Cinta Beda Usia (FREE Bab 4-7)

30
1
Deskripsi

Bertukar Akad:Menikahi Adik Ipar Sendiri Season 3

Cerita ini spin off Bertukar Akad:Menikahi Adik Ipar Sendiri.

Yang belum baca bisa mampir juga ke season 1 atau 2

Season 1:

https://karyakarsa.com/DLista/bertukar-akad

Atau

https://karyakarsa.com/DLista/adik-iparku-384752

Season 2

https://karyakarsa.com/DLista/bertukar-akad-454422

Bab 4

Alea keluar dari ruang kerja berpapasan dengan Syifa yang sudah bersiap membawa koper.

"Maaf, Ma. Al belum nemuin dompetnya."

"Sudah, Alhamdulillah Mama nemuin di kamar." Syifa berucap sambil menahan geli.

"Astaghfirullah. Tuh kan, Mama jahil sama Al dan Rendra," gerutu Alea sambul menghentakkan kakinya.

"Maklum, Al. Mamamu sudah pelupa," ledek Irsyad membuat Syifa tidak terima.

"Bukan lupa karena pikun, Syad. Tapi lagi banyak yang dipikirkan. Gimana ninggalin Alea dan Rendra sendiri sama Bi Sumi."

"Ishh, Mama. Kami berdua sudah besar. Nggak usah khawatir. Lagian ada Om Irsyad. Tinggal minta Om ke sini nanti ada temannya," usul Rendra.

"Iya-iya. Gimana Syad, bisa minta tolong bantu jaga anak-anak ya." Syifa seperti biasa merepotkan adik angkatnya. Jelas saja Irsyad tidak bisa menolak.

"Beres. Nanti aku kurung mereka di rumah biar nggak pergi kemana-mana," canda Irsyad. Alea dan Rendra pun dengan kompak berteriak protes.

"Hati-hati ya, Ma. Bilangin Papa jangan lupa telpon Alea kalau sudah selesai meeting."

"Iya, Sayang. Nanti Mama sampaikan." Syifa masuk ke mobil yang dikendarai sopir dari perusahaan. Ia melambaikan tangan pada kedua anaknya dengan senyum simpul. 

Semenjak anak-anaknya besar dan layak hidup mandiri, Syifa menemani suaminya perjalanan ke luar kota ataupun ke luar negeri. Anak-anak pun tidak protes. Mereka sudah memahami pekerjaan orang tuanya. Terlebih sang mama sudah mengorbankan profesinya saat harus menemani sang papa. Syifa mempercayakan kliniknya untuk dijaga Irsyad bergantian dengan May dan Dokter Helan. 

"Rumah ini bakalan sepi lagi, nih," curhat Alea. Ia paling mudah merindukan papanya. Sebab ia pernah mengalami masa kecil tanpa kasih sayang Zein. Setelah mama dan papanya berkumpul kembali, Alea selalu memanfaatkan momen bersama keluarganya. Hingga ia merasa kasih sayang papanya selalu ada sampai beranjak dewasa. 

Setiap orang tuanya perjalanan bisnis, Alea paling sering merindukan papanya. Tak pelak, Irsyad yang diminta menggantikan untuk menjaganya dan juga Rendra. Sebab laki-laki dewasa masih single itu paling dekat dengan keduanya.

"Tenang, Mbak. Nanti kita paksa Om Irsyad menginap di sini, pasti mau. Iya, kan, Om?" desak Rendra memaksa.

"Iya-iya, tapi harus ada yang mau masakin nasgor spesial buat Om, ya?" tawar Irsyad dengan mengedikkan alis.

"Hmm, beres tinggal minta Bi Sumi bikinkan sekalian buat kita bertiga dengan Om Irsyad, ya, Ren?" jawab Al dengan tersenyum mengembang.

"Eits, Om mau kalian berdua yang masak, bukan Bi Sumi. Awas kalau kalian suruh Bi Sumi yang masak, Om cuma nemenin tapi nggak menginap. Bye." Irsyad berlalu sambil mengibaskan tangan dengan wajah lega karena ingin mengerjai ponakannya.

"Dasar, Om Irsyad!" teriak keduanya bersamaan.

"Mbak Al yang masak, ya. Aku bantu doa aja," ucap Rendra sembari meringis.

"Enak aja. Kita berdua yang disuruh, bukan Mbak aja lho."

"Gimana ceritanya masak nasgor spesial. Aku nggak bisa masak, Mbak Al juga kan bisanya masak mie aja." Rendra mengucap dengan sedikit mengejek.

"Enak aja, Mbak bisa lho masak."

"Beneran?"

"Masak nasi."

Alea berlalu sambil menjulurkan lidahnya.

"Mbak Al!" pekik Rendra.

"Udah, nanti kita cari ide setelah Mbak selesaikan tugas kuliah."

Alea sudah masuk ke kamarnya, sesangkan Rendra masih berdiri di ambang pintu.

"Mbak mau praktik masak nasgor? Gimana ceritanya? Nanti sore kita ke dojo buat latihan karate, lho. Akhir pekan bulan ini senpainya mau kasih ujian."

"Astaghfirullah, kenapa Mbak lupa?" Alea menepuk jidatnya. Kesibukan mengerjakan tugas kuliah membuat kegiatan ekstranya suka terlewat kalau tidak diingatkan.

Syifa dan Zein membekali kedua anaknya ilmu beladiri supaya bisa menjaga diri saat ada bahaya mengancam. Mereka mengikuti karate sejak kecil. Karate dipilih atas masukan Syifa dan Irsyad. Keduanya sering mendapat pembekalan saat mengikuti kegiatan relawan. Meski hanya gerakan dasar, bagi tim relawan, ilmu beladiri sangatlah penting.

Menjelang sore sehabis salat Asar, Alea dan Rendra berangkat ke dojo naik motor. Sebenarnya ada mobil yang bisa dipakai, tetapi Rendra memilih naik motor supaya bisa mampir ke mana-mana lebih cepat. Tidak sampai setengah jam, mereka sudah di dojo untuk latihan.

"Al, Ren. Kalian bantu latihan dulu adik-adik sabuk putih, ya. Senpai mau melatih sabuk kuning dan hijau dulu."

"Siap, senpai."


 

#####

Boleh kasih love dan komentar ya. Makasih sudah mengikuti ceritanya.

Bab 5


Menjelang sore sehabis salat Asar, Alea dan Rendra berangkat ke dojo naik motor. Sebenarnya ada mobil yang bisa dipakai, tetapi Rendra memilih naik motor supaya bisa mampir ke mana-mana lebih cepat. Tidak sampai setengah jam, mereka sudah di dojo untuk latihan.

"Al, Ren. Kalian bantu latihan dulu adik-adik sabuk putih, ya. Senpai mau melatih sabuk kuning dan hijau dulu."

"Siap, senpai."

Alea dan Rendra sudah memegang sabuk coklat. Kalau lulus ujian, mereka akan memegang sabuk merah lalu sabuk hitam. Sabuk yang tertinggi di ilmu beladiri karate.

Sabuk coklat merupakan sabuk yang tergolong pada kategori senior. Warna coklatnya melambangkan warna tanah yang bersifat stabil. Maka dari itu, para karateka dengan sabuk coklat diharapkan dapat menguasai seluruh materi atau jurus yang telah diajarkan sebelumnya dan mempertahankannya dengan stabil. Para karateka bersabuk coklat sering kali dijadikan sebagai asisten pelatih, yang mana sikap dan perilakunya menjadi panutan untuk para karateka junior.

Menjelang Maghrib, Alea dan Remdra pamit dengan senpainya. Keduanya memang sudah akrab menganggap senpainya seperti keluarga.

"Sen, kami cabut dulu ya," ucap Rendra, diikuti Alea yang merapikan tegi atau baju karatenya.

"Sip, salam buat papa, mama, ya."

"Hmm, papa dan mama baru dinas, Sen."

"Wah, asyik dong. Berduaan aja di rumah, bebas tak terbatas," canda Senpai.

"Ishh, masih ada pengawas lah," lanjut Rendra.

"Haha, Om Irsyad ya? Dia memang bodyguard sejati. Ya sudah salam buat om ganteng. Bilangin jangan lama-lama menjomblo."

Ucapan Senpai membuat Alea dan Rendra terpingkal. Keduanya lalu menuju parkiran motor. 

"Mbak, mau mampir-mampir atau langsung pulang?"

"Mampir dulu, Ren. Ke warung tenda dekat kampus ya."

"Mau ngapain, Mbak?"

"Mau beli obat, Ren."

"Hah?"

"Ya beli makanan, lah. Kita beli nasgor spesial."

"Apa?! Bukannya disuruh masak sama Om Irsyad?"

"Ishh, manut Mbak aja!" Rendra akhirnya menuruti pinta kakaknya. 

Sampai di dekat warung, ternyata sudah mulai ramai. Warung itu memang menjadi langganan mahasiswa maupun warga sekitar. Nasi goreng spesial di warung dekat kampus ini memang laris.

"Buruan pesan, Mbak. Banyak yang antri tuh. Ada juga yang barusan datang," saran Rendra.

Alea segera memesan ke penjualnya sambil mengedarkan pandangan ke beberapa pengunjung. Ada yang sedang menikmati sepiring nasgor. Ada juga yang sedang duduk mengantri.

"Mbak pesan, apa?"

"Nasgor spesial 3 dibungkus, Pak."

"Ya, Mbak. Tapi sabar ya, Mbak. Antriannya banyak, nih."

"Berapa antrian?"

"10, Mbak."

Alea hanya melongo. Sepuluh antrian bisa-bisa Irsyad mengomel kalau mereka pulang terlambat. Lalu Irsyad mengadu ke papa mamanya. Alhasil kena sanksi potong uang saku.

"Hmm, kalau pesan satu aja, bisa didahulukan, nggak?" mohon Alea lirih sambil menangkupkan kedua tangan.

"Maaf, nggak bisa juga, Mbak. Yang pasa duduk itu juga sedang mengantri."

Bahu Alea melorot, gagal sudah menyiapkan nasgor spesial untuk Irsyad.

"Eh, maaf, nggak sengaja, Mas."

"Kamu, Alea, kan?"

"Hah, Mas Damar?" Alea terkejut, melebarkan matanya. Ia ingin memastikan laki-laki di depannya adalah kakak tingkatnya yang pernah ia idolakan di kampusnya.

"Iya, masih ingat? Kamu mau pesan nasgor juga?"

"Nggak jadi, Mas. Antri panjang." Wajah Alea menyiratkan sedikit kecewa.

"Memang pesan berapa?" tanya Damar. Laki-laki yang sudah lulus setahun yang lalu.

"Tadinya sih tiga. Karena antri, pengin beli satu aja tapi nggak bisa cepat juga. Khawatir pulang telat nih."

"Ya sudah, ini nasgor buat kamu aja. Aku bisa pesan lagi."

"Tapi, Mas?" Dalam hati Alea bersorak gembira. Keberuntungan yang berlipat. Sudah bertemu idolanya plus dikasih nasgor cuma-cuma. Alangkah bahagia hatinya malam ini. Seolah kupu-kupu beterbangan di sekitarnya.

"Udah bawa aja. Aku masih ngobrol lama sama teman kok."

"Makasih banget, Mas. Oya, Mas Damar kok di Yogya? Bukannya udah kerja di Jakarta?"

"Iya, nih. Kebetulan ada acara di kampus."

"Oh ya? Senangnya balik ke Yogya napak tilas kampus."

"Iyalah. Oke, besok kita sambung ngobrolnya di kampus ya. Aku mau gabung lagi sama teman-teman."

"Siap, Mas."

Alea tidak berhenti mengulum senyum. Hatinya mengembang begitu lama memendam rasa untuk pertama kalinya pada laki-laki yang merupakan kakak tingkatnya.

"Ada apa, Mbak? Kok senyum-senyum sendiri? Aneh banget," tegur Rendra.

"Mbak! Mbak Alea?!"

"Ren. Mbak udah nemuin laki-laki idaman."

"What?!!"


 

Bab 6

Alea tidak berhenti mengulum senyum. Pun hatinya mengembang. Begitu lama ia memendam rasa untuk pertama kalinya pada laki-laki yang merupakan kakak tingkatnya.

"Ada apa, Mbak? Kok senyum-senyum sendiri? Aneh banget," tegur Rendra.

"Mbak! Mbak Alea?!"

"Ren. Mbak udah nemuin laki-laki idaman."

"What?!! Siapa? Yang mana orangnya, Mbak?"

"Udah, nanti aja di rumah, Mbak cerita. Yuk, buruan nanti Om Irsyad ngomelin kita."

Rendra hanya meringis, lalu menstater motornya menuju ke rumah. 

Dua puluh menit akhirnya Alea dan Rendra sampai di rumah. Beruntung hanya ada Bi Sumi dan Pak Satpam. Artinya Irsyad masih bertugas di klinik rumah Syifa yang lama.

"Bi, Om Irsyad sudah ke sini kah tadi?"

"Belum, Mbak. Mas Irsyad mau nginep sini, ya?"

"Iya, Bi."

"Mau dimasakin apa, Mbak?" Bi Sumi, wanita paruh baya yang sudah menemani sejak bersama Ema, lalu Syifa dan Alea. Usianya sudah hampir kepala tujuh, tetapi masih sehat dan bugar.

"Nggak usah repot, Bi. Biarkan Al yang masak," ucap Alea membuat Bi Sumi tertegun.

"Mbak Al sudah bisa masak?" tanya Bi Sumi ragu. 

Alea memang keseharian hanya belajar dan mengikuti kegiatan ekstra karate. Untuk keahlian memasak masih minim persis seperti mamanya. Keinginan belajar sebenarnya ada. Namun, kesibukan mengerjakan tugas kuliah membuatnya urung berlatih memasak. Menginjak semester empat di jurusan sains, waktu Alea tersita untuk menyusun laporan praktikum.

"Hmm, Bi Sumi meragukan Al, ya?"

"Jelas Bi Sumi nggak percaya kalau belum Mbak coba. Iya kan, Bi?"

Bi Sumi mengangguk.

"Tenang aja, Bi. Ada tutorialnya di sini," ucap Alea sambil memperlihatkan ponselnya.

"Mbak Alea mau memasak apa?"

"Nasgor spesial, pesanan Om Irsyad, Bi."

"Lha itu di plastik kresek yang Mbak bawa bukannya nasgor?"

Alea tersipu malu ketahuan membeli nasi goreng bungkus.

"Eh itu, Bi. Nanti Al coba-coba bandingkan rasanya udah sama belum. Gitu, Bi."

"Ya, sudah. Semoga berhasil ya, Mbak. Panggil Bibi kalau butuh bantuan."

"Siap, Bi. Doakan, ya!"

Alea mengulas senyum. Lalu ia menuju kamar untuk membersihkan badan terlebih dahulu.

Selesai mandi lalu salat Isya, Alea melangkah mendekati cermin. Tak berhenti tersenyum, Alea masih terbayang wajah Damar yang semakin membuatnya terpesona. Setahun tidak bertemu rupanya Alea masih menyimpan rasa pada tambatan hatinya. Ia menaruh hati pada kakak tingkatnya sejak menjadi mahasiswa baru. Saat itu, Alea di Ospek oleh Damar dan teman-temannya yang bertugas sebagai panitia. 

Rasa yang dipendam oleh Alea kini bagai kuncup bunga yang mulai bermekaran kembali. Sebab, ia memang tidak pernah pacaran. Kalau Alea sudah siap dan mantap, mama dan papanya justru menyarankan untuk menikah.

"Ya Rabb, apakah ini yang dinamakan jodoh pasti bertemu. Semoga saja Mas Damar masih sendiri," ungkap Alea sambil menutupi wajah yang tersipu dengan kedua tangannya.

"Oh tidak, aku lama-lama bisa jadi nggak waras ini."

Alea segera membuang jauh-jauh pikiran gil*nya. Ia teringat harus segera masak nasi goreng supaya bisa makan malam bareng Rendra dan Irsyad.

Bab 7

"Ya Rabb, apakah ini yang dinamakan jodoh pasti bertemu. Semoga saja Mas Damar masih sendiri," ungkap Alea sambil menutupi wajah yang tersipu dengan kedua tangannya.

"Oh tidak, aku lama-lama bisa jadi nggak waras ini."

Alea segera membuang jauh-jauh pikiran gil*nya. Ia teringat harus segera masak nasi goreng supaya bisa makan malam bareng Rendra dan Irsyad.

Pasalnya nasi goreng yang dibeli hanya satu. Mau tak mau, Alea harus memasak lagi dua porsi.

"Ren, sini! Bantu Mbak di dapur!" teriak Alea. Entah kenapa pertemuan dengan Damar membuatnya bersemangat untuk memasak.

"Iya, Mbak. Sebentar lagi, ya. Aku kerjakan tugas sekolah dulu," balas Rendra.

"Ckk, ujung-ujungnya aku yang masak sendiri. Tapi kalau minta bantuan Bi Sumi kasian juga lagi istirahat."

Akhirnya Alea memasak sendiri dengan melihat tutorial di ponselnya. Kalau hanya masak nasgor ala-ala Alea mudah saja tinggal campur-campur. Namun, embel-embel spesial yang disematkan Irsyad jelas memberi tantangan tersendiri bagi Alea untuk bisa menaklukkannya. Sebab, mamanya pun tidak pandai memasak. Mengingat itu, Alea jadi tersenyum geli. Pernah papanya sakit perut gara-gara makan nasgor buatan sang mama yang terlalu pedas.

"Tumis, bawang geprek sampai baunya harum." Alea melihat video tutorial sambil mempraktekkan. Tak lupa sebungkus nasgor yang ia beli disembunyikan lebih dulu supaya tidak ketahuan Irsyad.

"Nasi dimasukkan. Nah, telurnya kapan masukinnya."

Alea kebingungan dengan video yang ia ikuti. Bersamaan dengan itu, Irsyad datang mendekat sambil mencium bau harum bawang geprek yang sudah ditumis.

"Wah-wah kamu beneran masak, Al? Harum sekali, pasti lezat, nih."

Alea justru gugup karena Irsyad datang lebih awal dari yang ia kira.

"Kenapa Om datang lebih awal? Al baru mulai masak nih. Om balik dulu aja atau sana nonton TV sama Rendra!" Alea memaksa Irsyad menjauh. Ia tidak mau terlihat kemampuan memasaknya buruk. Meski sebenarnya ia memang tidak pandai memasak.

"Beneran? Sepertinya kamu butuh bantuan, Al." Irsyad bisa membaca raut wajah Alea yang kebingungan. Makanya, ia menawarkan bantuan. Meski dirinya laki-laki, Irsyad bisa memasak karena mendapat pembekalan kalau menjadi relawan.

Alea hanya meringis menahan malu karena pikirannya sudah terbaca Irsyad.

"Sini celemeknya!" Irsyad menerima celemek yang diberikan oleh Alea.

Irsyad dengan cekatan mulai menggantikan Alea memasak nasi goreng.

"Teflon yang itu, Al!"

"Buat apa, Om?"

"Udah bawa sini aja."

Irsyad memecahkan telur ke dalam teflon yang diberi minyak sedikit. Telur diaduk hingga matang lalu dimasukkan ke dalam wajan berisi nasi yang sudah sempat dimasak Alea. Irsyad dengan cekatan mengeksekusi nasgor spesial dengan menambahkan sedikit sayuran dan juga daging yang ada di kulkas. Irsyad juga memasukkan bumbu yang belum sempat diberikan oleh Alea.

Melihat kelincahan Irsyad memasak, Alea sungguh terpukau. Ia hanya bisa memperhatikan sambil menghafal. Siapa tahu ia akan mempraktekkan di kemudian hari.

"Om Irsyad jago masak juga, ya?" puji Alea di samping kanan Irsyad. Jarak yang begitu dekat ditambah aroma parfum jasmine Alea yang habis mandi membuat Irsyad kembali merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Entah apa itu, ia pun masih bertanya-tanya. Sama seperti saat mencari dompet paspor Syifa, ini dua kali Irsyad merasakannya. Ia hanya bisa menahan napas sejenak lalu beralih fokus kembali ke nasgor di wajan.

"Hmm, sepertinya sudah enak, Al. Cobain, nih!"

Irsyas menaruh sedikit nasi di tangan kanannya. Ia lalu menyodorkan ke Alea yang tertegun.

"Nggak panas, Om?"

"Enggak kalau kamu cepat memakannya."

Alea tersentak. Buru-buru ia meraih tangan kanan Irsyad lalu memasukkan nasi yang diminta mencicipi ke dalam mulutnya

"Astaghfirullah. Kacau, nih. Sepertinya aku salah memberi intruksi pada Alea."

Karena terburu-buru, bibir Alea justru menyentuh telapak tangan Irsyad. Laki-laki dewasa itu berdiri mematung. Jantungnya tiba-tiba berdesir. Napas tidak beraturan. Pandangannya tidak lepas dari wajah Alea yang begitu dekat. Gadis kecilnya yang dulu menggemaskan, kini menjelma menjadi perempuan yang mampu menebar sejuta pesona.

"Om. Om Irsyad!"


 

_____

Ramaikan yuk dengan tap love dan komentar. Tunggu next part ya. ๐Ÿฅฐ


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Kategori
Bertukar Akad
Selanjutnya Cinta Beda Usia (FREE Bab 8)
22
0
Simak kisahnya yuk.Spin off Menikahi Adik Ipar Sendiri.Yang belum baca, boleh mampir dulu ke season 1 atau 2.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan