Spin-Off Nimas-Sion : 13. Pagi Panas Dan Ajakan

21
0
Deskripsi

Sion mengulum senyum geli. Dia usap setiap sisi pinggang Nimas. "Ngantuk?" tanyanya geli.

Nimas merem melek antara keenakan dan ngantuk. Nafasnya terengah. Di mata Sion kini Nimas sangat menggemaskan.

"Iya." rengek Nimas hampir merebahkan dirinya di atas Sion namun Sion tahan dengan gesit.

"Jangan, perutnya nanti ketindihan."

Nimas memilih beranjak dan melenguh pelan lalu rebahan dengan disambut Sion.

Sion kecup gemas keningnya. "Tidur." dia usap lengan Nimas sayang.

Nimas begitu patuh, dia terpejam. Sion mengulum senyum. Kenapa Nimas jadi doyan tidur? Begitu mudah terlelap.

Apa karena sudah tidak ada beban kerja pada dirinya? Makan pun lahap tanpa peduli berat badan.

Lihat.. Pipinya tidak tirus, lengannya juga berdaging.

Sion usap pipi dan lengannya sayang, membuat Nimas benar-benar terlelap dan hanyut ke alam mimpi.

"Saatnya tidurin yang lain dulu." Sion bergerak perlahan menarik lengannya yang dijadikan bantal.

Sion duduk sambil menatap Nimas yang hanya menggeliat dan meringkuk lucu. perutnya tidak rata lagi.

Sion tersenyum sambil mengusapnya sekilas. Sion lirik miliknya yang sangat keras. Sebelum turun dia menyelimuti Nimas tanpa memakaikan pakaian dulu.

Sion pun pergi dan menenangkan miliknya, mandi air dingin menjadi solusi belakangan ini. Nimas selalu mancing tapi tidak sampai tuntas.

Si menggemaskan itu selalu ketiduran, entah saat sesi pertama atau saat yang kedua kalinya. Pasti akan ada saatnya Sion solo.

Sion tertawa pelan memikirkan beberapa kali Nimas ketiduran bahkan sedang panas-panasnya.

"Anak yang dikandung Nimas cewek apa cowok ya? Doyan tidur ga ya? Gemes." 
 

***
 

Sion berdiri dengan hanya memakai handuk di pinggangnya. Nimas masih di posisi yang sama.

"Lucunya teteh sayang." gumam Sion lalu memilih meraih ponsel dan melihat semua pekerjaannya.

Sion menyimpan ponsel, dia memilih memakai pakaian dulu. AC lumayan dingin, dia kecilkan karena Nimas tidak pakai apapun di bawah selimut itu.

Setelah dirasa cukup memeriksa semua kerjaan, dia kembali tidur memeluk Nimas. Hari ini harus tidur karena besok bisa saja dia lembur.

Apa bumil ditinggal tidak akan rewel atau kesepian? Kasihan Nimas karena selalu menunggunya jika mengidam.

"Maaf ya, teh.. Kalau minta sesuatu harus nunggu ga bisa langsung." bisiknya yang Sion yakini tidak akan bisa Nimas dengar.

Nimas mendengkur halus tanda kalau dia terlelap pulas.

Sion mengusap perut Nimas. "Maaf ya, dek.." gumamnya.

Nimas menggeliat merasakan usapan di perutnya, mengubah posisi menjadi terlentang dan lanjut mimpi.

Sion tersenyum melihat bibir itu mengecap sesaat. Nimas jika sedang tidur memang mempesona walau kadang kalau kelelahan selalu ngorok cantik.

"Baru tidur sebentar udah ngiler." Sion menyeka sudut bibir Nimas lalu mengendus gemas pipinya sambil memeluknya erat.

Untungnya Nimas tidak terganggu malah nyaman dipeluk dengan penuh rasa gemas. Dasar Sion gemasan. 
 

***
 

"Pagi.." Nimas tersenyum dengan mood yang baik. Sion sontak tertular, biasanya bumil satu itu akan manyun dan mengeluh ini itu saat bangun tidur atau hanya diam saja.

Sion Mengusap rambut yang bagai singa itu, kering karena mungkin pernah di warnai karena kebutuhan iklan.

"Pagi teteh cantik," Sion ndusel di leher Nimas, mengecupnya lalu mengusap perut Nimas.

"Terlalu ke bawah!" Nimas menepuk lengan Sion yang malah menyelip ke yang lain.

Sion tertawa pelan di leher Nimas. "Kejauhan ya, teh.." dia pun mengusap perut Nimas dengan sayang sambil terus mengecupi lehernya.

"Mau sarapan apa?" tanya Sion sambil menjauhkan wajah dan menatap Nimas yang menatapnya dengan senyuman.

"Mau telor dua, yon." Nimas kini ndusel di leher dan mengendus ketiak Sion bergantian dengan senang.

"Yang mana?"

"Yang mana apanya?" Nimas menatap Sion belum paham.

"Telor ayam atau—" Sion tersenyum menggodanya.

"Ih! Kamu mah, serius tahu!" sebalnya walau diakhiri kekehan geli. Benar, telor itu juga duakan?

Nimas jadi ingin menghisapnya, meremasnya.

"Iya, mau di satuin telor mata sapinya?"

"Engga, pisah.. Suapin ya, yon?"

"Kok jadi manja sih? Gemes jadinya." Sion ndusel di belahan dada Nimas yang masih tidak ditutupi apapun itu.

"Baru sadar ya? Ihh geli atuh, jangan diemut juga, yon!" Nimas cekikikan sambil terus menggeliat geli.

Sion malah semakin lahap, jika pagi memang sedang tinggi-tingginya ditambah Nimas tidak memakai apapun.

Bagai kucing yang disuguhkan ikan, mana semalam ada sesi belum tuntas juga.

"Engh.. Udah, Hhaa.." Nimas menggeliat, kali ini serius mulai terpancing. Nafasnya terus memberat.

Sion lahap sekali, dia terlihat sedang sangat ingin.

"Enh.. Haa.." Nimas menggeleng tidak kuat, mulut dan jemari Sion terus memainkan puncak boba yang kian mengeras.

Nimas sampai teramat gelisah, kakinya bergesekan tak sanggup.

"Ohh.. Udah, atos yon.. Em.. Rasanya aku teh mau emh.." Nimas merasa di bawah sana berkedut-kedut.

Sion meraba bawah Nimas, membelai tanpa menghentikan gerak mulut dan sebelah jemarinya yang bebas.

"Agh.."

Sion merasakan jemarinya sedang dihisap di bawah sana, awalnya satu kini dia tambah menjadi dua.

Nimas membusung dengan sangat terengah. Dia akan kembali sampai hanya dengan mulut dan jari Sion.

"Ga kerja, yon?" Nimas mengusap rambut Sion dengan gelisah bahkan sesekali menjambaknya.

"Nanti." Sion bergerak mengukung Nimas sambil melebarkan dua kakinya.

"Ugh.." Nimas terpejam merasakan dirinya yang penuh.

"Jangan tidur ya, teh.." bisik Sion seraya menjilati leher Nimas dan menjalar ke rahangnya.

Sion peluk kepala Nimas dengan penuh perhatian, tidak membiarkan kepalanya mengenai kepala ranjang.

"Nh.. Haa.. ahh.." Nimas mulai berisik dan kian gelisah. Dia semakin sensitif.

"Pagi kita hari ini panas," bisik Sion dengan terengah di sisi telinga Nimas.

Sion pandangi wajah gelisahnya yang memerang dengan begitu menggodanya. Pemandangan pagi yang indah.

"Tuntasin ya, jangan tidur. Sekali kok." bisik Sion sambil mengecupi boba yang bergerak memantul itu. 
 

***
 

"Berangkat dulu ya, sayangku." Sion tersenyum sambil membungkuk agar tangannya bisa mengusap-usap kepala Nimas.

Nimas menekuk wajahnya. "Ga di sini dulu?" entah kenapa dia jadi tidak ingin ditinggal Sion.

"Ga lama kok, pulang aku bawa apa yang kamu mau.. Tapi maaf, hari ini bisa aja aku lembur,"

"Yah, ikut aja boleh ga sih?"

Sion terdiam. "Serius? kamu ga takut ada yang gosipin kita?" dia sih senang jika Nimas ikut dan bisa berada di ruangannya.

"Kamu ga suka?"

"Yee.. Suka dong, kita bilang aja ke media kita pacaran, udah lama.."

Nimas diam menatap Sion cukup lama sampai Sion bingung, apa dia salah bicara.

"Kita pacaran?"

Sion terdiam lalu tersenyum. "Ga mau?" tanyanya balik.

Bibir Nimas bergetar dengan kedua mata merebak basah dengan mudahnya.

"Serius?"

"Kenapa nangis?"

"Jawab! Serius?"

Sion berdebar, ini mungkin saatnya mereka memperjelas status. Toh sudah ada bayi juga, Sion tidak akan takut dengan hubungan mereka yang akan renggang. 

"Serius. Mau?"

"Kenapa ga dari dulu!" Nimas mulai terisak sambil ngamuk. 
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Spin-Off Nimas-Sion : 14. Ungkapan Dan Serigala Lapar
21
0
Komentar dinonaktifkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan