
Ini lanjutannya ya….
Part 4
Aku terbangun dari mimpi yang bergitu indah dan bangun ke neraka. Aku sangat merindukan Niel, Dia satu satunya yang sangat aku percaya sekarang. Andai sekarang dia ada disini aku akan selalu memeluknya berbicara kepadanya.
Rumah paman tampak terlihat sepi, aku buru buru mengerjakan tugasku yang belum selesai. Aku memasak makanan untuk diriku sendiri. Sangat nyaman bila aku hidup sendiri seperti ini. Aku mendengar ada suara bel dari luar buru buru aku membuka gerbang.
Dan ternyata itu.
Niel?
"Hai" Sapanya, Tiba tiba aku memeluknya tanpa sadar aku harap Niel benar benar tinggal disini bersamaku selagi paman dan Axel belum pulang.
"Niel aku sangat senang jika kamu disini, ini bukan mimpi kan?" Dia tersenyum kearahku dan dia menganggukan kepalanya.
"Ayo Niel kita makan bersama" Ajakku.
"Kenapa rumahmu sangat sepi sekali?"
"Karena paman dan sepupuku sedang pergi, aku berharap mereka tidak pernah pulang" Yah itu yang aku katakan aku memang berharap mereka semua tidak pernah kembali dalam hidupku seperti mereka juga tidak pernah mau aku ada dalam hidup mereka.
"Apa kau sangat membenci mereka" aku terdiam dan berhenti makan.
"Kau tidak tau betapa mereka membenciku, Sangat membenciku" Saat aku mengatakannya mata air ku mulai jatuh lalu aku merasakan sesuatu hal yang lembut berada tepat di pipiku.
"Sudah jangan menangis"
"Aku tau ini berat untukmu tapi kau harus kuat melawan mereka. Karna aku akan selalu ada di sampingmu.... Aku Janji"
"Niel maafkan aku telah membuatmu terlalu khawa...."
"Tentu aku sangat khawatir, karna aku sangat menyukai dirimu, perasaanku semuanya untukmu."
"Makasih Niel aku juga menyukai dirimu"
Akhirnya kami melanjutkan makan kami yang tertunda oleh ku.
"Niel.." Panggilku.
"Ya?"
"Apa malam ini kau bisa menemaniku?"
"Maksudmu kita akan tidur bar..."
"Bukan... Bukan itu maksud ku... Aku sedang sendirian jadi aku takut"
"Aku akan selalu berada disampingmu"
"Tidak Niel... Kau hanya perlu menemaniku sampai paman dan Axel pulang kerumah saja"
"Oh baiklah" upacnya sambil menundukan kepalanya.
"Aku hanya takut kalo paman dan Axel tahu kau tahu disini kita berdua akan kena masalah jadi saat itu juga kau akan pergi dari hidupku lagi." Aku menundukan kepalaku pada kenyataanya sangat sulit jika aku keluar dari rumah ini karna pamanku telah membayar ibuku sebagai tanda bahwa aku sudah di beli oleh pamanku.
"Aku akan menemanimu" ucap Niel yang masih setia memeggang pipiku.
"Terimakasih Niel"
Aku dan Niel melanjutkan makan kami hingga selesai.
Dimalam hari aku dan Niel berada di belakang halaman. Kami menatap bintang bersama.
"Niel jika aku jadi bintang aku mau menjadi penerang hati mu"
"Dan jika aku jadi bulan aku ingin menerangi kehidupanmu Aleta"
Cup
Ciuman kecil dari Niel untuk ku tentu aku membalas ciuman itu. Sekarang aku sangat mencintai Niel.
"Aku akan pergi bersamamu kemana pun kau pergi" ucapnya dengan tatapan penuh keyakinan.
"Kau berjanji?"
"Aku berjanji Aleta"
Pada akhirnya mereka saling berpelukan.
"Aku sangat mencintaimu Aleta"
"Aku juga sangat mencintaimu Niel"
"Aleta ayo kita tidur"
"Baik Niel"
Kami tidur bersama tanpa berbuat apapun. Kami sangat bahagia.. Baru kali ini dalam seumur hidupku aku bahagia dengan orang yang aku cintai.
Pagi harinya Niel sudah hilang dan aku tidur sampai siang. Aku merasa ada yang janggal tidak mendapati orang yang tidur di sebelahku.
"Niel?"
"Niel?"
"Kau dimana?"
Aku mencari Niel tapi tidak kunjung ketemu. Tiba tiba dari belakang seseorang mengagetkanku.
"Ddooorr..."
"Haduh Niel kau mencemaskan aku saja"
"Maaf telah membuatmu cemas"
"Tapi kau tidak kaget?"
"Hanya sedikit"
"Aku gagal"
"Bu.. bukan begitu"
"Tapi kau tidak kaget"
"Karna aku sangking mencemaskan dirimu Niel"
"Maaf ya"
"Hahaha tidak apa Niel"
Kepalaku tiba tiba sakit sekali. Niel yang masih ada di depanku memeluku dengan erat.
"Aleta apa kau baik baik saja?"
"Kepalaku sangat sakit"
"Sebaiknya kau istirahat di tempat tidur dulu"
"Makasih Niel"
"Hari ini kau tidak perlu bekerja, biar aku saja yang mengerjakan tugas mu"
"Emmm... Baiklah"
Niel yang sudah pergi di hadapanku. Aku mulai menutup mataku.
"Hei"
"Niel"
Kehidupanku penuh dengan Niel.
"Niel"
Tapi saat aku ingin menuju kearah seperti ada dinding diantara kami berdua...
"Niel ini apa?"
"Aku juga tidak tahu"
"Niel apa kita akan seperti ini? Terpisah dengan dinding"
"Aku tidak tahu" Tiba tiba Niel pergi dari hadapanku.
"Niel.... Jangan tinggalkan aku"
.
.
"Niel"
"Niel"
Aku terbangun dari mimpi burukku.
"Aleta... Kau tidak apa?"
"Aku tidak apa"
"Kenapa?"
"Aku hanya bermimpi buruk saja"
"Kau yakin?"
"Iya Niel"
"Baiklah aku akan melanjutkan tugasku"
"Iya"
Saat Niel membalikan badannya aku merasa sesuatu akan terjadi kepada Niel.
"Niel"
"Ya?"
"Terimakasih"
"Untuk apa?"
"Untuk selalu ada di dekatku saat ini"
"Iya Aleta"
"Aku mencintaimu"
"Aku juga mencintaimu" lalu dia pergi keluar dari kamarku.
Walaupun perjalanan baru saja dimulai, pasti akan banyak rintangan yang akan datang.
Ke esokaan paginya paman pulang dari kerjaannya. Aku yang merasa takut karna Niel ada di rumah aku mengumpatkan Niel di kamarku.
"Jangan kemana mana"
"Aku takut ketahuan paman"
Niel hanya menganggukan kepalanya lalu tidur di tempat tidur ku. Aku hanya tersenyum melihatnya.
Saat aku menyiram tanaman di halaman belakang. Niel menatapku penuh sendu, aku tersenyum kepadanya.
Dalam hatiku aku terus tidak bisa menahan rasa kebahagianku bersamanya. Aku rasa mungkin ini perubahan yang harus aku mulai sekarang.
Terimakasih Tuhan engkau telah mendatang seseorang yang bisa membuatku bahagia. Untuk hari ini dan juga untuk selamanya.
Dimalam hari paman dan keluargaku berkumpul bersama. Aku tidak sengaja mendengar mereka sedang membisniskan sesuatu.
"Jadi bagaimana?"
"Menurutku itu ide yang bagus"
"Aleta kita bisa gunakan dia sebagai aset kekayaan kita"
Aku menangis kenapa disaat kebahagianku datang tapi masalah sudah muncul lagi.
"Aleta..."
"Ada apa?"
"Niel?"
"Kau jangan disini! Nanti aku ketahuan paman!"
"Apa yang mereka katakan?"
"Mereka..."
Baru aku ingin berbicara kepada Niel. Tiba tiba paman ku memanggilku.
"Aleta?"
"Kau menguping?"
"Ti.. tidak"
"Bohong"
Aleta bersyukur jika Niel sudah pergi dari hadapannya.
"Paman, ayah, ibu"
"Kenapa kalian tega sekali denganku"
"Apa karna aku cacat kalian bisa menjual aku seperti barang"
"Aku tahu kalian membenciku, tapi apa kalian tidak bisa menganggapmu sebagai manusia?"
