Sebuah mimpi, merubah diri

0
0
Deskripsi

 

Entah apa yang terjadi malam tadi seolah jadi malam kesaksian akan akhir perjalanan kehidupan, mimpi yang terlalu nyata untuk dianggap hanya sekedar bunga tidur. Bayangkan kamu berada di ruang sempit beralas kasur putih, ruangan tertutup tirai dengan warna serba putih, seperti ruangan di rumah sakit namun lebih kecil dan sesak. Dan hal yang membuat mu ingin berteriak sekuat-kuatnya adalah sosok yang kamu kenal mengelilingimu dengan tatapan menahan amarah dan kecewa, mereka adalah diriku sendiri...

        Masa lalu tak membutuhkan mu lagi, sekarang dan masa depan masih memerlukan mu. Jangan tertinggal lama di dalam kenangan, terkadang memikirkan hal indah yang telah lewat mengalihkan mu dari pekerjaan yang harus diselesaikan sekarang. Hidup tak berjalan mundur, saat melangkah maju kita pasti bertemu hal baru atau melepas masa lalu. Sampai detik ini jika ditanya aku mau jadi apa, pasti aku terdiam dan bingung mau menjawab apa, kadang aku malu dengan anak kacil yang ditanya ibunya tentang cita-cita saat dewasa, mereka akan menjawab dengan suka cita. “jadi dokter bu, polisi, Pilot”. Berbagai pekerjaan yang terlihat mengagumkan dan aku hanya bisa tersenyum meringis menahan tangis, tapi inilah kenyataan yang aku terima bahwa aku sudah tak lagi sama. Dulu setiap pagi aku memiliki tujuan untuk pergi bekerja dan bertemu banyak orang, meski terkadang aku masih merasakan sepi tapi hanya sesekali. Kehidupan ku berjalan cepat, aktivitasku padat terlebih di tempat kerja. Aku habiskan satu dekade kehidupan ku di sana, saat itu aku merasa bangga pada diri sendiri dan kali ini dua tahun setelah aku melepaskan jubah itu, aku merasa kedinginan dan kehilangan kepercayaan diri untuk melihat diri sendiri, seperti cerita ku sebelum ini saat bertemu cermin diri. Aku merasakan kehilangan terbesar dan itu adalah saat aku melepas jubah yang selama ini aku pakai. Aku pernah membaca sepenggal kutipan dari media sosial yang sekarang sering menemani hari-hariku bahwa makna lain dari sebuah perpisahan adalah akhirnya kita kembali pada diri sendiri dan hal membanggakan dari sendiri adalah kita tidak berada dibalik tubuh dan hal apa-pun, seharusnya itu membuat aku bangga, seharusnya.

            Pagi ini tidak seperti biasanya, aku terbangun dengan mata sayu dan wajah yang semrawut. Tidurku semalam tidak begitu nyanyak, beberapa kali terbangun dengan alasan tak jelas. Terakhir karena mimpi yang membuat bulu kuduk ku brigidig dan suasana berubah menjadi dingin. Entah apa yang terjadi malam tadi seolah jadi malam kesaksian akan akhir perjalanan kehidupan, mimpi yang terlalu nyata untuk aku anggap hanya sekedar bunga tidur. Bayangkan aku berada di ruang sempit beralas kasur putih, ruangan tertutup tirai dengan warna semuanya putih senada dengan sprai dan dekorasi lainnya, seperti ruangan di rumah sakit namun ini lebih kecil dan sesak. Dan hal yang membuat ku ingin berteriak sekuat-kuatnya namun tertahan di tenggorokan dan seolah mencekik diriku sendiri adalah sosok yang aku kenal mengelilingiku dengan tatapan menahan amarah dan kecewa, aku mengenalnya dengan jelas karena mereka adalah diriku sendiri dari masa lalu yang seolah ingin managih sesuatu pada ku. Saat itu aku hanya bisa terdiam, mataku hampir saja ingin keluar karena terlalu berat menahan kekagetan, tubuhku kaku dan aku hanya bisa melihat tanpa ada suara yang keluar. Aku membatu terjebak dalam tubuh yang terkujur di atas tempat tidur. Salah satu dari mereka mulai berbicara, awalnya aku hanya bisa melihat gerakan bibirnya dan perlahan terdengar suara yang kian lama kian meninggi. “aku menaruh banyak harap padamu. Menitipkan satu mimpi masa kecilku, dan lihat apa yang kamu telah lakukan. Kami semua disini adalah masa lalu mu. Sosok yang mempercayakan masa depan kami”, dan setelah itu yang kudengar adalah riuh dan tatapan-tatapan penuh kekecewaan.

            Hatiku seperti tertusuk pisau beberapa kali, sakit namun tak berdarah, mendengar mereka silih berganti berbicara dan aku tak memiliki hak untuk bersuara, dimulai dari sosok anak kecil yang masih sulit mengungkapkan keinginan dan malu untuk bercerita, ia adalah aku dimasa sekolah dasar, aku hapal dengan ekspresi wajah penuh ketakutan saat guru atau teman-teman menaruh perhatian dengan menatap kearahku lebih lama dari biasanya, dan kali ini dengan terbata-bata ia berkata “kak, aku ga tau akan jadi apa nanti setelah aku dewasa, masa kecilku biasa-biasa saja. Tapi dulu aku pernah bermimpi untuk bisa jadi wanita mandiri yang berani, aku cape terus merasa kecil kak. aku ingin bisa merasa bangga pada diriku sendiri”. Dilanjutkan dengan sosok remaja yang lebih terlihat keras kepala dan mulai menunjukan keberaniannya bersuara. Aku yang memilih menjadi Wanita yang tahan banting, terlihat kuat diluar namun rapuh di dalam. Aku ingin punya banyak teman, seperti teman-temanku yang bisa saling bercerita. Aku percaya kamu bisa membuatku terbisa dengan cerita, tapi kenyataannya setelah dewasa kamu mengabaikan kepercayaan kami, bakat dan kemampuan yang kami yakini bisa membawa mu jadi apapun yang kamu inginkan. Saat aku kuliah dulu, aku bermimpi bisa melanjutkan kuliah pasca sarjana dan menjadi dosen, hingga akhirnya bisa merasa lebih berguna, namun perjalanan setelah lulus kuliah, membuatku terbawa arus dan ga tau mau berujung dimana, semua berjalan tanpa rencana dan sekedar terlewati begitu saja, aku menyesal “ia, rasa sesal ini, hampir saja membuatku makin jauh terpuruk. Suara lain yang terdengar tak asing, suara itu berasal dari sosok aku, 10 tahun yang lalu.

            Jika aku bisa menjelaskan apa yang aku rasakan di dalam mimpi itu, aku seperti berada di akhir kehidupan fanaku, seolah jasad yang kaku menunjukan bahwa tak ada kehidupan di organ-organ tubuhku, mungkin yang tersisa hanya jiwa yang sedang menunggu jadwal keberangkatan dan disaat itu aku berkesempatan bertemu orang-orang yang dulu memberikan aku sesuatu sebagai hal yang harus aku kembalikan sekarang, mereka yang memberikan keyakinan dan percaya bahwa aku bisa, seolah menjadi hutang yang harus aku bayar, seperti halnya dunia yang berputar segala hal datang dan pergi, semua akan tergantikan. Sebagian besar dalam hidup akan berganti, tapi tidak untuk beberapa mimpi yang Kembali datang untuk menagih janji dan menghantui diri. Dulu mereka memilih kita untuk wujudkan cita-cita dan mereka tidak pernah lupa dan yakin kita bisa. Aku tak sanggup menahan sesak di dada dan tenggorokan yang tercekik karena luapan perasaan ini harus dikeluarkan, namun mulut ini tertutup rapat dan tak ada celah untuk perlahan terbuang, akhirnya aku terbangun dengan suara nafas yang terdengar keras, sepertinya paru-paruku bernafas dengan tidak teratur, atau memang aku sudah terlalu tua untuk mendapatkan tekanan perasaan yang terlalu besar.

            Seketika aku bangun dan bergegas pergi menjauh dari tempat tidur, aku berdiri sebentar kemudian berlari menuju kamar mandi untuk membasuh wajah, seolah menyadarkan ku bahwa sekarang aku sudah tak ada di kamar dan mereka sudah hilang, aku kembali di dunia nyata dan tidak sedang bermimpi lagi. Seketika kurasakan dinginnya air membasuh wajah dan keningku, ku pastikan perasaan ini nyata dan selesai membersihkannya, aku kembali dengan segelas air putih di tangan dan duduk di kursi dekat jendela di ruang keluarga. Sambil meraba-raba apa yang terjadi, akhirnya aku berhasil memulihkan kesadaran dan mengumpulkan keberanian untuk mengenang, mencari kepingan informasi apa yang sebenarnya terjadi di mimpi tadi. Ku teguk perlahan air putih yang ku bawa tadi, terasa kerongkonganku mulai masah dan menghadirkan kelegaan disana, sepertinya sedari tadi ragaku kehausan. Kuhabiskan satu gelas air dan setelahnya kuletakan di meja samping kursi, aku mulai siap mengingat-ngingat apa yang terjadi sebenarnya. 

            Mimpi ini menyadarkan ku akan sosok aku dimasa lalu, tentang mimpi lama yang hampir saja aku lupa. Keadaan aku sekarang memang berbeda, aktivitasku tak sepadat dulu, lingkaran pergaulanku mengecil, bahkan mungkin hanya aku sendiri yang mengelilingi. Dan mengingat akhir kehidupan dari satu kali masa ku, membuat aku menemukan Kembali tujuan yang harus ku tuju. Mimpi untuk bisa bermanfaat untuk orang lain dan memberdayakan diri menjadi berani dan menikmati kehidupan yang lebih bermakna, sepertinya cukup hebat meski terdengar sederhana. Bukan status dan jabatan yang sekarang aku perjuangkan, masa itu telah berlalu dan telah aku gugurkan perjuangku untuk itu. Saat ini aku Kembali dengan perjalanan dan perjuangan baru menemukan versi terbaiku setelah sebelumnya merelakan apa yang aku anggap harus aku lepaskan, meski dua tahun terakhir aku merasa hilang arah, tak percaya diri dan jauh dari semangat untuk menjadi sesuatu yang lebih baik lagi. Bahkan aku merasa berada di kehidupan terburuk ku, hingga akhirnya aku menemukan cermin diri dan perlahan bangkit bersama hati dan sosok aku yang menemani, mulai pancarkan semangat dengan perlahan menemukan makna kehidupan dan sekarang setelah aku disadarkan melalui mimpi dimana kita telah dianuggrahkan kelebihan, bakat, kemampuan yang bukan secara tidak sengaja diperoleh. Bisa jadi mereka memilih aku untuk bisa menggunakannya dengan semaksimal mungkin dan mewujudkan cita-cita yang ada bukan tanpa sebab, seperti halnya sebuah mimpi yang tidak akan hadir disetiap orang. Aku yakin saat kita sudah mampu memimpikan dan ada difikiran kita, Tuhan telah mengijinkan kita untuk mewujudkannya. Yang jadi permasalahannya sekarang adalah kita mau apa tidak, namun setelah perjalanan penuh kesadaran ini, membuatku semakin yakin untuk melangkah dan memulai perjalanan menjadi pahlawan untuk diriku sendiri, mewujudkan mimpi dari masa lalu yang akan ku bawa hingga kelak aku mati. Ternyata Tuhan tak pernah berhenti memberikan petunjuk bagi hambanya yang sedang mencari arah dan tujuan, akan selalu  ada jalan untuk orang-orang yang mau memperjuangkan cita-citanya dengan semangat dan keyakinan dan akan selalu ada alasan untuk menghindari bahkan melupakan mimpi bagi orang-orang yang sudah tak mau dan menyerah pada keadaan dan merasa tak berdaya untuk melawan.

            Izinkan aku bagikan kabar bahwa sekarang aku sedang memulai perjalanan menulisku, untuk membuat karya abadi yang mungkin bisa memberi manfaat dan berbagi cerita dengan dunia. Tujuan hidupku sekarang adalah bangun disetiap pagi dengan senyuman dan semangat untuk menjalani hari dengan kepercaya diri bahwa aku berharga. Perjalanan ini tak akan mudah, namun aku percaya aku akan sampai tepat pada waktunya. Dan kali ini dengan tatapan penuh kebahagian dari mereka yang telah memilihku untuk wujudkan mimpi dan cita-cita kala itu. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Yang kau cari, ternyata ada disini
1
0
Bagaimana rasanya berada di situasi, apapun yang kamu lakukan tidak merubah keadaan dan kamu tetap berada ditempat yang sama sendirian. setelah sebelumnya terjatuh dan terprosok jauh, berusaha keluar dari lubang keterpurukan namun yang dirasa semakin dalam tertanam. Akhirnya kamu menghilang untuk temukan tenang dan menunggu uluran tangan seseorang yang tak pernah datang.  Ini tentang rasa sepi, percakapan dengan diri sendiri, pencarian terberat menemukan jalan pulang. Pertemuan dengan cermin yang mampu tampilkan dirimu apa adanya, yang mampu bisikan kata-kata dalam jiwa, yang sebelumnya tidak pernah kau dengar. Apa yang akan kamu bicarakan, siapakah sosok itu dan apa yang akhirnya akan terjadi pada kamu yang sedang mencari dan berusaha menemukan rumah, tempat dimana hati mu bisa Kembali.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan