
-From Alternative Universe "FWB Tapi Menikah-
“It's okay, lo aman di sini. Sama gue.”
Entah untuk ke berapa kali Calvin mengucapkan kalimat penenang itu. Berharap Oci berhenti bergetar. Bahkan sudah terlewat nyaris sepuluh menit, tetapi tangan gadis itu masih nampak tremor. Membuat Calvin yang gemas, akhirnya memberanikan diri untuk menangkap pergelangan tangan kecil itu ke dalam genggaman.
“Rileks, Rosiana.”
Deg.
Oci tercekat. Ini baru pertama kalinya ada yang menyebut namanya dengan lengkap, Rosiana. Ampun, kenapa suara Calvin terdengar begitu menggetarkan dirinya barusan?
Sehingga selanjutnya, dagu Oci terangkat, gadis itu mendongak dan atensinya bertemu dengan Calvin. “K-Kak Calvin?”
“Just wanna give you some comfort. How it feels?” tanya Calvin tanpa mengalihkan pandangan. Tatapannya teduh sekali, terpaku pada manik mata Oci dan tentu saja hal itu lambat laun berhasil membuat Oci bisa menguasai diri.
Napas yang tadinya terengah-engah karena panik, kini berangsur normal. Pupilnya tak lagi melebar. Akan tetapi, semua itu tergantikan dengan perasaan kupu-kupu di perut yang seolah berterbangan ke sana kemari sebab tatapan Calvin yang menghunus akal sehat.
“Gimana? Udah?” tanya Calvin lagi. Setelah beberapa sekon ke depan berlalu.
Dengan cengo, Oci mengangguk.
"Bilang Ci, di mana alamat tempat tinggal lo."
"Euh ... gue ..."
"Dimana?"
Oci menelan salivanya kasar sebelum akhirnya menjawab, "Jalan Anusapati, kosan umum paling ujung mentok gang buntu," jawab Oci, masih dalam posisi tangan yang digenggam erat oleh Calvin.
"Oke. Gue anter pulang." Calvin melepaskan satu tangannya, lantas mengulurkannya pada puncak kepala Oci. "Kali ini jangan ditolak. Gue juga nggak nerima penolakan."
Patuh. Berbeda dengan sebelumnya, sekarang Oci mengangguk. Bagai terhipnotis oleh pahatan menawan di depan mata; ia sendiri juga baru sadar, kalau sosok bernama Calvin Ramadhani yang notabene adalah kakak tingkatnya di fakultas, memiliki pesona yang awur-awuran.
Lihat, lihat matanya yang jernih dan juga hidungnya yang bangir itu. Juga sebuah tindik kecil yang tertanam sempurna pada bibirnya yang ... tebal tetapi seksi. Astaga, dan jangan lupakan beberapa tatto yang menghiasi kedua tangannya yang berotot.
Secara otomatis, Oci langsung teringat dengan foto profil Calvin di aplikasi dating, dimana cowok tersebut mengambil spot membelakangi. Dimana punggung polos itu juga ... pelukable.
Lucunya, saat Calvin ingin melepaskan tangan, oleh Oci buru-buru ditahan.
"Kenapa?" tanya Calvin heran. Juga bingung.
Ampun, Oci! Sadar Ci, lo ini mikir apa?' batin Oci merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia terpesona di saat-saat seperti ini.
"S-Sori Kak. Refleks."
"Refleks kenapa?"
"Refleks nahan. S-Soalnya tangan lo anu ... anget."
GOBLOOOK KENAPA MULUT GUE SELALU LEBIH CEPAT KERJANYA KETIMBANG OTAK GUE?!' merong-merong dalam hati, Oci kembali mengutuk dirinya sendiri.
"Anget?'
"Euh ... itu ... anu...."
Menahan diri untuk tidak tertawa manakala mata Calvin menangkap ada semburat merah di kedua pipi Oci.
Rasa panik yang tadinya sudah membaik, kontan kembali kumat. Sialan, kalau sudah begini, Oci harus lari kemana?
"Rileks. Hei."
"G-Gue pulang sendiri ae lah Kak. N-Nggak usah repot-repot nganter, g-gue bisa nyari ojol lain."
"Yakin? Nggak takut bakal diculik lagi kayak barusan?' Calvin balik bertanya, membuat Oci yang gugup, urung meraih gagang pintu mobil.
"Kak, jangan bikin gue terkucilkan deh."
"Lo besar kali, nggak kucil."
"HAHAHA LUCU!"
Nggak kuat, kalau sedang salah tingkah raut Oci benar-benar lucu sekali. Membuat Calvin keceplosan tertawa kecil.
Astaga, dia yang ketawa, kenapa jantung gue yang jadi nggak aman!' jerit Oci dalam hati. Pipinya makin panas sebab Calvin selanjutnya menarik kedua pundaknya agar mereka saling berhadapan.
Namun berhubung Oci masih dilanda salting brutal gara-gara tingkahnya sendiri, sehingga meski badannya sudah berhadapan, tetapi gadis itu terus konsisten menunduk.
"Ci? Liat gue."
"Males ah!"
"Rosiana Putri Utami," panggil Calvin dengan suara bariton-nya yang khas.
Aih! Kampret. Enih cowok hobi banget bikin gue salbrut!' batin Oci terus memaki.
"Cewek secupu ini bisa-bisanya nekat nyari FWB. Ck ck ck."
"Apa sih Kak, gue kan udah bilang kalo cuma iseng."
"Iseng? You serious?" Calvin menarik dagu Oci agar wajah cantik itu mendongak padanya. "Terus lo pikir FWB an itu ngapain?"
"Ya ... partneran."
"Partner buat ngapain?"
"Buat main! FWB kan artinya friend with benefit. Nah, berarti temenan tapi saling ngasih keuntungan kan Kak? Menurut definis gue, FWB mah buat ... nemenin kalo lagi suntuk!" jawab Oci asal. Tentu saja ia sengaja pura-pura bodoh dan polos, demi menjaga image-nya di depan Calvin. "Iya kan? Nggak salah kan?"
"..."
"Nggak semua FWB itu konotasinya negatif, Kak!. Nih, gue contohnya," imbuh Oci gugup, sebab Calvin sekarang sibuk mengamati wajahnya dengan lamat. "K-Kak Calvin, k-kenapa ngeliatin gue kayak b-begitu?"
"Cantik."
"Hah?"
"Elo. Cantik."
What the hell. Sebagai perempuan yang nggak pernah dipuji cantik oleh lawan jenis, jelas jantung Oci seketika mereog tidak karuan. Rasanya berasa melorot pindah ke lambung.
Jantung gue, jantung gue!' batin Oci meronta-ronta. Apalagi Calvin sekarang makin mendekatkan wajah padanya.
Tangan pria itu masih setia berada di dagu gadis cantik di hadapannya. Dan perlahan tapi pasti, jempol Calvin berpindah mengusap bibir bawah Oci.
"May i kiss you?"
Harusnya. Harusnya Oci menggeleng, menolak dan mendorong Calvin jauh-jauh. Terlebih selama ini mereka bukanlah rekan yang akrab--meski saling mengenal satu sama lain. Hanya dua manusia yang saling bertemu karena ketidaksengajaan, match di dating apps-- dan seterusnya.
Akan tetapi, yang terjadi justru di luar dugaan. Alih-alih menolak, Oci malah mengangguk kecil. Membiarkan Calvin selanjutnya menempelkan bilah bibirnya dan secara naluriah Oci memejamkan matanya erat.
Memang benar apa kata orang, kalau sudah ada dua orang laki laki dan perempuan sedang bersama, nomor tiganya pasti setan.
Untuk beberapa saat ke depan, tak ada yang terjadi selain hanya menempel. Namun selama itu pula, Oci menahan napas. Detik selanjutnya Calvin menjauhkan diri. Pikir Oci, pria itu hendak meminta maaf karena telah khilaf.
Akan tetapi, Calvin buru-buru memiringkan wajah dan kembali mendaratkan bibir.
Kali ini tak cuma kecupan. Melainkan ada pagutan kecil serta lumatan yang tak terburu-buru. Mau tak mau, Oci refleks kembali memejamkan matanya erat. Membiarkan pria berparas tampan itu mengeksplorasi bibirnya sesuka hati.
Calvin melakukannya dengan ekstra hati-hati. Membuat Oci terbawa. Tangan gadis itu pun perlahan meraba dada. Meski dengan setengah tremor. Tuh cewek meremas kaus berwarna biru navy tersebut dengan degup dada tidak santai manakala Calvin beralih menekan tengkuk demi memperdalam ciuman.
Sama sekali tidak menolak kala lidah Calvin yang sensual mulai menerobos masuk. Hingga sadar Oci mulai kehabisan napas, Calvin baru menjauhkan diri.
Dengan serakah, Oci menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
"K-Kak Calvin," cicit Oci. Napasnya masih senin kamis.
"Sorry," kekeh Calvin. Mengusap bekas saliva Oci yang tertinggal di permukaan bibir. "Kelepasan."
Hening lumayan panjang setelahnya. Sampai di menit ke sekian, Calvin memutuskan angkat bicara duluan.
"Gue anter pulang ke kosan lo sekarang. Ya?"
Again. Pipi Oci memerah. Gadis itu mengangguk malu-malu, memutar tubuhnya menghadap ke depan, ia mengalihkan wajahnya ke arah jendela mobil.
Sialan, dia baru saja mendapatkan ciuman pertamanya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
