Dunia dalam lentera

2
0
Deskripsi

Katakanlah ada satu prolog dalam sebuah fiksi yang bercerita suatu alur kehidupan. Dimana seseorang yang dengan keterbatasannya mampu mengubah dunia lewat fikirannya. Kebesaran Tuhan melalui kegigihannya adalah sebuah jawaban,atas setiap ucapan yang mencela dan memakinya,setiap kata yang sia-sia baginya hanyalah bebatuan kecil disetiap jalan yang Ia lalui,bukankah itu cukup kita singkirkan menggunakan kaki belaka,tak usahlah batu itu kita ambil kemudian kita bawa,cukup kembalikan batu itu pada pemiliknya,tentunya...

Katakanlah ada satu prolog dalam sebuah fiksi yang bercerita suatu alur kehidupan. Dimana seseorang yang dengan keterbatasannya mampu mengubah dunia lewat fikirannya. Kebesaran Tuhan melalui kegigihannya adalah sebuah jawaban,atas setiap ucapan yang mencela dan memakinya,setiap kata yang sia-sia baginya hanyalah bebatuan kecil disetiap jalan yang Ia lalui,bukankah itu cukup kita singkirkan menggunakan kaki belaka,tak usahlah batu itu kita ambil kemudian kita bawa,cukup kembalikan batu itu pada pemiliknya,tentunya dengan cara yang lebih layak dan semestinya,karena itulah sejatinya manusia yang berbudi pekerti luhur. Adapun keterbatasan itu baginya hanyalah sebuah metafora,yang Tuhan hadirkan melalu senyum bahagia dari berbagai pujian,sanjungan dan tepuk tangan dari setiap yang berakal,yang dengan akalnya tidak bisa menyangka,bahwa sesuatu yang terlihat mustahil,sejatinya adalah keniscayaan di tangan Tuhan. Namun ini hanya prolog dari sebagian kecil fiksi dalam sebuah kehidupan,selebihnya masih banyak bahkan tak terhingga,dari setiap keajaiban-keajaiban semesta,yang tak berbilang dan tak ada ujungnya.

 

---------------------------------

 

"Nduk,...damare sampun?".

Ucap ibuk dengan nada yang sedikit serak yang terdengar menggema di setiap sudut ruangan,rumah yang begitu sederhana yang hanya diterangi oleh lampu damar itu adalah surga bagiku,tempatku memulai sebuah mimpi,yang kuselipkan pada nyala lentera dikala malam,supaya Ia tetap bercahaya dan mampu menyinari seisi ruangan,sampai ibuk pernah bilang,bahwa tak perlu terang untuk bisa berjalan dalam gelap,cukup dengan cahaya dalam hati,walau dengan sinarnya itu hanya mampu menerangi langkah-langkah kecilmu,setidaknya kamu bisa sampai ke tempat tujuan dan tidak akan tersesat di jalan. Kata-kata indah itu bagiku laksana dunia dalam lentera,menerangi setiap langkah dan menuntunku untuk menjemput setiap kebahagiaan. 

Setelah selesai menyiapkan damar untuk penerangan ruang tengah,aku bergegas menghampiri ibuk,dan menyiapkan segala kebutuhan yang beliau perlukan,karena tidak mungkin juga ibuk menyiapkannya seorang diri,sakit yang ibuk derita membuatnya tidak bisa lagi melihat dunia,beliau hanya bisa merasakan dengan setiap keadaan yang ada disekitar,sehingga setiap apapun dari keperluan ibuk aku yang mengurusnya,karena dirumah ini hanya tinggal aku,adikku sama ibuk,tidak ada siapa-siapa lagi dikeluarga ini,bapak telah lama meninggalkan kami,karena kecelakaan tunggal yang beliau alami,ketika umurku baru menginjak 10 tahun,dan bagus waktu itu masih kecil,masih belum bisa berjalan. Waktu itu beliau sedang bekerja disebuah tambang,yang aku sendiri tidak tahu pasti motif dari insiden itu,sehingga ingin sekali aku menyelidikinya,tapi apalah daya,kami hanya orang biasa yang hidup serba pas pasan,bagi mereka apa yang terjadi kepada bapak hanyalah hal biasa yang sering terjadi kepada sesama pekerja,walau bagiku sendiri kejadian ini adalah adanya campur tangan orang lain,dan lagi-lagi apalah daya kami,uang yang hanya lembaran-lembaran kertas itu adalah segalanya bagi mereka,sehingga dalam situasi maupun kondisi apapun uang adalah jawabannya,hingga sampai dengan kejadian itu membuatku sangat menderita dan seakan-seakan aku telah kehilangan separuh dari dunia ini.

 

"Buk,..ibuk jaga baik-baik yh,ayu mau ke surau dulu,sekalian jemput Bagus".

Dengan nada penuh kelembutan,ucapan itu selalu keluar dari mulutku,setiap kali menjelang maghrib,aku selalu berpamitan ke ibuk untuk pergi ke surau,sekalian menjemput bagus yang sedari sore ada disana,karena memang sudah kebiasaan kami,ketika sore tiba,bagus selalu pergi ke surau untuk mengaji bersama teman-temannya,pada seorang sesepuh yang dulu akupun mengaji kepada beliau,namun sekarang aku harus merawat ibuk,selalu berada disampingnya adalah sebuah keharusan dan kebahagaiaan tersendiri bagiku. Sehabis dari surau akupun langsung pulang ke rumah,karena memang itu pesan yang selalu ibuk sampaikan kepada kami,ibuk selalu berpesan kalau sudah selesai semua diusahakan langsung pulang,dan kamipun selalu mengindahkan nasihat itu,maka dari itu setelah semua selesai,kami langsung bergegas pulang.

 

"Assalamualaikum,ibuk..."

Suara mungil itu selalu mengawali pertemuan kami dengan gelapnya malam,suara yang ibuk tunggu-tunggu dari anak laki-lakinya yang begitu berharga,hingga sambil tersenyum manis ibuk menjawab salam dan memeluk kami berdua,seakan-seakan kami telah terpisah jauh dan baru hari itu bertemu,padahal kami hanya pergi sebentar,bahkan sampai terdengar adzan isya pun belum,akan tetapi rasa kangen dan Cinta ibuk kepada kami begitu besar,mungkin tak akan pernah bisa tergantikan,ketulusan Hati dan kasih sayangnya menyinari hidup kami,melebihi lentera yang menerangi gelap malam ini.

 

"Sudah sampai mana ngajinya nak,...?"

Ucap ibuk sembari menyuruh kami untuk duduk bersama diruang tengah,ruang yang bisa dibilang tidak terlalu besar,lantainya beralaskan tanah,tembok dan atapnya masih sama seperti dulu,anyaman bambu yang membuatku merasa nyaman dengan ketenangan dan kesunyian malam ini,ditemani dengan satu buah lampu damar yang bagiku tidak terlalu terang,namun mampu menyinari seisi ruangan.

 

"Alhamdulillah,bagus sudah sampai iqro' 5 buk"

Sambil tersenyum bahagia,anak kecil itu menunjukkan sebuah buku biru muda yg bertuliskan iqro' 5,yang dimana sebentar lagi dia akan selesai dan beralih ke Al Qur'an,itu adalah suatu prestasi yang sangat luar biasa bagiku,khususnya bagi ibuk sendiri,beliau tidak ada henti-hentinya berucap syukur,atas segala karunia Tuhan kepada keluarga kecil ini,dan bagiku semua pemberian adalah anugerah terindah Tuhan,selagi aku masih bersama orang-orang tercinta,kurasa semua akan baik-baik saja. Seperti halnya dunia dalam lentera,ia memang dikelilingi gelap gulita,namun kecil cahayanya mampu membuat setiap jiwa merasa nyaman dan tenang didekatnya. Itulah gambaran kecil kehidupan kami,dunia yang begitu luas dan tak terbatas,laksana sehelai senyuman yang terpancar dari setiap wajah bahagia.

Setelah dari obrolan pendek itu,kami bersiap untuk solat isya dan dilanjut makan malam bersama,tentunya dengan masakanku yang bisa dibilang sangat sederhana,sayur sop dan tempe goreng kesukaan bagus,yang aku buatkan sore tadi,telah siap untuk disantap bersama. Dengan semua kesederhanaan itu aku selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi keluarga,karena pada setiap kebahagiaan mereka terdapat kasih sayang Tuhan yang tiada batasnya. Yang bagiku tidak ada hal yang luar biasa dalam hidup ini,melainkan kebahagiaan yang tercipta dari kesederhanaan itu sendiri,hingga rasa syukur yang menuntun kami pada takdir yang penuh dengan keindahan ini.

Seperti biasa,setelah makan malam bagus langsung menyiapkan buku-buku pelajaran  untuk esok hari,sedang aku sibuk membuat makanan untuk jualan besok,makanan yang dulu pernah ibuk ajarkan kepadaku sebelum sakit yang ibuk derita semakin parah,beliau pernah mengajarkan kepadaku bagaimana caranya membuat sebuah makanan pedesaan yang terbuat dari tepung ketan,yg didalamnya dikasih gula merah dan rempah-rempah yang lain,yang kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus,rasanya itu begitu manis dan gurih,dan kujual makanan itu dengan harga 2000 per bungkusnya,karena memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan aku harus menyiapkan semuanya sebelum gelap,seperti halnya daun pisang dan bahan-bahan yang lain. Hingga aku memulai jualan ini sudah cukup lama,dari awal aku lulus SMP,aku memutuskan untuk merawat ibuk dan memenuhi semua kebutuhan keluarga. Adapaun hasil dari jualan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan kami,walau terkadang tidak setiap hari makanan itu terjual habis,bahkan pernah sama sekali tidak ada pembeli,dan akhirnya hari itu kami bagikan kepada tetanggga dan orang-orang yang kami temui dijalan,dan sisanya kami makan untuk pengganti makan malam.

 

"Ibuk tahu nggak,bagus paling nggak suka sama pelajaran matematika"

Sambil membolak-balikkan buku yang dipegangnya,bocah mungil itu menunjukkan wajah ketidak sukaannya pada apa yang dia rasakan,yang bagiku sendiri itu adalah wajah paling lucu darinya.

 

"Loh,kenapa?"

Jawabku sambil mengaduk adonan yang sebentar lagi jadi.

 

"Gurunya galak,bagus nggak suka"

Masih dengan ekspresi yang sama,dia mencoba mengutarakan isi hatinya.

 

"Kan yang galak gurunya,kenapa pelajaran matematikanya yg nggak disuka?"

Dengan senyum yang sedikit mengejek,aku membuat bocah mungil itu berfikir panjang,entah apa yang akan dikatakan selanjutnya,aku tidak tahu lagi,karena terlanjur terbuyarkan oleh tawa dariku yang disusul oleh ibuk juga. 

Aku memang menyadari pada apa yang dikatakan bagus tadi,memang beliau guru yang bisa dibilang galak,namanya Buk Indah,guru matematika di SDN 01 tempat kami sekolah,walau terbilang galak,bagiku beliau adalah orang yang bijak dan disiplin waktu,itulah mengapa aku sangat mengagumi beliau,begitupun dengan pelajaran matematikanya. Tapi tidak dengan si bocah mungil itu,dia justru bertolak belakang denganku,dia lebih suka menggambar daripada berfikir dalam berhitung,baginya menggambar itu adalah menuangkan setiap imajinasi kedalam bentuk yang indah,yaitu sebuah pemandangan alam,yang sering ia gambar,padahal menurutku itu biasa-biasa saja,pemandangan gunung yang diatasnya ada matahari,lalu dibawahnya terdapat ladang sawah yang sangat luas. Bahkan terkadang pada lingkaran matahari Itu dia kasih gambar mata,hidung dan mulut,layaknya manusia saja bathinku dalam hati,itu adalah gambar yang selalu bocah mungil itu tunjukkan kepadaku,dan aku selalu memujinya dengan sebaik-baik pujian,walau dalam hati ingin rasanya tertawa sekencang-kencangnya.

Setelah aku menyelesaikan semua adonannya,aku lanjut membungkusnya dengan daun pisang,yang aku tusuk dengan potongan-potongan lidi kecil,agar bungkusnya tidak mudah terlepas dan isinya tidak mudah keluar. 

Sebelum menata semua makanan yang sudah dibungkus,aku terlebih dahulu membantu ibuk yang ingin beranjak ke kamar untuk istirahat,mungkin karena malam semakin larut,ibuk memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu,dan sebelum tidur beliau selalu berpesan kepada kami untuk tidak tidur terlalu larut malam. Karena besok aku harus bangun pagi buat jualan dan bagus berangkat ke sekolah. Setelah selesai membantu ibuk ke kemar,aku segera menata semua bungkusan makanan itu kedalam tempat yang sudah aku sediakan,sebelum nantinya dikukus dan siap untuk dijual,biasanya aku mengukus makanan-makanan itu pada jam 3an,maka dari itu setiap hari aku harus bangun lebih awal untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk jualan,agar nantinya ketika makanan  itu telah siap dijual,masih hangat dan nikmat untuk dirasakan.

 

"Bagus,...sudah siap semua bukunya?"

Sambil sesekali aku menata makanan-makanan yang siap dikukus,aku mencoba merasakan ketenangan dalam sebuah bangunan kecil ini,rumah dari anyaman bambu dan beralaskan tanah,yang pada ruang tengahnya terdapat sebuah kursi panjang dan lebar yang terbuat dari anyaman bambu juga,yang mana ketika kami duduk maupun beranjak dari tempat itu,akan terdengar suara reotan bambu,yang membuat candu suasana dalam keluargaku. Kursi itu adalah tempat kami menghabiskan waktu malam,dengan segala kebahagiaan. Sehingga malam yang kami lewati itu terasa begitu cepat. Keheningan yang hanya bertemakan lampu damar,sebagai lentera untuk menemani dinginnya malam,senyapnya sunyi dan gelapnya kekhawatiran pada setiap perjalanan hidup,membuatku merasa cukup dengan segala pemberian Tuhan. Sebuah dunia kecil yang membingkai setiap do'a dan senyuman adalah bentuk keajaiban dari keagungan Tuhan. 

 

"Bagus,...ayo tidur"

Dengan nada yang mulai sedikit melemah,akupun sebenarnya menahan rasa kantuk sedari tadi,namun aku harus menyelesaikan pekerjaanku agar esok hari aku bisa memulainya dengan bahagia.

 

"Iyha kk"

Sambil memasukkan semua buku kedalam tas ranselnya,bocah mungil itu menguap dan beranjak meninggalkanku yang masih duduk di kursi tengah itu,aku memandanginya menjauh dariku,dalam hati,akankah kelak semua orang yang aku cintai juga seperti ini,akan meninggalkanku,semua akan pergi dan kembali kepada yang Maha Kuasa,baik itu yang dekat maupun yang jauh,semua akan menghadap kehadiratNya.

Sebelum aku beranjak juga untuk istirahat,aku sempatkan untuk menulis setiap keadaanku hari ini,aku ambil buku catatanku yang sudah lusuh,buku sisa waktu aku sekolah SMP dulu,yang lucunya pada setiap sampul di buku  pelajaranku itu tertulis kata:

"Aku adalah dunia dalam lentera"

Sedang aku sendiri tidak begitu mengerti dengan maksud dari kata-kata itu,awal mulanya aku menulis kata itu,waktu aku kelas satu SMP,yang mana aku sangat suka sekali bermain lampu damar yang sekarang ada dihadapanku,ya,...itu adalah lentera yang kami pakai untuk menerangi rumah disaat malam tiba,hingga muncul dalam fikiranku untuk menjadi sebuah lentera yang mampu menerangi malam dan membuat orang-orang merasa nyaman berada disekitarku. Itulah mengapa dalam setiap sampul dibuku pelajaranku tertulis kata itu,mungkin saja dulu aku berfikiran agar aku lebih giat dalam belajar,semangat dalam mengejar mimpi,dan itu masih aku rasakan sampai sekarang,ketika aku membuka catatan-catatan yang dulu. Setelah itu aku mencari lembaran-lembaran yang masih kosong dan aku menuliskan semua perasaanku hari ini disitu.

 

-------------------------------------

Aku adalah dunia dalam lentera

Tempat bersinggah segala rasa

 

Aku adalah dunia dalam lentera

Bukti nyata semesta disetiap do'a

 

Aku adalah dunia dalam lentera

Keagungan Tuhan yang Maha Cinta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Dunia mimpi
1
0
( bagian I : Dilema kehidupan ) --------------------- Bunda,apakah dunia mimpi itu nyata?Ucap Zikra,disela sela kantuk yang membuatnya tak sabar untuk segera mendengarkan dongeng dari Ibunya. Iya nak,mimpi itu akan menjadi nyata ketika kita mau bangun dan menggapainya.Ucap Bu Fatma diiringi senyum sembari mengusap perlahan kepala anaknya. Dengan belaian kasih sayang seorang Ibu,beliau tiada henti selalu menemani anak kecilnya dengan membacakan sebuah cerita fiksi karangannya sendiri. Walau bisa dibilang,cerita itu selalu Ia ulang ulang setiap malam,tapi zikra tidak pernah bosan untuk mendengarkannya. Karena terkadang,baru saja membaca satu paragraf,zikra sudah terlelap,dia sudah masuk ke dalam dunia mimpinya sendiri,yang entah bagaimana dia akan menghadapi dunianya disana. Cerita itu Bu fatma rangkum menjadi sebuah buku,yang beliau beri nama Dunia mimpi. Dahulu sewaktu Bu fatma masih duduk dibangku sekolah menengah atas,beliau sangat suka sekali dengan menulis,baik itu puisi,cerpen,maupun sekedar menulis kegiatan sehari hari. Semua karyanya Ia bukukan dan terkadang di sela sela istirahatnya,beliau tak lupa membuka lembaran lembaran kisahnya,yang pernah Ia tuangkan di buku itu. Dengan tatapan penuh kasih sayang,bu fatma sekali lagi membelai rambut anaknya,terlihat wajah zikra yang begitu indah,mirip sekali dengan dirinya,walau dibagian lain ada kemiripan juga dengan ayahnya. Tapi,kebanyakan orang bilang kalau wajah zikra sangat mirip dengan wajahnya.Bunda,...Ucap zikra sekali lagi,dengan nada pelan,namun getarannya mampu bu fatma rasakan dalam hati kecilnya. Tak lama dari itu,beliau mengambil sebuah buku yang sudah beliau siapkan di samping ranjang anaknya. Ya,buku yang berjudul Dunia mimpiitu,memliki 99 cerita fiksi yang beliau tulis sendiri sewaktu masih sekolah dulu. Cerita itu memang tidak terlalu panjang,namun isinya mampu menggetarkan setiap jiwa yang membacanya. Perlahan bu fatma buka buku itu,dan bu fatma mulai mencari judul cerita yang akan beliau  bacakan untuk anaknya. Dari sekian banyaknya cerita,malam ini beliau akan bercerita sebuah kisah tentang Setangkai Bunga di gurun Sahara. ---------------------------- Pada zaman dahulu kala,dibelahan bumi timur,tersebutlah sebuah kerajaan besar,istananya begitu megah,rakyatnya sejahtera dan hidup makmur. Tidak ada dalam sejarah kerajaan itu,bahwa terdapat rakyatnya yang kelaparan,rakyatnya yang menderita maupun rakyatnya yang meninggal karena serangan penyakit. Semua berjalan dengan sangat sempurna. Kerajaan itu seakan surga bagi setiap penduduknya. Hingga banyak dari kerajaan kerajaan kecil yang ingin merebut wilayahnya. Tapi,dengan sistem pertahanan yang sangat kuat,kerajaan itu tidak pernah bisa ditembus oleh musuh manapun,bahkan setiap musuh yang ingin berperang melawannya,mereka harus siap kalah sehingga tunduk dan patuh diatas kekuasaannya. Sampai kerajaan itu menjadi kerajaan besar yang masyhur,kekuasaannya tidak ada yang mampu menandingi dari kerajaan lain. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang baik hati,raja yang bijak dan pemberani. Raja itu bernama Raja Asyraf. Beliau adalah seorang raja yang sangat disegani oleh rakyatnya. Semua kerajaan di bumi timur tunduk dan patuh di bawah perintahnya. Namun,dibalik setiap kejayaan yang raja asyraf dapatkan,beliau diberi cobaan yang begitu besar. Tuhan telah memberinya cobaan yang membuat tubuh kuatnya seketika lemah takberdaya. Cobaan yang tidak hanya menimpa fikirannya,namun juga Hati yang membuatnya hampir kehilangan akal sehatnya. Cobaan itu Tuhan sematkan pada tubuh puteri jelitanya. Puteri kirana yang sudah hampir enam bulan terbaring tidak berdaya,tubuhnya semakin kurus dan membiru,wajah cantiknya terusap airmata yang mengalir mengiringi penderitaannya. Sudah banyak tabib yang raja asyraf datangkan dari berbagai kerajaan,namun hasilnya tetap sama,setiap dari tabib itu berkata bahwa tidak ada penyakit satupun yang bersarang dalam tubuh puterinya itu. Sungguh pernyataan itu sangat menyayat Hati sang raja. Hingga beliau membuat sayembara untuk siapa saja yang mampu menyembuhkan puterinya,jika Dia laki laki,maka akan beliau jadikan sebagai suami daripada puterinya,tapi jika dia seorang perempuan,maka akan beliau jadikan Ia sebagai anak angkatnya. Namun,hal seperti itu juga sia sia,banyak berdatangan orang orang dari rakyatnya,sampai dari luar kerajaan yang ingin berusaha untuk mengobati sang puteri,tapi semua itu sia sia,tak satupun juga orang yang mampu untuk menyembuhkan puterinya. Hingga disetiap sore menjelang malam hari,raja asyraf selalu menyendiri untuk sekedar menenangkan bathinnya,beliau selalu pergi dengan kuda kesayangannya,pergi ke sebuah gua di lembah gurun yang cukup jauh dari kerajaannya. Raja asyraf selalu datang ke sana untuk menyendiri dan meminta kepada Tuhan yang Maha pemberi. Hingga disuatu kesempatan,ketika raja asyraf sedang berada di dalam goa,beliau mendengar sebuah suara,suara yang membuyarkan fikirannya,suara itu menggema dilangit langit goa,suara itu berkata,Asyraf,....pergilah ke barat,disana engkau akan menemui setangkai bunga abadi,bunga penawar segala luka.Ucap suara tanpa rupa itu,suaranya menggelegar menggetarkan hati raja asyraf. Hingga suara itu berkata lagi,Akan tetapi,hanya darah dari keturunan kerajaan itulah,yang mampu memetik bunganya. Ucap suara itu.Raja asyraf sedikit tidak percaya dengan apa yang suara itu ucapkan,karena memang selama beliau berada di goa itu,baru kali pertama ini raja asyraf mendengar ada suara tanpa rupa. Hingga dalam hati kecilnya beliau berkata, _bagaimana bisa aku mendapatkan setangkai bunga itu._Suara itu lantas berkata lagi,Carilah seorang anak diantara rakyatmu,yang diatas punggungnya tergambar setangkai bunga berwarna emas. Ucap suara itu diiringi hembusan angin yang menerpa wajah sang raja. Hingga setelah dari kejadian itu,sang raja bergegas kembali ke kerajaan dan merencanakan sebuah rencana untuk esok hari,yakni mencari seorang anak dari rakyatnya sendiri,yang harapannya dengan anak itu puterinya bisa segera sembuh. ----------------------- Terlihat zikra sudah tertidur lelap,wajah indahnya membuat bu fatma tidak ingin sekalipun berpaling darinya. Hingga setelah dari membacakan dongeng itu,bu fatma kembali membelai rambut anaknya,mengusap wajahnya dan menyium keningnya,setelah itu beliau beranjak dan taklupa menyelimuti zikra dengan selimut kesayangan anaknya,supaya lebih menyempurnakan rasa nyenyaknya dalam menggapai mimpi. Ditambah hujan deras yang turun malam ini,rintiknya mengiringi setiap do'a dan harap rapalan seorang hamba. Setelah semuanya selesai,bu fatma beranjak dari kamar zikra dan pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Sesampainya dikamar,bu fatma melihat suaminya pak randi sudah terlelap diatas ranjang,dari wajahnya terlihat lelah seharian ini bekerja,taklama dari itu bu fatma menyelimuti suaminya dan taklupa mengecup keningnya,berharap agar keharmonisan dalam keluarga kecil ini akan selalu terjaga. Do'a yang selalu bu fatma panjatkan kehadirat Tuhan. Hingga dimalam hari ini,bu fatma masih bisa merasakan kesejukan dalam sebuah rumah tangga,dan rintik rintik hujan malam ini telah menyaksikannya. ----------------------------- Keesokan harinya,raja Asyraf mengutus beberapa dari punggawanya untuk menyusuri setiap sudut kerajaan. Beliau menyampaikan maksud dan niatnya kepada mereka untuk mencarikan seorang anak laki laki,yang dibagian belakang punggungnya tergambar setangkai bunga berwarna emas. Beliau juga menyampaikan untuk membawa anak itu dengan cara sebaik mungkin,karena raja asyraf adalah raja yang dihormati,maka beliau tidak ingin ada kekerasaan yang terjadi di lingkungan kerajaan. Hingga sebelum para punggawa itu pergi untuk menjalankan tugasnya,raja asyraf memyampaikan sebuah kalimat yang harus selalu mereka ingat. Beliau berkata,Wahai para punggawaku,kalian semua telah mengetahui keadaan puteriku. Semakin hari keadaannya semakin memburuk,tidak ada satupun orang yang mampu menyembuhkan penyakirnya. Maka dari itu,aku beri waktu untuk kalian sampai matahari terbenam. Carilah anak itu sampai dapat dan bawa dia kehadapanku.Ucap raja asyraf dengan tegas dan lantang. Hingga setelah dari itu raja asyraf mempersilahkan para punggawanya untuk bergegas menjalankan tugasnya. Sedangkan beliau akan menunggu kabar dari para punggawanya,dengan harapan kabar yang akan mereka bawa adalah kabar baik yang akan menjadi awal dari kehidupan baru puteri kirana. Perlahan raja Asyraf kembali kedalam kerajaan,langkahnya yang begitu lemah membuatnya seakan akan telah kehilangan semangat hidup. Setelah tiga tahun yang lalu raja asyraf harus rela kehilangan permaisurinya,ratu ansel,beliau diberi cobaan oleh Tuhan dengan puterinya,puteri kirana yang terbaring sakit dan takberdaya. Semua ujian dan cobaan raja asyraf hadapi dengan tegar dan tak kenal putus asa. Walau terkadang disuatu keadaan beliau harus pasrah dan menitikan airmata. Tapi semua itu sama sekali tidak menjadikan Hatinya putus asa dari rahmat dan pertolongan Tuhan. Hari demi hari do'a yang selalu raja asyraf panjatkan adalah untuk kesembuhan puterinya. Sudah cukuplah baginya semua apa yang Ia miliki,kerajaan yang megah,kekuasaan yang tiada batasnya,harta benda yang melimpah tiada habisnya. Namun,semua itu seakan tiada artinya,ketika separuh dari jiwanya telah direnggut dan puteri kesayangannya menderita sakit yang ia sendiri tidak mampu untuk mengobatinya. Hingga terkadang raja asyraf selalu berdo'a untuk segala apa yang diderita puterinya itu,agar Tuhan pindah ke dalam dirinya. Rasa sakit yang selama ini puterinya derita,agar ia juga ikut merasakannya. Karena bagi raja asyraf hanya puteri kirana-lah,satu satunya kebahagiaan yang ia miliki. Tapi,Tuhan telah mengujinya sejauh ini,dan raja asyraf tiada henti untuk memohon kesembuhan buat puterinya.Beberapa waktu berlalu,raja asyraf yang tiada beranjak dari kamar puterinya itu,selalu berusaha mengajak bicara puteri kirana.Puteriku,....Dengan tangannya,perlahan beliau membelai wajah puteri kirana yang terbaring diatas ranjang,wajahnya yang cantik kini terlihat begitu menyedihkan,tubuhnya yang semakin hari semakin membiru,membuat raja asyraf semakin ketakutan akan hal yang dulu menimpa permaisurinya ratu ansel.Bangun nak,....ayah......Belum selesai raja asyraf berbicara,airmatanya berlalu berjatuhan tiada reda,seakan setiap tetesnya telah mewakili segala rasa yang ada dalam hatinya. Mulutnya kelu dan tak dapat berbicara. Hanya airmata yang mampu menyampaikan segalanya. Setiap kali raja asyraf melihat keadaan puterinya itu,keadaannya selalu sama,ia tidak bisa berkata apapun di depan puterinya. Hingga hanya airmata yang menyampaikan segala isi perasaannya. Tak lama dari itu,datanglah salah satu dari punggawa kerajaan,ia menyampaikan kabar bahwa anak laki laki yang raja asyraf cari,kini telah ditemukan. Lantas,raja asyraf bergegas menemui anak itu di depan istana. Dengan wajah gembira,raja asyraf berjalan keluar istana,hatinya sudah tidak sabar untuk segera  menemui anak itu,dan ketika sesampainya didepan istana,beliau melihat ada beberapa punggawa kerajaan berdiri menunggu kedatangan sang raja. Diantara mereka ada dua anak,laki laki dan perempuan yang berdiri dengan menundukkan kepalanya. Lantas raja asyraf berkata,Nama kamu siapa nak? Ucap raja sembari merendahkan tubuhnya dan mengusap rambut kedua anak itu. Dengan tatapan malu dan takut anak laki laki itu berkata,Sa-sa sa-saaaka,baginda rajaUcap anak laki laki itu dengan nada gugup dan tangan yang mulai gemeteran. Dengan masih menundukkan kepala kedua anak itu kembali raja asyraf usap kepalanya dan beliau berkata,Apakah ini adikmu?Tanya raja asyraf kepada saka sembari tangannya menunjuk kepada anak perempuan yang tubuhnya sedikit lebih kecil dari saka. Lantas saka mengangguk yang menandakan bahwa anak perempuan itu adalah adiknya. Hingga taklama dari pertemuan itu,raja asyraf mengajak saka dan adiknya masuk ke dalam istana. Raja asyraf ingin membawa mereka ke dalam kamar puterinya,puteri kirana yang terbaring tak berdaya. Sesampainya di dalam kamar puterinya,raja asyraf memersilahkan kedua anak itu untuk melihat keadaan sang puteri. Dengan membuka tirai putih yang menutupi ranjang sang puteri,kedua anak itu perlahan lahan mulai mendekati puteri kirana,sedangkan raja asyraf hanya berdiri didepan pintu kamar,menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap puterinya. Setelah beberapa waktu menunggu,kedua anak itu kembali kepada sang raja dengan kedua mata yang berkaca kaca,tangan mereka bergetar,wajah mereka pucat,seakan ada kekhawatiran yang begitu besar yang mereka sembunyikan. Setelah dari itu,raja asyraf mengajak mereka taman belakang istana. Tempat dimana dahulu puteri kirana sangat suka sekali bermain disana. Taman itu ditumbuhi berbagai macam bunga,padang rumput yang sangat luas dengan bemekaran bermacam macam bunga yang sangat indah. Menjadikan taman itu adalah tempat kesayangan sang puteri. Hingga setelah sampai di taman itu,kedua anak itu terkejut dengan keindahan tempat itu,karena sebelumnya mereka tidak pernah melihat tempat seindah itu,bahkan jarang sekali bermekaran bunga bunga yang warnanya berbeda beda. Karena mereka hidup di tempat yang tandus,rumah mereka dikelilingi oleh gurun pasir. Jadi,mereka begitu takjub ketika melihat tempat seindah itu,dan tempat itu berada di dalam istana,tepatnya dibelakang istana kerajaan. Raja asyraf mengajak kedua anak itu untuk duduk dibawah satu pohon,dimana tidak ada pohon lain selain pohon itu. Ya,pohon itu adalah pohon kehidupan,itu yang selalu puteri kirana ucapkan,karena di bawah pohon itulah puteri kirana merangkai sajak sajak indah,dan dibawah pohon itu juga lah,bukti kejayaan kerajaan ini. Setelah raja asyraf dan kedua anak itu sampai,mereka duduk dibawah pohon itu sembari menyaksikan hamparan luas padang sabana yang di selimuti berbagai macam bunga dan kupu kupu yang beterbangan saling bertegur sapa. Sembari memandangi kemegahan istananya raja asyraf berkata,Apakah saka tahu tentang setangkai bunga penawar segala luka?Ucap raja asyraf pelan,dengan penuh harap beliau menunggu jawaban dari anak itu. Namun,saka hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala. Mungkin kedua anak itu masih terlalu takut dan malu ketika bersamaku. Hingga akhirnya raja asyraf berkata lagi,Baiklah,kalian berdua akan tinggal disini sampai puteriku sembuh kembali. Anggap aku sebagai ayah kalian,katakan apapun yang kalian butuhkan,istana ini adalah milik kita.Ucap raja asyraf kepada kedua anak itu,dan sebelum meninggalkan mereka,raja asyraf meminta izin untuk melihat ke belakang punggung saka,dan memang benar dipunggungnya terdapat gambar setangkai bunga berwarna emas. Raja asyrafpun tersenyum dan tak henti hentinya bersyukur di dalam hatinya. Semoga dengan kehadiran kedua anak ini,puteriku bisa bangun dan sembuh dari sakitnya,ucap raja asyraf dalam hatinya. Sebelum pergi raja asyraf menanyakan nama anak perempuan itu kepada saka,yang ternyata namanya aisha,nama yang sangat indah untuk anak perempuan secantik dia,ucap sang raja dalam hati. Saka,...aisha,....silahkan kalian tinggal disini,anggap aku sebagai ayahmu.Ucap raja asyraf sembari berdiri,kemudian mengusap kepala mereka berdua dan pergi meninggalkan kedua anak itu dibawah pohon. _aku berharap,mereka akan terbiasa dengan semua ini,hingga tiba waktunya mereka membawa kebahagiaan yang terlahir kembali dari wajah puteriku,puteri kirana._Ucap raja asyraf dalam hati kecilnya.  Disisi lain,saka dan aisha berlarian dan bermain diantara mekar bunga itu,mereka saling kejar kejaran. Berusaha menangkap setiap kupu kupu yang hinggap di setiap bunga. Kupu kupu itu seakan telah mengetahui jati diri kedua anak itu,hingga tanpa mereka bersusah payah untuk menangkapnya,kupu kupu itu justru hinggap diantara bahu mereka. Sampai akhirnya mereka berdua terduduk di depan hamparan bunga yang sangat luas dan indah,hingga tak lama dari itu aisha memetik setangkai bunga berwarna biru,kemudian Ia menaruhnya di atas telinga kaka nya saka,disusul saka yang memetik setangkai bunga berwarna kuning dan menaruhnya di atas telinga aisha. Mereka berdua terlihat begitu bahagia,tawa dan wajah ceria terpancar diantara keduanya,layaknya rembulan yang bersinar dalam gemerlapnya malam.  ---------------------------------------Nak,ayo bangun...Ucap bu fatma yang sedang membangunkan anaknya zikra,dengan masih terkantuk kantuk,zikra sesekali menggeliat dan menarik kembali selimut yang tertindih tubuhnya sendiri,dengan mata yang masih terpejam,zikra mencoba meraba wajahnya,tepatnya dibagian telinga kanannya,karena ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di telinganya itu. Sampai ketika tangannya menggapai telinga kanannya,zikra mendapati setangkai bunga berada di atas telinga kanannya. Bunga itu berwarna biru,bunga yang masih segar,seakan akan baru saja bunga itu di petik dari tangkainya. Tanpa ucap kata zikra langsung membawa bunga itu dan menaruhnya di atas meja belajarnya. Hingga setelah menaruh bunga itu,zikra teringat sesuatu hal yang seakan akan tidak asing dalam hidupnya. _baginda raja,puteri kirana,aisha._Ucap zikra dalam hatinya dengan berlalu meninggalkan kamarnya dan pergi menemui ibunya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan