Ego Full Ver. [PDF]

5
0
Terkunci
Deskripsi

Mohon maaf, file PDF hanya tersedia dalam mode baca demi menjaga agar tidak disebarluaskan oleh yang tidak bertanggungjawab. Terima kasih🙏

File PDF cerita utama terdiri dari 651 halaman, sedangkan PDF Ekstra Part terdiri dari 82 halaman.

Nayeon dan Jungkook berpisah ketika putra mereka berusia setahun. Kesalahpahaman menjadi akar dari perpisahan mereka kala itu. Nayeon terpaksa meninggalkan anaknya bersama Jungkook dengan harapan anaknya akan hidup lebih baik karena Jungkook berada. Namun,...

2 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
2 konten
Akses seumur hidup
650
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
350
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
NovelPdf
Selanjutnya Second Mate (Part 1-20)
17
4
Book Bagian 1 Bertahun-tahun lalu, dalam sebuah tragedi, Jang Taehyung yang tidak bukan adalah sepupu dari Jang Jungkook; penerus klan vampir Jang mengorbankan dirinya. Jiwanya dipindahkan ke tubuh Jungkook sehingga pria itu memiliki dua jiwa. Memiliki dua jiwa membuat Jungkook menjadi lebih kuat. Namun, dia harus dihadapkan pada kenyataan jika dia pun memiliki dua mate. Kim Nayeon, manusia yang dicintainya adalah mate pertamanya. Sedangkan Kim Seojin adalah mate keduanya. Jungkook dihadapkan pada kisah cinta rumit kala itu. Namun, tak hanya itu, ada sosok lain yang masih mengincar kekuasaan Jungkook sebagai penerus klan. Hal itu membuat keadaan semakin kacau. Mampukah Jungkook bertahan menghadapi badai kehidupan?    Part 1“Pelan-pelan, ya? Hati-hati," bisik seorang pria yang tengah menuntun kekasihnya yang matanya masih tertutup sebuah kain. “Iya. Aku sudah hati-hati. Kau ini ingin membawaku ke mana? Kenapa kau menutup mataku begini?” ujar Sang Wanita sedikit gemas dengan kelakuan kekasihnya.“Ssst… Sudah, Sweetheart… kau akan tau.”“Kapan kita akan sampai?” tanyanya tak sabar lagi.“Ini kita sudah sampai. Sekarang bersiaplah, aku akan buka penutup matamu.”Pria bernama Jungkook itu membuka penutup mata yang sejak tadi kekasihnya gunakan. Begitu dibuka, Sang Kekasih; Nayeon dibuat bingung saat melihat sebuah taman yang dihiasi kampu tumblr warna-warni dan bunga.“Jung… Apa semua ini?”“Kau tidak lihat, hum? Ini adalah taman tempat kita sering menghabiskan waktu bersama.”“Huh? Benarkah? Tapi kenapa taman ini kau hiasi? Ada acara apa?”Jungkook nampak mendesah kesal mendengar pertanyaan konyol dari Nayeon, kekasihnya.“Ini kejutan untukmu, Sayang… kenapa kau malah bingung begitu? Astaga, kau susah sekali diajak romantis?”“Uh? Kejutan? Kau menghias taman ini dengan lampu dan bunga-bunga ini…”Nayeon nampak menutup mulutnya kaget saat menyadari sesuatu. “Astaga, Jung! Ini kejutan?!” pekiknya girang.Jungkook yang melihat Nayeon itu menggeleng pelan. “Astaga, Nay… kau baru sadar, huh?”“Aaah! Jung! Terima kasih! Ini lucu sekali!” pekik Nayeon kemudian memeluk Jungkook dengan erat.“Iya, kau menyukainya kan?”Nayeon mengangguk dalam pelukan Jungkook.“Oh iya, sebenarnya bukan ini saja kejutannya.”Nayeon langsung mengangkat wajahnya dan menatap Jungkook. “Lalu apa?” tanyanya.“Um… ada hal penting yang ingin aku katakan padamu.”Nayeon mengerutkan dahi. Jungkook melepaskan pelukannya kemudian merogoh saku jasnya dan tiba-tiba berlutut di hadapan Nayeon sambil membuka benda berbentuk hati dan menyodorkannya pada Nayeon.“J-Jung…” Nayeon terkejut saat melihat apa yang ada di dalam benda itu.Jungkook yang melihat keterkejutan Nayeon itu hanya bisa tersenyum. “Nay, saat aku kecil aku hanya bisa memberimu cincin dari rumput, tapi sekarang… Ini adalah cincin yang lebih bagus dan…” Jungkook menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan.“Sama saat kita masih kecil dulu. Kita pernah berjanji akan menikah saat bertemu kan? Aku ingin menagih janji itu sekarang. Aku ingin mengatakan jika aku ingin menjadikanmu istriku. Aku sangat mencintaimu terlepas dari aku membutuhkanmu karena kau adalah mate ku. Delapan tahun menjalin hubungan denganmu, aku sangat yakin kau adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendampingku, menjadi istriku dan mama dari anak-anakku.”Jungkook kembali menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan sebelum melanjutkan bicara.“Nay, aku akan sangat beruntung jika kau menjadi istriku, jadi… Apa kau mau?”Nayeon yang entah sejak kapan menjatuhkan air mata itu langsung ikut berlutut di hadapan Jungkook dan memeluknya, mengabaikan Jungkook yang cukup terkejut dengan yang dilakukan Nayeon.“Kenapa kau melakukan ini, Jung? Ini… Ini terlelu berlebihan…”“Ini semua demi kebahagiaanmu, Nay. Kau bilang kau ingin seperti putri di negeri dongeng. Ini impianmu kan? Jadi…”“Aku mau. Aku mau jadi istrimu. Aku mau jadi mama dari anak-anakmu, anak kita…”Senyum cerah terukir di bibir Jungkook. Pria itu balas memeluk kekasihnya dengan perasaan bahagia.“Terima kasih, Nay… Terima kasih,” bisik Jungkook sambil beberapa kali mencium kepala Nayeon.Jungkook melepaskan pelukannya kemudian bangkit sambil menarik tangan Nayeon untuk ikut bangkit. Pria itu kemudian meraih tangan kiri Nayeon dan memasangkan cincin ke jari manisnya. Setelah itu Jungkook mencium punggung tangan Nayeon dan kembali memeluknya.“Malam ini aku sangat bahagia, Sweetheart… Sangat bahagia. Terima kasih.”“Aku yang harusnya berterima kasih. Terima kasih untuk segalanya.”Keduanya masih berpelukan dalam beberapa puluh detik hingga Jungkook melepaskan kembali pelukan itu dan menangkup pipi Nayeon. Keduanya bertatapan beberapa saat sebelum akhirnya Jungkook menautkan bibirnya ke bibir merah wanita di depannya.“I love you, Nay,” bisik Jungkook setelah melepas ciumannya.“I love you more, Jung.”   Part 2Nayeon manarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Wanita itu tersenyum manis melihat dirinya sendiri.“Cantik.”Satu kalimat itu tidak muncul darinya, melainkan dari ayahnya yang kini ada di belakangnya. Pria itu berjalan ke samping Nayeon kemudian merangkulnya.“Jungkook adalah pria paling beruntung karena bisa memiliki putri Ayah ini.”Nayeon tersenyum, dia langsung memeluk ayahnya dengan erat.“Ayah, aku bahagia tapi juga takut.”“Apa yang kau takutkan? Jungkook pria yang baik. Dia sangat kompeten dan dia sangat mencintaimu. Delapan tahun kalian berpacaran sampai akhirnya menikah. Hei, aku pikir kalian akan putus dalam dua atau tiga tahun. Tapi Ayah salah, ternyata kalian bertahan selama itu.”Pria itu; Jongdae melepaskan pelukanya kemudian menjauhkan tubuh Nayeon sedikit dan menangkup pipinya.“Anak Ayah sudah dewasa. Kau akan menikah hari ini dan pergi dengan pria lain. Ayah yang merawatmu sejak bayi akan kau tinggalkan begitu saja karena kau sudah menemukan pria lain.”“Ayah, jangan membuatku menangis di hari pernikahanku. Kau bisa membuat riasanku luntur,” ucap Nayeon menahan tangisnya.“Hey, sudah. Kenapa kau menangis, hum? Sudah, ini sudah saatnya,” kata Jongdae kemudian mencium kening Nayeon cukup lama.“Ayo, Ayah akan mengantarmu.”**Jungkook berkali-kali berdehem pelan. Pria itu juga beberapa kali meremas tangannya sendiri karena dia sedang mengendalikan kegugupannya sekarang.Demi Tuhan, aku tidak pernah segugup ini, batin Jungkook.Jungkook menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan. Dia menatap ke arah pintu besar. Tiga bulan. Hanya dalam tiga bulan Jungkook dan Nayeon menyiapkan sebuah acara pernikahan. Tidak terlalu megah karena mereka ingin pernikahan ini hanya dihadiri kerabat dan sahabat. Mereka ingin pernikahan ini menjadi saat yang sakral bagi mereka. Beruntung, papa Jungkook dan orang-orang terdekat mereka membantu tanpa diminta hingga pernikahan yang awalnya direncanakan digelar sederhana menjadi sangat mewah.Kau bisa, Jung. You can do it!Jungkook kembali menarik nafas. Dia pun menarik sudut bibirnya perlahan. Bersamaan dengan itu, pintu putih itu terbuka. Jungkook tersenyum saat dia melihat Nayeon berdiri di balik pintu bersama ayahnya. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan balutan gaun putihnya. Bunga mawar merah yang digenggamnya itu juga terlihat indah.Nayeon bersama ayahnya melangkah menuju altar. Jungkook yang melihat Nayeon makin mendekat pun merasa makin gugup, tapi juga bahagia.Delapan tahun mereka menjadi sepasang kekasih dan hari ini mereka akan resmi sebagai suami-istri. Bukan hal mudah menjalin hubungan selama delapan tahun. Banyak masalah yang harus mereka hadapi, tapi beruntung Jungkook perlahan menjadi sosok yang lebih dewasa dan menghadapi masalah dengan kepala dingin. Dia makin bisa mengimbangi Nayeon yang bersifat manja dan sedikit kekanakan.Jungkook mengulurkan tangannya saat Nayeon sampai di bawah altar. Jongdae pun memberikan tangan putrinya pada Jungkook.“Tolong jaga dia,” kata Jongdae.Jungkook tersenyum. “Pasti.”Jungkook menarik Nayeon perlahan hingga wanita itu berdiri di hadapannya. Jungkook tersenyum melihat wajah Nayeon yang ditutupi kerudung tipis. Sementara Nayeon, wanita itu hanya bisa menunduk malu.“Jang Jungkook, apa kau bersedia menjadi suami dari Kim Nayeon?”“Aku bersedia.”“Kim Nayeon, apa kau bersedia menjadi istri dari Jang Jungkook?”“Ak-aku bersedia.”“Kalian resmi menjadi suami-istri sekarang.”Jungkook maupun Nayeon saling melempar senyum. Kegugupan keduanya berubah menjadi kebahagiaan seketika.Jungkook memasang cincin pernikahan ke jari manis Nayeon begitu juga sebaliknya. Kemudian, Jungkook membuka penutup wajah Nayeon kemudian mencium keningnya.“Kau tau, aku sangat bahagia. Aku mencintaimu, Nay. Aku bersumpah, kau adalah satu-satunya wanitaku. You’re the only one, My Mate.”Nayeon hanya bisa tersenyum. Dia ingin menangis sekarang. Dia terlampau bahagia karena merasa beruntung memiliki Jungkook yang begitu mencintainya.“I love you till the end, Nayeon,” bisik Jungkook.Pria itu kemudian mencium bibir Nayeon dan mereka hanya bisa memejamkan mata menikmati ciuman itu. Tanpa sadar keduanya menjatuhkan air mata bahagia. Begitu juga dengan ayah Nayeon dan Papa Jungkook. Bahkan Kyuhyun sudah menangis sesenggukan karena melihat bocah yang dia besarkan kini sudah menjadi pria dewasa dan sudah menikah. Dia bahagia sekaligus sedih karena Jungkook sudah menikah, sementara dia belum. “Hey! Sudah! Kau tidak lihat Paman Kyu menangis!” pekik orang yang duduk di samping Kyuhyun, Ken.Jungkook melepaskan tautannya kemudian menatap ke arah Kyuhyun yang berderai air mata. Pria itu terkekeh kemudian turun dari altar sambil menggandeng Nayeon dan berdiri di hadapan Kyuhyun.“Paman.”Kyuhyun menatap Jungkook. “Apa?” katanya sewot.Nayeon maupun Jungkook saling tatap, wanita itu tersenyum seolah tau apa yang ada di pikiran Jungkook. Kemudian Nayeon menyerahkan buket bunganya pada Kyuhyun.“Untuk Paman, semoga lekas menemukan pasangan,” kata Nayeon.Kyuhyun menatap lekat buket yang disodorkan padanya sebelum mengambilnya. Bukannya berterima kasih, Kyuhyun malah menangis makin kencang dan Ken yang ada di sampingnya hanya bisa memeluk pria itu. Jungwon, papa Jungkook sekaligus sahabat dan atasan Kyuhyun hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya. “Pria itu, dasar lebay,” desisinya.“Tuan Kim, maaf ya? Keluargaku memang kadang agak sedikit lebay,” kata Jungwon pada Jongdae.“Ah, tidak papa. Dia yang membesarkan Jungkook kan? Dia pasti sangat sedih karena Jungkook sudah menikah sekarang. Aku juga merasakan hal yang sama.”Jungwon tersenyum mendengar ucapan Jongdae. Pria itu menepuk-nepuk bahu besannya. “Tenang saja Tuan Kim. Aku sendiri yang akan memastikan Nayeon baik-baik saja. Dia juga putriku, aku akan menjaga dengan baik. Bahkan jika anakku sendiri menyakitinya, aku tidak akan segan mematahkan tulang-tulangnya.”Jongdae yang mendengar itu terkekeh. “Ah, terima kasih, Tuan. Kalau begitu aku menitipkan Nayeon padamu juga.”“Tentu, Tuan. Sekarang lihat anak kita, mereka terlihat sangat bahagia,” kata Jungwon sambil menatap Nayeon dan Jungkook yang berpelukan sambil bercakap dengan beberapa teman mereka.“Yah, mereka terlihat bahagia,” kata Jongdae.“Semoga mereka bahagia selamanya.”   Part 3Nayeon menatap kagum villa besar yang kini ada dihadapannya. Villa itu ada di dunia manusia. Kata Jungkook villa itu miliknya, hadiah pernikahan dari papanya. Villa yang terlihat megah dan berada tak jauh dari pantai itu membuat Nayeon kembali tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Dia benar-benar menikahi saudagar kaya. Dia benar-benar menjadi seorang putri dari rakyat jelata dalam cerita dongeng yang akhirnya menikahi seorang putra raja. Hanya saja… kali ini Jungkook bukan manusia, melainkan vampire.“Sweetheart, apa yang kau lihat, hum?” kata Jungkook sambil merangkul pundak Nayeon.“Apa ini tidak terlalu besar untuk kita berdua? Kita juga hanya di sini selama beberapa hari.”“Hey, jangan pikirkan masalah besar atau kecil tempat ini. Memangnya kau mau mengelilinginya?”Nayeon mengangguk polos membuat Jungkook terkekeh.“Astaga, Bunny…” gemas Jungkook sambil mencubit pipi Nayeon.“Baiklah, kalau kau mengelilinginya, aku akan mengantarmu.”Jungkook berjongkok di depan Nayeon membuatnya bingung dan menatap sekitarnya dimana ada beberapa pelayan yang menyambut mereka dan membantu memasukkan bara mereka ke villa.“Jung. Kau sedang apa?”“Ayo, kau bilang ingin mengelilingi villa kan? Naiklah ke punggungku, aku akan menggendonmu.”Nayeon melihat sekitarnya. Para pelayan itu terlihat menggulum bibir menahan senyum. Jungkook yang menyadarinya langsung menatap tajam ke arah mereka. Para pelayan tentu takut dan langsung berbalik seketika.“Ayo, Nay.”Nayeon bergumam sebelum akhirnya merapatkan diri ke punggung Jungkook dan memeluk lehernya. Jungkook pun mulai berdiri dan mengangkat Nayeon. Dia membenarkan posisi Nayeon yang ada di punggungnya sebelum mulai memasuki villa untuk mengajak istrinya itu berkeliling villa.“Woah, Jung… villa ini luas sekali. Jika kau sewakan, harga sewanya pasti mahal.”“Tentu saja. Villa ini dekat dengan pantai dan pemandangannya sangat indah. Selain itu juga luas. Ada kolam renang juga di belakangnya.”“Benarkah? Aku mau ke sana, Jung!”“Sekarang?” tanya Jungkook.“Iya, aku mau berenang sekarang. Aku mau main air.”“Apa kau tidak ingin ke kamar kita dulu?”“Uh? Kenapa? Aku kan ingin main air, bukan tidur. Lagipula ini masih siang. Di mana kita bisa makan siang? Di dekat sini ada restoran Jepang, tidak? Aku mau shasimi.”“Kau lapar?”“Iya, aku cukup lapar, eh—uh… apa kau juga lapar?”Jungkook hanya menjawab dengan gumaman. Nayeon mengangguk mengerti. Sepertinya Jungkook harus makan siang lebih dulu.“Baiklah, kita ke kamar supaya kau bisa makan siang.”Mendengar itu Jungkook menyunggingkan senyum. “Kau tidak bisa membaca pikiranku, tapi kau selalu tau apa yang aku mau dan aku butuhkan. You’re the best wife ever.”“Terima kasih pujiannya, Tuan.”Jungkook terkekeh. Dia pun mempercepat langkahnya menuju kamarnya. Yah, memang benar Jungkook sudah sangat lapar dan haus. Jadi, sebelum kembali menemani istri kesayangannya itu, biarkan dia makan siang dulu.**Di pangkuan Jungkook, Nayeon tak bisa berbuat banyak. Apalagi saat taring pria itu menancap di lehernya. Nayeon hanya bisa meringis sakit, kendati sudah cukup terbiasa karena ini bukan pertama kalinya.Jungkook menarik taringnya perlahan kemudian menjilat dua lubang dan bekas darah di leher Nayeon, tak menunggu lama, bekas luka itu hilang dan dia langsung membaringkan Nayeon yang sedikit lemas ke ranjang.“Maaf, ya?” kata Jungkook merasa bersalah.“Aku akan minta pelayan mengantar makan siangmu ke kamar. Tunggu sebentar, jangan tidur dulu.”“Uh, tidak usah. Aku hanya sedikit lemas. Ini sudah biasa.”“Tidak, kau tidak boleh mengabaikan itu. Tunggu sebentar.”Jungkook beranjak untuk memberi tahu pelayan agar membawa makan siang ke kamar kemudian kembali merebahkan dirinya di samping Nayeon dan memeluknya.“Sayang…”“Eung?”“Nanti malam…”“Jalan-jalan? Ada apa saja di sekitar sini?”Pertanyaan polos Nayeon membuat Jungkook terdiam sebentar sebelum menghembuskan nafas pelan.“Ada pasar malam, ada jajaran toko makanan juga tidak jauh dari sini. Ada… aku kurang tau.”“Kita ke pasar malam, ya? Aku mau naik wahana.”“Wahana apa?”“Apa saja. Aku juga mau beli es krim dan permen kapas. Membeli pernak-pernik yang lucu.”Mendengar permintaan Nayeon, Jungkook hanya terkekeh.“Aigoo… aku menikahi siapa, hum? Bayi? Balita? Anak-anak?”“Kau kadang juga seperti bayi.”Tok tok tok.Mendengar suara pintu diketuk, Jungkook langsung bangkit.“Masuk!” katanya. Kemudian beberapa pelayan masuk sambil membawa hidangan makan siang untuk Nayeon dan Jungkook.“Terima kasih, kalian boleh pergi,” kata Jungkook sambil tersenyum.Para pelayan memberikan hormat sebelum pergi. Kini mereka kembali berdua lagi. Nayeon sudah bangun dari tidurnya dan menatap makanan yang ada di meja.“Woah… ini kelihatanya enak, uh—tunggu, tidak ada sashimi?”“Kau masih menginginkan itu?”Nayeon mengangguk.“Baiklah, biar aku minta ke pelayan lagi.”“Eh, tidak. Tidak usah, nanti merepotkan.”“Tugas kita memang merepotkan mereka kan?”“Jung, kau tidak boleh begitu. Pelayan memang tugasnya melayani kita dan menjadi repot karena kita. Tapi bukankah lebih baik kalau kita sedikit meringankan beban mereka? Biarkan mereka mengerjakan yang lain. Kita makan seadanya saja dulu. Nanti malam kita jalan-jalan sampai pagi, okay?”Nayeon langsung bangkit dan berjalan ke sofa. Wanita itu pun langsung menyantap hidangan makan siang dengan lahap membuat Jungkook hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya.“Jung kau tidak mau makan? Ada daging juga di sini.”“Tidak usah, kau makan saja sendiri,” kata Jungkook. Pria itu kemudian merebahkan dirinya di ranjang dan menghadap Nayeon. Dia terus memperhatikan Nayeon yang makan dengan lahap. Entah kenapa melihatnya begitu saja membuat hati Jungkook bahagia. Ya, selalu seperti itu. seolah rasa cintanya untuk Nayeon tak berkurang seiring waktu, malah terus bertambah dan dia pun berdoa agar Nayeon merasakan hal yang sama dengannya.Aku tidak bisa membayangkan kau pergi dari hidupku, Nay, batin Jungkook.Saat kau menua nanti, aku masih akan tetap di usia tiga puluhan. Saat kau mati nanti mungkin aku masih akan hidup, tapi…Jungkook menarik nafas dalam kemudian berbalik memunggungi Nayeon. Dia menyeka sudut matanya yang berair. Ya, Jungkook menangis sekarang. Lebih tepatnya hampir.Jungkook membayangkan kemungkinan terburuk di hidupnya, ditinggalkan oleh wanita yang begitu dicintainya. Dulu dia begitu sedih saat ditinggalkan oleh mamanya, sekarang dia tidak ingin kehilangan Nayeon. Tapi bagaimana? Apa dia harus menjadikan Nayeon vampire juga?“Jung…”Jungkook tersentak saat suara lembut itu terdengar bersamaan dengan pundaknya yang disentuh perlahan. Jungkook langsung berbalik dan menatap Nayeon yang duduk di pinggir ranjang.“Hah? Kenapa? Sudah makan siangnya?” tanya Jungkook.“Kau kenapa?” tanya Nayeon.“Aku? Aku kenapa?” tanya Jungkook.“Tadi kau menatapku lalu berbalik. Kenapa?”Pertanyaan itu membuat sudut bibir Jungkook terangkat. Benar, Nayeon memang tidak bisa membaca pikirannya atau mendengar kata hatinya, tapi Nayeon memiliki ikatan kuat dengannya sehingga dia bisa tau apa yang Jungkook rasakan sekalipun Jungkook tidak mengatakannya.“Bukan apa-apa. Kemarilah…” Jungkook menarik tangan Nayeon perlahan membuat wanita itu berbaring di samping Jungkook dengan lengan Jungkook sebagai bantalnya.“Kau tau, Nay?”“Apa?”Jungkook tersenyum kemudian megusap pipi Nayeon perlahan.“Aku mencintaimu.”“Kalau itu aku tau. Tapi kau bukan mau mengatakan itu kan?”Jungkook mengangguk. “Lalu apa? Katakan padaku.”“Um… aku…” Jungkook menjeda kalimatnya.“Aku hanya sangat takut kehilanganmu. Aku membayangkannya dan aku… aku hampir tidak bisa bernafas karena sesak sekali. Aku benar-benar tidak sanggup.”Mendengar itu Nayeon tersenyum. Dia menangkup kedua pipi Jungkook kemudian mengecup singkat bibir pria itu.“Kalau begitu jangan dibayangkan. Hum?”“Tapi aku sangat takut. Benar-benar takut kehilanganmu. Kita sudah lama bersama, aku rasa jika kau pergi, aku…”“Ssst…” Nayeon menutup bibir Jungkook dengan telunjuknya. “Sudah, jangan biacarakan hal itu lagi. Jangan dibicarakan, jangan dibayangkan, dan jangan berandai-andai. Semua memang akan terjadi, tapi untuk sekarang kita jalani saja semuanya bersama.”Jungkook peralahan tersenyum kemudian menarik Nayeon dalam pelukannya.“Kau tau? Aku benar-benar pria paling beruntung karena sudah memilikimu. Terima kasih sudah membuatku jadi pria beruntung, Nay. Terima kasih…”Jungkook mengeratkan pelukannya. Dia menghirup dalam-dalam aroma darah Nayeon yang begitu wangi. Hingga beberapa belas menit kemudian, pria itu dibuat mengernyit heran karena sejak tadi Nayeon hanya diam. Jungkook pun menjauhkan tubuhnya untuk melihat Nayeon. Pria itu menggulum bibir menahan tawa saat melihat ternyata Nayeon sudah tertidur dalam pelukannya.“Wanita ini, dasar tukang tidur.”   Part 4Nayeon memandang langit keorenan di hadapannya sambil tersenyum. Rasanya menyenangkan sekali, duduk sambil mencelupkan kaki ke kolam sembari menatap langit sore ditemani jus jeruk dan beberapa cemilan. Semilir angin dan deburan ombak pun menambah bahagia hati Nayeon sekarang. Sore ini begitu menenangkan.Ponsel Nayeon bordering. Wanita itu langsung bangkit dan duduk di sebuah gazebo kecil dimana dia meletakkan ponselnya di sana. Senyumnya merekah saat melihat siapa yang menelfonnya.“Ayah!”“Oh, halo putri Ayah… jangan berteriak begitu. Kau ini…”“Ayah! Aku senang sekali Ayah menelfon. Ayah bagaimana kabarnya? Ayah sedang apa? Apa tadi Ayah sudah makan? Kopinya, apa sudah minum kopi?”“Hey, tenanglah Nay… Ayah makan dengan baik seperti pesanmu. Ayah juga bisa membuat kopi sendiri, kau jangan khawatir. Kau bagaimana? Sudah makan? Apa Jungkook memperlakukanmu dengan baik?”“Sudah Ayah. Di sini aku dilayani dengan baik. Jungkook juga sangat perhatian, sama seperti biasanya. Aku bahagia sekali.”“Syukurlah, Ayah senang mendengarnya.”“Ayah.”“Ya, Sayang?”“Aku merindukamu…”“Hahaha… apa yang kau katakan? Kau tidak boleh merindukan pria lain selain suamimu.”“Termasuk Ayahku sendiri yang merawatku sejak aku bayi?”“Tidak… Oh iya, di mana Jungkook? Kau sedang bersamanya?”“Dia sedang mandi dan aku meninggalkannya. Aku pergi ke kolam renang di belakang villa. Ayah tau tidak? aku bisa melihat sunset dari sini. Indah sekali, Ayah!”Kekehan terdengar di sebrang sana. Jongdae dipastikan sangat bahagia mendengar celotehan putrinya yang juga terdengar bahagia.“Nanti malam Jungkook mengajakku ke pasar malam. Dia juga janji akan membawaku ke restoran Jepang paling mahal di sini. Dia bilang juga akan mengajakku naik kapal pesiar privat. Keren kan?”“Iya… Sayang… itu keren sekali.”“Ayah, Ayah ingin melihat sun set, tidak? aku ganti video call, ya?”“Boleh.”Dengan semangat, Nayeon mengubah panggilan menjadi video call, wanita itu menunjukan sekelilingnya, terutama matahari yang hampir terbenam di pantai itu.“Indah, kan Ayah?”“Hum, indah sekali.”“Seandainya saja Ayah di sini, pasti akan sangat menyenangkan.”“Hey, apa yang kau katakan? Mana bisa Ayah merusah bulan madu anak Ayah, hum? Sudah, fokus saja pada suamimu dan kehidupan barumu. Ayah baik-baik saja, sungguh. Satu lagi, Ayah ingin beberapa cucu untuk menemani Ayah bermain.”“E-eh…”Mata Nayeon melebar dan pipinya memanas seketika. Melihat ekspresi putrinya, Jongdae hanya terkekeh.“Eh, lihat di belakang itu, suamimu datang.”Nayeon sontak menoleh ke belakang, tapi dia tidak menemukan Jungkook. Tentunya Nayeon kesal.“Ayah! Jangan mengerjaiku!”Jongdae langsung tertawa saat Nayeon berteriak kesal. Pria paruh baya itu pun menggelengkan kepala.“Jangan cemberut, Nay. Lihat suamimu datang.”“Aku tidak akan tertipu lagi.”“Kau bicara dengan siapa, Bunny?”Nayeon tersentak dan langsung berbalik. Dia mendapati Jungkook yang berjalan ke arahnya dan langsung memeluknya.“Siapa yang menelfon, hum?” tanya Jungkook kemudian mencium pipi Nayeon.“A-Ayah…”Jungkook sontak terdiam saat melihat layar ponsel Nayeon. Nampak wajah ayah Nayeon yang tersenyum geli dan tawa kecil pun terdengar dari ponselnya. Mata Jungkook membola, dia pun melepaskan pelukannya dan menunduk malu.“Uh, ma-maaf,” cicit Jungkook.“Hahaha… ada apa, hum? Kenapa kau malu begitu? Hey, aku juga pernah muda. Lagipula aku bukan hanya ayah mertuamu, tapi juga temanmu.”“Uh, iya, Ayah…” cicit Jungkook sambile menggaruk tengkuknya.“Um, Ayah. Hai… bagaimana kabarmu?” sapa Jungkook mencoba biasa saja dan menetralkan rasa malunya.“Ayah baik. Kau sendiri?”“Baik juga, Ayah. Sangat luar biasa.”“Syukurlah. Ayah titip Nayeon, ya?”“Tentu saja, Ayah.”“Ayah. Ayah sudah mengatakan itu berkali-kali. Jungkook sudah pasti mengerti kewajibannya itu. Kalau tidak… aku pasti menghabisinya,” ucap Nayeon sambil menatap tajam ke arah Jungkook. Sementara Jungkook, pria itu malah mengejek Nayeon dengan menjulurkan lidahnya.“Hahaha… biklah, baiklah. Ayah harus mengerjakan sesuatu. Nikmati waktu kalian bersama. Oh iya, Ayah ada permintaan untuk kalian.”“Apa itu, Ayah?” tanya Nayeon.“Ayah mau lima cucu, ya?”Pipi Nayeon langsung bersemu saat ayahnya mengatakan itu. Melihat itu, Jungkook tersenyum jail.“Ayah tutup, ya? Dah~”“Dah, Ayah…”Bep! Panggilan terputus.Jungkook langsung memeluk Nayeon dari belakang dan menatap jail ke arahnya.“Kau dengar Ayah bilang apa kan?”“Apa?” sewot Nayeon. “Aku tidak mendengar apapun. Awas, aku mau masuk. Kau bilang mau mengajakku jalan-jalan kan? Aku mau ganti baju.”“Hey…” Jungkook mengeratkan pelukannya saat Nayeon mencoba melepasnya.“Jangan begitu, Bunny… jalan-jalannya malam. Ini masih sore. Lihat mataharinya, sudah mau tenggelam. Sudah mulai gelap. Kita nikmati saja senja yang sisa sedikit ini.”“Tidak sekarang. Aku harus bersiap untuk jalan-jalan. Awas, lepaskan aku.”“Nay…”“Jung…”“Lepas, Jung…” Nayeon mencoba melepaskan tangan Jungkook dari pinggangnya, tapi seperti di lem, lengan Jungkook masih melingkar manis di pinggangnya.“Jung, lepas atau aku marah padamu,” ucap Nayeon dengan tegas.“Nay, aku minta…”“Tidak sekarang, Jung…”“Lalu kapan, hum? Sampai aku dicuri orang?”“Heol, siapa yang mau mencurimu?”“Banyak. Terakhir kali ada tiga wanita yang mendekatiku dengan gencar sebelum aku melamarmu.”“Tapi kau tetap mencintaiku kan? Kau tetap tidak berpaling dariku kan? Lalu untuk apa aku takut? Aku sangat percaya padamu, kau tidak akan meninggalkanku atau berselingkuh.”“Yah… kau benar juga. I’m stuck with you, Bunny.”“Jadi… lepaskan tanganmu, aku harus ganti baju. Kita jalan-jalan. Okay?”“Not okay.”“Jung...”“Baiklah.” Jungkook langsung melepaskan pelukannya.“Gimme…” ucap Jungkook sambil menunjuk bibirnya. Nayeon merotasi bola matanya.“Pejamkan matamu,” titah Nayeon.“Haruskah?”“Harus.”“Tapi ciumnya yang lama, ya?”“Hum.”Jungkook langsung memejamkan matanya kemudian—“Aaa!”Byur!Suara tawa langsung menggema bersamaan dengan suara percikan air itu.“Yak! Aish… Aku baru saja mandi, Nay! Kenapa kau menceburkanku ke kolam!?”Nayeon hanya bisa tertawa saat melihat Jungkook yang basah kuyup karena baru saja terjebur kolam. Ya, Nayeon pelakunya. Nayeon mendorong kuat tubuh pria itu. Karena memang Jungkook cukup dekat dengan bibir kolam dan sedang tidak siap, pria itu akhirnya terhuyun dan berakhir basah karena tercebur ke kolam.“Hahaha… maaf, maafkan aku. Aku bercanda,” kata Nayeon yang masih mencoba mengendalikan tawanya.Jungkook berdecak kesal. Pria itu langsung naik dan tiba-tiba mengangkat Nayeon yang masih tertawa.“Jung!”Byur!“Hahah… satu sama, Nyonya Jang…” Jungkook tertawa, tapi tawanya itu tak lama karena dia melihat Nayeon yang terlihat kesulitan untuk naik ke permukaan.“Nayeon!”Tanpa basa-basi, Jungkook kembali melompat dan menyelamatkan Nayeon.“Nay, kau tak apa? Bunny… kau mendengarku?”Nayeon yang kini berada dalam pelukan Jungkook itu masih terbatuk dan mengendalikan nafasnya. Dia menatap Jungkook. Wajah pria itu terlihat sangat khawatir.“Hahaha…” Nayeon tertawa membuat Jungkook mengernyit heran.“Hahaha… Kau khawatir sekali, hum? Kau lupa aku bisa berenang? Lagipula kolam ini hanya setinggi seratus lima puluh senti, Jung. Aku tidak akan tenggelam, hahaha…”“A-apa?”Dia mengerjaiku?!“Jang Nayeon! Kau!”Nayeon tersentak saat Jungkook berteriak. Nayeon terkesiap. Dia menatap wajah Jungkook yang kini terlihat marah.“J-Jung…”“Kau tidak tau bagaimana perasaanku, huh? Aku  sangat khawatir padamu! Aku pikir kau benar-benar tenggelam. Aku pikir kau akan mati! Aku pikir aku membunuhmu! Dasar bodoh!”Nayeon terdiam. dia menatap mata pria itu lamat-lamat. Ada ketakutan dan kekhawatiran yang begitu besar, lebih besar dari sorot kesal dan marah pria itu.“Dasar bodoh!”Nayeon makin tak bisa berkata-kata saat Jungkook memeluknya begitu erat. Di detik itu juga dia sadar akan betapa bodohnya dia. Jungkook pasti sangat takut walaupun itu hanya bercanda.“Sudah ku katakan aku takut kehilanganmu, kenapa kau bercanda begitu?”Hati Nayeon teriris saat mendengar suara Jungkook yang bergetar. Dia pun balas memeluk Jungkook dan mengusap punggungnya.Apa dia tidak bercanda? Batin Nayeon.“Aku tidak bercanda, bodoh. Aku serius. Aku sangat takut kehilanganmu. Sialan, aku akan bunuh diri jika kau mati.”“J-Jung… ap-apa yang kau katakan?”Jungkook melepaskan pelukannya kemudian menangkup pipi Nayeon dan menatap wajahnya.“Bodoh. Apa kau pikir aku akan ingat kau bisa berenang jika melihatmu begitu? Aku kehilangan akal sehatku saat melihatmu dalam bahaya. Dasar bodoh.”“Jung, maafkan aku… Aku hanya bercanda.”“Tapi nyawa bukan candaan. Bagaimana kalau kau benar-benar tenggelam? Bagaimana kalau kau kehabisan nafas? Kau ada di dalam air, kalau kakimu kram kau pikir kau bisa berenang? Kau akan mati, dasar bodoh.”“Jung…”Nayeon bungkam begitu Jungkook menciummnya. Nayeon hanya bisa pasrah dan ikut menikmati ciuman dari pria itu, hingga Jungkook sendiri yang melepaskan tautannya.Keduanya bertatapan sambil mengatur nafasnya. Jungkook tersenyum membuat Nayeon pun ikut tersenyum.“Kau tidak keberatan melewatkan makan malam dan jalan-jalan?” bisik Jungkook.“Tidak. Tapi hanya malam ini.”Jungkook terkekeh. “Aku tidak janji, tapi akan aku usahakan.”   Part 5Jadwal Nayeon dan Jungkook siang ini cukup padat. Tentu saja Nayeon yang membuat padat jadwal mereka. Sejak bangun tadi, Nayeon merengek meminta jalan-jalan karena semalam rencananya gagal total. Jungkook yang salah katanya, jadi pria itu harus bertangung jawab.Sekarang, mereka tengah menikmati pantai. Keduanya duduk di bawah nyiur dengan Nayeon yang memeluk lengan Jungkook sambil menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook. Di tangannya Nayeon memegang sebuah kelapa muda yang cukup besar dan sesekali disesap airnya untuk menghilangkan dahaga. Jungkook pun demikian, bedanya yang Jungkook minum adalah darah yang dikemas dalam sekotak susu.Siang ini tidak terlalu panas, cenderung mendung. Masih banyak orang yang berlalu-lalang dan bermain di pinggir pantai. Keduanya hanya bisa tersenyum menikmati pemandangan ini.“Nay?”“Uh? Apa?”“Kau lihat anak kembar di sana?” kata Jungkook sambil menunjuk dua anak kecil yang sedang bermain pasir tak jauh dari mereka.“Anak itu? Yang memakai baju sama itu?”“Iya, mereka lucu, ya?”Nayeon mengangguk sambil tersenyum. “Iya. Mereka kompak sekali. Lihat baju mereka. Kuncirannya juga sama. Uh, pasti mamanya suka sekali mendandani mereka.”“Mungkin…” jawab Jungkook.“Kalau kau? Kau juga pasti suka mendandani anak kita nanti kan?” tanya Jungkook sambil menatap Nayeon. Nayeon yang ditatap mendadak merona. Dia langsung memalingkan wajah saat menyadarinya.“Ke-kenapa bertanya begitu? Tentu saja iya,” cicit Nayeon.Jungkook terkekeh pelan melihat respon istrinya itu. Dia mengusap kepala Nayeon kemudian mencium puncak kepalanya.“Ingat yang dibilang Ayah, ya? Lima,” kata Jungkook sambil menunjukkan kelima jarinya.Nayeon menggeleng membuat Jungkook mengernyit. Wanita itu meletakkan kelapa di tempat kosong yang ada di sampingnya kemudian menekuk ketiga jari Jungkook.“Dua sudah cukup,” katanya.“Tapi—““Jung…”“Bukankah mengasyikan jika punya banyak anak? Kastil kita pasti sangat ramai. Akan ada banyak anak yang berlarian. Kastil kita akan berwarna, tidak seram seperti kastil vampire lainnya.”“Itu dia. Kastilmu akan kehilangan kesan seram nanti. Lagipula kalau terlalu banyak anak… aku takut kejadian delapan tahun lalu terulang. Nanti anak-anak kita akan berebut kedudukan. Aku tidak ingin mereka saling membenci dan membunuh.”Mendengar itu Jungkook langsung terdiam. Tiba-tiba teringat kejadian dulu. Saat mamanya meninggal, saat Nayeon di culik, saat dia hampir mati melawan pamannya sendiri. Semua itu seperti menjadi catatan hitam masa lalunya.Melihat wajah Jungkook yang murung mendadak membuat Nayeon khawatir.Astaga, Nay. kau salah bicara, batinnya.“Jung… um…” Nayeon mencoba menyentuh pundak pria itu. begitu Nayeon menyentuhnya, Jungkook tersentak kaget. Sepertinya memang tadi pikiran Jungkook sedang melayang entah kemana.“Maaf,” kata Nayeon.“U-Uh, untuk apa?” tanya Jungkook.“Mengingatkanmu dengan kejadian dulu.”Jungkook perlahan mengangkat sudur bibirnya kemudian menggenggam satu tangan Nayeon dan mengusap kepalanya.“Tidak papa. Semua sudah berakhir sekarang. yang tersisa hanya kebahagiaan kan?”Nayeon mengangguk sambil tersenyum. Jungkook pun memeluknya dan memberikan kecupan beberapa kali di puncak kepala Nayeon.“Jung.”“Hum?”“Aku lapar. Mau sashimi.”Jungkook terkekeh mendengar permintaan Nayeon yang masih sama dengan kemarin.“Kau masih menginginkan itu?”“Kali ini aku juga mau es krim. Aku mau beli banyak cemilan dan souvenir.”“Baiklah, kalau itu maumu aku bisa apa? Habiskan saja uangku.”“Tanpa kau minta aku akan menghabiskannya. Aku akan menghabiskannya tanpa sisa. Sepeser pun.”Jungkook terekekeh. “Astaga, istriku ini kejam sekali, ya? Baiklah, habiskan saja, nanti aku akan bekerja lagi. Sekarang ayo kita ke restoran jepang dekat sini.”**“Woah… semuanya kelihatan enak. Aku sampai bingung mau memulai dari yang mana.”Jungkook terkekeh mendengar ucapan Nayeon.“Kau ini. Mulai saja dari yang paling dekat denganmu kalau bingung. Kemari, biar aku suapi.”Jungkook mengambil sumpit kemudian mengambil makanan yang paling dekat dengan Nayeon dan menyuapkannya pada wanita itu.“Enak? Kau suka?”Nayeon mengangguk semangat.“Benarkah? Lalu apa chefnya harus ku bawa untuk bekerja di kastil.”“Jangan berlebihan. Lagipula aku tidak akan makan ini setiap hari kalau di rumah.”“Hum, benar juga. Kalau begitu habiskan.”Nayeon mengangguk. Dia meraih sumpit dan mulai menyantap makan siangnya, sementara Jungkoo, pria itu hanya bisa mengangga dagunya sambil memperhatikan Nayeon.Jika dipikir-pikir, Nayeon tidak secantik wanita yang pernah mendekatinya. Nayeon juga tidak secerdas kelihatannya, tapi bagi Jungkook, Nayeon sangat istimewa, karena hanya Nayeon yang mampu membuat Jungkook jatuh cinta setiap harinya.“Nay.”“Eum?” Nayeon menatap Jungkook.“Aku mau tanya.”“Apa?”“Bagaimana kau bisa membuatku tergila-gila padamu, huh?”“Aku? Mana ku tau. Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menjadi diriku sendiri. Kenapa memangnya?”“Kau… tidak takut aku jatuh cinta pada wanita lain?”“Kenapa? Tentu tidak. aku yakin kau sangat mencintaiku. Buktinya kau selalu di sampingku selama ini. Kau juga memberiku banyak kasih sayang dan cinta, kau melakukan banyak hal mulai dari yang kecil sampai besar padaku. Aku sangat percaya padamu. Sangat-sangat percaya. Aku tidak takut kau jatuh cinta [ada wanita lain. Kau tidak akan melakukannya kan?”Jungkook menggeleng sambil tersenyum. “Tentu tidak. Tidak akan pernah.”“Aku anggap itu janji, ya? Kau harus membuktikannya. Jika kau berani menduakanku, maka resikonya kau akan meninggalkanmu dan tidak akan pernah kembali lagi padamu, apapun alasannya.”“Tidak akan pernah. Aku janji.”**Malam menjelang. Seperti biasa, Jungkook akan menghisap darah Nayeon sebagai santapan makan malam. Setelah itu, Nayeon biasanya akan tertidur karena lemas setelah Jungkook menghisap darahnya.Jungkook tersenyum sembari memainkan poni Nayeon. Wanita itu sudah terlelap tentunya. Dia tidak akan bangun dengan mudah, karena sebelum tidur tadi, Nayeon mengeluh kelelahan. Bayangkan saja jika dari pukul sepuluh Nayeon sudah jalan-jalan mengelilingi toko di sekitar pantai dan sore tadi dia bermain di pantai. Malamnya… Yah, sama seperti malam kemarin. Mereka menghabiskan waktu berdua di villa.Jungkook melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Entah kenapa Jungkook tidak bisa tidur. Dia pun memilih keluar untuk mencari udara segar.Jungkook mengecup singkat kening Nayeon sebelum berlalu keluar kamar. Dia berjalan-jalan di sekeliling villa.Deburan ombak dan angin yang cukup kencang menemaninya malam ini. Dia tersenyum saat melihat ke laut lepas. Entah kenapa dia merasa lega. Rasanya hari-hari bahagianya sudah dimulai. Dia memiliki ayahnya, pamannya, temannya, Ken, sahabatnya, Yugyeom. Dia punya harta, dia juga punya tahta, dan yang terpenting, dia memiliki Nayeon di sampingnya.“Ma, aku sangat bahagia,” ucap Jungkook sambil menatap salah satu bintang yang berkerlap-kerlip di langit yang cukup cerah.“Mama melihatku kan? Andai saja Mama di sini, pasti Mama akan memanjakanku dan Nayeon. Apalagi Nayeon, dia benar-benar akan menjadi seorang putri, sama seperti impiannya.”Jungkook menghembuskan nafas. Dia berjalan ke sebuah kursi kosong yang berada di depan toko yang sudah tutup.Tak jelas, Jungkook tidak punya tujuan pasti, hanya ingin keluar saja. Namun, tiba-tiba suara erangan mengalihkan perhatiannya, ditambah aroma anyir darah yang membuat mata Jungkook memerah dan taring kecil keluar dari sudut bibirnya.Mangsa…Jungkook mengepalkan tangannya, dia memejamkan mata sambil mengendalikan dirinya. Tidak, Jungkook baru saja menghisap darah Nayeon, tidak mungkin dia haus lagi sekarang.Tapi sialnya, rasa penasaran Jungkook sangat besar. Jungkook pun bangkit dan melesat mengikuti indra peniciumannya. “Argh…”Mata Jungkook membola saat dalam lorong yang gelap melihat seorang pria yang mengerang kesakitan. Dia bersama seorang wanita yang menggigit lehernya.Vampire?Bruk!Tubuh pria itu jatuh begitu saja. Jungkook yang masih membeku di tempatnya itu beradu tatap dengan wanita yang tadi menghisap darah pria itu. Matanya masih menyala hijau, dia masih bertaring dan di sekitar mulutnya juga ada darah yang masih segar.Wanita itu dengan cepat melesat dan mencoba mencekik leher Jungkook, tapi respon Jungkook cukup cepat. Jungkook berhasil meraih tangan wanita itu dan memelintirnya. “Akh!” Wanita itu merintih saat Jungkook mencengkram kuat lengannya.“Kau? Vampire dari klan mana? Beraninya kau menghisap darah manusia secara langsung sampai membuatnya mati. Itu illegal,” ucap Jungkook penuh penekanan.“Lepas. Aku haus, sialan!” ucapnya geram.“Kau harus dilaporkan ke asosiasi.”“Brengsek! Jangan ikut campur!”Jungkook terhuyun dan hampir jatuh saat wanita itu mendorongnya. Wanita itu hendak kabur, tapi Jungkook kembali menahannya.“Kau!”Keduanya beradu tatap. Di jarak yang hanya sekian senti itu, mereka sama-sama saling bisa melihat wajah satu sama lain, begitu pula dengan matanya.“Kau heterokrom?” gumam wanita itu.Tatapan wanita itu beralih pada leher Jungkook.“Tanda itu?”Jungkook mengernyit heran mendengar gumaman wanita yang berhadapan dengannya sekarang.“Kau mate?”“Apa?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan