The Sweetest Revenge | [1. Mulai dari Nol]

420
40
Deskripsi

#TSDP8
Menurut Kaivan, Kanina tidak lebih dari wanita berkepala cantik yang memiliki alasan hidup hanya untuk mengoles lisptick merah di bibir, mengecat kuku, dan mengenakan stiletto yang ketukannya kerap mengganggu saat memasuki ruangan.

Menurut Kanina, Kaivan tidak lebih dari pria control freak yang memiliki alasan hidup hanya untuk kopi, rokok, dan melihat seluruh paha wanita di kantor yang kerap menyambanginya sepulang kerja.

Kisah ini, hanya akan membawa kamu pada panasnya perdebatan. Juga, pada...

The Sweetest Revenge | [1. Mulai dari Nol]

post-image-664dddcee991f.png

 

Timeline kisah ini diceritakan ketika usia Kaivan 33 tahun ya. Jadi, ini terjadi saat Kalil lagi galau-galaunya ditinggal Gista dan Si Kembar ke Bandung. Gituuu. 

 

Terus, pada nanya, Kanina ini siapa? Yang mana? Pernah muncul cerita mana???

Jawabannya, dia ini tokoh baru yang nggak pernah muncul di cerita mana-mana yaaa. 

post-image-664dddbf0c81f.jpeg

Betah-betah di sini ya. Semoga mau menemani kiaah Kaivan sampai akhir nanti. Selamat membacaaa 🤎❤️

 

 

***


 

YSSA (Yang Sinting-sinting Aja)

Hakim Hamami

Ngopiii kek. 

Nggak ada yang mau traktir kopi? 

Janari Bimantara

Lagi sibuk.

Sedang berusaha memadamkan api cemburu Nyonya.

Hakim Hamami

Lo apain?

Janari Bimantara

Nggak gue apa-apain. 

Kemarin gue motret. 

Pemandangan.

Di satu foto. Ada cewek nyelip. Yang. Gue. Tidak. Tahu. Siapa. Dan. Dari. Dunia. Mana. Asalnya.

Dia pikir itu akal-akalan gue motoin cewek.

Marah. 

Bujuknya susah.

Janitra Sungkara

Trik memadamkan api. 

  1. Tutup dengan lap basah.
  2. Tutup dengan ember. 
  3. Gunakan APAR.

Janari Bimantara

Apakah memadamkan api cemburu boleh pakai ember?

Favian Keano

WKWKWK.

Pake lap basah sih. 

Arjune Advaya

Sori Kim, lagi di jalan jemput Davi dari Sweetness Slice.

Hakim Hamami

Ya dah gpp. 

Gue ngopi sendiri juga jadi kok sebelum kembali bekerja keras bagai kuda.

Anjeng. 

Pesugihan aja apa gua? 

Jam 9 malem masih di kantor.

Kalil Sankara

Sori gue baru turun dari private jet. Baru bisa bales chat.

Janitra Sungkara

WOW. KONTRAS. WKWK.

Hakim Hamami

post-image-664dddf718271.jpeg

Kaivan Ravindra

Lagi on the way. Ada acara kantor. 

post-image-664dde05ae854.jpeg


Favian Keano

Idih. Backsoundnyeee. 

Lagu Never Felt so Alone. 

Galau banget apa?

Kaivan Ravindra

Nggak lah.

Keputer di radio. 

Hakim Hamami

Udah ada lagu galaunya nih, Kai. Tinggal nunggu disakitin aja.

Kaivan Ravindra

Wkwkwk. Monyet.

Arjune Advaya

30++ udah males nyari jodoh dia. 

Lebih milih nyari pahala karena maut lebih deket daripada jodoh. 

Janari Bimantara

Pesan ini disembunyikan karena menyinggung hati Kaivan. 

Arjune Advaya

Lo sibuk apaan sih, Kai? Sampai nggak bisa nemuin cewek tuh? 

Hakim Hamami

Sibuk mempersiapkan diri sebagai calon suami atau calon hamba Allah yang taubat menuju syurga. 

Kaivan Ravindra

Emang pada anjing semua. 

Favian Keano

Duda terakhir~

Ku persembahkan kepada yang terindah~

Janitra Sungkara

Jangan pernah hina Kaivan.

Tanpaku. 😡🏻

Kalil Sankara

Doain aja si. Nggak usah diroasting-roasting gini.

Bukan biji kopi. 

Janari Bimantara

Nggak usah diroasting biar keluar pahitnya.

 Udah pahit bangettt hidupnya.

Alkaezar Pilar

Kaivan udah males mulai dari nol katanya. Males mulai kenalan sama orang baru.

Hakim Hamami

Ya kenalan sama orang aring dong kalau gitu.

***

 

Kaivan mengernyit saat menatap berkas di tangannya. Dia hanya perlu memutar kursi kerjanya sebagai bentuk tidak terima dari berkas yang datang dalam keadaan tidak selesai itu padanya. Di belakang kursinya, dia akan menemukan seorang wanita yang akan membawanya pada solusi, tapi dia juga akan membawanya pada masalah baru.

Perdebatan, tatap benci, ucapan sinis. Wanita Merah Marun itu juga akan selalu melayangkan tatapan tajam setiap kali Kaivan memanggil namanya untuk satu hal, pun untuk masalah pekerjaan. Semua orang menyadari kebencian itu. Karena Si Wanita Merah Marun itu tidak segan menunjukkan kebenciannya secara terang-terangan di hadapan semua orang di Karyatama. Di hadapan Kaivan, matanya seolah-olah mengeluarkan api, bibirnya yang merah itu selalu mampu memuntahkan racun, seolah-olah jika Kaivan kalah dan mati dia akan pergi untuk berpesta. 

“Nin.” Suara Kaivan terlatih untuk tidak ramah ketika berbicara dengan wanita itu. Dan terbukti, Si Pemilik Nama tidak segera menyambutnya dengan baik.

Wanita itu, hanya memberikan telapak tangannya yang terbuka, diangkat, sebagai isyarat bahwa dia meminta Kaivan untuk tidak mengganggunya selama beberapa saat. 

Kaivan yang tidak terima dengan tingkah itu, dan tidak sesabar itu untuk disuruh menunggu, hanya menyelipkan berkas di antara sela jari Kanina, Si Wanita Merah Marun itu. Oh, hari ini dia mengenakan blus hitam, hanya rok dan sepatu hak tingginya saja yang berwarna merah marub. “Dinda sampai nyerah buat minta tolong sama kamu tentang data ini.” Kaivan menyentil berkas itu. 

Kanina melepaskan napas lelah, dia menaruh berkas di tangannya ke meja. Lalu, dia angkat dua tangannya tinggi-tinggi untuk menggenggam rambut dan mengikat asal rambutnya satu kali lipat. Dia terbiasa berbicara tanpa berbalik dan menatap lawan bicaranya. “Ngadu dia sama kamu?”

“Dia masih junior.”

Kanina mendecih. “Percuma deh, udah aku kirim update-nya berkali-kali, tapi dilihat aja nggak.” 

“Ya kamu bantu lah,” tunjuk Kaivan. “Siapa tahu dia nggak ngerti?” 

“Bukannya nggak mau bantu ya, tapi ini balik lagi, balik lagi di mc 35. Kayak muter-muter di sana aja.” Nadanya mulai naik satu oktaf. 

Kaivan meneleng. Masih menatap bagian punggung wanita yang masih membelakanginya itu. “Siapa lagi yang mau bantuin dia kalau bukan kamu?” 

Kanina mengangsurkan tangannya ke belakang, lagi-lagi, tanpa menoleh. “Suruh anak junior manja kamu itu ke sini aja. Dari tadi dia chat cuma buat ganggu kerjaan orang lain. Emang kerjaanku ngurusin dia doang?” 

Kaivan meraih berkas yang ternyata sudah diberi beberapa coretan itu. Dia langsung mengambil ponsel dan menghubungi ‘Junior Manja’ yang disebut-sebut tadi. “Din, ke kubikel saya bentar. Iya, Kanina mau bantu katanya.” 

“Setelah ini, kalau dia bilang datanya masih kosong padahal jelas-jelas udah aku update, aku nyerah ya.” Kanina bicara sambil mengetikkan sesuatu di atas keyboard laptopnya. 

Kaivan yang sudah mengakhiri telepon hanya berbalik dan kembali menghadap pada kubikelnya tanpa menanggapi gerutuannya barusan. Saat Kaivan sudah kembali tenggelem pada pekerjaannya, dia melihat Dinda datang terburu-buru menghampiri kubikel di belakangnya. 

“Siang, Mbak Kanin. Sori, ya. Dari tadi aku gangguin terus.” Dinda mengangguk pada Kaivan sambil mengucapkan kata ‘terima kasih’ tanpa suara setelah kembali menerima berkas pekerjaannya. “Soalnya, data STA-nya masih belum lengkap, Mbak.”

“Yang mana?” Suara Kanina sepertinya memang sengaja tidak pernah dibuat ramah kecuali pada atasannya.

“Yang ini Mbak, ramp 1 dan ramp 4.”

“Ini udah ada lho?” Nada suara Kanina kembali terdengar lebih tinggi, kali ini dua oktaf naiknya. “Yang ramp 1 dan ramp 4 udah include ke mainroad. Di sini aku udah kasih keterangannya biar kamu notice, Din.” 

“Oh, oke. Nanti aku update, Mbak.” 

Kanina mendecih. Khas sekali suaranya karena dia selalu melakukan hal itu berkali-kali dan Kaivan akan mendengarnya seharian ketika dia hanya diam di balik meja kerja, di belakang kursi wanita itu. 

“Tuh, kan, apa aku bilang?” Kanina mengajak Kaivan bicara. “Aku udah kirim update-nya tapi masih muter-muter aja masalahnya.” Namun, karena wanita itu tidak langsung menyebut nama Kaivan, Kaivan sengaja tidak menanggapinya. Kanina terus bicara, “Kamu PIC-nya, kan? Harusnya kamu—Ish!” Kanina menarik id card milik Kaivan sampai leher Kaivan tercekik singkat. “Dengerin dong kalau aku ngomong, biar nggak diulang-ulang.” 

 

***

 

 

 

 

 

Gimana? XD

 

1 sampe 100 kasih skor dulu biar tahu antusiasme nunggu update-nya ada di angka berapaaa?

 

Kalau banyak yang nunggu, kita update cepet :p 🙌🏻🔥

post-image-664dde200a0ec.jpeg

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Sweetest Revenge | [2. Kebencian yang Liar]
284
23
#TSDP8 Menurut Kaivan, Kanina tidak lebih dari wanita berkepala cantik yang memiliki alasan hidup hanya untuk mengoles lisptick merah di bibir, mengecat kuku, dan mengenakan stiletto yang ketukannya kerap mengganggu saat memasuki ruangan.Menurut Kanina, Kaivan tidak lebih dari pria control freak yang memiliki alasan hidup hanya untuk kopi, rokok, dan melihat seluruh paha wanita di kantor yang kerap menyambanginya sepulang kerja.Kisah ini, hanya akan membawa kamu pada panasnya perdebatan. Juga, pada debar di saat keduanya saling mengaku penuh kebencian.Dan pada kamu, yang seharusnya sudah siap menyaksikan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan