Ada kejutan di menuju akhir, staytune and happy reading 🥰
Bab 3
Sesaat setelah sarapan, ibu Ria yang tidak lain adalah ibunya Sifa, mendatangi rumah Oca seraya berteriak pekik.
"Rumbi, keluar kamu!"
"Rumbi!"
"Ada apa ibu memanggil istri saya seperti itu?"
"Dimana Rumbi?"
"Iya Bu Ria..." Ucapnya dari dalam rumah.
"Didiemin malah ngelunjak ya!"
"Maaf Bu, bisa tenang sebentar? Ngobrolnya di dalam saja." Bu Rumbi mengajaknya ramah.
Bu Ria yang sudah tersulut amarah pun menghiraukan ajakannya. "Saya tidak mau...
Rumbai Pancaloka
0
0
5
Berlanjut
Di pedalaman desa, ada satu keluarga beranggotakan mama, bapak, dan anak yang harus menanggung kemiskinan. Jangankan hidup mewah, untuk makan hari besok pun harus mencari kayu di hutan agar bisa membeli kebutuhan pokok. Ditemani istrinya, hari-hari pak Panca terasa ringan. Kesetiaan dan tulusnya Bu Rumbi, membuatnya merasa menjadi laki-laki yang paling beruntung di desa tersebut. Kesehariannya yang pergi ke hutan, membuat Bu Rumbi sering khawatir dengan suaminya itu. Terlebih jika hujan tetap memaksakan pergi. Namun tidak ada pilihan, beliau selalu mengizinkan. Hingga di suatu hari, Bu Rumbi menyadari keanehan dari suaminya. Selama beberapa hari, pak Panca tidak makan. Beliau hanya pergi ke hutan, beraktivitas seperti biasa. Bahkan jika dirinya dan Oca ke pasar, nasi yang dihidangkan pun tetap utuh di meja makan.Suatu malam, Bu Rumbi bermimpi bahwa Pak Panca meminta bantuannya. Tidak bisa dihiraukan, mimpinya malam itu merupakan suatu pertanda bahwa suaminya benar-benar membutuhkan bantuannya. Semuanya terungkap ketika pak Panca ditemukan warga, tergeletak tidak bernyawa di dalam hutan. Hal tersebut membuat Bu Rumbi dan Oca terpukul karena kepergiannya. Tidak mau berlarut dalam kesedihan ataupun kemiskinan, Oca pun memboyong mama nya pergi ke kota dan meninggalkan desa tersebut. Sebelum pergi, Bu Rumbi juga mengganti nama putrinya menjadi Rumbai Pancaloka. Perpaduan dari nama Rumbi, Panca dan Oca.
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Selanjutnya
Bab 4 | Kunci Hubungan itu Komunikasi
0
0
Fakta di Bab 4Kebiasaan baru pak Panca menjadi pusat perhatian di sana. Ada yang memuji karena telaten dan pantang menyerah, namun ada juga yang menggunjing, bawasannya apa yang dilakukan terlalu berlebihan. Permisi bapak-bapak... Sapa salah seorang perempuan yang tidak lain adalah istri pak Bandit.
Eh mbak Ria. Ucap salah satu dari mereka.
Ini saya bawakan cemilan, monggo pak...
Nggeh mbak Ria, matursuwun.Satu persatu makanan diambil.Mas, Panca gak ikut istirahat? Tanya Ria kepada suaminya.
Gak, biarin aja.
Gak bisa gitu mas. Kalau satu istirahat, berarti semuanya harus istirahat. Bentar, aku kesana. Aku bujuk biar mau. Ria mendekatinya.Dari jauh pak Bandit memperhatikan, beliau merasa kalau istrinya masih mencintai Panca.Flashback 7 tahun silam sebelum adanya pernikahan antara Bandit dan Ria ataupun Panca dan Rumbi, mereka adalah sepasang kekasih di masa lalu.Ria sempat menjalin hubungan dengan Panca. Namun di suatu hari, tiba-tiba Panca menggelar pernikahan bersama perempuan lain di rumahnya. Momen sakral tersebut berubah buruk ketika Ria mengetahuinya.Mas Panca! Amukan terdengar dari luar pintu.
Ria...Tiba-tiba tamparan keras mendarat di pipinya. Plak!
Dasar laki-laki brengsek. Aku sabar menunggu kamu, tapi apa balasannya? Bahkan sekarang kita masih ada hubungan, kamu bisa menikah sama wanita lain? Amarah Ria memuncak.
Aku capek. Terserah, kalo akhirnya seperti ini, gapapa. Gak masalah, aku terima. Dan aku gak sudi liat kamu lagi! Setelah menyalurkan kecewanya, ia pun meninggalkan tempat tersebut.Kondisi semakin runyam ketika Rumbi bersuara, menyampaikan rasa kecewanya. Jadi, kamu masih ada hubungan sama perempuan itu?
Iya mas? Jawab! Imbuhnya.Panca terdiam sejenak sebelum mengiyakan.Kamu tau kunci hubungan itu apa?
Komunikasi. Seribu kali aku tekankan ini dan kamu mengiyakan, faham. Mau sejauh apapun jaraknya, kalau ada komunikasi tetap bakal langgeng. Kalau sudah gini mau gimana? Rumbi merasa kecewa karena tidak ada keterbukaan dari suaminya.
Aku minta maaf, aku memang ada hubungan sama Ria. Tapi itu dulu.Merasa semakin panas, beberapa warga melerai mereka. Sudah mas Panca. Ayo ikut ibu... Ucap salah seorang tetangganya yang mencoba menenangkan.Di dalam satu ruangan, ibu tersebut memberikan kesan dan pesan sebuah hubungan. Selain komunikasi, laki-laki juga menjadi pengendali. Sesabar apapun perempuan, akan kalah jika laki-lakinya lepas kontrol dengannya.Buang ego kamu nak, bicarakan baik-baik dengan Ria. Ibu yakin, dia bakal mendengarkan kamu. Kasih faham pelan-pelan.
Begitupun istri kamu, yakinkan dia lagi. Yakinkan kalau menikah denganmu bukan keputusan yang salah. Sambungnya.
Sekarang temui istri kamu.
Iya Bu, terima kasih... Panca segera menemuinya.Di kamar pengantin, obrolan suami istri tersebut terlihat senyap.Sayang... Panca menyapanya lembut.
Aku salah, aku minta maaf. Tapi keputusan aku untuk menikahi kamu, tidak salah. Ini pilihan aku.Rumbi tidak menggubrisnya, dan ia terlihat menangis.Aku minta maaf. Panca memohon, menggenggam tangan sang istri.
Aku minta maaf... Permintaan maaf berulang yang ia ucapkan.
Mas, ini fakta pahit yang harus aku terima. Aku gak tau, kamu menjadikan aku tujuan atau pilihan. Walaupun kamu sudah sah jadi suami aku, aku malah ragu untuk melanjutkan rumah tangga ini. Penjelasan Rumbi diikuti isak tangis.
Kamu butuh bukti apa Rumbi, aku lakukan sekarang. Panca berusaha meyakinkan kembali.Tidak ada jawaban dari sang istri. Saling pandang penuh tanda tanya, mungkin sudah menjadi jawabannya.Kembali ke Masa Sekarang Pak Bandit masih melihat istrinya yang sedang membujuk Panca. Namun tidak lama kemudian, Ria berjalan sendiri menghampiri beliau.Gak mau mas, biarin aja. Nanti sisakan saja buat Panca.
Iya. Ucapnya singkat.***Berbeda dengan suaminya, Bu Rumbi dibantu Oca untuk merawat kebun sayur miliknya di belakang rumah. Menyiram hingga memupuk, dilakukan mereka.Ma, kenapa ini harus dipupuk? Tanya Oca dengan polos.
Biar tumbuhnya sehat, nak. Biar sehatnya juga nular ke Oca...
Oh, begitu ya...
Iya...
Oh iya, bapak suka berkebun gak ma?
Suka nak. Malah bapak yang mengajak ibu berkebun seperti ini.
“Wah, hebat ya bapak.”Saat sedang berbincang, terdengar samar suara Sifa dari depan.“Temui temannya nak, biar ini mama yang melanjutkan.”Oca mengangguk. Sesampainya di teras rumah, Sifa sudah berdiri dengan membawa beberapa mainan di tangannya.Aku ada mainan baru, yuk main.
IyaMemilih di halaman rumah, mereka bermain masak-masak. Saat tengah mempersiapkan, Oca melihat bapaknya dan Pak Bandit berjalan bersamaan di sebrang sana.Sifa, lihat bapak aku. Dia ganteng banget kan?
Bapak aku juga Oca... Ucap Sifa menyamakan.
Bapak aku mengajarkan berkebun ke mama, jadi aku suka berkebun juga sekarang.
Kalo mama aku gak mau berkebun... Ujar Sifa.
Memangnya kenapa? Kata mama aku, berkebun juga bikin sehat
Aku gak tau Oca...Obrolan mereka berhenti ketika Pak Panca mendekat.Assalamualaikum...
Wa'alaikumsalam bapak
Anak bapak lagi main masak-masak ya?
Iya pak, nanti cobain masakan aku ya?
Siap, nanti bapak cobain. Ucap pak Panca seraya tersenyum.Bersambung..Staytune di Daminji ya, biar tau kapan update chapter selanjutnya 🤗
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan