Bukan Romeo And Juliet ( part 4 ) Syarat Utama Jadi Suami Ratu

24
6
Deskripsi

Mulai terbongkar satu persatu ya romansa cinta Biyan dan Maura, supaya ngerti gimana sakit jiwanya Biyan yang bucin abis ke Maura.

Jadi sabar aja ya, ikutin prosesnya sekalipun kalian mungkin sudah baca dari sisi Maura di lapak lain. Akan berbeda dari sisi Biyan, yang kita kenal tenang dan selow sampai dapat julukan bujang ninggrat. Padahal aslinya Biyan mumet juga hadapi calon mertua kampret yang pasang standart tinggi buat jadi calon suami anak anaknya.

Aku sudah bilangkan kalo mommy akhirnya yang mendukungku dan seperti berusaha membuatku selalu ingat soal Maura. Aslinya aku sempat lupa soal Maura waktu setelah kejadian di yayasan itu. Namanya aku masih kecil saat itu, mana mungkin konsen dan focus di urusan suka sukaan pada cewek cewek atau anak gadis. Aku bukan bang El yang merasa perlu mencari teman cewek, sekalipun dia tetap ngefans dan selalu bilang kalo yang dia sayang ya Naya. 

Padahal nih, waktu itu Naya dan Noah sempat di pindahkan sekolah oleh kedua orang tua mereka di sekolah yang sama dengan Maura dan kembarannya berikut teman temannya. Hanya bang Timmy dan kak Sarah yang bertahan di sekolah yang sama sampai bang Timmy akhirnya masuk SMP yang sama dengan kak Acha.

“Memang rasa suka sama cewek cewek itu kaya gimana sih bang?” tanyaku pada bang El saat aku mulai bosan mendengar ceritanya soal Naya yang masih bisa dia temui, kalo menemani mamanya dan kak Acha latihan menari di sanggar tari milik mamanya.

“Ya suka aja lihatnya. Rasanya mau dekat orang yang kita suka terus” jawab bang El waktu itu.

“Walaupun Naya jutekin abang terus?. Dan ngomel terus kalo abang deketin?” tanyaku lagi.

Bang El pasti tertawa.

“Biar aja. Malah seru kalo Naya ngomel apa galakin abang. Kalo Naya diam malah abang takut dia sakit terus tiba tiba pingsan” jawab bang El.

Kebiasaan Naya yang aku dan Noah kenali juga waktu kami sama sama sekelas waktu SD. Naya itu tipe anak yang suka belajar keras dan selalu berusaha dapat rangking di kelas, sampai kadang lupa makan. Jadi jangan heran kalo Naya suka pingsan di sekolah.

Nah kata kata bang Ello juga yang jadi patokanku kalo aku suka Maura sejak kecil. Soalnya aku suka aja menatap foto Maura lama lama di sebuah tabloid atau majalah saat Maura juga kembarannya berikut teman temannya semasa kecil, jadi model iklan produk pakaian yang termasuk dari bagian unit usaha om Nino. Soalnya kalo untuk di wawancara khusus oleh media cetak atau televise, pasti om Nino menolak. Aslian, om Nino itu anti media, dan menjaga sekali privacy keluarganya. Tapi ya namanya media, pasti selalu usaha untuk dapat berita apa pun soal om Nino dan keluarganya. 

“Bie…lihat nih si kembar anak om Nino. Ingat gak kamu yang jadi putri tidur waktu itu dan kamu cium” kata mommy yang selalu menunjukkan foto Maura dengan kembarannya kalo ada di iklan tabloid atau majalah langganan mami waktu itu.

Suka tidak suka, akhirnya aku ingat lagi saat aku menatap wajah Maura dan Kimmy kembarannya di tabloid atau majalah yang mommy tunjukkan. Dan entah kenapa aku suka aja lihatnya. Beneran cantik sekali jadi model saat itu, karena memang bule banget penampakan keduanya.

“Tapi mommy gak bisa bedakan mana Maura dan mana Kimmy. Mirip sekali mereka, karena kembar identic” kata mommy lagi.

Tapi aku bisa mengenali, mana Maura dan mana Kimmy. Gampang aja sih, lewat pakaian yang mereka pakai saat jadi model. Tapi ya aku diam saja tidak jawab pertanyaan mommy. Padahal kalo di perhatikan benar terlihat jelas sekali. Maura itu cenderung tomboy, jadi setiap fotonya saat iklan baju, lebih sering pakai celana, sementara Kimmy lebih sering pakai rok. Kalo mereka sama sama pakai dress, tetap kelihatan dengan Maura yang lebih sering pakai sepatu kets atau sepatu boots, sementara Kimmy lebih sering pakai plat shoes atau sepatu balet. Terus rambut Maura lebih sering di kuncir atau pakai bandana, sementara rambut Kimmy lebih sering di pakaikan pita atau bando khas cewek cewek macam kak Acha. Intinya tampilan Maura itu sebagai model selalu terlihat sporty dan Kimmy selalu terlihat girly. Terus yang membedakan Kimmy dan Maura itu saat pose sebagai model, ya senyum mereka atau raut wajah mereka. Kimmy masih kelihatan kesan malu malunya, sementara Maura justru terlihat percaya diri tentunya. Itu yang buat aku suka melihat foto foto Maura saat jadi model.

“Katanya banyak duit, kok bisa Nino malah eksplorasi kedua putri kembarnya untuk jadi model di unit usaha bajunya yang bekerja sama dengan designer Sinta Sari Natalegawa. Pasti supaya gratis kalo modelnya anak anaknya” yang nyiyir ya daddy doang menjeda aku dan mommyku.

Pasti mereka akan ribut lagi kalo bahas soal om Nino atau kedua putri kembarnya, ya termasuk Maura jugakan??.

“Foto doang Brie. Memangnya kenapa kalo modelnya anak anaknya?. Tapikan Nino tidak menjual apalagi setuju anaknya jadi model professional untuk dapat uang dari situ, macam bang Andra sama Ocha pada Acha. Aku rasa memang si kembar aja suka jadi model seperti Acha yang suka di foto dan jadi model di majalah remaja. Tidak pernah juga tuh bang Andra dan Ocha pusing soal bayaran atau fee Acha saat di kontrak jadi model, karena bentuk dukungan bang Andra dan Ocha pada hobi Acha,yang memang suka jadi model” kata mommy membela.

Bukan membela sih, hanya berusaha bersikap netral. Daddy aku aja yang nyinyir kalo segala sesuatu berhubungan dengan om Nino. Kenyataannya daddy dukung tuh kak Acha jadi model, malah yang merayu tante Ocha supaya mengizinkan kak Acha jadi model sampul majalah remaja. 

Dan nyinyiran daddy juga yang buat mommy kadang diam diam menunjukkan foto foto iklan si kembar anak om Nino padaku. Termasuk mommy yang diam diam bilang kalo om Nino juga tante Noni berikut si kembar bersedia juga di undang jadi bintang tamu acara talkshow yang mami jadi hostnya di acara itu.

“Ayo ikut mommy syuting kalo memang kamu mau ketemu si putri tidur. Mommy izinkan kalo kamu mau ikut dan nonton mommy syuting” ajak mommy.

“Daddy ikut gak?. Nanti mommy malah ribut sama daddy” kataku.

Mommy malah tertawa.

“Kamu taukan kalo mommy syuting di hari daddy kerja?. Jadi aman kalo kamu ikut, karena daddy pasti sedang kerja, macam biasanya kalo mommy sedang ada jadwal syuting” jawab mommy.

Benar juga sih, tapi aku tetap menolak ikut dan menonton mommy syuting keluarga om Nino. Bahaya soalnya kalo daddyku sampai tau soal ini. Dan pada akhirnya daddy tau, kalo acara mommy itu di tayangkan di saluran televisi nasional.

“Katanya anti media, kok sekarang mau tuh muncul di media” nyinyir lagi daddyku mengomentari soal kesediaan om Nino membawa istri dan kedua putri kembarnya muncul sebagai bintang tamu dalam acara talkshow mommyku.

“Kamu kenapa sih?. Nino punya alasan sendiri kalo akhirnya bersedia muncul di acara talkshow aku. Bisa aja dia menolak atau malah ledek kamu, dengan bilang kalo butuh sosok Gerenino Sumarin dan keluarganya untuk menaikkan rating acaraku. Kamu trus mau bilang apa sama Nino?” omel mommy.

Aku mungkin yang melihat dari sisi daddy saja, karena itu aku bilang daddy itu nyinyir sekali kalo segala sesuatu berhubungan dengan om Nino secara pribadi. Soalnya tidak pernah membicarakan soal istrinya apalagi kedua putri kembar om Nino. Entah di sisi om Nino karena aku tidak pernah lagi bertemu om Nino dalam suatu kesempatan acara apa pun setelah acara di yayasan. Mommy juga tidak pernah mengajakku serta kalo tau om Nino dan istrinya di undang juga.

“Kamu gak usah ikut ya Bie. Di rumah aja atau mau ke rumah tante Ocha atau ke rumah eyang selama mommy pergi dengan daddy?. Ada om Nino juga ikutan di undang di acara ini. Tapi karena tante Noni bilang tidak akan mengajak si kembar juga, jadi percuma kamu ikut kalo tidak bisa bertemu dengan sleeping beauty kamu” kata mommy tetap menjelaskan soal ini, selalu berujung dengan si kembar putri om Nino, termasuk Maura di dalamnya.

Ya aku pasti menurut, karena malas juga mendapati daddy yang kemungkinan ribut dengan om Nino lalu mommy juga tante Noni akan memisahkan mereka. Di satu sisi aku kadang membenarkan, kalo kisah cintaku dan Maura seperti Romeo dan Juliet. Tapi di satu sisi tidak bisa aku benarkan, kalo ternyata mommy aku dan tante Noni sangat akrab satu sama lain. Seperti mommy yang ngefans pada Maura, tante Noni pun ngefans padaku sejak aku kecil. 

“Gantengnya Biyan…Suka gak sama satu anak gadis tante?. Yang waktu itu jadi putri tidur dan kamu cium?. Soalnya kalo Kimmy sudah ada yang pantekin dari kecil” kata tante Noni dan buat mommy tertawa.

Ya aku hanya bisa tersenyum canggung menanggapi karena pipiku juga di cium oleh tante Noni kanan kiri, dan tante Noni itu secantik mommyku. Mata mereka sama sama biru. Hanya rambut mommy itu berwarna brunet, sementara warna rambut tante Noni pirang sekali. Gen bule tante Noni lebih kental karena ayahnya yang bule, sementara mommy yang bule itu mamanya bukan ayahnya. 

Itu waktu aku menemani mommy hadir di sebuah acara tanpa di temani daddy. Dan ini bedanya tante Noni dan mommy. Kalo mommy masih sering keluar rumah tanpa daddyku dan aku temani, sementara tante Noni kemana pun selalu di temani om Nino suaminya.

“Non…anak kita masih kecil. Masih SD, kok ya kamu udah tawarin ke orang. Anak kita gak semurah itu” protes om Nino.

Ya tante Noni tertawa seperti mommyku. Dan kata kata om Nino membuat nyaliku ciut untuk sekedar minta maaf waktu itu. Aku takut dia semakin marah kalo ingat salah satu putrinya pernah aku cium. Walaupun ciuman kecelakaan.

“Anak gue juga masih kecil. Jadi tenang aja sih No” kata mommy ikutan bicara.

Om Nino menghela nafas tanpa menatapku karena perbedaan tinggi badan kami tapi bukan berarti aku tidak bisa dengar kata katanya.

“Gue gak perduli siapa lelakinya. Pokoknya kalo nanti anak anak gue gede dan dewasa, mesti raja yang jadi suami mereka, karena mereka ratu buat gue, sekalipun gue udah punya ratu sebagai bini gue. Dan harus bukan laki yang jadi raja karena keturunan. Tapi laki yang jadi raja karena usahanya sendiri” kata om NIno kemudian.

“Ino….jangan gitu ah. Jodoh di tangan Tuhan” tegur tante Noni.

Om Nino berdecak menanggapi dan mommy tertawa menanggapi.

“Aku tau jodoh di tangan Tuhan, tapi tetap bisa di usahakan yang terbaik. Seperti aku yang berusaha memberikan kamu dunia, lelaki yang mau jadi suamiku si kembar, harus punya kemampuan itu juga, karena lelaki itu yang nantinya akan menggantikan tanggung jawabku pada si kembar” jawab om Nino.

Dunia…., ingatku dalam hatiku.

“Kalo laki sekedar kaya doang buat apa, kalo tuh laki gak bisa jadi pepimpin layaknya raja. Jadi tidak mungkin lelaki yang jadi raja karena keturunan bisa jadi suami putri putriku. Jadi akan aku kawal benar siapa pun lelaki yang bersedia jadi suami anak anakku, sekalipun lelaki itu tidak punya kekayaan layaknya seorang raja. Aku pun bukan siapa siapa dulu, sekalipun papaku raja. Dan aku bisa, kenapa lelaki itu tidak bisa nantinya” kata om Nino lagi.

Jadi ngertikan kenapa aku bersedia di kirim jauh ke Amrika untuk menamatkan pendidikan arsitektur yang memang jadi minatku sejak dulu, karena daddyku juga arsitek. Semua semata mata sebagai prosesku jadi raja untuk ratu Maura. 

Mungkin aku sudah jadi raja seperti yang orang banyak bilang, karena aku satu satunya pewaris kerajaan bisnis kontruksi jalan yang di pimpin daddyku sekarang juga jaringan bisnis yang di punya daddyku. Tapi aku lebih pantas di sebut raja karena keturunan. Benar om Nino waktu bicara padaku bersama daddyku sebelum akhirnya aku setuju di kirim ke Amrik untuk kuliah. Aku belum jadi raja karena kemampuanku sendiri. Jadi aku belum mampu memberikan Maura dunia, seperti yang ayahnya harapkan dan aku janjikan. Sabar ya….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bukan Romeo And Juliet ( Part 5 ) Permintaan Maaf
26
4
Cie….cie….Biyan….minta maaf juga sama sultan kampret wkwkwkwkwk
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan