
WW-14
"Kamu kenapa, Dir?" tanya Kinan terkejut melalui ponselnya, ketika siang itu Dira meneleponnya di tengah-tengah kesibukan kerjanya. "Kamu kenapa nangis? Mana Nolan? Kamu mau lahiran?" tanyanya panik mendengar sahabatnya menangis histeris.
"Aku udah nggak sanggu lagi, Nan. Aku nggak sanggup!" Dira semakin menangis.
"Kamu, kenapa, Dira!? Kamu jangan bikin panik dong, Dir ...." Kinan rasanya ingin segera menemui sahabatnya itu sekarang, tapi dia tidak bisa pergi begitu saja dari katornya.
"Nolan, Nan ... Nolan ...."
"Nolan? Kenapa dengan Nolan?" Kinan langsung membayangkan kalau ada sesuatu hal buruk terjadi pada suaminya sahabatnya itu.
"Dia selingkuh, Nan! Dia punya istri lain, selain aku! Mereka punya rumah, Nan!" Tangis Dira semakin kuat.
"Nolan selingkuh?" tanya Kinan terkejut dna tak percaya. "Nolan suami kamu, Dir?"
"Iya! Nolan suami aku! Ya , Tuhan ... aku pikir aku adalah perempuan paling beruntung di dunia! Tapi ternyata aku istri paling malang, Kinan. Suamiku yang aku pikir setia ternyata selingkuh!"
"Dira ... kamu tenang dulu ya? Ingat, kamu lagi hamil besar," dan Dira semakin menangis karena diingatkan tentang kehamilannya.
"Aku lagi hamil dan nggak berdaya, Nan ...."
Kepala Kinan tiba-tiba sakit mendengar sahabatnya sekarang. "Dira, kamu tahu dari siapa? Memang sudah pasti Nolan? Ada bukti?" tanya Kinan hati-hati.
"Ada! Ini aku kirim sama kamu, Nan. Mereka punya rumah, Nan!"
"Siapa yang kasih tahu kamu informasi itu, Dira?"
"Kinan ... " Dira kembali menangis tersedu-sedu. "Sebenarnya selama ini aku nutupin gimana sikap Nolan dari kamu dan semua orang. Aku suruh orang mata-matain dia, Nan, dan semua terbukti kecurigaan aku. Nolan selingkuh dan punya istri lain."
"Astaga, Dira ... Sebentar lagi aku temuin kamu. Sekarang kamu masih di rumah kalain kan? Atau kamu di rumah orang tuamu?"
"Aku masih di rumahku, Nan. Aku nggak sanggup bikin papa dan mamaku kecewa. Nolan itu menantu kesayangan mereka, tapi nyatanya?"
Ya udah. Sekarang kamu tenangin diri kamu, sebentar lagi aku ke sana. Okay?"
"Iya, Nan. Kamu nggak usah hubungi Nolan. Aku mau menangkap basah dia malam ini!"
"Iya, Dira. Aku juga nggak mungkin tanya dia. Kamu tenangin dirinya? Jangan mikir yang macam-macam," pesan Kinan.
"Iya, Nan. Aku tunggu kamu, Kinan. Kamu harus temanin aku, Kinan. Kalau aja aku nggak hamil, aku sendir bisa grebek mereka."
"Iya, Dira. Kamu tenang ya."
Kinan menghela napasnya panjang begitu panggilan mereka selesai. Dia menggelengkan kepalanya tak menyangka kalau Nolan mengkhianati Dira. Suami sahabatnya itu adalah laki-laki yang masih dia yakini suami yang setia dimana dia sangat sinis melihat kesetiaan dan pernikahan.
***
"Ya, Jess? Aku lagi sibuk nih." Raga menjawab panggilan Jason ketika dia sedang serius memeriksa laporan perusahaannya.
"Aku mau bunuh orang nih, Ga."
"Apa!?" tanya Raga terkejut luar biasa. "Aku nggaka ada waktu untuk becanda sekarang ini, Jess."
"Aku juga nggak bercanda, Ga! Aku memang pengen habisin laki-laki itu!" Jason terdengar sangat marah.
"Laki-laki siapa?" Raga bingung.
"Adek aku, Ariana...."
"Kenapa Si Arie?"
"Kawin lari, Ga! Si Arie adek aku kan masih kecil, Ga!"
"Arie sih udah nggak kecil lah, Jess, tapi kalau dia kawin lari ya caranya itu salah."
"Arie masih kuliah, Ga dan sampai kapanpun aku nggak restui dia sama Si Baron."
"Lapor polisi aja, Jess. Bilang aja penculikan."
"Si Arie ngancem bunuh diri kalau kami melapor ke polisi. Jadi kita harus turun tangan, Ga!"
Raga mengerutkan keningnya. "Kita?"
"Kamu sahabat baik aku kan, Raga? Arie kamu anggap adek kamu juga kan?"
"Iya. Trus—"
"Kita selamatkan adek aku dari Si Baron, Ga. Kita harus pisahkan mereka."
Raga memejamkan matanya. Dia sangat tidak tertarik untuk ikut campur dalam masalah percintaan Ariana adik sahabatnya itu. Meskipun dia menganggap Ariana seperti adiknya, tapi tetap saja dia bukan kakak kandungnya dan dia tidak ada hak untuk ikut campur.
"Jess, kayaknya nggak pantas deh kalau aku ikut campur."
"Kamu tega kalau nanti Arie menderita sama Playboy itu? Nggak ada gunanya kalau nanti akhirnya menyesal, Ga. Dan ini aku yang minta bantuan kamu."
Raga menghela napasnya lelah. "Memangnya di mana sekarang posisi Arie?"
"Sama Baron! Aku udah dapat alamat rumah tempat Arie disembunyikan dia."
"Kapan sih Si Arie pergi dari rumah?"
"Kemarin. Tadi pagi dia kirim pesan sama Mamaku dan bilang besok dia bakal nikah sama Baron. Besok, Ga!"
"Jadi kamu dapat dari mana alamat mereka?"
"Dari keluarganya Baron. Aku ngancem mereka. Tapi Aku nggak bisa gegabah bertindak karena Arie bisa aja nekat. Sebenarnya aku udah pengen banget kasih bogem mentah untuk Baron."
"Okay. Jadi maksud kamu kita jemput Arie?"
"Iya, Ga. Kita berdua, tapi aku akan tunggu dari jauh, karena aku sama Arie barusan bertengkar. Dia ngancem kalau aku muncul di hadapan mereka, dia akan ngelakuin yang bikin aku menyesal katanya."
Raga beedecak kesal. "Perasaan, Arie orangnya nggak gitu."
"Ini semua karena Baron, Ga!"
"Mereka kan udah putus."
"Ternyata mereka Backstreet selama ini. Kami sekeluarga juga nggak nyangka kalau mereka balikan. Mama aku dari tadi nggak berenti nangis, Ga.
" Jam berapa kita jalan?"
"Jam sembilan kita udah sampai di rumah itu, Ga. Pokoknya kita harus hati-hati bertindak."
"Oke. Kamu juga harus tenang. Dari kantor aku langsung ke rumahmu."
Jason tertawa gembira karena skenario berjalan. Dia berharap adiknya tidak marah karena sudah menjadikannya alat untuk menjalankan rencananya dan Dira.
"Halo, Tante Anne, semua beres, Tante. Orang-orang di lokasi juga udah siap, Tan," beritahu Jason melalui ponsel kepada Marianne.
"Terima kasih, ya, Jess. Semoga sampai akhir berjalan lancar," jawab ibunya Raga.
"Amin.... "
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