"Kalian jahat sekali padaku"
"Aku akan keluar dari rumah ini"
"Aku tidak peduli dengan kalian, sama seperti kalian tidak peduli dengan ku"
Aku meninggalkan paman dan keluargaku...
Semoga aku mendapat kehidupan yang baru diluar sana...
Dan bisa bersama dengan orang yang aku cintai
Part 5
Aku mengingat kembali perkataan mereka yang membuatku sangat tersiksa. "Aleta ada apa?" Aku hanya diam ketika Niel bertanya kepadaku. "Semuanya akan baik baik saja" Niel memeluk dengan erat.
Aku pergi meninggalkan rumah pamanku menelusuri jalan yang cukup sepi dan dingin. Tiba tiba sebuah mobil berada di depanku. Sesorang keluar dari mobil itu menuju kearahku "kenapa kau keluar dimalam malam seperti ini?" Tanganku di pegang kuat olehnya "lepaskan aku Axel" aku meronta ronta agar tanganku di lepas olehnya. "Apa kau ingin menjadi ja***g diluar sana?" Aku terus berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya tapi terlalu lemah bagiku untuk melawan Axel. "Aku mohon biarkan aku pergi, jangan menyiksaku dan tolong jangan lakukan apa pun lagi padaku, aku ingin bahagia" Aku memohon pada Axel agar aku tidak kembali lagi Kerumah paman, dimana disana aku bertahun tahun merasakan kepedihan yang kupendam selama ini "TIDAK KAU TIDAK AKU IZINKAN PERGI DARI RUMAH KU" Sekali lagi aku merasa seperti terinjak injak harus menuruti semua perkataan Axel. "Tapi kenapa aku tidak boleh pergi? Kenapa kau membenciku tapi aku tidak boleh pergi?" Ucapku penuh emosi "apa bagimu aku ini jalang? Atau hanya bonekamu saja? Atau aku hanyalah aset kekayaan kalian?" Aku tidak bisa menahan emosiku yang sudah aku pendam begitu lama "Berisik, kau pikir dengan kau kabur itu membuat permasalahanmu selesai?" Pertanyaan membuatku sedikit terkejut. "Apa kalian pikir selama ini aku kabur karna apa? Karna aku sudah muak dengan kalian, kalian menyiksaku, memukuli aku, bahkan mencaci maki aku hanya karna aku CACAT? Dimana hati nurani kalian? Apa salah ku sampai kalian tega memperlakukan aku seperti itu?" Aku menagis untuk yang kesekian kalinya aku tidak tahu apa yang di pikirkan oleh Axel sekarang dia hanya diam dan meyetir mobilnya.
Aku berharap Niel ada di sampingku menemaniku setiap saat aku sangat mencintai Niel. Tapi dia selalu tiba tiba hilang, mataku mulai gelap dan aku pun tertidur.
Dimimpiku kali ini aku bertemu dengan seorang anak kecil "Hai" ucapku kepada anak kecil itu "hai" ucapnya tapi tidak mengarah padaku tapi yang aku lihat adalah aku masih kecil. "Ayo Niel kita main kesana disana ada taman hijau yang sangat indah" anak kecil itu mengajak Niel kecil ketaman aku mengikuti Mereka sampai akhirnya aku merasakan sakit kepala. Aku kenapa? Aku memejamkan mataku sebentar dan aku pingsan.
Aku terbangun dari mimpi itu berahli kemimpi Niel "Aleta kau baik baik saja?" Ucapnya dengan nada khawatir, aku terdiam sejenak mengingat apa yang terjadi padaku tadi. "Niel.... Aku tadi melihat kita berdua masih kecil dan kita main bersama.. lalu.... Kepalaku terasa sakit dan aku pingsan Niel" aku mengatakannya dengan semua yang kulihat di mimpi itu. Niel terdiam wajahnya berubah menjadi sedih aku takut dia mencemaskan diriku. "Sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita sampai disini" aku terkejut mendengar pernyataannya Niel kenapa dia begitu tega dengan ku. "Kau pasti ber..." Ucapanku terputus oleh nya "maafkan aku Aleta aku berkata serius padamu" mataku mulai berkaca kaca mendengar semua ucapannya. "Tapi kenapa?" Aku bertanya dan dia hanya menundukan kepalanya "kenapa semua orang pada akhirnya meninggalkan aku? Kenapa aku selalu sendiri? Bahkan orang yang aku cintai juga meninggalkan ku?" Aku meluapkan rasa emosional ku, tiba tiba dia berdiri meninggalkan aku "maafkan aku Aleta, aku akan menghapus semua mimpi ini juga mimpi kita berdua, mungkin ada yang lebih baik dariku di luar sana" ucapnya semakin membuatku menangis "Tidak... Tidak.... Tidak" aku melihat kearahnya yang tengah berhenti di ujung jalan "terima kasih atas semuanya... Aleta" tiba tiba semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun dengan keringat yang banyak di sekujur tubuhku, aku melihat sekeliling ruangan itu yang tidak pernah aku lihat. Ini bukan kamarku. "Siapa itu Niel?" Aku tidak menjawab dari pertanyaan Axel yang sedang duduk di meja kamarnya. Aku mengalihkan pembicaraan ku kepadanya "dimana aku?" Tanya ku yang mulai khawatir dengan keberadaan Axel yang satu ruangan dengan diriku. "Kau di rumah ku... Sedari tadi di mobil kau terus menyebutkan Niel... Niel... Niel... Siapa dia?" Tanyanya, baru kali ini aku merasa agak berbeda dengan perlakuan Axel sebelumnya, "bukan urusan mu" jawabku dengan nada ketus. "Apa dia pacar mu?" Aku merasa tertusuk sakit dengan pertanyaan yang Axel berikan "itu juga bukan urusanmu."
Aku bangkit dari tempat tidur yang aku tiduri "mau kemana?" Tanya Axel yang membuatku semakin geram. "Aku ingin kabur dari rumah yang besar ini" lalu aku pergi keluar dari ruangan itu.
Aku melihat kebelakang Axel tidak mengejarku. Segera ku panjat pagar yang tinggi itu tapi saat aku ingin memanjatnya tiba tiba seseorang memegang tanganku. "Lepaskan aku Axel aku tidak.... Niel?" Aku terkejut dengan apa yang di lakukan Niel sekarang. "Jangan pergi lagi" Niel memelukku. Aku melihat Axel menuju kearahku dan aku ingin melepas tangan Niel untuk keluar dari rumah ini tapi itu tertahan karna Niel terus menggenggam tanganku. "Niel apa yang kau lakukan lepaskan aku."
Prok... Prok... Prok...
Suara tepukan tangan yang membuatku Bingung seketika. "Terima kasih Niel adikku kau boleh istirahat aku tidak ingin kau sakit" Otak ku semakin merasa sakit dengan apa yang Axel katakan tadi. Jadi Niel adalah adiknya? Kenapa aku baru tau sekarang. Tuhan cobaan macam apa ini? Aku takut Tuhan tolong jangan memberikanku rintangan yang berat.
aku tersadar dari tempat tidurku. aku segera bangun dan menemui Niel terlebih dahulu. aku kekamarnya tapi tidak ada jawaban disana. aku terus melangkahkan kaki ku mencari Niel. Aku terhenti ketika aku mencium masakan yang paling aku sukai. "Niel..." panggilan ku yang tidak di gubris olehnya. "Niel aku akan...." ucapan ku terpotong ketika Niel menatapku dengan tajam "tidak usah ja***g, urusi saja urusan mu sendiri" aku tidak mengerti kenapa sikap Niel berubah kepadaku kenapa dia mengikuti jejak Axel. Aku pergi dari hadapannya sekarang tidak ada lagi orang yang peduli denganku. semua orang pada akhir pergi tidak ada satupun yang melihat kebaikanku atau peduli kepadaku. Aku berjalan menelusuri halaman belakang, aku memejamkan mataku sambil menghirup udara segar.
di belakang taman tampak ada seseorang yang sedang mengintip. "jangan menyukainya, Dia milikku" ucap Axel kepada adiknya yang masih memandangi perempuan yang ada di dimimpinya sekaligus menjadi kecintaannya itu. "Iya aku tau kak" jauh di lubuk hatinya Ia masih mencintai gadis di masa kecilnya itu tapi sayangnya gadisnya itu Telah melupakannya. Sungguh amat menyesal dirinya harus mengikuti ucapan kakaknya. berharap suatu saat dia dan Aleta bisa bersatu kembali.
Part 6
1 Tahun Kemudian
seseorang menghampiri diriku yang sedang duduk di taman. "kenapa kau hanya duduk saja ditaman?" aku menoleh kearah sumber suara tersebut "Niel.. aku minta maaf tapi aku..." belum sempat aku menyelesaikan kata kataku tiba tiba Niel menarik tanganku. "Niel kita kemana akan kemana?." Ia membawaku ke sesuatu tempat yang belum pernah aku lihat. "Bagaimana? indahkan?" Aku memandangi seluruh tempat yang sedang aku kunjungi saat ini "iya indah sekali" aku menatap Niel yang sedang tersenyum kearahku, aku menatapnya penuh kebahagian. "Aleta kau itu seperti tempat ini, indah dan juga cantik" mulutku yang sedari tadi memberikan senyuman kecil kini kedua sudut bibirku naik lebih tinggi.
"Niel?" aku dan Niel sontak kaget dengan suara tersebut yang ternyata Axel mengetahui keberadaan kami. "kenapa kau bersama jalang itu?" ucapannya yang membuat Niel menundukan kepalanya. "maafkan aku kak aku..." Aku memotong perkataan Niel yang belum selesai. "jangan Hukum Niel kak, aku mohon?" ucapku penuh belas kasihan "Baik tapi persyaratannya kau harus menurut kepadaku, dan kau Niel!" ia mengeluarkan jari telunjukan dan berkata penuh penekanan "aku akan mengirimu ke Paris untuk berkuliah disana" sirnah sudah kehidupan ku yang berada dibawah perintah seorang Axel. Walau dirinya kini sudah menginjak 16 tahun dan aku 14 Tahun Tapi tetap saja aku merasa diriku ini tidak berdaya atas dirinya.
kehidupan ini semakin suram bagiku terutama Axel menyuruh Niel pergi ke Paris. Dan sekarang aku tinggal bersamanya, aku yakin kehidupan ku akan seperti neraka. Sempat terpikir oleh ku untuk kabur dari rumah tapi tertahan oleh kuasa Axel yang akan mencariku kemana pun aku pergi.
Pagi harinya aku melihat Niel sudah membawa kopernya Dia berpamitan kepadaku dan Axel. Ia memberikanku secarik kertas secara diam diam. Setelah Niel pergi aku buru buru kekamar untuk melihat kertas itu. Aku menangis setelah melihatnya, aku sedih karna dia meninggalkan aku.
Dimalam Hari aku menyiapkan makan untukku Dan Axel. Aku kaget ketika suara bel rumah berbunyi keras, segera aku buka pintu rumah Axel. "Heh ternyata kau tinggal disini bersama Axel?" Ternyata itu Alena yang datang akan menemui Axel. "Silahkan Masuk ucapku seraya ia memasuki rumah Axel.
Axel pergi bersama Alena, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Aku merasa sendiri sekarang tentunya aku sangat merindukan Niel. Entah apa yang sedang dia lakukan disana.
Di rumah Axel aku agak sedikit bebas sekarang walapun aku tetap di jaga oleh beberapa bodyguardnya. Aku pergi keluar rumah Axel untuk mencari udara segar, tentunya aku tidak sendirian aku di temani oleh penjaga Axel.
Aku masuk kedalam sebuah toko kue yang cukup besar. Aku ingin sekali memakan kue itu tapi aku tidak memiliki uang untuk membelinya. "Apa Nona ingin membeli kue itu?" Ucap bodyguard yang menemani diriku "iya, tapi saya tidak memiliki uang" aku merasa bodoh karena aku mengatakannya kepadanya. Aku melihat tangan yang sedang membawa kue, Ia memberikan aku aku kue itu yang terlihat enak dan lezat dimata aku. Aku ingin memakannya tapi aku takut didalamnya akan ada racun karna aku tidak bisa mempercayai bodyguard ku, aku takut ini adalah permainan Axel jadi aku tidak memakannya. "Nona ini ambilah aku harap nona tidak keberatan untuk memakannya."
"Tidak, terimakasih"
"Nona kumohon jangan menolaknya saya membelikan ini memakai Uang yang Tuan Daniel kasih." Aku merasa terkejut mendengarnya ketika bodyguard ku berkata seperti itu
"Baiklah aku akan memakannya"
Flashback
Di depan rumah Alex, Daniel yang hendak pergi dari rumah Axel terhenti melihat salah satu bodyguardnya yang Ia percayai selama ini. "Carlos kemarilah" Daniel memangil Carlos untuk memberikan uang sebagai tanda gaji "Tidak usah Tuan saya sudah menganggap Tuan seperti anak saya sendiri" ini gajimu ambilah aku Tahu keluarga mu pasti membutuhkan ini dan aku juga menitipkan uang ini kepada Aleta, berikan apa saja yang dia mau ini uang hasil tabunganku yang kusimpan dulu." Daniel memberikan uang tabungannya dan segera mengambil kopernya "Baiklah Tuan terimakasih semoga Tuan sukses disana" Daniel langsung membawa koper dan berucap "terimakasih"
Aleta yang hanya diam sambil menatapi kue yang diberikan oleh bodyguard itu "jadi dia mengumpulkan uangnya yang dulu dan semua uangnya sekarang itu menjadi milikku" air mata Aleta jatuh, dan hanya bisa merasakan apa yang dirasakan perjuangan Daniel begitu besar untuknya.
Aleta tertidur karna ia menangis semalaman dan Saat Axel pulang denga Badan Axel yang sempoyongan karna mabuk. "Jalang dimana kau?" Ucapnya dengan suara sedikit parau. Dia membuka pintu kamar Aleta, dia melihat Aleta yang sedang tertidur. Axel membangunkan Aleta dengan Kasar tentu saja Aleta ingin kabur tapi tertahan oleh tanya saat Aleta ingin membuka pintu kamarnya.
"Kak aku mohon jangan lakukan ini lagi pada ku"
"Dasar jalang tidak tau diri" Axel menamparku keras.
"Kau tinggal di rumah ku dan bermesraan dengan Daniel adik tiri ku" Terungkap sudah semua perasaan Axel selama ini ternyata dia mempunyai dendam kepada Niel yang yang selalu mempunyai kasih sayang dari ibu Axel.
"SELAMA INI DANIEL SELALU MENDAPATKAN KASIH SAYANG DARI IBUKU, TAPI AKU TIDAK PERNAH SEDIKIT PUN MENDAPAT KASIH SAYANG DARI IBUKU PADAHAL AKU ANAK KANDUNGNYA TAPI DIA MEMILIH ANAK SAMPAH ITU SEBAGAI ANAK PILIHANNYA"
"Sampai ibu ku meninggal dia menitipkan anak pungut itu kepadaku untuk menjaganya"
"TAPI AKU TIDAK PEDULI DENGANNYA DIA HANYA ANAK SAMPAH TIDAK BERGUNA, SAMPAI KEMARIN DIA KECELAKAAN PUN AKU INGIN DIA MATI TAPI AKU SELALU TERINGAT IBU KU"
"Ibu sialan kenapa aku harus mengingatnya?"
Axel menuju kekasurku menindiku paksa sampai aku menendang dan meronta ronta untuk dilepaskan olehnya tapi kekuatannya begitu besar dari pada biasanya.
"Kakak lepaskan aku, AKU BUKAN JAL*NG" sekali lagi lolos sebuah tamparan seorang Axel kepada diriku.
"Diam kau jal*ng aku akan memperk***mu sekarang juga" suara Axel yang begitu keras aku bisa merasakan emosinya sekarang terbawa oleh kemabukannya. Axel membuka semua yang dikenakan olehku. Hanya suara isakan Aleta yang terdengar di kamar itu karna semua yang di miliki Aleta kini berada di bawa oleh kuasa Axel.
Hancur sudah sudah mimpinya bisa bersatu lagi bersama Niel. Karna apa yang ia jaga selama ini Telah di rengut oleh Axel. Berkali kali ia menahan sakit di bagian tubuhnya yang mungil dan terlebih sakit hatinya ia merasa tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Dan dimalam itulah menjadi penyatuan antara dirinya dengan Axel yang
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
