
 


 

Celine terus mengatakan "jangan" kepada pria di hadapannya ini, tapi karena kepalanya sakit dan kesadarannya hampir habis, dia tidak bisa memukul tangan pria itu untuk mempertahankan dirinya dan hanya bisa mencakar tubuh pria itu ke sembarang arah. 
 


 

"Pergi! Kau akan menyesal melakukan ini padaku!" Celine berjuang. 
 


 

Tapi seolah tuli dengan ancaman Celine, Jason justru menarik paksa segitiga pengaman milik Celine.
 


 

Akhirnya satu-satunya kain yang masih membalut tubuh Celine itu, kini telah terlempar ke sembarang arah. 
 


 

Sejurus kemudian, Jason sudah naik ke atas tubuh Celine dan mulai berusaha menyatukan tubuhnya dengan tubuh Celine. 
 


 

Celine sadar kalau tubuhnya sudah polos tanpa sehelai benang pun dan pria itu yang juga sudah dalam keadaan polos, sedang menindih tubuhnya. 
 


 

Bahkan ada suatu benda keras yang terus berusaha memaksa masuk ke dalam tubuh di bagian bawahnya.
 


 

Benda itu terus berusaha menerobos bagian inti tubuh Celine.
 


 

Tetapi kepala Celine sangat sakit, berat baginya untuk membela dirinya apalagi melawan. 
 


 

Sedangkan Jason yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu tersebut, tidak bisa menahan dirinya lagi saat melihat tubuh Celine yang sukses merangsang hasrat kelelakiannya. 
 


 

"Jangan!" Terdengar suara lemah dari Celine yang sedikit menyadari akan apa yang sedang terjadi padanya, tapi di lain pihak, dia terlalu lemah untuk memberi perlawanan. 
 


 

Entah mengapa, Celine mulai merasa ada gelenyar aneh semenjak meminum jus yang diberikan sahabatnya. Ia yakin ada yang sengaja memasukkan obat perangsang dalam minumannya karena saat ini Celine sesungguhnya ingin menyerahkan diri dan memadu kasih dengan pria tampan di hadapannya ini.
 


 

Namun Celine tahu jika itu bukan tindakan yang benar apalagi dia belum pernah melakukan itu sebelumnya.
 


 

Sesaat kemudian, Jason kembali menggeram hebat, dua kali pria itu mencoba memasukkan kejantanannya ke milik Celine, tapi dia masih belum berhasil melakukannya. 
 


 

Sasarannya terlalu sempit sehingga sulit untuk Jason tembus dan ini membuat dia sedikit kesal sehingga di percobaannya yang ketiga, dia menghentakkannya dengan kasar. 
 


 

Terdengar teriakan keras dari Celine disertai tangisan, saat dia merasakan ada sesuatu yang menyakitkan, masuk ke dalam tubuhnya. 
 


 

Kedua tangan Celine mencengkram punggung pria itu sekuat-kuatnya saking sakitnya apa yang dia rasakan saat ini. 
 


 

Hanya saja, lama kelamaan, teriakan Celine ini semakin melemah apalagi ketika pengaruh obat bius yang sebelumnya membuat dia lemah, kini berakhir dan berganti dengan pengaruh obat perangsang yang  juga terkandung dalam minuman itu. 
 


 

Obat perangsang itu semakin menguasai Celine, membuat rasa sakit yang sebelumnya dia alami, berubah menjadi kenikmatan tiada taranya. 
 


 

Secara alami, Celine yang belum pernah berhubungan badan sama sekali sebelumnya itu, kini mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya untuk menandingi gerakan pria itu.
 


 

Celine melakukan ini dalam keadaan terpengaruh oleh obat bius yang juga memiliki campuran obat perangsang yang sengaja ditaruh Lisa dalam minuman yang disodorkan Lisa kepada Celine.
 


 

Keduanya mulai bergerak bersama mengarungi keindahan rasa yang mereka resapi dalam setiap gesekan yang terjadi di antara mereka. 
 


 

Celine yang sebelumnya merasa kesakitan, kini mulai merasakan sebaliknya. Dia mulai merasakan kenikmatan yang membuat dia terus mendesah nikmat. 
 


 

Keduanya bergerak semakin liar dan semakin cepat dengan kadangkala, kedua bibir mereka menyatu, untuk menyatukan hasrat di dada keduanya.
 


 

Keduanya tidak berniat berhenti, mereka ingin mereguk kenikmatan sebanyak-banyaknya yang bisa mereka raih.
 


 

Lidah mereka berdua saling bertaut di tengah pergerakan seirama yang mereka lakukan saat ini. 
 


 

Malam ini, keduanya merasakan surga yang indah di hati mereka, surga yang tidak akan pernah mereka lupakan. 
 


 

Sayangnya, Celine dan Jason yang sedang terbuai oleh gerakan satu sama lain tidak menyadari jika ada beberapa kamera di dalam kamar ini yang terus mengabadikan perbuatan mereka berdua ini.
 


 

3 INGIN BERTANGGUNGJAWAB
 


 

Jason yang terbangun duluan. Kepalanya terasa berat seperti dipukul palu godam. 
 


 

Perlahan mata Jason terbuka dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Tak ada siapa pun di sofa di sekitar ranjangnya. 
 


 

Tapi, betapa terkejutnya Jason saat  dia hendak beranjak dari atas ranjang dan menemukan dirinya tidak mengenakan sehelai benang pun dan di sebelahnya ada tubuh seorang gadis yang tidak dia kanal. 
 


 

"Apa yang terjadi? Kemana Tony? Siapa gadis ini?" Jason mulai memperhatikan gadis yang berada di sampingnya ini. 
 


 

Saat Jason menyibak bedcover, ada noda darah di sprei dan di bagian sensitif wanita itu. 
 


 

"Oh my God. Kasihan wanita ini. Aku telah memerawaninya."
 


 

Jason baru saja hendak membangunkan wanita itu ketika dia mendengar alarm handphonenya berbunyi. 
 


 

"Wah, hari ini aku harus persentasi. Aku tidak boleh telat. Ini sangat penting."
 


 

Jason segera menghambur ke kamar mandi dan langsung mandi. "Aku harus pulang ke apartemenku dulu untuk mengambil laptopku. Duh, bagaimana kalau gadis itu pergi?"
 


 

"Aku harus membuat surat. Ya. Itulah yang harus aku lakukan. Aku akan meminta gadis itu untuk menunggu."
 


 

Setelah mandi, Jason kembali memakai bajunya yang semalam setelah itu dia buru-buru mengambil kertas hotel dan juga pulpen hotel
 


 

Jason membuat surat untuk gadis yang tidak dia tahu namanya itu
 


 

Dear beautiful
 


 

"Namaku Jason. Aku tidak tahu namamu dan aku tidak tahu apa yang terjadi pada kita semalam. Yang jelas, aku telah melakukan sesuatu hal yang buruk padamu. Aku telah melakukan malam pertama denganmu."
 


 

"Tapi kamu jangan khawatir. Aku akan bertanggung jawab Bahkan aku ingin sekali bertanggung jawab aku ingin sekali menikahimu. Jadi, kamu tunggu lah di kamar ini dan jangan pergi. Aku pergi mungkin cuma sekitar 3 jam karena aku sedang ada keperluan penting di kantorku. Begitu selesai, aku langsung kembali padamu."
 


 

"Tetaplah menunggu di sini malam pertamaku. I think I'm In Love With You. Jason."
 


 

Setelah membuat surat, dengan terburu-buru, Jason segera keluar meninggalkan kamar hotel ini. 
 


 

Sebelum keluar kamar, Jason memperhatikan wajah gadis yang masih tertidur di atas ranjang itu. Jason juga memastikan dulu kalau ada key card lain yang tersedia di kamar ini. 
 


 

Ternyata ada dua keycard. Karena itu, Jason hanya membawa satu Keycard kemudian dia langsung keluar dari kamar hotel ini dan buru-buru menuju ke arah basement untuk mengambil mobilnya. 
 


 

Jason harus buru-buru menuju ke apartemennya untuk mengambil laptopnya sementara keadaan Jakarta yang macet membuat dia perlu waktu cukup lama untuk itu sehingga akhirnya saat dia baru sampai di kantornya saat dia sudah terlambat 15 menit dari jadwal dia seharusnyam
 


 

Jason menutup pintu saat sudah berada di ruang meeting. Di dalam ruang meeting sudah ada Gladys, tunangannya, Jason, Anton, Ayahnya Gladys, Tony dan beberapa rekan kerja Jason. 
 


 

Jason merasa tidak enak karena pimpinannya dan juga peserta rapat lainnya sudah ada semua di dalam ruang rapat dan terlihat sedang menunggunya. 
 


 

Setelah meminta maaf, Jason mulai mempersiapkan file untuk dia tayangkan di proyektor sebagai bahan untuk presentasinya hari ini. 
 


 

Tapi saat bahan-bahan dari Jason belum muncul di layar proyektor, tiba-tiba sebuah video sudah muncul di layar proyektor. 
 


 

Semua orang langsung memperhatikan layar proyektor apalagi ketika ada suara-suara tidak senonoh di sana. 
 


 

Layar proyektor memperlihatkan Jason sedang menyerang seorang gadis yang terlihat susah payah untuk mengatasi serangan Jason. 
 


 

Gadis itu sudah meminta-minta ampun dan terus meminta Jason untuk tidak melakukan hal itu kepadanya tetapi Jason masih terus memaksakan kehendaknya kepada gadis itu. 
 


 

Gladys yang merupakan pacar dari Jason, sangat malu melihat video itu. Demikian juga dengan Anton, ayahnya Gladys. 
 


 

Anton bahkan melotot ke arah Jason. "Apa yang kamu lakukan, Jason? Mengapa kamu berani memperkosa seorang gadis?"
 


 

Jason gelagapan untuk menjawab pertanyaan dari Anton, calon Ayah mertuanya ini. 
 


 

Tapi sedetik kemudian, saat Jason memperhatikan layar proyektor dan melihat tidak berdayanya seorang gadis yang berusaha mengatasi dirinya, maka Jason merasa tidak perlu menjawab pertanyaan calon ayah mertuanya itu. 
 


 

"Aku melakukan hal yang tidak layak kepada gadis itu. Aku harus bertanggungjawab kepada gadis itu," batin Jason sambil terus menyaksikan tingkah laku agresifnys di arah layar proyektor. 
 


 

"Ini hal yang tidak pantas! Tidak seharusnya karyawan seperti ini dibiarkan bebas di kantor ini!" Seru Mathilde, salah satu pemegang saham di perusahaan ini. 
 


 

Gladys langsung mengeluarkan cincin bermata berlian yang baru beberapa hari lalu diberikan Jason kepadanya sebagai tanda pertunangan dengan dirinya. 
 


 

Kemudian Gladys melempar cincin yang baru dikeluarkan dari jari tangannya ini, ke arah wajah Jason. "Kita putus! Pernikahan kita tidak akan terjadi!" Setelah itu, Gladys langsung meninggalkan ruangan ini dengan perasaan malu. 
 


 

Anton yang sangat khawatir dengan keadaan Gladys, langsung berdiri untuk menyusul Gladys. Dia sempat mendelik ke arah Jason dan berkata, "kamu dipecat! Mulai hari ini, kamu tidak lagi menjadi karyawan di kantor ini!"
 


 

Jason tidak memperdulikan semuanya itu. Dia seakan tidak mempedulikan Gladys yang merupakan pacarnya selama hampir setahun terakhir ini. Dia juga tidak memikirkan karirnya di kantor ini. Yang saat ini ada dalam pikirannya hanyalah rasa kasihan kepada gadis  yang diperkosanya semalam. 
 


 

"Aku harus kembali kepada gadis itu. Tidak seharusnya aku memperlakukan gadis itu seperti itu." Jason segera keluar dari ruangan ini tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada orang-orang yang masih berada dalam ruangan ini. 
 


 

Tony mengikuti Jason keluar dari ruangan ini. "Hahaha akhirnya si anak emas dipecat dan diputuskan kekasihnya. Hahaha."
 


 

"Apa maksudmu, Tony?" Jason membalikkan tubuhnya dan menatap Tony, orang yang selama setahun terakhir ini dianggapnya sebagai sahabat terbaiknya. 
 


 

Tony tertawa mengejek ke arah Jason. "Kamu masih belum sadar juga, hah? Akulah yang menjebak kamu semalam. Aku yang memberikan obat perangsang di minumanmu sehingga kamu berbuat seperti di video tadi. Hehehe."
 


 

Jason menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu tega melakukan semua itu!? Untuk apa kamu melakukan itu, Tony?"
 


 

"Aku menyukai Gladys sejak dulu, sejak sebelum kamu masuk di perusahaan ini. Tapi begitu kamu masuk, Gladys langsung jadi milikmu. Bahkan kamu menjadi anak emas bos besar, kamu akan segera menjadi vice direktur. That's my dream! Not yours. Hal itu tidak aku sukai dan hari ini, semua itu berakhir. Aku bisa kembali menjadi anak emas bos besar dan aku bisa mendapatkan peluang untuk memiliki Gladys."
 


 

"Kalau kamu memang menyukai Gladys dan kalau kamu memang mengincar jadi anak emas bos besar, seharusnya kamu mengatakannya padaku. Aku bisa mundur secara sukarela untukmu tapi jangan kamu melakukan hal ini!"
 


 

"Kalau aku mengatakannya terus terang kepadamu, belum tentu kamu mau mundur. Tidak ada yang mau mundur kalau itu berurusan dengan garis secantik Gladys dan juga menjadi anak emas di perusahaan besar ini."
 


 

"Kamu salah menilaiku, kawan. Aku bisa merelakan semua itu kalau kamu memintanya dengan baik-baik. Sekarang ini, tidak masalah bagiku kalau aku harus meninggalkan Gladys dan meninggalkan perusahaan ini. Yang jadi masalahku adalah gadis itu. Kamu membuat aku memperkosa seorang gadis polos. hal itu yang tidak bisa aku terima!" Jason memegang kerah baju Tony dan memukul Tony. 
 


 

"Sekarang katakan! Siapa nama gadis itu? Aku akan menemuinya dan bertanggungjawab atas perbuatanku padanya. Sementara kalau kamu ingin, kamu bisa mendapatkan Gladys!"
 


 

Tony jatuh ke bawah. Hatinya sakit karena dipukul Jason. Tapi dia tidak berani berkelahi dengan Jason. Kata-kata Jason yang terdengar sangat peduli kepada gadis yang diperkosa Jason membuat Tony tidak rela bekas sahabatnya itu mendapatkan kebahagiaan. 
 


 

Karena itu, setelah berpikir sejenak, Tony berkata, "kamu salah, kawan, kalau kamu berpikir gadis itu adalah gadis polos."
 


 

"Apa maksudmu? Aku melihat sendiri bercak darah di kamar itu tadi pagi. Aku sudah memperkosa seorang gadis yang suci dan semua itu karena kamu, tahu!"
 


 

Tony malah tertawa terbahak-bahak. "Hahaha. Kamu terlalu polos, kawan. Ketahuilah, gadis itu aku sewa dari sebuah klub malam dan aku menyewanya karena dia bisa akting. Dia bisa akting sebagai gadis baik-baik yang diperkosa karena nampaknya selain ingin mendapatkan uang sewa dariku, dia juga ingin mendapatkan uang darimu. Ya, karena itulah dia akting sebagai gadis polos. Hebat benar gadis itu."
 


 

"Kamu bohong!"
 


 

"Hahaha. Jangan terlalu polos, my friend. Kamu bisa ditipu melulu kalau kamu terus seperti ini. Hehehe."
 


 

"Aku tidak percaya padamu! Mulut busukmu itu tidak akan aku percaya lagi!"
 


 

"Kalau kamu tidak percaya, nanti aku kirim foto-foto gadis itu saat di kelab malam tempat dia bekerja."
 


 

Jason mendengus dan langsung membalikkan tubuhnya untuk cepat-cepat menuju ke arah lift. Dia ingin segera kembali ke kamar hotel semalam untuk menemui gadis yang dia perkosa itu. 
 


 

Sementara Tony berdiri, mengeluarkan handphonenya dan mulai menelpon Lisa. 
 


 

"Iya, Ton?" tanya Lisa di ujung telpon. 
 


 

"Kirim foto-foto gadis yang semalam. Temanmu itu ke WA-ku."
 


 

"Maksudmu Celine?"
 


 

"Iya."
 


 

"Buat apa?"
 


 

"Temanku mulai menyukai temanmu itu. Aku telah berhasil menghancurkan karir dan percintaannya di kantor ini. Aku tidak mau temanku itu bahagia dengan temanmu. Jadi, aku akan edit foto temanmu, seakan dia kerja di klub malam."
 


 

"Aku setuju, Ton. Aku juga gak mau temanku bahagia. Dia harus menderita. Ok, aku kirim foto-fotonya."
 


 

Setelah mendapatkan foto-foto Celine dari Lisa, maka Tony kembali menghubungi seorang lainnya. "Jay, kamu harus membantuku."
 


 

"Iya, Bos. Apa yang harus kubantu, Bos?"
 


 

"Kamu harus mengedit foto seorang gadis supaya terlihat seolah-olah dia sedang berada di sebuah klub malam."
 


 

"Ini ... apa hubungannya dengan pekerjaan aku di kantor, Bos?"
 


 

"Nggak ada hubungannya tapi karena kamu ahli IT dan karena kmu bawahanku dan sebentar lagi aku akan naik menjadi vice direktur di kantor ini, jadi, kalau kamu berani membantahku, kamu akan keluar dari kantor ini secepatnya."
 


 

"Baik, bos. Akan aku lakukan, bos."
 


 

"Bagus." Tony langsung mengeluarkan senyum licik di wajahnya. 
 


 

4 PRIA BIADAB
 


 

Celine terbangun dan merasakan sakit di bagian selangkangannya. 
 


 

Celine sangat kaget karena dia berada dalam keadaan telanjang bulat. Dia kemudian mulai memikirkan apa yang terjadi semalam pada dirinya. 
 


 

Bercak merah yang ada di bagian pahanya dan juga di bagian kewanitaannya membuat Celine mulai menangis. 
 


 

Celine menuju ke arah kamar mandi dan menangis di sana. Celine menangis di dalam bathtub yang dia isi air. Hatinya sangat sakit karena apa yang terjadi semalam.
 


 

Celine berusaha untuk mengingat-ingat akan apa yang terjadi semalam. Otaknya bekerja keras untuk mengurutkan apa yang terjadi semalam. 
 


 

Dan itu tidak mudah, karena sebagian besar malam yang Celine lewati itu, saat dia dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar. 
 


 

Yang Celine ingat, sahabatnya menghubunginya dan memintanya datang ke restoran di sebuah hotel. Di sana sahabatnya memberikan minuman orange juice yang langsung tandas oleh Celine. 
 


 

Setelah itu, Celine mulai merasa pusing, kemudian karena sakit kepala yang tidak tertahankan, Celine pasrah saja saat Lisa, sahabatnya itu mengajak Celine ke kamar hotel tempat Lisa menginap.
 


 

Celine kembali histeris membayangkan apa yang terjadi padanya tadi malam. Walaupun ingatannya samar-samar, tapi Celine masih ingat saat laki-laki itu terus berupaya memaksanya walaupun dia sudah menolak berkali-kali.
 


 

"PRIA BIADAB!" Celine melampiaskan kemarahannya yang meluap. Celine tak habis pikir bagaimana bisa seorang pria dengan teganya memperkosa wanita yang sedang dalam keadaan tak berdaya. 
 


 

Celine masih ingat akan ekspresi wajah lelaki itu yang sangat menikmati tubuhnya, walaupun Celine tidak bisa mengingat dengan jelas wajah lelaki itu. 
 


 

Usai meluapkan seluruh emosinya di kamar mandi saat Celine balik ke kamar, dia melihat ranjang yang masih meninggalkan noda keperawanannya dan ini membuat Celine kembali terisak. 
 


 

Tangis Celine kembali pecah. Dia sangat membenci lelaki itu, lelaki yang telah merebut kesuciannya. Celine bersumpah bahwa dia tidak akan pernah memaafkan lelaki itu. 
 


 

Celine menemukan handphonenya dan dengan amarah yang bergelora, dia segera menelpon Lisa, yang dia anggap menjual dirinya kepada lelaki yang mengambil keperawanannya. 
 


 

"Lisa, tega banget kamu melakukan ini kepadaku!" sergah Celine sebelum Lisa mengucapkan sesuatu di ujung sana. 
 


 

"Apa maksudmu, Celine? Kamu di mana? Aku mencarimu sejak semalam. Semalam itu aku mau membawamu ke kamarku tapi waktu aku baru saja akan membuka pintu kamarku, kamu sudah tidak ada. Aku mencarimu kemana-mana sampai aku kerahkan seluruh pegawai di hotel ini untuk mencarimu. Tapi kamu tidak ada."
 


 

"Kenapa begitu?"
 


 

"Aku tidak tahu. Tapi semalam itu kamu terlihat kurang sehat. Kamu sakit kepala. Ada kemungkinan kamu salah masuk kamar, Celine."
 


 

Celine berusaha mengingat-ingat semuanya. Ingatannya sangat samar, tapi mendengar kata-kata Lisa tadi, dan mendengar nada suara Lisa yang terdengar sangat mengkhawatirkannya maka Celine mulai percaya lagi kepada Lisa. 
 


 

"Apa yang terjadi padamu, Celine dan kamu ada di mana sekarang?"
 


 

Celine langsung keluar dari kamar ini dan melihat ke arah nomor kamar. Setelah itu, dia menyebutkan nomor kamar itu kepada Lisa dan mematikan handphonenya. 
 


 

Beberapa saat kemudian, Lisa mengetuk pintu kamar dan begitu Celine membuka pintu kamar, Lisa langsung berkata, "ternyata kamu ada di sini. Kamar ini jaraknya 4 kamar dari kamarku. Nampaknya kamu memang sudah diculik orang atau salah masuk kamar waktu aku sedang membuka pintu kamarku."
 


 

Celine terdiam. Dia berusaha memperhatikan wajah Lisa untuk mencari tahu apakah kebenaran atau kebohongan yang sedang dikatakan oleh Lisa ini tapi melihat wajah khawatir Lisa, Celine mulai mempercayai Lisa. "Ugh ... mungkin itu yang terjadi."
 


 

"Semalam aku bersama karyawan hotel terus mengetuk pintu kamar ini tapi tidak ada yang membukakan pintu kamar ini. Karena itu, kami mencoba mengetuk pintu kamar lainnya bahkan mencoba di lantai 9 dan juga lantai 10. Aku bahkan tidak tidur karena terus mencarimu, Celine. Teleponku juga tidak pernah kamu angkat."
 


 

Celine teringat kalau ada sekitar 34 kali miscall di handphonenya dan miscall itu berasal dari nomornya Lisa, karena itu Celine semakin mempercayai Lisa. 
 


 

Celine memeluk Lisa dan menangis di bahu Lisa. "Huhuhu. Aku diperkosa, Lisa. Hiks, aku diperkosa di kamar ini."
 


 

"Siapa yang memperkosamu? Mana dia? Biar aku menghajarnya. Aku tidak peduli biar dia seorang lelaki besar."
 


 

"Aku tidak tahu, Lisa. Orang itu sudah pergi waktu aku bangun. Yang jelas, aku memiliki ingatan samar kalau orang itu terus memaksaku walaupun aku sudah meminta dia untuk berhenti tapi dia tidak mau berhenti. Dia terus memaksaku. Huhuhu. Huhuhu."
 


 

Senyuman licik menghiasi wajah Lisa. "Tenang, kawanku. Sekarang ini, kamu sudah aman. Kalau dia berani datang ke sini, maka aku sendiri akan menghajarnya!"
 


 

"Bawa aku pergi dari sini. Huhuhu. Aku tidak ingin berada di kamar terkutuk ini," tandas Celine. 
 


 

"Oke. Tapi kamu harus cuci muka dulu. Kamu terlihat sangat kusut karena habis menangis."
 


 

"Iya, Lisa." Celine segera masuk lagi ke kamar mandi untuk cuci muka. 
 


 

Sementara itu, Lisa menatap penuh kemenangan ke arah dalam kamar ini, menatap ranjang yang acak-acakan, menatap puas ke arah noda darah di sprei ranjang. 
 


 

"Hihihi. Celine si gadis alim yang menjadi idaman semua cowok di kampus termasuk Reynold yang sangat aku cintai itu, sebentar lagi, imagenya akan berubah jauh menjadi gadis nakal yang akan dijauhi para lelaki yang selama ini menginginkan cintanya."
 


 

"Sebentar lagi, video panas saat Celine menikmati malam pertamanya akan dipasang di kampus dan semua orang akan menertawakan Celine. Semua orang akan membahas tentang Celine dan Celine tidak akan punya muka lagi untuk berada di kampus. Hihihi." Lisa tersenyum puas akan semua yang dia lakukan ini. 
 


 

Mata Lisa tertuju ke arah sebuah kertas yang ditindih oleh pulpen di atas sebuah meja di kamar hotel ini. 
 


 

Ternyata itu adalah surat yang ditinggalkan Jason untuk Celine. Saat membaca surat itu, Lisa menjadi geram. "Huh, ternyata betul kata Tony, temannya itu langsung jatuh cinta kepada Celine. Aku tidak mau mereka berdua jadian! Celine harus menderita! Dia tidak boleh bahagia."
 


 

Setelah berpikir seperti itu, Lisa langsung mengambil surat yang ditinggalkan Jason dan mengantonginya. Dia berencana untuk membuang surat itu supaya tidak pernah ditemukan oleh Celine. 
 


 

Beberapa saat kemudian, Lisa sudah kembali memasang wajah prihatinnya di depan Celine yang baru saja keluar dari kamar mandi. Setelah itu, dia pun mengantar Celine keluar dari kamar ini. 
 


 

Dengan wajah munafiknya, seakan peduli akan sahabatnya, Lisa mengantar Celine ke rumah orang tuanya Celine. 
 


 

5 JADI BINTANG PANAS DI KAMPUS
 


 

Jason kembali ke kamar hotel tempat dia meninggalkan seorang gadis yang tidak dia tahu namanya itu. 
 


 

Tapi saat Jason tiba di kamar hotel itu, kamar hotel itu sudah dalam keadaan kosong. Bahkan ada seorang petugas hotel yang kini datang untuk membersihkan kamar. 
 


 

Jason bertanya kepada petugas Hotel itu dan dijawab kalau penghuni kamar ini sudah check out. 
 


 

Jason cuma bisa menghela nafas berat  karena dia tidak bisa menemukan gadis yang semalam bersamanya itu. 
 


 

Masih terngiang-ngiang dengan perkataan dari Tony yang menyebutkan kalau gadis yang bersamanya semalam ini itu adalah seorang gadis yang disewa Tony dari sebuah klub malam dan gadis itu cuma akting seperti orang diperkosa karena memang hal itulah yang diperintahkan Tony kepada gadis itu. 
 


 

Antara percaya atau tidak dengan perkataan Tony itu, tiba-tiba Jason mendapatkan kiriman foto dari Tony lewat WA. 
 


 

Setelah Jason membuka foto itu, ternyata foto itu berisi foto gadis yang semalam bersama Jason yang terlihat sedang berdansa di depan om-om di sebuah kelab malam. 
 


 

Setelah melihat foto itu, Jason memutuskan untuk pergi ke Amerika dan tidak lagi mencari gadis yang semalam bersamanya.
 


 

Jason cuma bisa mencak-mencak pada Tony atas jebakan yang dilakukan Tony kepadanya. 
 


 

Walau bagaimanapun karir Jason di sini sudah habis setelah dipecat oleh Anton. Sekarang ini, Jason ingin membangun kembali karirnya di Amerika. Jason putuskan untuk segera berangkat ke Amerika. 
 


 

5 hari setelah peristiwa malam pertama yang kejam yang merenggut kegadisannya, Celine akhirnya berani juga masuk kuliah. 
 


 

Tapi sejak awal dia melangkahkan kakinya di pelataran gedung utama kampusnya, dia sudah melihat pandangan-pandangan aneh dari semua orang kepadanya. 
 


 

"Apa yang terjadi? Kenapa orang-orang melihatku seperti ini?" Celine berusaha cuek. Dia berusaha untuk melangkah ke arah dalam kampus. 
 


 

"Kukira alim, ternyata liar," kata Pungky kepada teman-temannya sambil mencibir ke arah Celine. 
 


 

"Iya, kupikir gadis baik-baik, eh ternyata jago goyang juga. Hihihi," kata Risma yang juga ikut melirik ke arah Celine. 
 


 

Kata-kata mereka berdua dan tatapan mereka berdua serta beberapa orang lainnya yang terus menatapnya sambil mentertawakannya membuat Celine bingung. 
 


 

"Apa maksud mereka dan mengapa mereka terus menatapku dan seperti mentertawakanku?" batin Celine bingung. 
 


 

Saat itulah Widya, sahabat Celline datang mendekati Celine. "Kamu harus melihat apa yang aku temukan."
 


 

"Ada apa? Apa maksudmu, Widya?" tanya Celine bingung. 
 


 

Widya adalah salah satu teman dekat Celine, sama seperti Lisa. 
 


 

Widya membawa Celine ke sebuah tempat yang agak sunyi kemudian dia memperlihatkan sebuah video di handphonenya. 
 


 

"Ini video apa?"
 


 

"Kamu harus melihatnya dan kamu harus kuat saat melihatnya."
 


 

Celine mengangguk. Kemudian dia mulai memperhatikan video yang berada di layar handphone milik Widya ini. 
 


 

Ternyata dalam video itu memperlihatkan gairah liar seorang Celine bersama seorang pria yang wajahnya sengaja disamarkan sehingga wajahnya tidak jelas di dalam video ini. 
 


 

Tapi wajah Celine terlihat sangat jelas bahkan terlihat sekali saat Celine dengan liarnya menandingi keperingasan lelaki itu. 
 


 

Celine langsung menangis saat melihat video itu. "Aku menolaknya. Huhuhu. Aku terus menolaknya, aku yakin aku terus meminta dia untuk tidak melakukan itu. tetapi dia terus melakukan itu kepadaku. Kenapa gak ada di video ini? Kenapa?"
 


 

"Video yang beredar di kampus ini, cuma segini, Celine."
 


 

"Pantesan mereka mentertawakan aku. Tapi, aku berani bersumpah kalau aku menolaknya. I swear!"
 


 

"Aku percaya padamu, Celine. Tapi apa yang terlihat di video ini menggambarkan hal lain."
 


 

"Nampaknya aku minum obat perangsang. Ya. Itulah yang terjadi. Di awal aku menolak lelaki bejad itu. Aku masih ingat soal itu. Tapi, belakangan, aku tidak sadar lagi. Nampaknya saat itulah aku menjadi liar seperti di video itu."
 


 

"Kenapa kamu mau minum obat perangsang, Celine?" tanya Widya sambil mengerutkan keningnya. 
 


 

"Aku tidak tahu. Yang jelas, setelah aku meminum minuman yang disuguhkan oleh Lisa, aku mulai merasa pusing dan aku baru sadar besok paginya di kamar sebuah hotel. Ya. Itulah yang terjadi."
 


 

"Nampaknya Lisa menjebakmu, Celine."
 


 

"Apa maksudmu?"
 


 

"Selama beberapa hari ini, sejak beredarnya video panas kamu itu, aku terus menyelidiki dari mana sumber video ini. Kemudian ada beberapa orang yang bilang kalau video ini berasal dari Lisa."
 


 

Mendengar itu, kini semuanya menjadi jelas bagi Celine. Kini dia tidak lagi percaya akan kata-kata Lisa yang mengatakan kalau Celine saat itu meninggalkan Lisa dan masuk ke sebuah kamar hingga berakhir dengan pemerkosaan yang dilakukan seorang lelaki kepada Celine. 
 


 

Kini Celine mulai memikirkan semuanya dari kacamata berbeda. Dia sadar kalau dia sudah meminum obat bius bercampur obat perangsang yang diberikan Lisa dalam minuman yang disodorkan Lisa kepadanya itu. 
 


 

Setelah itu, nampaknya Lisa mengantarkan Celine yang sudah tidak berdaya itu ke dalam sebuah kamar dan di kamar itulah Celine diperkosa. 
 


 

"Ikut aku untuk menemui Lisa."
 


 

"Ok. Aku memang tahu kalau Lisa itu iri kepadamu tapi tidak ku kira dia akan berlaku sekeji ini."
 


 

"Dia iri kepadaku?"
 


 

"Iya, Celine karena pria yang disukai Lisa sejak lama, tergila-gila kepadamu. Itulah sumber iri hatinya kepadamu."
 


 

"Apa maksudmu?"
 


 

"Reynold menyukai kamu tapi kamu malah meminta Lisa untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Reynold dan nampaknya Reynold sudah menolak cinta Lisa. Nampaknya itu sebabnya dia benci kepadamu."
 


 

"Reynold menyukai aku?"
 


 

"Iya, Celine. Dia menyukai kamu. Dia bahkan mengatakannya terus terang kepadaku."
 


 

"Aku tidak tahu soal ini dan dengan bodohnya aku meminta Lisa untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Reynold."
 


 

"Aku dengar Reynold sudah sempat menolak Lisa mentah-mentah."
 


 

"Karena itulah Lisa menjebak aku? Tetapi ... Ugh, seharusnya dia tidak berbuat sekejam itu."
 


 

Widya dan Celine mencari Lisa tapi pada saat itu mereka bertemu Lisa, Lisa langsung tersenyum mengejek ke arah Celine. "Wah, rupanya bintang panas kita yang kembali masuk kampus. Hebat. Wajahnya tebal."
 


 

"Kenapa kamu melakukan ini kepadaku, Lisa? Apa salahku kepadamu? " Mendengar kata-kata Lisa tadi, Celine bisa memastikan kalau Lisa adalah orang di belakang semua peristiwa pemerkosaan kepada dirinya itu. 
 


 

"Kamu tidak perlu tahu alasannya. Yang penting, kamu bukanlah gadis alim yang jadi idaman banyak pria seperti yang terjadi selama ini. Hehehe."
 


 

PLAAAAKKKK
 


 

Celine sudah menampar Lisa dengan sekuat tenaga. 
 


 

Lisa berusaha memukul Celine tapi Widya sudah melerai mereka dan langsung membawa Celine untuk menjauh dari Lisa. 
 


 

Sambil menangis karena sakit hati, Celine mengikuti langkah Widya yang membawanya pergi. 
 


 

Apalagi mulai ada banyak mahasiswa yang mendekat untuk melihat pertengkaran itu. 
 


 

"SI PEREK NGAMUK! HUH, BELUM DAPAT BOOKING YA? SAMPAI KAMU NGAMUK-NGAMUK?" teriak Lisa untuk memancing simpati mahasiswa lainnya kepadanya. 
 


 

Celine pergi dengan diantar Widya. Celine berjanji untuk tidak lagi menginjakkan kakinya di kampus kebanggaannya ini karena namanya sudah tercoreng di kampus ini. 
 


 

6 BAYANGAN YANG MASIH MENGHANTUI
 


 

Dua bulan berlalu, bayangan-bayangan pada malam itu terus menghantui Celine hingga kini.
 


 

Di satu sisi, Celine sangat membenci pria yang telah merenggut kehormatannya. Tapi di sisi lain ia juga tidak bisa menghapus sensasi yang telah ditorehkan pria itu padanya. 
 


 

Kenikmatan yang mereka reguk kala itu benar-benar membuat Celine tak bisa melupakannya. Dan kini, sesuatu yang berasal dari diri pria itu justru bersemayam di dalam tubuhnya.
 


 

Tangan Celine bergetar hebat saat mendapati benda pipih di tangannya menunjukkan dua garis merah. Bukan hanya Celine, kedua orang tuanya juga tak kalah histeris saat melihat hasil tes tersebut. 
 


 

Awalnya Celine pikir, dia hanya tidak enak badan, namun gejala yang ia alami membuat ayah dan ibunya kuatir. Untuk itu, mereka meminta Celine segera memeriksakannya. 
 


 

“Siapa ayah bayi itu?” Tanpa panjang lebar, ayah Celine menghunuskan pertanyaan tajam ke arahnya. 
 


 

“Itu ...” Bukan tidak mau menjawab, bahkan Celine sendiri ragu siapa ayah bayi itu. 
 


 

Ingatannya kembali mengudara ke kejadian di hotel beberapa bulan lalu. Meskipun ia hanya pernah tidur dengan satu pria, tapi ia tidak mengetahui jelas siapa pria itu. 
 


 

“Angkat kakimu dari rumah ini dan jangan kembali lagi!” Celine masih terisak memohon pengampunan, tapi kedua orang tuanya menganggap kehamilan Celine yang tanpa suami bagai aib bagi keluarga. 
 


 

Bingung hendak ke mana, Celine pun memutuskan untuk mengasingkan diri, entah ke mana. Ia pun belum memikirkan secara matang tujuannya. 
 


 

Dengan sisa uang pas-pasan di tabungannya, ia pergi menaiki sebuah taksi. Pergi ke mana pun, asal tidak di sini. Tidak bertemu orang-orang yang memandangnya sebelah mata, dan yang terpenting: tidak bertemu pria itu lagi. 
 


 

Celine menghapus air mata yang membanjiri pipinya, berusaha tegar meskipun ia tahu itu teramat berat. Tapi semuanya sudah tidak penting lagi. Celine harus mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan nyaman yang selama ini ia jalani.
 


 

Kini motivasi Celine untuk tetap bertahan hidup untuk anak yang ada di dalam perutnya yang saat ini masih rata. Tidak peduli seberapa keras kehidupan masa depannya, Celine akan bekerja keras untuk anaknya. 
 


 

Untungnya Celine bisa kerja di sebuah toko emas yang memiliki mess untuk karyawan. 
 


 

Saat perut Celine mulai membesar, ayahnya meninggal sehingga ibunya memanggilnya pulang. 
 


 

*** 
 


 

Lima tahun kemudian. Celine sedang mematut dirinya di cermin karena hari ini, ada wawancara kerja dari sebuah perusahaan besar di Jakarta yang bergerak di bidang saham.
 


 

Perusahaan itu menawarkan gaji tinggi, andaikan Celine bisa lolos dari tes wawancara yang akan dilakukan pada pagi ini. 
 


 

"Mama mau ke mana?" tanya seorang anak kecil berumur 4 tahunan sambil memeluk kaki Celine. 
 


 

Celine tersenyum dan berjongkok supaya dia bisa memeluk anak lelaki yang tampan ini. "Mama akan pergi ke kantor baru mama. Bryan di rumah sama Oma, ya?" 
 


 

Sesudah itu, sambil memeluk Bryan, Celine menetap gemas ke arah Bryan. Celine harus mengakui kalau wajah Brian sangat berbeda dengan dia maupun ibu atau ayah Celine.
 


 

Menurut ibunya Celine, Bryan mengikuti wajah papanya Bryan yang tidak dikenal Celine yang bahkan wajah papanya Celine itu tidak diingat Celine, karena saat itu, Celine sedang dalam keadaan setengah tidak sadar saat bersama papanya Bryan itu. 
 


 

"Mah?" 
 


 

"Iya, Bryan?" 
 


 

"Kapan Blyan ketemu Papanya Blyan, Mah?" 
 


 

"Mama kan sudah bilang, Papanya Bryan itu tinggalnya jauh di luar negeri, bahkan mungkin sudah melupakan kita. Jadi, sudahlah, tidak usah memikirkan dia." 
 


 

"Tapi, teman-teman Blyan di TK punya papa, kok. Mereka bisa punya papa dan mama. Kok Blyan nggak punya?" 
 


 

Mendengar pertanyaan polos anaknya ini, Celine cuma bisa terdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Bryan ini. Ia pun segera mengalihkan pembicaraan ke hal lain dan bergegas pergi menuju tempat wawancara setelah memberikan Bryan dalam pengasuhan Rara, ibunya. 
 


 

Celine segera naik sepeda motornya, sepeda motor peninggalan papanya, sepeda motor yang juga dulunya sempat dipakai Celine untuk ikut balapan motor liar dan karena sepeda motor itu sudah di-tune-up dengan sangat bagus oleh papanya Celine, membuat Celine banyak kali memenangkan balapan motor liar di masa SMA sampai kuliah. 
 


 

Tapi sejak Celine hamil, Celine tidak mau lagi mengikuti balapan liar karena takut terjadi apa-apa pada dirinya. 
 


 

Celine takut dia tidak bisa melihat anaknya lagi karena kecelakaan di balapan liar. 
 


 

Sekarang ini, motor yang dulunya dipakai Celine untuk balapan liar, cuma dipakainya untuk kehidupan sehari-hari dan sekarang ini dia menuju ke kantor baru dengan harapan dia bisa diterima bekerja di kantor barunya ini. 
 


 

Sesampainya di Graham Sekuritas Indonesia, Celine segera menuju ke resepsionis untuk bertanya tentang wawancara kerja yang akan diikutinya. 
 


 

Hari ini Celine begitu bersemangat. hatinya membuncah senang. Sejak beberapa hari lalu ia sudah berlatih dan menyiapkan jawaban dari pertanyaan klasik untuk wawancara kerja. 
 


 

Dia harus mendapatkan pekerjaan ini. Harus, demi anaknya. “Kenapa jantungku begitu berdebar-debar?”
 


 

Celine menghela napas panjang karena terlampau gugup. Ia pun lekas melangkahkan kakinya dengan pasti menuju ruang interview.
 


 

Namun, semangat Celine yang meletup-letup barangkali akan redup seketika jika ia mengetahui pria yang merenggut kesuciannya pada 5 tahun lalu, saat ini berada dalam radius yang begitu dekat dengannya. 
 


 

Bahkan pria itu sedang mengincarnya karena target yang ia cari selama ini justru datang sendiri ke hadapannya!
 


 

7 PRIA YANG TIDAK MAMPU KUTOLAK
 


 

Celine perlahan membuka pintu sesaat setelah suara bariton di dalam ruangan tersebut mengizinkannya masuk. Matanya membola dan tubuhnya bergeming saat melihat penampakan seorang pria yang hanya berjarak beberapa meter di depannya.
 


 

Jika ada kata di atas kata tampan, mungkin itu kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan pria di hadapannya. 
 


 

Gaya rambut kasual, mata tajam, hidung runcing, serta rahang tegas semakin menguatkan aura kepemimpinan pria itu.
 


 

Dan yang paling penting dari semua itu adalah, Celine seperti pernah mengenal pria ini tapi dia tidak tahu dimana dia mengenal pria ini. Yang jelas, pria ini dia yakin kalau pria ini pernah membuat kesan yang sangat dalam di hatinya. 
 


 

“Kau akan terus berdiri di sana?” Suara berat pria itu sukses menghentikan lamunan Celine.
 


 

“Duduklah,” ucap pria itu mengarahkan tangannya ke kursi yang ada di depan mejanya, “aku Jason, analis saham yang akan mewawancaraimu,” lanjutnya tanpa menunggu respon Celine.
 


 

Celine tertegun begitu pria di hadapannya memperkenalkan diri. Jason, nama yang sejak tadi menjadi buah bibir para pelamar di luar.
 


 

Mereka semua membicarakan sosok yang selama ini berhasil mengangkat citra perusahaan ini dengan berbagai pencapaian yang menakjubkan. Hingga pada akhirnya perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan saham yang paling diincar oleh semua orang untuk bekerja di sini.
 


 

Entah bagaimana, Celine tak menyangka jika calon bosnya sendiri yang turun tangan langsung untuk mewawancarai dirinya. Hal ini justru menambah kegugupannya.
 


 

"Ah, iya Pak," kata Celine sedikit tergagap sambil menundukkan kepalanya dengan hormat ke arah Jason.
 


 

Pria itu memandangnya lekat dengan tatapan misterius yang sulit diartikan Celine. 
 


 

Kenyataannya, Celine tidak mengenal Jason karena pada saat kejadian 5 tahun sebelumnya Celine berada dalam pengaruh obat bius dan juga pengaruh obat perangsang. Apalagi saat Celine terbangun dari tidurnya setelah malam panasnya dengan Jason, Jason sudah tidak lagi berada di sampingnya, karena itulah Celine sama sekali tidak mengenal Jason.
 


 

Yang tertinggal di ingatan Celine hanyalah sentuhan pria itu yang mampu memuaskan hasratnya 5 tahun lalu. 
 


 

"Siapa namamu?" tanya Jason dengan pandangan tajam. Seketika ruangan yang hanya diisi oleh mereka berdua menjadi hening. Aura pria itu begitu kuat, menguar dari balik jasnya dan mendominasi ruangan.
 


 

"Ce-celine, Pak. Celine Mawardi," jawab Celine sambil menundukkan kepalanya. 
 


 

"Angkat kepalamu!" tukasnya.
 


 

Perintah itu membuat Celine secara refleks langsung mengangkat wajahnya. Sebagai seorang calon pegawai baru yang ingin sekali bisa bekerja di perusahaan ini, tentu saja Celine harus patuh dengan perintah dari atasannya ini. 
 


 

Celine pikir Jason menyuruhnya mengangkat kepalanya agar supaya Jason bisa melihat potensi yang dimiliki Celine untuk bekerja nantinya, sehingga dengan semangat, dia mengangkat kepalanya. 
Tapi kenyataannya tidak. 
 


 

Masih dengan tatapan misteriusnya, calon bosnya itu justru mengamati tiap inci wajahnya dengan saksama tanpa berkata sepatah kata pun. 
 


 

Celine masih terus mengangkat wajahnya sambil menatap ke arah Jason. Dia terus menunggu Jason melontarkan sesuatu, entah pertanyaan, pernyataan, atau apa pun itu. 
 


 

Celine sudah siap untuk menjawab pertanyaan dari Jason. Karena Celine sudah menyiapkan dirinya dengan keras. Dia sudah belajar dengan giat untuk menghadapi pertanyaan yang kemungkinan akan ditanyakan kepadanya.
 


 

Celine yakin, biasanya sang pelamar akan ditanya tentang semua yang berhubungan dengan pekerjaan di bidang saham, bidang pekerjaan dari perusahaan tempat Celine melamar ini dan Celine sudah siap untuk menghadapi pertanyaan Jason selanjutnya tapi pertanyaan dari Jason itu tidak pernah datang karena Jason terlihat terlalu sibuk menatap wajah Celine. 
 


 

"Kapan aku diwawancara kalau kayak gini terus?" batin Celine sambil terus menatap takut-takut ke arah wajah tampan Jason. 
 


 

Celine merasa aneh karena melihat Jason masih terus menatapnya bahkan lama-kelamaan Celine merasa dirinya seperti sebuah barang yang sedang ditaksir dan ditatap dengan penuh minat atau sedang diselidiki keasliannya oleh calon pembelinya. 
 


 

Celine masih bertanya-tanya dalam hati karena pria itu masih sibuk memandanginya. Ia merasa tatapan itu seakan mampu menembus ke dalam pakaian dan memperlihatkan tubuh polos yang ada di balik kemeja putih yang dikenakannya saat ini.
 


 

Celine mulai risih dan menangkupkan kedua tangannya ke dada karena merasa tatapan Jason seperti sedang menelanjanginya.
 


 

"Mana tanganmu!" perintah pria itu tiba-tiba pria sambil mengulurkan tangannya.
 


 

"Apa, Pak?" tanya Celine karena walaupun dia sebenarnya sudah mendengar jelas kalau Jason meminta Celine untuk mengulurkan tangannya, tetapi karena Celine tidak menyangka akan perintah Jason yang seperti ini, maka itu membuat Celine harus bertanya sekali lagi untuk memastikan pendengarannya memang masih berfungsi dengan baik. 
 


 

"Aku bilang mana tanganmu!" Jason membulatkan matanya untuk menunjukkan ketegasannya dan supaya Celine langsung melakukan perintahnya. 
 


 

Dengan takut-takut Celine langsung mengulurkan tangan gemetarnya ke arah Jason. 
 


 

Secepat kilat Jason langsung meraih dan menggenggam tangan halus Celine.
 


 

Pria itu memegang dan mengelus lembut tangannya sambil memejamkan mata, entah apa yang sedang ia bayangkan, Celine tak mengerti.
 


 

Di mata Celine, Jason seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan favoritnya dan dia ingin selalu memegang mainan favoritnya ini, seolah tidak mau melepaskan tangan kanan Celine ini.
 


 

Hal ini membuat Celine menjadi bingung karena bukan ini wawancara kerja yang ia bayangkan.
 


 

Sebelumnya Celine membayangkan akan dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan tentang perdagangan saham dan pertanyaan-pertanyaan tentang cara menarik minat investor untuk membeli saham yang diperdagangkan di pasar saham. 
 


 

Karena itu, Celine menjadi bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Dalam otak Celine, dia sudah mempersiapkan jawaban-jawaban untuk setiap kemungkinan pertanyaan yang ditanyakan kepadanya, karena selama berapa bulan terakhir ini Celine sudah mempersiapkan diri dengan keras untuk masuk di dunia kerja dan lebih spesifik lagi untuk masuk di perusahaan yang bekerja di bidang saham, tapi tidak Celine sangka kalau wawancara kerjanya akan seperti ini.
 


 

Tapi semakin Celine menatap Jason, Celine semakin tertarik akan wajah Jason dan rahang keras serta tatapan mata Jason yang menghanyutkan dan membuat Celine pasrah dan membiarkan saat tangannya terus dipegang Jason. 
 


 

"Apakah pria yang di depanku ini, model bos-bos yang suka melakukan pelecehan seksual kepada karyawan wanitanya?" tanya Celine dalam hati sambil menatap Jason.
 


 

Meski begitu, Celine mengabaikan pertanyaan yang melintas di benaknya. Ia tidak keberatan dengan apa yang dilakukan calon bosnya, Celine menatap mata indah Jason dan menikmati rasa yang dia alami saat ini. 
 


 

Keduanya terus saling tatap dengan kedua tangan Jason terus membelai-belai tangan kanan Celine. Kini tangan kekar pria itu mulai menjalar dari telapak tangan Celine, kemudian naik hingga ke lengan Celine yang putih mulus bagai salju.
 


 

Sensasi aneh dalam dirinya membuat Celine ketagihan dan menginginkannya lebih daripada itu, ia semakin terbawa perasaan. Apalagi sosok Jason ini seperti mempunyai kesan yang nyaman bagi Celine. 
 


 

Sejak tadi, Celine ingin protes karena bukan ini wawancara yang diharapkannya. Celine tidak pernah mempersiapkan diri untuk wawancara seperti ini, tidak pernah menyangka kalau dia akan mendapatkan wawancara seperti ini dari bos yang mewawancarai dia. 
 


 

Tapi entah kenapa, Celine tidak bisa protes, Celine tidak bisa menghindar karena tatapan pria di depannya ini sangat menguasainya, membuat Celine tidak mampu untuk membantah, membuat Celine tidak mampu untuk protes, membuat Celine membiarkan pria di depannya ini terus membelai-belai tangannya.
 


 

Karena pada kenyataannya, Celine memang tidak berani protes. Celine hanya bisa membiarkan apa yang dilakukan pria di depannya ini, karena pria di depannya ini terlalu tampan untuk dia tolak, bahkan, Celine mulai menikmati apa yang dilakukan pria di depannya ini kepadanya. 
 


 

Pria itu masih asyik membelai-belai tangannya. Sesaat kemudian, tangan pria itu kini meraih dagu Celine, mengusap lembut bibir Celine yang merah pekat dengan ibu jarinya. “Kau tidak keberatan kan, jika aku mendaratkan bibirku ke sini?”




 


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya MALAM PERTAMA 8-20
0
0
Celine semakin tidak mampu jauh dari pesona Jason yang semakin menguasainya dan membuat Celine mengenal yang namanya nafsu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan