
Sebut saja nama ku Melati, aku menikah dengan seorang pria yang bekerja di kota. Pertemuan kami berawal dari tempatnya bekerja mengirimnya ke desa kami sehingga pertemuan yang awalnya hanya sekedar kenalan semakin intens dan akhirnya dia yang mengaku bujang melamarku pada orang tua. Awalnya aku sama sekali tidak curiga dengan dirinya yang selalu menolak jika aku minta ikut ke kota katanya dia hanya tinggal di mes tempat dia bekerja dan tidak mengizinkan membawa keluarga. Aku percaya begitu saja...
Aku terpaksa harus menunggu dengan sabar telepon dari suamiku, memang menunggu membuatku sangat bosan tapi bagaimana lagi aku tidak bisa berbuat banyak karena sekarang aku hanya bisa menunggu dan menunggu. Setelah menunggu beberapa jam akhirnya orang yang aku tunggu menelepon juga.
“Assalamualaikum mas.”
“Waalaikumsalam, ada apa dek?”
“Mas, kamu tadi ngapain? Kenapa telepon dariku main matikan begitu saja.”
“Itu tadi mas sedang rapat dengan klien, nggak enak lah terima telpon makanya telepon darimu mas tolak terus dan akhirnya klien mas memperhatikan dan itu disuruh mengangkat panggilan darimu akhirnya.”
“Oh begitu ya mas, maaf ya.” ucapku dengan rasa gemuruh di dada “baiklah, pintar sekali kamu mas bersandiwara. Kamu mau main-main dengan aku ya. Ayo, kita lihat sampai dimana permainan ini dan siapa yang kalah di akhir permainan ini. Jangan sebut namaku Melati jika aku tidak bisa membuatmu bertekuk lutut memohon padaku mas.” aku mengumpat di dalam hati.
“Mel, dua hari lagi mas kembali. Kamu tunggu mas ya. Mas kangen sama kamu.”
“Yang benar mas dua hari lagi mau kesini?”
“Iya, mas sudah dapat surat perintah dari kantor untuk kembali ke desa meninjau proyek yang kemarin apakah berjalan sesuai alurnya atau tidak. Ya nggak bisa lama sih paling cuma tiga atau empat harilah.”
“Ya nggak apa-apa mas, aku tunggu ya.”
“Ya, kalau begitu mas tutup ya teleponnya. Kamu baik-baik disana, salam untuk bapak dan ibu.”
“Ya mas, nanti aku sampaikan.”
Tut…tut…tut.
“Bagus sekali sandiwaramu mas. Kamu pikir aku tidak tahu mas, kamu sedang bersandiwara. Awas aja kamu mas jika mempermainkan aku. Aku akan pastikan jika kamu akan merasakan luka yang sama dengan apa yang aku rasakan nanti. Loka yang kamu goreskan akan aku balas dengan yang setimpal mas. Jangan kamu pikir aku orang desa bisa ditipu dengan mudah, kita lihat saja nanti bagaimana orang desa bekerja jika hatinya sudah terluka. Musuh pantang dicari mas, bertemu pantang aku lari.” aku bergumam sendiri sambil memainkan rambut yang dari tadi terbang kesana kemari ditiup oleh hembusan angin.
Aku segera mengirim pesan pada temanku dengan mengatakan jika suamiku akan pulang dua hari lagi, dan aku memintanya untuk mencari tahu dalam waktu dua hari tersebut. Beruntung aku karena dua hari besok temanku mendapat jatah libur sehingga dia bisa menjadi detektif abal-abalan selama waktu liburnya tersebut. Meskipun temanku yang awalnya keberatan dan mengomel ku suruh mengikuti suamiku namun akhirnya dia mau juga mengingat aku adalah sahabat terbaiknya sehingga dia tidak mau aku jika terluka.
“Baiklah, aku akan melakukan sesuai permintaanmu Mel. Tapi, awas ya kamu nggak boleh menangis apapun nanti informasi yang aku dapatkan. Jika memang benar suamimu berselingkuh dia tidak pantas menerima air matamu, laki-laki seperti itu kamu buang saja jauh-jauh.”
“Tenang saja aku bukan perempuan bodoh, Rindu. Kamu kan tahu siapa aku, meskipun aku orang kampung tapi untuk urusan ini maka tidak ada lagi gadis kampung yang lugu.”
“Wah aku suka semangat kamu, Mel. Baik, besok aku akan mulai penyelidikan dari tempat ku bekerja biasanya mereka bertemu disana. Nanti aku akan ikuti mereka.”
“Baik, terimakasih sebelumnya.”
“Sama-sama.”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
