PART 11-20

2
0
Deskripsi

Jangan lupa klik ❀️ dan komennya my milky πŸ’•πŸ’•πŸ’•

PART 11. EKSPETASI VS REALITA

Zean berdiri diatas panggung dengan wajah datarnya. Matanya fokus menatap ke arah Zella.

"Saya bukanlah lelaki yang romantis. Jadi untuk kamu Grizella Deoline Madava yang kini menjadi istri saya. Terima kasih sudah menerima saya sebagai suami kamu," ujar Zean to the point.

Gala yang berdiri tak jauh dari panggung bersorak kecewa. Ia tak menyangka Zean akan sekaku ini. Bagaimana bisa lelaki itu menyatakan cinta dengan wajah datarnya di acara pernikahannya sendiri. Benar-benar lelaki payah!

"YANG ROMANTIS DONG NO! MASA NYATAKAN CINTA KE ISTRI KAYA NGUNGKAPIN TERIMA KASIH KE PARTNER KERJA!! INI ISTRI PAK BOS! BUKAN KOLEGA!!" teriak Gala.

Zean mengalihkan tatapannya ke arah Gala. Ia menatap tajam Gala mengisyaratkan agar lelaki itu berhenti mengompori dirinya.

Gala tidak memperdulikan tatapan tajam Zean. Ia justru merasa tertantang dan semakin mengompori Zean agar sahabatnya itu bisa mengatakan hal-hal romantis ke istrinya.

"AYOOO NO!! NGUNGKAPINNYA HARUS PENUH PERASAAN!! KASIH TATAPAN PENUH CINTA KE ZELLA!! PENUH... CINTA...," teriak Gala lagi.

Zean menghela nafasnya. Ia kembali menatap ke para tamu undangan dengan wajah datarnya.

"Grizella Deoline Madava..." Zean mengalihkan tatapannya ke Zella. Wajah datar Zean tak berubah namun tampak jelas dimata lelaki itu, tatapan dalam dan penuh kelembutan ia tujukan untuk sang istri yang kini duduk di pelaminan. "Tidak banyak kata yang bisa saya sampaikan kepada kamu. Saya bukanlah suami romantis yang bisa menyampaikan kata-kata cinta untuk kamu. Saya hanya seorang lelaki berwajah datar, bersikap kaku, dan diisukan seorang gay. Tapi satu hal yang sangat ingin saya sampaikan kepada kamu. Saya serius dengan kamu Zella."

Deg

Zella terpaku. Matanya menatap tak percaya ke arah Zean.

"Saya ingin kamu menjadi rumah untuk saya. Saya ingin kamu menjadi tempat untuk saya berbagi. Saya ingin kamu menjadi obat untuk semua kesakitan yang saya rasakan... dan saya ingin menua bersama kamu. Bersama istri saya Grizella Deoline Madava," sambung Zean.

Zella tanpa sadar menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum haru mendengar perkataan Zean yang terdengar begitu tulus ditelinganya. Zella sama sekali tak menyangka lelaki kaku dan datar yang kini resmi menjadi suaminya berhasil membuat hatinya tersentuh hanya dengan mendengar perkataan lelaki itu.

Riuh tepuk tangan para tamu mengiringi langkah Zean untuk kembali ke pelaminan. Ia bisa melihat istrinya terus menatap ke arahnya dengan senyuman lebar.

"Berhenti tersenyum," ujar Zean menatap datar Zella. Ia lalu memilih duduk di sofa sembari menatap para tamu undangan.

"Makasih," sahut Zella tulus.

Zean menoleh ke arah Zella dengan raut bingung.

"Untuk semua yang kakak ucapin di atas panggung tadi. Terima kasih sudah membuat Zella seperti seorang istri yang dicintai suaminya," terang Zella.

"Sudah kewajiban saya agar semua orang tidak curiga," alibi Zean. Padahal kenyataannya semua yang ia ucapkan diatas panggung adalah keinginan dan harapan Zean untuk pernikahannya dengan Zella.

Zella mengangguk paham meskipun ada rasa kecewa di hatinya. Seharusnya Zella sadar alasan dibalik adanya pernikahan ini. Tidak sepatutnya ia terbawa perasaan hanya karena perkataan Zean.

"Bodoh. Harusnya gue sadar diri. Bukannya baper cuma karena omongan yang sudah pasti hanya untuk pencitraan."

                                             ~oOo~

Cheryl melangkahkan kakinya mengitari ballroom hotel. Matanya dengan teliti menatap satu persatu tamu yang hadir.

"Pulang dari sini auto jernih nih mata gue," pekik Cheryl senang. 

Ia menatap penuh binar ke setiap tamu cogan yang ia temui. Engga sia-sia perjuangan Cheryl selama ini menjadi bestie Zella. Berkat bestienya itu kini ia bisa menatap puas para cogan-cogan favoritnya.

Kruyuk

Cheryl meringis malu. Ia menatap sekeliling dan seketika bernafas lega saat melihat tidak ada satupun para tamu undangan disekitarnya yang mendengar bunyi perutnya yang meronta minta diisi.

"Ya ampun bayi-bayi cacing mommy laper ya nak. Sebentar ya sayang kita cus the let's go cari makanan," gumam Cheryl mengelus perutnya. Ia berjalan cepat menuju stand makanan yang berada di sudut kanan ballroom hotel.

Cheryl dengan cepat mengambil nampan dan pencapit stainless. Tangannya dengan lihai mencapit setiap kue yang terlihat menggiurkan dimatanya.

Namun saat ia hendak mengambil choco muffin kesukaannya, sebuah tangan kekar terulur mengambil choco muffin yang ingin Cheryl ambil sehingga tangan keduanya tak sengaja bersentuhan.

"Ehhh... Kak Gala!" pekik Cheryl senang saat melihat wajah Gala yang berada di hadapannya.

"Lo kenal gue?" tanya Gala menatap heran Cheryl.

Dengan cepat Cheryl menganggukkan kepalanya. "Kakak itu salah satu cogan kesayangan gue tau. Kalo menurut urutan sih lo urutan ke 5 kak."

Gala hanya bisa menggaruk kepalanya. Demi kolor suci miliknya, Gala sama sekali tidak mengerti maksud perkataan gadis di hadapannya ini. "Urutan ke 5?"

"Urutan pertama itu V BTS, kedua Jaehyun NCT, ketiga Manurios, keempat Kak Zean dan kelima Kak Gala," jelas Cheryl dengan semangat.

"Urutan karena kekayaan ya?" terka Gala.

"Bukan. Itu urutan kadar kegantengan," jawab Cheryl enteng.

Gala menganga mendengar jawaban Cheryl. "Sembarangan banget nih cewek ngatain Zean lebih ganteng daripada gue. Kaga tau apa kalo gue make filter tes mirip ayah di tekok-tekok muka gue sebelas dua belas sama Jungkook BTS," dumel Gala dalam hati.

"Kak Gala foto yuk. Udah lama nih gue engga foto bareng cogan," ajak Cheryl semangat.

"Boleh," Sahut Gala. "Gue bakal tunjukin gimana manisnya senyum dari seorang Gala," batinnya menyeringai.

Dengan raut senang, Cheryl memanggil seorang pelayan laki-laki yang sedang mengisi ulang gelas-gelas kosong di stand minuman dan meminta tolong untuk memfotokan dirinya dengan Gala. Cheryl memposisikan dirinya di samping Gala dan menggandeng mesra lengan lelaki itu. Sedangkan Gala memasukkan kedua tangannya di saku celana dan tersenyum lebar hingga kedua lesung pipinya terlihat.

Cekrek

Setelah beberapa kali berganti pose, Cheryl mengambil ponselnya dari tangan pelayan laki-laki itu. Setelah mengucapkan terima kasih, dengan riang Cheryl melihat hasil foto dirinya dengan Gala.

"Kak Gala manis banget," pekik Cheryl malu-malu.

Gala tersenyum miring melihat Cheryl yang begitu antusias melihat hasil foto keduanya. "Semua orang tau kok seberapa manisnya senyuman gue. Bahkan para lebah madu aja merasa tersaingi sama senyuman gue," sahut Gala dengan raut wajah sombong.

"Kakak bener tapi raut datar Kak Zean itu paling juara. Muka kaku gitu aja ganteng banget apalagi kalo senyum. Bisa-bisa mimisan gue," puji Cheryl yang masih menatap serius ponselnya. Tanpa Cheryl sadari ucapannya barusan berhasil membuat Gala kesal.

"Sebenarnya lo ngefans sama siapa sih?" tanya Gala kesal.

"Cowok cogan. Aku ngefans banget sama semua cowok handsome," jawab Cheryl dengan mata berbinar.

"Berarti kalo ada pemulung yang wajahnya ganteng, lo ngefans juga?"

Cheryl menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Siapapun dia. Apapun latar belakang dan pangkatnya. Selagi dia handsome, dengan senang hati dia bakal masuk list cogan gue."

Gala menatap Cheryl tak percaya. "Gue engga kebayang kalo nih cewek bakal dapet jodoh burik. Gue yakin kalo engga masuk RSJ pasti nih cewek udah pindah ke alam baka," pikir Gala dalam hati.

"Btw muka lo kok engga asing ya? Kayanya gue udah pernah ketemu lo deh," ujar Gala yang baru menyadari wajah Cheryl terasa tidak asing dimatanya.

Cheryl tersenyum lebar. "Kita ketemu di akadnya Kak Zean sama Zella," jawab Cheryl.

"Ohh... iya iya gue baru inget. Lo sahabatnya Zella kan?"

Cheryl mengangguk semangat. "Iya gue sahabat seperjuangan Zella kak. Btw kita belum kenalan ya. Gue Cheryl Mikalova dan kakak Galanalo Maharaja. Right?"

"Padahal ini bukan pertama kalinya gue ketemu cewek yang tau nama lengkap gue. Tapi tetep aja gue kaget dengernya," ujar Gala angkuh.

"Yaudah kalau gitu gue duluan ya kak. Perut keroncongan minta diisi," ujar Cheryl nyengir.

"Mau makan bareng gue engga?" ajak Gala.

"Boleh."

                                            ~oOo~
 

Zella menghela nafasnya lelah. Sedari tadi ia tak berhenti tersenyum dan membalas salam serta ucapan selamat yang tamu undangan berikan padanya dan Zean.

"Kenapa?" tanya Zean.

Zella hanya menggelengkan kepalanya.

"Lelah?" tanya Zean lagi.

Zella terdiam sejenak dan tak lama menganggukkan kepalanya. "Laper juga," cicit Zella malu.

"Ayoo," ajak Zean.

"Kemana?"

"Makan."

"Tapi pelaminannya ntar kosong kak," ujar Zella.

"Itu lebih baik daripada kamu sakit karena telat makan," balas Zean.

Tanpa mendengarkan balasan Zella, Zean menarik Zella turun dari pelaminan. Ia menyuruh Zella duduk di bangku tamu yang kebetulan kosong.

"Tunggu sebentar," ujar Zean kemudian berjalan menuju stand makanan.

Zella tersenyum mesem-mesem. Matanya tak berhenti mengikuti Zean yang sibuk mengambil makanan untuknya. Aaa... Zean lagi-lagi berhasil membuat dirinya baper malam ini dengan sikap perhatian yang diberikan lelaki itu padanya.

"Kenapa diam?"

Zella mengerjapkan matanya mendengar suara Zean. Kini ia menatap bingung Zean yang tengah duduk dihadapannya.

"Kamu lapar kan? Sana ambil makanan sekalian buat saya," titah Zean.

"Hah??" Zella semakin dibuat bingung dengan perkataan Zean. Bukannya tadi Zean masih berada di dekat stand makanan tapi kenapa sekarang lelaki itu justru duduk dihadapannya.

Seakan belum selesai, kini Zella semakin merasa kebingungan saat menoleh ke arah meja dan tidak menemukan nampan berisi kue yang dibawakan Zean untuknya . "Loh kuenya mana?"

Zean dengan santai menunjuk ke stand makanan yang tak jauh dari tempat duduk keduanya.

"Bukan itu maksud Zella. Itu... Bukannya kakak tadi ngambilin kue buat Zella ya?" tanya Zella dengan raut polosnya.

"Ngigo kamu," decak Zean.

Zella kembali diam dengan kening berkerut. Tak lama kemudian ia tersadar. "Jadi tadi itu cuma khayalan gue doang?"

Zean menatap jengah Zella yang tengah menggerutu sembari memukuli jidatnya. "Engga jadi makan?"

"Jadi kak," jawab Zella cepat.

"Yaudah sana."

Zella berdiri dari duduknya. Dengan tergesa-gesa ia berjalan menuju stand makanan. Zean menghela nafasnya dan beranjak menghampiri Zella.

"Jalannya pelan-pelan. Engga sadar ekor gaun kamu panjang banget gitu," tegur Zean setelah mencekal tangan Zella.

"Hehehehe... Habisnya Zella laper banget kak," sahut Zella nyengir.

Zean lagi-lagi menghela nafasnya. Ia lalu menarik nampan dan capitan stainless dari tangan Zella. "Tunggu sini. Saya yang ambilin."

Zella mengangguk sembari memperhatikan Zean yang tengah mengambil kue dan menaruhnya ke atas nampan.

"Engga sia-sia gue ngayal kalau ujung-ujungnya jadi kenyataan kaya gini."
 

                                            ~oOo~

PART 12. FIRST NIGHT🌚

Cheryl dan Gala menghampiri Zean dan Zella di pelaminan. Rencananya mereka ingin berfoto bersama sepasang pengantin itu. Terutama Cheryl yang sejak kemarin sudah mengincar untuk berfoto bersama Zean, idolanya.

Sesampainya di pelaminan, Cheryl meminta photographer yang mendokumentasikan pernikahan Zean dan Zella untuk memfoto mereka berempat.

"Mas tolong fotoin kita ya. Sekalian nanti pake hp saya juga," pinta Cheryl tersenyum ramah.

Sang photographer menganggukkan kepalanya. Puas foto berempat, Cheryl meminta photographer untuk memfoto dirinya berdua saja dengan Zean.

"Kak Zean foto sama aku ya," pinta Cheryl dengan puppy eyesnya.

"Tanya Zella," sahut Zean datar.

"Zel... Please..." mohon Cheryl lagi dengan wajah memelas.

"Boleh. Asal jangan lo grepe-grepe laki gue," timpal Zella berbisik seakan tau niat terselubung Cheryl.

"Iya.. iya.." dengus Cheryl kesal sebab rencananya ingin modus ke Zean gagal.

Cheryl memposisikan dirinya di samping Zean dengan sedikit berjarak. Ia tersenyum lebar dengan kedua tangan membentuk love sign. Sedangkan Zean hanya berdiri tegak dengan wajah kakunya.

"Ya ampun kak Zean berasa lagi foto KTP," gumam Cheryl meringis melihat hasil fotonya dengan Zean yang hanya berdiri tegak lurus dengan muka datarnya.

"Sekarang gantian gue sama Zella dong," pinta Gala tanpa menghiraukan tatapan tajam Zean.

Dengan santai Gala merangkul pundak Zella dan tersenyum lebar ke arah kamera sedangkan Zella tersenyum manis dengan jari kirinya membentuk huruf V. Selesai berfoto dengan cepat Zean menarik tangan Zella hingga berada di sampingnya.

"Sudahkan? Silahkan pergi," usir Zean dingin.

"Iya..iya... Yuk Chel kita pergi dari sini sebelum diterkam singa galak," ledek Gala sambil menarik tangan Cheryl turun dari pelaminan.

"Kakak marah?" tanya Zella menatap takut Zean.

"Engga," balas Zean menatap tajam Gala yang berada di kerumunan para tamu. Sedangkan Gala malah asyik memeletkan lidahnya ke arah Zean dengan wajah meledek.

                                       ~oOo~
 
Alunan musik Ed Sheeran-Perfect mengiringi para pasangan yang asyik berdansa di tengah-tengah ballroom hotel. Tak terkecuali sepasang pengantin yang malam ini menjelma menjadi king and queen.
 

Ilustrasi Zean & Zella sedang berdansa

Zella terus mengalihkan tatapannya ke berbagai arah. Kedua tangannya sudah melingkar indah di leher Zean. Ia merasa tak sanggup harus berdekatan dengan Zean di jarak sedekat ini. Belum lagi tatapan mata suaminya itu yang tak berhenti menatap ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Zean yang melihat raut tidak nyaman di wajah Zella.

"Engga apa-apa kak," jawab Zella dengan suara sedikit bergetar karena gugup.

"Kamu engga nyaman kita seperti ini?"

Dengan ragu-ragu Zella mengangguk. Zean tersenyum tipis. Bukannya menjauh, Zean semakin merapatkan tubuhnya dengan Zella.

"Kenapa makin dekat sih kak?" gerutu Zella sekaligus takut Zean mendengar suara detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Semakin kamu merasa tidak nyaman. Semakin saya berusaha dekat dengan kamu," balas Zean.

Zella mendongak dan menatap Zean yang juga menatap ke arah. "Kali ini apa alasannya?"

"Agar kamu merasa nyaman dengan saya."

"Apa itu penting?"

"Tidak ada pasangan suami istri yang merasa tidak nyaman dengan pasangannya dan saya tidak mau ada orang yang menyadari itu," jawab Zean lugas.

Zella mengangguk paham. Ada perasaan tidak nyaman yang Zella rasakan setelah mendengar alasan Zean. "Apalagi yang lo harepin Zel? Padahal lo udah berkali-kali ditampar sama kenyataan."

"Zella boleh tanya sesuatu kak?" tanya Zella.

"Hmm..."

"Kenapa di perjanjian kita tidak ada tertulis kapan pernikahan ini berakhir?"

Zean menghentikan gerakan dansanya dengan Zella. "Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Zean balik dengan menatap lurus kedua bola mata Zella.

"Karena Zella merasa aneh. Pernikahan kita pernikahan kontrak bukan? Tapi kenapa tidak ada keterangan kapan pernikahan kontrak ini akan berakhir," jawab Zella membalas tatapan mata Zean.

"Karena pernikahan ini tidak akan berakhir!" tekan Zean.

"Hah??"

"Pernikahan kita tidak akan berakhir Zella. Sampai kapanpun!"

"Tapi kak-"

"Jangan pernah menanyakan hal ini lagi. Karena sampai kapanpun jawaban saya tetap sama. Pernikahan ini tidak akan berakhir dan kamu cuma punya satu opsi. Bertahan!" potong Zean dengan penuh penekanan.

Zella ingin kembali melayangkan pertanyaan kepada Zean namun suara mc menghentikannya. Ia menoleh ke samping kanannya dan baru menyadari musik sudah berhenti. Bahkan kini tinggal ia dan Zean yang berada di tengah ballroom hotel sedangkan pasangan dansa lainnya sudah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Inilah puncak acara yang kita tunggu-tunggu yaitu pelemparan bunga!!" ucap sang mc semangat yang disambut sorakan dan tepuk tangan meriah dari para tamu undangan.

"Ayooo para tamu cowok atau cewek yang belum menikah, silahkan berkumpul di pinggir pelaminan ya untuk mencoba peruntungan. Siapa tau next kalian yang akan menyusul pasangan pengantin kita malam hari ini. Sedangkan untuk kedua mempelai silahkan kembali di singgasananya," lanjut sang mc.

Cheryl sudah bersiap-siap dan berdiri di kerumunan para manusia yang mencoba peruntungan di pesta pernikahan ini. Ia berlatih melompat-lompat untuk mengetahui seberapa tinggi kesempatan Cheryl untuk menangkap karangan bunga yang akan dilempar Zella.

"UDAH SIAP KALIAN SEMUA PARA PENGEJAR IKATAN HALAL?"

"SIAP!!!"

"SILAHKAN KEDUA MEMPELAI MELEMPAR BUNGANYA!" perintah sang mc semangat.

Zean dan Zella melempar karangan bunga yang mereka pegang. Cheryl dengan lihai melompat semampunya dan berusaha menangkap karangan bunga dan...

HAP

"Siapa tuh yang dapat?" tanya sang mc penasaran.

Cheryl menoleh ke belakang untuk melihat siapa seseorang yang beruntung mendapatkan karangan bunga. Namun kedua matanya melebar saat mengetahui siapa orang itu.

"KAK GALA!!!" pekik Cheryl yang tak percaya melihat Gala memegang karangan bunga incarannya.

Gala menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Padahal gue cuma engga sengaja lewat," ujar Gala cengengesan.

                                       ~oOo~
 

"Ahh leganya...." gumam Zella merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Setelah pesta usai bunda Kirana meminta dirinya dan Zean untuk beristirahat di kamar hotel yang terlebih dahulu sudah dipesan Kirana.

"Jangan tidur. Mandi dan hapus make up kamu," titah Zean.

"Kakak duluan mandi baru Zella," sahut Zella dengan mata terpejam.

Zean segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Zella bangun dari tidurnya dan beranjak membuka paper bag yang diberikan bunda Kirana untuknya dan Zean. Ia mengambil pakaian tidur Zean dan menyusunnya di atas ranjang.

"Celana udah. Kaos udah. Sempak juga udah. Sip deh, berarti udah lengkap," ucap Zella memastikan pakaian yang akan digunakan Zean sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal.

Tak berapa lama pintu kamar mandi terbuka bersamaan Zean yang keluar dengan handuk putih melilit pinggangnya. Zella menatap binar perut atletis Zean yang sudah dua kali memanjakan matanya.

"Wow ada 8 kotak," puji Zella dalam hati.

"Ngapain kamu ngeliatin perut saya. Mandi sana," suruh Zean ketus dan berjalan menuju ranjang untuk mengambil pakaiannya.

Zella mendengus kesal. "Ini Zella mau mandi."

Zella beranjak ke kamar mandi dengan membawa paper bag miliknya. Ia membersihkan make upnya terlebih dahulu lalu berlanjut membersihkan dirinya. Dengan memakai jubah mandi, Zella membuka isi paper bag. Sontak keningnya berkerut saat melihat isi paper bag yang ternyata berisi lingerie berwarna merah.

"Bunda ngasih baju apaan sih? Kenapa transparan gini?" gerutu Zella.

Zella memakai lingerie tersebut lalu bercermin. "Gue berasa kaya engga pake baju. Semuanya keliatan jelas gini," komentar Zella bergidik ngeri.

"Kalo gue keluar kaya gini? Reaksi Kak Zean gimana ya?"

"Apa dia bakal unboxing gue terus di coblos?"

Zella menggelengkan kepalanya. "Engga...engga. Gue belum siap. Terus gue harus gimana?" Zella mengigit kuku jempol tangan kanannya dan berjalan mondar-mandir.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya Zella memakai kembali jubah mandinya. Sebelum membuka pintu kamar mandi, Zella memejamkan matanya dan berdoa dalam hati. "Bismillah. Semoga acara coblos malam ini ditunda. Amin."

Ceklek

Zella menyembulkan kepalanya terlebih dahulu untuk memeriksa keberadaan Zean. Terlihat lelaki itu sedang santai duduk di ranjang dengan tubuh menyender ke kepala ranjang dan kedua matanya asyik menatap kearah ponsel yang dipegang lelaki itu. Dengan perlahan-lahan Zella keluar dari kamar mandi dan berjalan cepat menuju tempat tidur.

"Kenapa kamu pake jubah mandi?" tanya Zean menatap aneh Zella.

"Itu... bunda ngasih Zella baju tidur kurang bahan. Zella engga nyaman makanya Zella double pake jubah ini," jelas Zella dengan kepala tertunduk malu.

Zean terdiam sambil memikirkan perkataan Zella. "Baju tidur kurang bahan? Emang ada?" pikir Zean dalam hati.

"Baju tidurnya kaya gimana?" tanya Zean lagi.

"Warnanya merah. Udah gitu transparan. Kalo Zella pake jadi keliatan seksi. Terus bagian sini sama sini kebuka," ungkap Zella menunjukkan area dada dan pahanya.

Zean membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu di google dengan kata kunci "Baju tidur kurang bahan". Tak lama muncul berbagai macam gambar perempuan berpakaian seksi dan berhasil membuat kedua mata Zean melebar.


 "Itu kak. Kaya gitu baju tidur yang dikasih bunda. Cuma warnanya merah," seru Zella heboh menunjuk gambar perempuan memakai lingerie berwarna pink.

Zean meneguk ludahnya dan menatap ragu Zella. "Terus bajunya kamu pakai?"

Zella mengangguk. "Habisnya Zella engga punya baju lain. Jadi Zella pakai aja," jawab Zella polos.

Zean mengusap kasar wajahnya. Dengan cepat ia beranjak turun dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar.

"Ihh.. kok Zella ditinggalin sih," gerutunya dengan wajah cemberut.

Beberapa menit kemudian Zean kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa paper bag berwarna biru dan menyerahkannya kepada Zella. "Pakai ini."

Zella memeriksa isi paper bag yang ternyata berisi satu set baju tidur berwarna hitam. "Baju tidur. Kakak dapat darimana?"

"Engga usah banyak tanya. Ganti sekarang," titah Zean.

Zella menganggukkan kepalanya dan dengan cepat berjalan memasuki kamar mandi untuk berganti pakaian. Melihat Zella sudah berada didalam kamar mandi membuat Zean bernapas lega. Untung saja pihak hotel menjual baju tidur. Meskipun harganya cukup mahal, Zean sama sekali tak mempermasalahkannya. Asal dirinya dan Zella selamat malam ini.

Bagaimanapun Zean seorang pria normal. Membayangkan Zella berpakaian seksi seperti foto di google membuat adik kecil Zean sedikit aktif. Bisa saja Zean memaksa Zella melayaninya malam ini. Namun Zean tidak mau. Dirinya dan Zella masih sama-sama membiasakan diri dengan pernikahan ini. Apalagi Zella masih berstatus mahasiswi membuat tekad Zean untuk tidak menyentuh Zella semakin kuat. Dia tidak ingin merusak cita-cita yang selama ini Zella impikan.

Ceklek

Zella keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidur berwarna hitam polos. Dengan riang gadis itu berjalan menghampiri Zean. "Makasih kak. Zella suka baju tidurnya."

"Hmm. Sekarang kita tidur," balas Zean.

Zella segera membaringkan dirinya di samping Zean.

"Zella..." panggil Zean.

"Iya kak."

"Saya mau kamu kelonin saya," pinta Zean datar.

"Hah?"

"Kelonin saya sekalian kamu puk puk pantat saya."

"Tapi kak-"

"Inget perjanjian Zella. Kamu harus nurut sama saya. Kelonin saya dan puk puk pantat saya," potong Zean.

Zella diam. Kedua matanya melirik ragu-ragu ke arah Zean. "Ng... Zella harus banget ngelonin kakak?"

Dengan cepat Zean menganggukkan kepalanya. "Mungkin kamu terkejut mendengar ini dan merasa tidak nyaman. Tapi saya harap mulai sekarang kamu harus terbiasa menuruti semua keinginan saya sesuai dengan perjanjian kita waktu itu."

Aaa... Zella jadi teringat kembali dengan perjanjian pra nikahnya dengan Zean yaitu harus menuruti semua perintah dan permintaan suaminya tanpa membantah. "Gimana Zella ngelonin kakak?" tanya Zella dengan raut kebingungan.

"Kamu hadap ke saya."

Zella memiringkan badannya ke arah Zean. Tanpa aba-aba Zean mendekatkan tubuhnya ke arah Zella dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Zella.

"Sekarang kamu puk-puk pantat saya," perintah Zean lagi.

Sambil menahan geli di area lehernya, Zella memukul pelan pantat Zean. Sedangkan lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya dan menikmati aroma sabun yang menguar di tubuh Zella. Rasa nyaman yang dirasakan Zean membuat matanya sedikit demi sedikit terpejam. Namun rasa nyaman itu tak berlangsung lama ketika ia merasakan tangan Zella sudah mulai melenceng dari tugasnya.

"Jangan elus-elus pantat saya Zella," geram Zean kesal.

"Hehehe... Maaf kak. Engga sengaja," sahut Zella nyengir. Lalu ia kembali memukul pelan pantat Zean hingga Zella merasakan nafas Zean mulai teratur.

"Good night kak. Makasih pengertiannya dan tidak meminta hak kakak malam ini," bisik Zella dan tak lama gadis itu ikut terlelap.

                                           ~oOo~
 

PART 13. PINDAH RUMAH

Cheryl berjalan santai di lorong kamar hotel. Rencananya ia bersama keluarga Zean dan juga keluarga Zella akan sarapan di restoran hotel yang terletak di area lobby.

Setelah pesta pernikahan Zean dan Zella selesai, Cheryl berniat pulang namun Gayatri meminta Cheryl untuk ikut menginap. Tentu saja Cheryl menerima permintaan Gayatri dengan senang hati. Kapan lagi ia bisa menginap gratis di hotel bintang lima. Meskipun hanya semalam, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi Cheryl untuk menghiasi akun sosial media miliknya.

"Cheryl..." panggil Gayatri saat tak sengaja berpapasan dengan Cheryl di lorong hotel.

"Ehh Tante Gayatri. Selamat pagi tante," sapa Cheryl sopan.

"Pagi Cheryl. Oh iya kamu mau ke resto bawah kan?" tanya Gayatri.

"Iya tante. Kenapa tante? Ada yang bisa Cheryl bantu?" tawar Cheryl.

"Begini Cheryl tante buru-buru mau ke lobby ngambil pesanan barang punya om. Jadi tante minta tolong kamu samperin kamar Zella dan kasih tau dia untuk sarapan bersama di resto bawah ya," pinta Gayatri.

"Oke siap tante," balas Cheryl.

"Makasih ya Cheryl."

"Sama-sama tante."

Gayatri tersenyum ke arah Cheryl lalu berjalan cepat memasuki lift sedangkan Cheryl dengan santai berjalan menuju kamar Zean dan Zella. Namun mendadak keningnya berkerut saat melihat Gala berdiri didepan kamar sahabatnya dengan posisi telinga kirinya menempel di pintu.

"Kakak ngapain?" tanya Cheryl begitu berdiri di samping Gala.

Gala yang tidak menyadari kehadiran Cheryl sontak terperanjat kaget saat mendengar suara Cheryl. "Demi sempak suci Spongebob," pekik Gala kaget sambil mengelus dadanya.

Cheryl terkekeh mendengar ucapan Gala. "Lo ngapain kak di depan kamar Kak Zean sama Zella?"

"Astaga Cheryl lo benar-benar... Lo hampir buat jantung gue copot tau engga," ujar Gala sewot.

Cheryl menunjukkan cengirannya. "Maaf kak. Habisnya gue tuh heran lo ngapain di depan kamar Kak Zean sama Zella. Ohh apa jangan-jangan...," Cheryl menunjuk wajah Gala dengan mata memicing. "Lo nguping ya kak?" tuduh Cheryl.

"Bukan nguping. Tadi gue engga sengaja lewat depan kamar Zean terus gue denger suara aneh," jelas Gala ketus.

"Suara aneh?"

"Lo mau denger engga?" tawar Gala.

Dengan cepat Cheryl menganggukkan kepalanya. Gala menunjuk telinganya dan pintu kamar Zean untuk mengkode Cheryl agar menempelkan telinga gadis itu ke pintu kamar Zean dan Zella.

Cheryl menurut dan menempelkan telinganya sesuai perintah Gala dan... hening. Cheryl sama sekali tidak mendengarkan apapun. Namun saat ia hendak protes kepada Gala, Cheryl mendengar samar-samar suara teriakan Zean.

"Ahhh... Sakit Zella. Pelan-pelan."

Gala dan Cheryl sontak saling menatap dengan kedua mata melebar. "Women on top," pekik Gala dan Cheryl kompak. Tersadar pekikan keduanya terlalu kencang, dengan cepat Gala dan Cheryl menutup mulutnya menggunakan tangan  masing-masing.

"Stt... Jangan berisik. Ntar ketauan," bisik Gala sambil kembali menempelkan telinganya ke pintu kamar Zean dan Zella.

Cheryl mengangguk. "Lo dengarkan kak barusan itu suara Kak Zean," balas Cheryl dengan suara berbisik yang juga kembali menempelkan telinganya ke arah pintu kamar Zean dan Zella.

"Tapi lo ngerasa aneh engga sih Chel?" tanya Gala dengan raut bingung.

"Aneh kenapa?"

"Kenapa yang kesakitan Anno bukannya Zella ya?" pikir Gala bingung.

"Lo bener juga kak. Yang dicoblos kan Zella tapi kenapa Kak Zean yang teriak kesakitan. Tapi kalo mainnya terlalu lama, mungkin engga sih kak kalo adeknya kak Zean kesakitan?" terka Cheryl.

"Gue juga engga tau. Tapi setau gue kalo malam pertama yang sakit harusnya yang cewek bukan yang cowok," jelas Gala lagi.

"Ahh sakit.... Pelan-pelan Zella!"

"Diem deh kak! Bentar lagi selesai ini."

Cheryl dan Gala lagi-lagi saling menatap dengan raut terkejut. "Wahh... Gue masih engga nyangka Zella bisa seganas itu," gumam Cheryl syok.

"Gue juga engga nyangka Anno bakal kalah sama Zella," lirih Gala menatap kosong sepatunya.

Tanpa keduanya sadari dua orang yang sedari tadi menjadi bahan pembicaraan Gala dan Cheryl sudah berdiri di belakang keduanya dengan raut bingung.

"Kalian berdua ngapain?" tanya Zella menatap bingung Gala dan Cheryl yang berdiri membelakangi pintu kamarnya.

Mendengar suara Zella membuat Gala dan Cheryl dengan cepat membalikkan badannya dengan wajah cengengesan.

"Selamat pagi pengantin baru," sapa Gala dan Cheryl kompak.

"Pagi," balas Zella sedangkan Zean hanya memberikan tatapan malas ke arah Gala dan Cheryl.

"Gue mau ngasih tau kalo Kak Zean sama Zella ditungguin diresto bawah buat sarapan bareng," jelas Cheryl sembari menggaruk tengkuknya.

"Ini gue sama Kak Zean mau ke bawah kok," sahut Zella.

Gala berjalan mendekati Zean lalu menatap selidik wajah Zean. "Lo engga apa-apa No?"

Zean hanya menganggukkan kepalanya.

"Syukurlah," balas Gala lega.

Zella menatap heran Gala. "Kenapa kak Gala nanya gitu? Kak Zean engga apa-apa kok. Cuma tadi kepalanya kejedot lantai sampe benjol."

"Hah??" pekik Gala dan Cheryl kompak.

"Kok bisa Kak Zean jatuh Zel? Lo mainnya terlalu kasar sih," dumel Cheryl.

Zella mengedipkan kedua matanya cepat dan menatap bingung Cheryl. "Main kasar? Gue engga ada main apa-apa kok. Iya kan kak?" ujar Zella menatap ke arah Zean.

"Iya dan buang isi otak kotor kalian," sahut Zean dingin lalu menarik tangan Zella menuju lift. Meninggalkan Gala dan Cheryl yang saling bertatapan.

"Masih aja ngelak. Padahal jelas loh aku denger suara desah kak Zean," gerutu Cheryl.

"Dan gue juga denger Zean nyuruh Zella pelan-pelan. Helehh... Bilang aja mereka berdua malu," sungut Gala kesal.

                                         ~oOo~
 "Akhirnya pengantin barunya turun juga," goda Kirana saat melihat Zean dan Zella berjalan menuju ke arahnya.

"Maaf ya bunda. Kita berdua baru datang," ujar Zella menatap tak enak ke arah Kirana.

"Engga apa-apa sayang. Kita maklum kok kalo pengantin baru emang sukanya bangun telat," balas Kirana terkekeh kecil.

"Iya Zel. Kami semua paham kok nak. Justru kami minta maaf ya nyuruh kalian ikut sarapan pagi padahal mama yakin pasti kalian masih capek," timpal Gayatri.

"Engga apa-apa ma. Justru ini salah Zella kalo aja tadi Zella engga bikin kak Zean jatuh dari tempat tidur, pasti kami berdua engga akan telat," sesal Zella.

"Kamu jatuh dari tempat tidur nak Zean?" tanya Handoko khawatir.

"Iya pa. Engga apa-apa," jawab Zean datar sambil diam-diam asyik memainkan jari-jarinya Zella yang berada di genggaman nya.

"Kok bisa sih Zel? Kamu ini baru jadi pengantin baru aja udah KDRT," omel Gayatri.

"Maaf ma. Zella kaget pagi-pagi pas bangun liat wajah Kak Zean disamping Zella. Jadi engga sengaja dorong Kak Zean sampai bikin Kak Zean jatuh dari tempat tidur dan kepalanya kejedot lantai," jelas Zella sembari meringis kecil saat mengingat suara tubrukan kepala Zean dengan lantai yang terdengar cukup keras.

"Wajar kok Zella. Pasti kamu kaget banget ya waktu bangun tidur tau-tau ada cowok tidur disamping kamu apalagi selama ini kamu tidur sendirian," bela Kirana dengan mata menatap sayang Zella. Zella mengangguk sembari tersenyum malu.

"Oh iya Cheryl sama Gala mana?" tanya Handoko baru menyadari sahabat putri dan menantunya itu belum datang untuk sarapan bersama.

"Iya Zel. Tadi kamu ketemu Cheryl engga? Soalnya mama tadi minta tolong sama Cheryl buat manggilin kamu sama nak Zean," tutur Gayatri.

"Iya tadi ketemu kok. Nah itu mereka," pekik Zella saat melihat Gala dan Cheryl berjalan menuju ke arah meja yang ia tempati.

"Sorry tante, om dan bunda tadi Cheryl balik ke kamar buat ambil barang Cheryl," ucap Cheryl menatap tak enak Gayatri, Kirana dan Handoko. Lalu mendudukkan dirinya di kursi samping Zella.

"Maaf juga bunda, tante, sama om. Tadi Gala angkat telpon dulu," jelas Gala yang juga mendudukkan dirinya di kursi samping Cheryl.

"Nah kalo sudah kumpul semuanya. Mari kita sarapan," ajak Handoko.

Mereka semua mulai menyantap sarapan yang disiapkan pihak hotel. Sembari memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya, Cheryl diam-diam terus mengamati area leher Zella.

"Kayanya beneran deh Zella belum di coblos. Lehernya aja masih mulus gitu. Kaga ada ruam-ruam merahnya," batin Cheryl.

"Lo beneran belum di coblos?" Bisik Cheryl ke Zella.

Zella sontak tersedak mendengar pertanyaan yang dibisikkan Cheryl. "Uhukkk...uhukk..."

Dengan sigap Zean menepuk pelan punggung Zella sembari menyodorkan gelas berisi air putih ke bibir Zella. "Minum," titah Zean.

Zella langsung meminum air tersebut dibantu Zean. Merasa tenggorokannya sudah enakan Zella menatap Zean sembari tersenyum manis. "Makasih."

Zean hanya mengangguk kemudian melanjutkan acara sarapannya.

"Zel... Sorry," bisik Cheryl dengan raut menyesal.

"Diem. Gue mau makan," bisik Zella ketus.

"Kalian jadi pindah ke rumah Nak Zean hari ini?" tanya Handoko setelah menyelesaikan sarapannya.

"Jadi pa," jawab Zean.

"Kenapa kakak engga kasih tau Zella?" protes Zella kesal.

"Zella. Engga boleh gitu sama suami," tegur Gayatri.

Zean menatap Zella yang sedang cemberut. Diambilnya tangan Zella kemudian ia genggam dengan jempol tangannya yang bergerak mengelus tangan Zella. "Maaf tadinya mau ngomong sama kamu. Cuma saya lupa."

"Tetep aja Zella kesel sama kakak. Udah gitu pindahannya mendadak lagi," dumel Zella.

"Maaf ya," bujuk Zean.

"Mending lo maafin aja Anno Zel. Gue yakin lo engga bakal nyesel kok ikut pindah sama Anno," rayu Gala.

"Gimana kakak tau kalo aku engga bakal nyesel ikut pindah ke rumah kak Zean?" tanya Zella sewot.

"Karena rumah Anno itu mirip kantong Doraemon. Semua yang lo mau pasti ada," jelas Gala santai sembari memasukkan potongan sandwich kedalam mulutnya.

"Serius kak?" tanya Zella dengan mata berbinar menatap Zean.

Zean tersenyum tipis dengan kepala mengangguk.

"Kalo gitu Zella mau pindah hari ini juga," pekik Zella senang.

                                         ~oOo~
 

"Kak beneran rumah kakak mirip kantong Doraemon?" tanya Zella  penasaran dan menatap binar Zean yang sedang fokus menyetir.

"Hmm."

"Berarti semua yang Zella mau bakalan ada di rumah kakak?"

"Hmm."

"Kalo Zella minta dibikinin perpustakaan mini yang isinya koleksi novel Zella bisa?"

"Bisa."

"Kalo Zella minta dibikinin bioskop mini buat nonton drakor bisa?"

"Bisa."

"Kalo Zella minta kawin lagi sama  Chang Wook oppa bisa?"

"Bis.... Kamu bilang apa?" tanya Zean menatap sekilas kearah Zella dengan raut datar.

"Nikah sama Chang Wook oppa," jawab Zella tersenyum manis.

"Kamu udah jadi istri saya dan saya tidak suka berbagi," sahut Zean ketus.

"Padahal cita-cita Zella selain jadi penulis naskah maunya nikah sama Chang Wook oppa. Terus hidup kayak Jae Ha sama Anna," balas Zella dengan wajah cemberut.

"Kenapa kamu mau nikah sama awuk-awuk itu?" tanya Zean penasaran.

"Chang Wook kak bukan awuk," sungut Zella kesal.

"Punya nama kok susah nyebutnya," gerutu Zean dengan wajah datarnya.

"Lidah kakak aja yang engga go internasional. Lidah Zella bisa tuh nyebut Chang Wook oppa," ledek Zella.

Zean menghentikan laju mobilnya dan menatap datar Zella. "Terserah. Turun," titah Zean.

"Kakak tega nurunin Zella ditengah jalan?" ucap Zella menatap tak percaya Zean.

Zean menatap jengah Zella. "Udah sampai Zella. Turun."

Zella menatap sekitarnya sekilas lalu kembali menoleh ke Zean. "Ohh udah sampe. Kirain Zella bakal diturunin di tengah jalan karena kakak kesel sama Zella," sahut Zella nyengir.

Zean hanya menggelengkan kepalanya menatap kelakuan Zella kemudian keluar dari mobilnya tanpa menunggu Zella turun. Zella yang melihat Zean keluar duluan dari mobil dengan cepat ikut keluar dari mobil juga. Ia takut Zean akan meninggalkan dirinya jika ia terlalu lama di dalam mobil. Namun saat matanya tak sengaja menatap bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya, seketika langkah Zella terhenti dengan tubuh mematung.

"Wahh... rumah Kim Tan," gumam  Zella menatap takjub rumah dihadapannya.

"Ayo masuk," ajak Zean.

"Ini rumah kak Zean?" tanya Zella terkejut.

Zean hanya menganggukkan kepalanya lalu menarik tangan Zella dan menggenggamnya. Tiba-tiba pintu rumah terbuka dan keluarlah beberapa perempuan berpakaian maid berwarna hitam dan berdiri berjajar.

"Selamat datang Tuan Zean dan Nyonya Zella," sapa seluruh maid kompak dengan tubuh membungkuk 90Β°.

Zean menganggukkan kepalanya dan menarik Zella yang masih plonga-plongo menatap ke arah para maid. Zella hanya pasrah saat Zean menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam rumah atau lebih tepatnya mansion.

"Gilaaaa... Berasa lagi syuting drama Korea guee. Kak Zean Kim Tan dan gue Cha Eun Sang. Aaaa beruntung banget sih lo Zella. Punya suami udah ganteng, sultan lagi," pekik Zella dalam hati.

"Kamu engga apa-apa?" tanya Zean menatap khawatir Zella yang tersenyum mesem-mesem dengan mata menatap ke arah atap.

"Ah...oh... Zella engga apa-apa kok kak," jawab Zella gelagapan.

"Saya mau ke ruang kerja. Kamu bisa minta tolong maid kalo mau home tour," ucap Zean.

"Okee," balas Zella riang.

Zean memeluk singkat Zella lalu berjalan memasuki lift menuju lantai dua dimana ruang kerjanya berada. Meninggalkan Zella yang kembali memperhatikan sekeliling mansion Zean dengan raut kebingungan.

"Ini gue harus kemana?" gumamnya bingung.

Seorang maid yang melihat Zella kebingungan segera menghampiri majikannya itu. "Nyonya Zella ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mau home tour cuma bingung mau kemana," jawab Zella cengengesan.

"Saya temani mau?" tawar Maid tersebut.

Dengan cepat Zella menganggukkan kepalanya. "Boleh. Oh iya nama mbak siapa?"

"Saya Mia," jawab maid tersebut sopan.

"Baiklah Mbak Mia. Anterin aku keliling mansion ini ya?" pinta Zella tersenyum manis.

"Baik nyonya. Silahkan ke arah sini," ujar Mia menunjuk ke arah sebuah lorong di sebelah kiri Zella.

"Mbak mansion ini berapa tingkat?" tanya Zella sembari memperhatikan lorong yang sedang mereka lewati.

"Ada dua tingkat nyonya. Sebelah sini nyonya," ajak Mia lalu membukakan sebuah pintu. "Ini dapur mansion nyonya dan mereka adalah koki yang bekerja menyiapkan makanan Tuan Zean."

"Selamat datang nyonya. Saya Rahman kepala koki di sini. Selamat atas pernikahan nyonya dan Tuan Zean. Semoga cepat diberi momongan dan langgeng sampai maut memisahkan," ucap Pak Rahman sopan.

"Salam kenal Pak Rahman dan terima kasih untuk ucapan dan doanya," sahut Zella tersenyum lebar. Ia lalu menatap interior dapur dengan tatapan takjub.

"Wow..." puji Zella. Jika biasanya dapur rumah Zella hanya berbentuk kitchen set minimalis, maka beda dengan dapur di mansion Zean yang lebih mirip dapur restoran bintang lima. Bahkan Zella hampir tidak percaya bahwa saat ini dia sedang berada di rumah Zean. "Sultan mah beda."

Setelah berkenalan dengan seluruh maid dan koki yang bekerja di bagian dapur, Mia kembali mengajak Zella menuju ruangan lain di lantai bawah seperti ruang tamu, ruang makan,dan kamar tamu. Setelahnya Mia mengajak Zella menuju lantai dua menggunakan lift.

"Lantai dua lebih bersifat privat nyonya. Semua kebutuhan Tuan Zean ada di lantai dua," terang Mia.

"Jadi itu alasannya kenapa sepuluh kamar tamu ada di lantai bawah," terka Zella.

"Benar nyonya. Tuan Zean jarang berada di lantai satu selain saat jam makan ataupun menjamu tamu."

Lift berdenting. Mia lalu mengajak Zella menuju beberapa ruangan di lantai dua. Ada ruang gym, bioskop mini, perpustakaan mini, ruang kerja Zean dan kamar utama. Tapi diantara semua ruangan yang paling membuat Zella takjub adalah Healing Room.

Saat Mia membuka ruangan Healing Room, Zella sampai menahan nafasnya beberapa detik karena terlalu takjub dengan isi ruangan tersebut. Ruangan ini begitu luas. Begitu pintu terbuka lantai dipenuhi rumput sintetis dengan dinding dihiasi ukiran grafitti. Terdapat sofa panjang, meja kecil dan empat bean bag yang berada di tengah ruangan.

Di sudut kanan terdapat satu set komputer yang Zella rasa digunakan Zean untuk bermain game. Satu lcd tv berukuran besar menempel di dinding yang berhadapan dengan sofa. Dibawah tv tersebut terdapat lemari kecil berisi play station, Nintendo switch, dan game VR. Di samping kiri tv juga terdapat lemari berisi miniatur, jenga, dan lego yang sudah disusun dengan beraneka macam bentuk.

Yang lebih menakjubkannya lagi ada sebuah pintu kaca yang terhubung langsung dengan balkon. Saat Zella membukanya, tampak balkon telah disulap menjadi sebuah cafe mini beserta bar yang dilengkapi beberapa set kursi. Seluruh area balkon ditutupi dinding dan atap yang terbuat dari kaca sehingga dari sini bisa terlihat jelas keindahan langit dan juga pemandangan di sekitaran mansion Zean.

Zella juga menemukan satu set bed sofa di sudut balkon. Zella bahkan sudah membayangkan betapa nyamannya tidur di bed sofa tersebut sambil menikmati pemandangan langit malam yang dipenuhi bintang.
(Untuk interior Healing Room engga bisa aku spill ya. Soalnya engga nemu di pinterest yang interiornya sesuai yang aku deskripsikan diatas)

"Tuan Zean sering menghabiskan waktunya di dalam ruangan ini nyonya. Seperti namanya yang berarti penyembuh. Disinilah tempat bagi Tuan Zean menenangkan pikirannya saat tuan merasa penat dan lelah saat bekerja," papar Mia.

"Tempat ini memang pantas disebut healing room Mia. Bahkan jika aku di kunci di ruangan ini saja aku sangat betah," ungkap Zella yang membuat Mia terkekeh kecil.

"Kalo begitu saya akan mengantarkan nyonya ke kamar utama," tutur Mia sopan.

Mia mengantarkan Zella menuju sebuah ruangan di sudut lantai dua. "Ini kamar Tuan Zean. Silahkan nyonya beristirahat. Kalo begitu saya pamit dulu nyonya."

Zella mengucapkan terima kasih kemudian berjalan memasuki kamar Zean dan lagi-lagi Zella menutup mulutnya agar tidak berteriak. Dengan semangat ia mengitari kamar Zean. Zella membuka sebuah pintu di ujung kamar yang ternyata kamar mandi yang sangat mewah dan luas. Dikamar Zean juga terdapat dua ruang walk in closed. Satu milik Zean dan tentu saja satu lagi milik Zella.

"Ini walk in closed punya kamu," beritahu Zean saat melihat Zella berdiri mematung di dalam ruangan walk in closed yang masih kosong.

"Kenapa kosong?" tanya Zella bingung.

"Barang kamu masih di koper," jawab Zean sambil berjalan menuju ranjangnya.

"Ihh... kakak mah engga romantis," rajuk Zella yang berjalan mengikuti langkah Zean.

"Apa hubungannya?"

"Harusnya kayak di novel dong. Pas ceweknya dateng walk in closed nya penuh pakaian untuk si cewek," ucap Zella sewot.

"Itu kan novel. Realitanya beda," sahut Zean santai sambil merebahkan dirinya dengan posisi terlentang di atas ranjang.

Zella menghentak-hentakan kakinya lalu melompat ke arah ranjang dan dengan seenak jidat Zella menjatuhkan tubuhnya tepat diatas badan Zean.

"Turun Zella," titah Zean yang merasa tidak leluasa bergerak karena beban tubuh Zella.

"Engga mau. Ini hukuman buat Kak Zean," sungut Zella kesal.

"Kamu harus nurut sama saya. Ingat!"

"Bodo amat," ujar Zella ketus lalu menggigit dada Zean gemas.

"Sshh... sakit Zella. Saya gigit gantian baru kamu tau rasa," ancam Zean kesal.

"Yauda nih gigit Zella. Nih..nih..." tantang Zella. Tanpa Zella sadar ucapannya barusan membuat otak licik Zean bekerja.

"Oke saya bakal gigit kamu."

"Yaudah gigit aja."

"Karena kamu gigit dada saya. Biar adil saya gigit juga dada kamu ya," usul Zean tersenyum miring.

"Ok... IHH KAK ZEAN MESUM!!!" teriak Zella sambil memukuli wajah Zean dengan bantal.

"Aduhhh...kamu dari tadi kdrt saya terus loh," protes Zean sembari menangkis pukulan Zella di wajahnya.

"BODO AMAT!!"

                                        ~oOo~
 

PART 14. TUGAS ISTRI VERSI ZEAN


 Zella mengerjapkan kedua matanya saat merasakan geli di sekitar lehernya. Begitu ia membuka mata, Zella dikejutkan dengan Zean yang tertidur disampingnya dengan wajah menelusup masuk kedalam lehernya dan tangan kanannya memeluk erat pinggang Zella. 

Zella menghela nafasnya kesal. Ia terus merutuki dirinya yang masih saja merasa terkejut setiap kali terbangun mendapati Zean menempel ditubuhnya seperti kue cakwe.

"Astaga... Masih aja gue kaget liat Kak Zean nempel kaya gini," gerutu Zella sembari memandangi wajah Zean yang terlihat sangat menggemaskan saat tidur.

Ia lalu melirik ke arah jam yang menempel di dinding kamar Zean. "Sudah jam 8 malam ternyata," gumamnya.

Perlahan-lahan Zella memindahkan tangan Zean dari pinggangnya. Kemudian berlanjut menjauhkan wajah Zean dari lehernya. Dengan hati-hati ia beranjak turun dari ranjang. Baru saja kaki kanan Zella menyentuh lantai, ia kembali terkejut ketika merasakan sebuah tangan menahan lengannya.

"Mau kemana?" tanya Zean dengan suara serak dan kedua mata menyipit khas orang baru bangun dari tidur.

Zella segera membalikkan badannya dan tersenyum ke arah Zean. "Kakak udah bangun? Tadinya Zella mau bangunin kakak. Tapi liat kakak tidur nyenyak, Zella jadi engga tega banguninnya."

"Jangan pernah ulangin lagi," tegur Zean lalu mendudukkan dirinya di atas ranjang.

"Ulangi apa?"

"Ninggalin saya seperti tadi dan itu tugas pertama kamu."

Zella tertegun mendengar ucapan Zean. Bolehkah kali ini Zella berharap jika keberadaannya begitu penting bagi Zean? Sampai-sampai suaminya itu tidak mengizinkan Zella turun dari ranjang sebelum lelaki itu terbangun dari tidurnya.

"Memangnya kenapa?" tanya Zella yang begitu merasa penasaran dengan alasan Zean.

"Saya tidur memeluk kamu dan jika kamu pergi, tidak ada yang saya peluk. Itu bisa membuat saya terbangun. Saya tidak menyukainya," jelas Zean dengan raut datar.

"Hohoho... jadi ceritanya Kak Zean mulai ketagihan nih sama pelukan gue? Unchh... Gemesin banget sih mas suami." Zella tersenyum gemas. Tangannya mendadak gatal ingin mencubit kedua pipi Zean namun dia urungkan karena melihat lelaki itu menatapnya seolah menunggu Zella membalas ucapannya.

"Baik akan Zella ingat. Hmm... Kakak nanti malam mau makan apa?" tanya Zella. Gayatri pernah bilang padanya jika seorang laki-laki yang sudah menikah akan sangat senang jika dimasakkan makanan khusus oleh istrinya. 

Berhubung malam ini Zella berencana untuk mulai belajar berperan menjadi seorang istri yang baik, patuh dan berbakti sama suami. Maka hal pertama yang akan Zella lakukan adalah memasakkan makanan khusus untuk sang suami dan Zella sudah menemukan makanan apa yang akan ia masak. Dijamin Zean pasti akan ketagihan sama masakan Zella.

"Kamu bisa masak?" tanya Zean yang sedikit tidak percaya jika gadis yang sekarang menjadi istrinya ini bisa memasak.

 Zella mengangguk cepat. "Bisa dong. Ada satu masakan yang Zella jago banget bikinnya. Bahkan mama aja ngakuin kalo Zella itu paling juara kalau masak makanan itu," ujarnya sombong.

β€œMasak apa?”

"Mie instan," jawab Zella cepat. "Kakak tau bahkan papa aja suka banget sama mie instan buatan Zella. Katanya Zella kreatif kalo masa mie instan. Hasilnya warna-warni terus jadi banyak," sambung Zella riang.

"Memangnya kamu masaknya gimana?" tanya Zean dengan kening berkerut.

"Kalo Zella masak mie instan tuh engga kaya di iklan. Yang cuma di rebus terus ditambahin telur ceplok sama sayur caesim selembar. Zella selalu nambahin sayur-sayuran, telur, cabe, tomat, tahu kering, bakso dan terakhir sosis. Meskipun mie instannya cuma sebungkus, hasilnya bisa satu baskom," terang Zella semangat sembari membentuk kedua tangannya menjadi lingkaran besar.

Zean hanya manggut-manggut. "Tapi disini kamu tidak boleh makan mie instan," tutur Zean yang berhasil membuat Zella meradang.

"Kenapa? Asal kakak tau,tanpa mie instan tuh hidup Zella bagai sayur tanpa mecin," protes Zella.

"Karena mie instan itu tidak sehat Zella. Mie instan mengandung MSG yang dapat menyebabkan rasa sakit di area dada, jantung berdebar, pusing, dan memperparah gejala penyakit berat lainnya dan juga tinggi natrium dan sodium yang terdapat di bumbu kaldu mie instan. Terakhir kandungan zat pengawet yang digunakan saat pembuatan mie. Kamu tau zat pengawet apa yang digunakan?" tanya Zean menatap datar Zella.

Zella hanya menggeleng lemah.

"Lilin dan nipagin. Lilin digunakan supaya mie yang kamu masa tidak saling menempel sedangkan nipagin merupakan pengawet untuk kecap yang ada di mie instan. Jika kamu sering makan mie instan bisa kamu bayangkan berapa banyak lilin yang berada di tubuh kamu? Belum lagi akibat dari nipagin yang jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih bisa mengakibatkan alergi pada mulut dan kulit."

"Tapi Zella makan mie instannya engga banyak kok," sanggah Zella.

"Satu minggu berapa?"

"Tiga bungkus," cicit Zella.

"Kapan terakhir kamu makan?"

"Dua hari sebelum kita nikah," jawab Zella dengan kepala tertunduk.

"Apa kamu percaya jika saya bilang mie yang kamu makan lima hari yang lalu belum sepenuhnya di cerna oleh usus kamu?"

"Percaya. Soalnya Zella pernah baca artikelnya."

"Terus kenapa tetap kamu makan?" cecar Zean menatap garang Zella.

"Habisnya enak sih," balas Zella nyengir.

Zean hanya bisa menghela napasnya kasar. "Sekarang bilang pada koki siapkan makan malam," titah Zean ketus lalu beranjak pergi menuju kamar mandi.

Zella mendengus kesal namun tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Zean. Dalam hati ia merasa sedikit kecewa karena gagal memasakkan makanan khusus untuk Zean malam ini. Yah... meskipun masakannya hanyalah semangkok mie instan tapi tetap saja mie instan buatan Zella itu spesial. Tidak ada yang bisa menyaingi rasa mie instan buatannya dan Zella merasa sangat bangga dengan keterampilannya yang sangat ahli dalam memasak mie instan.

Dengan berlari kecil Zella melewati lorong dilantai dua dan menuruni anak tangga menuju dapur. Sesampainya di dapur, Zella menghampiri sang koki dengan nafas ngos-ngosan karena jarak dari kamar Zean menuju dapur terbilang cukup jauh.

"Astaga nyonya anda baik-baik saja?" tanya Pak Rahman khawatir.

Zella tak menjawab pertanyaan Pak Rahman. Ia tengah fokus mengatur nafasnya. Pak Rahman dengan cepat mengambil segelas air dan menyerahkannya kepada Zella.

"Diminum dulu nyonya," ujar Pak Rahman.

Dengan cepat Zella meraih gelas tersebut dan meminumnya. "Terima kasih pak," ucap Zella sembari menyerahkan gelas kosong kepada Pak Rahman.

"Ada apa nyonya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Rahman sopan.

"Ah itu pak. Aku disuruh Kak Zean bilang ke bapak untuk segera menyiapkan makan malam," beritahu Zella dengan tersenyum manis.

"Ya ampun nyonya. Seharusnya anda tidak perlu jauh-jauh kemari hanya untuk mengatakan agar saya menyiapkan makan malam," sesal Pak Rahman.

"Kalo aku engga kemari, gimana caranya ngasih tau bapak kalo Kak Zean minta disiapkan makan malam?" tanya Zella bingung.

"Maaf sebelumnya nyonya, izinkan saya menjelaskan kepada anda. Di setiap ruangan di mansion ini disediakan sebuah telepon khusus yang tersambung ke seluruh ruangan. Biasanya telepon khusus itu tertempel di dinding. Kecuali kamar tuan Zean, telepon tersebut diletakkan di atas nakas samping ranjang tuan Zean. Jika anda membutuhkan sesuatu anda tinggal menelpon saya dengan nomer yang bisa anda lihat di kertas yang tertempel tepat di samping telepon. Jadi anda tidak perlu menghampiri saya nyonya," jelas Pak Rahman sopan.

"Ah begitu. Maaf ya pak soalnya kalo di rumah, biasanya aku datengin mama lagi masak atau teriak dari kamar kalo minta mama bikinin sesuatu buat aku," sahut Zella nyengir sambil menggaruk pipinya yang mendadak gatal.

"Tidak apa-apa nyonya. Justru saya yang minta maaf. Saya terbiasa menunggu panggilan dari tuan Zean. Saya tidak menyadari sekarang tuan Zean sudah memiliki seorang istri dan sudah seharusnya saya berinisiatif untuk menelpon duluan. Kalo begitu saya permisi nyonya. Saya akan siapkan makan malam segera dan memberitahukannya," pamit Pak Rahman.

"Iya pak. Selamat memasak pak," ujar Zella menyemangati Pak Rahman kemudian kembali berlari kecil menuju kamar Zean.

"Anda sangat ceria nyonya. Sangat cocok dengan tuan Zean yang pendiam," puji Pak Rahman sembari menatap Zella yang terlihat berlari kecil keluar dari dapur.

                                        ~oOo~
 

"Darimana?" tanya Zean saat melihat Zella yang masuk kedalam kamar dengan nafas ngos-ngosan.

"Dari-huh-dapur-huh...," jawab Zella dengan nafas tersengal-sengal.

"Kamu kenapa?" tanya Zean panik melihat wajah Zella sedikit berubah pucat. Ia berjalan menghampiri Zella yang berdiri di samping nakas.

Zella mengambil cepat botol air di atas nakas dan meminumnya rakus. "Ini karena kakak! Punya rumah kok gede banget. Liat... baru bolak-balik dapur aja Zella berasa habis lari ngelilingi lapangan bola 6 putaran," omel Zella sembari mengatur nafasnya yang masih sedikit ngos-ngosan.

"Mana saya tau kamu begitu bodoh menghampiri langsung koki di dapur," sahut Zean enteng.

"Ya mana Zella tau bilang ke kokinya bisa lewat telpon," balas Zella sewot.

Zean menarik tangan Zella dan membawanya gadis itu untuk duduk di sofa. "Masih ngos-ngosan engga nafasnya?"

"Udah engga kok."

Zean hanya manggut-manggut. Ia lalu mengambil tabletnya yang berada diatas meja lalu membuka email untuk mengecek dokumen-dokumen yang dikirimkan sekretarisnya.

"Kakak Zella mau nanya sesuatu boleh?" tanya Zella menatap takut-takut ke Zean.

"Nanya apa?" sahut Zean.

"Kenapa nama bunda di undangan Hanaya? Bukannya nama bunda Kirana ya bukan Hanaya?"

Awalnya Zella mengira pihak percetakan salah mengetik nama bunda Kirana. Itu sebabnya Zella datang ke percetakan dan mengkomplein jika pihak percetakan sudah salah mengetik nama calon ibu mertuanya. Namun saat pihak percetakan mengecek data yang dikirim bunda Kirana, ternyata memang benar jika nama calon ibu mertuanya itu Hanaya Rehmawati bukan Kirana Rehmawati.

"Ada banyak hal yang tidak bisa saya ceritakan ke kamu Zella," jawab Zean dengan mata masih fokus menatap tabletnya.

"Termasuk keberadaan ayah kakak?" tebak Zella. "Dari awal kita ketemu sampai nikah kemarin Zella engga pernah sekalipun ngeliat ayah kakak. Sampai-sampai Zella mengira jika pernikahan kita sebenarnya tidak direstui sama ayah kakak," sambung Zella lirih.

Tubuh Zean mematung beberapa saat. Ia lalu menghela nafas dan terdiam sejenak. Mencoba menimang apakah sudah waktunya Zella mengetahui sedikit tentang kedua orangtuanya.

"Tentang kedua orang tua saya. Sebenarnya mereka sudah meninggal," putus Zean memilih untuk menceritakan sedikit tentang kedua orangtuanya kepada Zella. Bagaimanapun Zella istrinya dan menantu kedua orangtuanya. Sudah sepatutnya Zella mengetahui keberadaan ayah dan bundanya agar kedepannya Zean tidak perlu lagi mencari alasan jika Zella bertanya dan ingin bertemu dengan kedua orangtuanya.

Zella menatap tak percaya Zean. "Meninggal? Tunggu dulu. Maksud kakak kedua orang tua kakak yang meninggal itu ayah sama bunda? Tapi bukannya bunda Kirana masih hidup ya?"

"Kedua orang tua saya meninggal ketika saya berumur tujuh tahun," jelas Zean tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Zella.

"Bentar-bentar. Zella mendadak ngebug." Zella mencoba mencerna satu persatu penjelasan Zean. Tapi otak pintarnya mendadak lola dan membuat semua penjelasan Zean sulit ia mengerti.

Zella yang masih berusaha memahami penjelasan Zean akhirnya menanyakan penyebab meninggalnya kedua orang tua suaminya. "Kalau gitu kenapa ayah sama bunda kakak meninggal?"

Zean meletakkan tabletnya diatas meja lalu menatap serius Zella. "Kecelakaan. Itu yang polisi katakan."

Zella menatap sedih mata Zean yang terlihat banyak menyimpan luka disana. "Polisi itu berbohong?" Tanya Zella hati-hati.

Zean menatap dalam Zella. "Kamu tidak perlu mencoba memahami semuanya dan mencari tau tentang masa lalu saya Zella. Cukup kamu mengetahui tentang kondisi kedua orang tua saya. Biarkan hati saya yakin dan percaya pada kamu. Akan ada waktunya kamu mengetahui semua tentang diri saya dan masa lalu saya dari mulut saya sendiri."

"Kakak engga percaya sama Zella?" tanya Zella tak percaya.

Zean terdiam dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah sejenak. Kemudian kembali memfokuskan pandangannya ke arah Zella. "Saya sangat sulit percaya dengan orang lain Zella. Bahkan diawal bertemu kamu, saya sama sekali tidak percaya kamu. Tapi pada hari itu, saat kamu menjelaskan kepada saya alasan kamu menerima perjodohan ini entah kenapa saya merasa yakin menerima kamu sebagai istri saya. Untuk itu saya berharap kamu bisa menjaga keyakinan saya hingga perasaan ragu dihati saya untuk kamu bisa menghilang sepenuhnya," jelas Zean yang berhasil membuat Zella merasa lega sekaligus senang.

Setidaknya masih ada harapan bagi Zella untuk mempertahankan pernikahannya dan tentu saja membuat suami sultannya ini menjadi bucin padanya. Dimana lagi ia bisa mencari suami paket komplit seperti Zean. Tampan? Jangan diragukan lagi. Wajah Zean bisa dibilang 11:12 sama Bright Vachirawit. Kaya? Bahkan Zean sudah mendapatkan julukan dari Zella yaitu "Duplikat Kim Tan".

"Zella janji sama kakak. Zella akan berusaha menjaga keyakinan kakak. Zella akan sabar menunggu sampai tiba waktunya kakak percaya sama Zella dan menceritakan semua tentang kakak ke Zella." Zella tersenyum dan mengambil tangan kanan Zean lalu menggenggamnyanya. "Tapi bisakah kakak janji satu hal ke Zella?" pinta Zella.

"Apa?"

"Mulai sekarang jangan menyimpan semuanya sendiri. Jika kakak merasa senang, sedih, terluka, kecewa, atau apapun yang menganggu pikiran kakak. Kakak bisa berbagi ke Zella. Anggap aja Zella sekarang buku diary Kak Zean. Zella akan mendengarkan semuanya, apapun itu. Mau tentang pekerjaan, masa lalu, keluarga. Apapun itu Zella janji akan menjadi pendengar yang baik untuk kakak. Bisakah kakak berjanji untuk itu?"

Zean hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Zella tersenyum senang. Ia lalu mengaitkan jari manisnya dengan jari manis Zean.

"Kakak udah janji. Jadi harus ditepati," peringat Zella. Zean hanya membalas dengan mengusap puncak kepala Zella. Hingga tiba-tiba dering telpon menghentikan kegiatan Zean.

"Biar Zella angkat ya," ucap Zella lalu beranjak mengangkat telepon yang berada diatas nakas samping ranjang.

"Halo..."

"Selamat malam nyonya Zella. Saya mau memberi tau makan malam sudah siap."

"Iya pak. Aku sama Kak Zean segera ke ruang makan ya."

"Baik nyonya."

Zella meletakkan kembali gagang telepon tersebut dan berjalan menghampiri Zean yang masih duduk di sofa. "Kak makan malam udah siap."

"Ayo..." ajak Zean sembari menarik tangan Zella ke dalam genggaman tangan kirinya sedangkan tangan kanannya membawa tablet.

Mereka berdua keluar dari kamar dan berjalan menuju lift yang berada tepat disamping pintu kamar Zean.

"Disini ada lift?" pekik Zella kaget.

"Dan bodohnya kamu berlari turun tangga menuju dapur," ledek Zean.

"Kok Zella engga liat sih ada lift disini," ujar Zella bingung.

Zean hanya mengedikkan bahunya dan membuat Zella menatap sebal Zean.

Ting

Lift terbuka. Zella menatap kaget karena melihat pintu menuju ruang makan berada di hadapannya. "Lift ini langsung menuju ke ruang makan kak?"

"Iya. Lift di samping kamar saya terhubung langsung ke ruang makan. Sedangkan lift yang berada di samping ruang kerja saya langsung terhubung ke garasi mobil," terang Zean sembari berjalan menuju meja makan. Zean duduk di kursi makan utama tanpa melepaskan tautan tangan mereka.

"Kak... Zella mau duduk," pinta Zella berusaha melepaskan tautan tangan mereka.

Zean menarik tangan Zella sehingga tubuh Zella limbung dan terduduk dipangkuan Zean. "Tugas kedua kamu. Setiap makan duduk dipangkuan saya. Suapi saya karena saya akan sibuk mengecek email di tablet saya. Paham," ujar Zean seraya menatap dalam Zella.

Zella mengangguk kaku. Ia terus menundukkan kepalanya malu saat para pelayan meletakkan satu-persatu makanan di atas meja sembari melirik ke arah kedua majikan mereka. Tak jarang diam-diam para pelayan berusaha menahan senyuman mereka saat melihat keromantisan kedua majikannya.

"Suapi saya," titah Zean begitu para pelayan sudah pergi dan meninggalkan Zean dan Zella berdua di ruang makan.

Zella melihat ke arah meja makan. Ia mengerutkan keningnya saat menatap beberapa hidangan diatas meja. "Ini makanan apa kak?"

"Jangan banyak bertanya dan suapi saya. Jangan lupa kamu juga makan," tegur Zean yang masih fokus memperhatikan sesuatu di tabletnya.

Zella mendengus sebal. Ia mulai menyuapi Zean sedangkan lelaki itu asyik memandangi tabletnya. Zella juga menyuapkan kedalam mulutnya. Baru saja makanan itu masuk kedalam mulut Zella, sekuat tenaga Zella menutup mulutnya agar tidak memuntahkan makanan tersebut dihadapan Zean.

"Kenapa?" tanya Zean dengan kening berkerut melihat raut wajah Zella yang memerah.

Zella menelan paksa sayuran tersebut. "Ini makanan apa sih kak? Kok rasanya aneh gini sih," gerutu Zella.

"Yang di mangkuk namanya Vegie Spring Bowl. Yang dipiring persegi panjang putih itu Vegie Spring Roll Vietnam dan dipiring bulat putih ini eggplant steak," jelas Zean.

"Kenapa semuanya sayuran?"

"Saya terbiasa makan sayuran untuk makan malam."

Zella hampir menjatuhkan rahangnya mendengar penjelasan Zean. Ia lalu menoleh dan menatap horor semua makanan yang tersaji diatas meja. "Bisa mendadak cungkring gue kalau makan malam beginian tiap hari," batin Zella frustasi.

"Kalo Zella makan malamnya boleh ganti engga?" mohon Zella menatap Zean dengan puppy eyes nya. Dalam hati ia sangat berharap jika Zean mengiyakan permintaannya.

"Terserah kamu. Minta ke chef. Tapi harus makan nasi ya," jawab Zean yang kembali fokus dengan tabletnya.

"Siap kak! Zella suapin lagi ya," balas Zella semangat 45.

Zean mengangguk. Dengan telaten Zella menyuapi Zean hingga semua makanan di atas meja habis tak tersisa.

"Kamu pesan ke koki. Makan nasi. Saya tunggu sampai kamu selesai makan," ujar Zean tanpa mengalihkan tatapannya dari tablet yang ia pegang.

Dengan cepat Zella berdiri dari pangkuan Zean. Saat Zella hendak berlari, dengan cepat Zean menahan tangan Zella. "Pake telpon," ucap Zean mengingatkan. Zella membalas dengan menunjukkan senyuman lebarnya.

"Pak Zella mau dimasakin tongseng ayam pedas bisa engga?" tanya Zella begitu sambungan teleponnya sudah tersambung dengan koki di dapur.

"Bisa nyonya."

"Sama nasinya ya pak. Zella tunggu di ruang makan. Makasih pak."

"Sama-sama nyonya."

Zella kembali menghampiri Zean dengan wajah riang dan mendudukkan dirinya di pangkuan Zean.

"Sudah?" tanya Zean menatap sekilas Zella.

Zella mengangguk seraya tersenyum senang. "Zella makannya duduk sendiri apa dipangkuan kakak?"

"Tetap di pangkuan saya," jawab Zean menatap sejenak Zella dan kembali fokus memeriksa email di tabletnya.

"Oke."

Tak lama makanan pesanan Zella datang. Dengan raut senang Zella menikmati makan malam. Membiarkan Zean yang asyik membaca satu persatu email di tabletnya yang ia letakkan di atas meja dengan tangan kanan lelaki itu melingkar erat di pinggang Zella.

                                         ~oOo~

PART 15. PROSES PENDEKATAN

Matahari mulai menampakkan cahayanya. Memberikan tanda jika pagi telah datang menyapa. Sinar matahari yang menelusup masuk melalui celah-celah jendela, berhasil membuat beberapa anak manusia terganggu dan terbangun dari tidurnya. Guna memulai aktivitas yang biasa mereka lakukan sehari-hari.

Namun berbeda dengan salah satu anak manusia yang sudah tiga hari berubah status menjadi seorang suami. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya membuat sang istri yang sudah terbangun terlebih dahulu hanya bisa pasrah. Menerima nasib jika dirinya tengah dijadikan guling hidup oleh suaminya sendiri.

Zella menoleh ke arah Zean dengan tatapan malas. Sudah lima belas menit Zella terbangun dari tidurnya dan tidak ada tanda-tanda jika lelaki disampingnya ini akan terbangun. Ditambah lagi lelaki disebelahnya ini dengan tidak tau diri tertidur lelap dengan setengah tubuh lelaki itu menimpa Zella. Jika saja Zella tidak mengingat peraturan yang dibuat oleh Zean, sudah sedari tadi Zella menendang pantat Zean dan mendorong tubuh suaminya agar terjatuh dari ranjang.

"Sesek aduhhh... Kak Zean engga sadar apa ya kalo badannya tuh berat banget. Udah kaya Hulk lagi nimpa Minions rasanya," keluh Zella.

Zella mulai menggeliatkan badannya dengan harapan agar Zean merasa terusik lalu terbangun. "Ini orang meluknya kenceng banget sih. Udah kaya ular keket gue pagi-pagi udah uget-uget."

"Buset dah! Kak Zean meninggoy kali ya. Gue udah mirip cacing kepanasan masih aja belum bangun," gerutunya lagi.

"Zella berhenti bergerak. Kamu ganggu tidur saya," omel Zean dengan suara seraknya dan kedua mata terpejam.

"Kak Zean bangun!!! Zella sesek ini!!!" Zella semakin menggeliatkan tubuhnya seperti orang kesurupan.

Zean yang memang masih mengantuk bukannya melepaskan pelukannya justru ia malah semakin memeluk erat tubuh Zella dan membuat Zella semakin kesal.

"KAK ZEAN BANGUN!!!! BADAN ZELLA PENYET INI UDAH KAYA IWAK PEYEK!!" teriak Zella.

Zean sontak terkejut mendengar teriakan Zella. Dengan cepat ia mendudukkan dirinya di atas ranjang sehingga membuat kepala Zean sedikit pusing. "Stt..." ringis Zean.

"Kakak sakit? Mana yang sakit kak? Pasti gara-gara teriakan Zella ya?" cecar Zella dengan raut khawatir.

"Ini semua gara-gara kamu! Harusnya saya ngumpulin nyawa dulu baru bangun. Lihat kepala saya jadi pusing sekarang!" omel Zean sembari memijat pangkal hidungnya.

"Maaf kak. Sini Zella pijit kepalanya." Zella berlutut di belakang tubuh Zean. Dengan pelan Zella menyenderkan kepala sang suami di dadanya lalu memijit pelipis Zean lembut. "Enak?"

"Hmm," jawab Zean sembari memejamkan matanya. Menikmati pijatan lembut Zella.

Zella terus memijat lembut kepala Zean. Semakin lama Zella merasa beban kepala Zean di dadanya semakin berat. Saat Zella melirik wajah Zean, ternyata kedua mata lelaki itu sudah terpejam dengan damai.

"Kak jangan tidur lagi!" pekik Zella dengan suara cemprengnya.

"Ya ampun suara kamu Zella. Saya engga tidur," elak Zean.

"Engga tidur tapi kok matanya merem mulutnya mangap," sindir Zella.

"Mana ada saya tidur mangap. Emangnya kamu yang tidurnya mangap. Bangun-bangun bantal sudah penuh gambar pulau," ejek Zean.

"Ihh mana ada. Zella kalo tidur elegan tau."

"Mulut mangap, mata melek, terus sudut bibir ileran. Itu namanya tidur elegan?" ujar Zean dengan nada mengejek.

"No pict hoax. Orang kata Cheryl aja Zella tidur gemesin. Kaya di drama korea gituh," sahut Zella sombong.

"Kamu dibohongin sama Cheryl. Sekarang jam berapa?" Tanya Zean.

"Jam setengah 8," jawab Zella ketus.

"Yaudah saya mau mandi. Siapin pakaian saya," titah Zean lalu beranjak turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

"Cihh... Kak Zean tuh yang bohong! Awas aja nanti gue kasih sempak bolong baru tau rasa," dumel Zella sembari berjalan menuju walk in closed Zean.

                                          ~oOo~
 

"Semenjak Zella nikah gue jadi sendirian. Nasib...nasib..." keluh Cheryl sembari berjalan lesu di koridor kampusnya.

"Dosen kampret. Kalo engga dateng kasih kode kek. Masih jam 9 pagi kuliah udah kelar. Mau pulang, mager. Mau jalan, sendirian. Serba salah nasib mu Chel."

"Gue ke cafe seberang aja lah. Nongsky bentar habis itu go home," pikir Cheryl senang.

Cheryl berjalan santai menuju cafe yang berada di seberang kampusnya. Begitu ia memasuki cafe, terlihat suasana cafe masih sepi.

"Saya pesan matcha latte ice satu sama kentang gorengnya satu," ujar Cheryl kepada karyawan kafe tersebut.

Setelah membayar pesanannya, Cheryl berjalan menuju kursi yang berada di dekat jendela cafe dan mendudukkan dirinya disana.

"Ini pesanannya," ucap waiters sambil meletakkan pesanan Cheryl dia atas meja.

"Makasih mbak."

"Sama-sama. Selamat menikmati."

Cheryl mengambil minumannya lalu menyedotnya kuat. "Minum es di pagi hari emang paling seger."

Cheryl menikmati minuman dan makanan yang ia pesan sembari melihat-lihat isi sosmednya. Tak jarang ia terkekeh kecil jika melihat video-video lucu yang muncul di beranda sosmed. "Gila nih cowok diam aja komuknya kocak banget. Hahahaha..."

Sedang asyik-asyiknya menonton video di tekok-tekok , tiba-tiba Cheryl dikagetkan dengan sebuah tangan yang memeluk leher Cheryl dari belakang. "Dia pacar baru aku," ujar lelaki tersebut enteng.

Belum sempat Cheryl memprotes ucapan lelaki itu, seorang perempuan sudah terlebih dahulu menyiramkan matcha latte ice milik Cheryl ke wajah lelaki yang berdiri di belakang Cheryl. Dengan sigap Cheryl berpindah posisi sehingga ia tidak terkena siraman perempuan berpakaian dress ketat berwarna maroon tersebut.

"Kita putus!" jerit perempuan itu lalu berlari keluar dari kafe.

"Drama macam apa ini?" dumel Cheryl menatap nelangsa minumannya yang tergenang di lantai.

Cheryl membalikkan badannya ke arah laki-laki yang dengan kurang ajar memeluknya dengan wajah penuh emosi. Namun seketika emosinya menghilang begitu saja setelah tau laki-laki kurang ajar itu ternyata Gala.

"Kak Gala!" pekik Cheryl kaget.

"Bantuin gue dong Chel. Lengket nih muka gue," keluh Gala sembari memegangi wajahnya yang terasa lengket.

"Ya lagian lo sih kak. Bentar, gue ambil tisu basah dulu." Cheryl membuka tasnya dan mengambil tisu basah miliknya. "Lo elap muka lo dulu pake tisu ini kak."

Dengan kasar Gala mengambil tisu tersebut dan mengusap wajahnya. "Gara-gara tuh cewek sialan! Pagi-pagi gue udah kena siram es!"

"Salah sendiri kak. Pake ngaku-ngaku gue pacar lo lagi. Kalo mau putus kan bisa dibicarakan baik-baik," cibir Cheryl.

"Lo pikir gue sejahat itu. Asal lo tau Chel, gue udah minta putus ke dia hampir 100 kali. Dari mulai cara baik-baik sampai sedikit kurang ajar. Tapi untungnya ide mendadak gue pas liat lo disini berhasil. Kalo kaga berhasil juga, bisa-bisa jadi pasien rumah sakit jiwa gue," tutur Gala.

"Lo untung gue yang buntung kak. Matcha latte yang baru gue sedot setengah malah berpindah ke wajah lo," sindir Cheryl.

"Hahahaha... Sorry Chel. Yaudah sebagai permintaan maaf gue, lo bisa pesan makanan atau minuman apapun. Tenang gue yang bayar," ujar Gala tertawa kecil. Ia lalu mengajak Cheryl untuk duduk di kursi lain yang masih kosong sebab kursi yang di duduki Cheryl tadinya sudah basah terkena siraman matcha latte miliknya.

"Nahh kalo gitu kan simbiosis mutualisme namanya. Btw kenapa lo minta putus sama tuh cewek kak?" tanya Cheryl mulai kepo. Cheryl pun mengikuti Gala yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi. Kini posisi keduanya duduk saling berhadapan.

"Bosen," jawab Gala santai.

"Emangnya lo berapa lama pacarannya?"

"Dua minggu."

"Anjirr.." umpat Cheryl syok.

"Ngapa muka lo jadi cengo gitu?"

"Lo gila ya kak. Mana ada pacaran baru dua minggu udah ngerasa bosan," protes Cheryl.

"Ada. Buktinya nih gue pacaran dua minggu udah bosan. Lagian gue juga dari awal sama tuh cewek niatnya main-main doang Chel. Dua minggu aja udah melebihi target gue. Tadinya gue mau putus pas tiga hari jadian," terang Gala.

"Segampang itu ya kak mainin perasaan cewek," sindir Cheryl menatap sinis Gala.

"Bukannya gitu Chel. Gue juga mainin cewek milih-milih kok. Cewek tadi misalnya, lo liat aja pakaiannya udah mirip jalang. Ya kali gue mau seriusin cewek kaya gitu," tutur Gala beralasan.

"Kelakuan bejat pengen dapet jodoh solehah. Benar-benar engga tau diri anda," sindir Cheryl lagi.

"Ya namanya manusia Chel. Pengennya yang baik-baik aja kalo buat diri sendiri mah," sahut Gala nyengir.

"Kalo kaya gini gue harus waspada nih," celetuk Cheryl.

"Waspada?"

"Waspada jangan sampe baper sama Kak Gala fuckboy cap buaya buntung," cetus Cheryl yang berhasil membuat Gala tertawa terbahak-bahak.

"Tenang Chel khusus lo ntar gue usahain serius. Kalau perlu langsung kepelaminan aja," goda Gala sembari menaik turunkan.

Tanpa Gala sadari ucapannya berhasil membuat tubuh Cheryl mendadak mematung. "Murahan banget sih lo Chel. Baru diginiin aja udah baper," gerutu Cheryl dalam hati sambil melirik Gala yang tengah tertawa lepas.


                                          ~oOo~
 

Zella berjalan menuju ruang kerja Zean. Selesai sarapan pagi, suaminya itu meminta Zella untuk datang ke ruang kerjanya.

Tok tok tok

"Masuk," perintah Zean dari dalam ruang kerjanya.

Ceklek

"Sini," titah Zean lalu menyuruh Zella duduk di kursi yang berada di seberang meja kerja Zean.

"Kenapa kak?" Tanya Zella gugup.

"Ada beberapa hal yang mau saya sampaikan ke kamu. Terlepas dari surat perjanjian itu, saya rasa lebih baik kita belajar saling mengenal Zella. Agar kedepannya kita berdua tidak terlalu canggung. Kamu juga sudah tau kan kalau saya tidak berniat untuk mengakhiri pernikahan ini sampai kapanpun," jelas Zean dengan wajah datarnya.

Zella mengangguk paham. "Terus Zella harus gimana sekarang kak?"

"Perkenalkan diri kamu," ujar Zean. Ia lalu menyenderkan tubuhnya ke kursi dengan kedua tangan saling melipat.

"Ehm.. perkenalkan nama Zella Grizella Deoline Pranata. Tapi sekarang berubah jadi Madava karena Zella sudah jadi istri Kak Zean." Zella tersenyum malu-malu kemudian melanjutkan sesi perkenalannya. "Putri satu-satunya dari keluarga Handoko Pranata dan Gayatri Wijaya. Zella sekarang sedang kuliah di Universitas Madava jurusan Broadcasting. Sekian dari Zella. Terima kasih," tutur Zella tersenyum lebar.

"Kenapa berasa lagi interview kerja ya?" ringis Zella dalam hati.

"Sekarang jawab pertanyaan saya. Apa makanan kesukaan kamu?" tanya Zean sembari mengetikkan sesuatu di laptopnya.

"Zella pemakan segalanya tapi Zella paling suka sama coklat."

"Apa kamu punya alergi?"

Zella menggelengkan kepalanya.

"Bunga atau boneka?"

"Boneka."

"Perhiasan kesukaan kamu?"

"Gelang."

"Cowok romantis apa humoris?"

"Kalo bisa dua-duanya," jawab Zella nyengir.

"Oke. Saya rasa cukup. Selebihnya akan saya tanyakan jika saya punya pertanyaan lagi tentang kamu. Sekarang giliran saya," ujar Zean setelah selesai mengetik semua jawaban Zella di laptop miliknya.

"Zella boleh nanya-nanya soal kakak?" 
Zean menganggukkan kepalanya.

"Kalo gitu, warna kesukaan kakak apa?"

"Hitam."

"Makanan kesukaan kakak?"

"Saya suka olahan ayam."

"Sama dong kaya Zella. Terus...terus... Cinta pertama kakak siapa?" tanya Zella menatap selidik Zean.

"Saya belum pernah jatuh cinta."

"Serius?" pekik Zella kaget.

"Hmm."

"Berarti kalo kakak jatuh cinta sama Zella. Berarti Zella cinta pertama kakak dong," celetuk Zella senang.

"Ya."

"Yes...yes...yes..." pekik Zella tanpa sadar.

Zean tersenyum tipis dan menatap gemas wajah riang Zella. "Ada lagi?"

"Engga. Nanti aja Zella tanya-tanya lagi kalo ada yang buat Zella penasaran soal kakak," jawab Zella tersenyum lebar.

Zean manggut-manggut. "Kamu taukan sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri?"

Dengan cepat Zella mengangguk.

"Ini pertama kalinya saya dekat dengan seorang perempuan Zella. Saya tidak terlalu paham dan sangat kaku jika berhubungan dengan seorang perempuan. Jadi saya ingin kamu yang mengaturnya. Bagaimana dan apa saja yang harus kita lakukan agar kita berdua semakin dekat," ungkap Zean.

Zella menggaruk pipinya yang tak gatal. Karena sejujurnya ini juga pertama kalinya bagi Zella dekat dengan seorang lelaki. "Kakak pengen kita ngelakuin kaya pasangan suami istri pada umumnya?"

Zean mengangguk. "Tapi bukan konteks yang itu ya. Saya paham kamu juga belum siap melakukan hal itu dengan saya."

Dalam hati Zella merasa senang dengan perkataan Zean. Terkadang ia selalu merasa tertekan setiap mengingat hak Zean. Karena bagaimanapun mereka sepasang suami istri yang pasti sudah halal jika melakukan itu. Namun dari lubuk hati Zella, ia benar-benar merasa belum siap dan untungnya Zean juga merasakan hal yang sama.

"Kalau gitu gimana kalau kita kencan kak?" usul Zella.

"Kencan?"

Zella mengangguk semangat. "Zella liat di drakor-drakor banyak pasangan yang mulai perkenalan dengan berkencan. Kita bisa ke mall bareng sambil pegangan tangan. Terus nonton film romantis sambil makan pop corn rasa karamel atau engga kita bisa ke taman hiburan kak. Nanti kita bareng-bareng naikin semua wahana disana. Selain seru hubungan kita juga bisa semakin dekat," jelas Zella dengan mata berbinar.

Zean terdiam sejenak untuk menimang apakah ia harus menyetujui ide Zella. "Saya setuju. Kamu catat di buku yang ada didepan kamu biar tidak lupa," putus Zean.

Zella segera mengambil buku tersebut. Lalu menuliskan kegiatan yang dia ingin lakukan bersama Zean.

Proses pendekatan Zean ❀️ Zella

1. Kencan
Opsi I : Zean dan Zella akan pergi ke mall untuk nonton film romantis. Membeli pop corn rasa caramel ukuran large untuk dimakan bersama.
Opsi II : Zean dan Zella pergi ke taman bermain. Menaiki semua wahana terutama wahana rumah hantu. Zean akan melindungi Zella dari para hantu. Jika Zella tidak sanggup berjalan maka dengan senang hati Zean akan menggendong Zella sampai keluar dari rumah hantu.

Zella tersenyum mesem-mesem melihat hasil tulisannya. "Ah... Cuma ngebayanginnya aja udah bikin jantung gue dag dig dug ser."

"Sudah?" tanya Zean.

"Kita juga bisa main truth or dare supaya kita bisa semakin saling mengenal. Gimana?" usul Zella lagi.

"Terserah kamu. Pokoknya kamu tulis di buku itu jika kamu tiba-tiba memiliki ide agar kita semakin dekat," sahut Zean.

2. Truth or dare
Zean dan Zella akan bermain game truth or dare. Jika memilih truth, wajib menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya dan jika memilih dare. Tantangan wajib berkaitan dengan tema permainan yaitu proses pendekatan Zean ❀️Zella.

Selesai menulis, Zella memberikan hasil tulisannya kepada Zean. "Kakak ingin pernikahan kita seperti apa?" tanya Zella yang tiba-tiba merasa penasaran dengan pernikahan impian Zean.

"Saya ingin pernikahan seperti ayah dan bunda. Saling berbagi, saling menguatkan dan saling berbagi kasih sayang. Melihat bunda yang sangat perhatian sama ayah. Melihat bagaimana bunda selalu berada disamping ayah saat ayah ada masalah. Melihat bagaimana bunda menjadi tempat ayah berbagi keluh kesah membuat saya iri dan ingin mendapatkan perempuan seperti bunda," ungkap Zean dengan mata yang menyiratkan perasaan rindu dan luka.

"Kita bisa seperti ayah dan bunda jika Kak Zean mau. Zella akan bantu kak Zean mewujudkan keinginan kakak," sahut Zella tersenyum.

Zean menunjukkan senyum tipisnya dan mengangguk setuju. "Saya akan mencobanya bersama kamu," balas Zean dan membuat senyuman Zella semakin lebar.

"Apa kakak sadar? Kakak banyak berubah sekarang," ucap Zella.

"Benarkah?"

Zella mengangguk cepat. "Kakak lebih banyak ngomong sama Zella. Meskipun wajah kakak datar tapi Zella masih bisa melihat ekspresi lain di wajah kakak dan Zella merasa sangat senang melihat perubahan kak Zean."

"Kamu benar. Saya berubah," lirih Zean begitu tersadar kini ia merasa jauh lebih hidup. Tidak seperti sebelumnya, dimana hanya kesepian dan kesakitan yang menemani hidupnya. "Kalau kamu? Apa pernikahan impian kamu Zella?"

Zella berpikir sejenak lalu tersenyum lebar. "Hidup bahagia dengan laki-laki yang Zella cinta dan menjadi bunda untuk anak-anaknya."

                                           ~oOo~
 

PART 16. FIRST DATING

"Biru...," ujar Zella memaksa.

"Hitam...," sahut Zean datar.

"Pink..."

"Hitam..."

"Merah..."

β€œHitam...”

"Engga usah pake baju."

"Oke..."

Zella menghentak-hentakan kakinya dan mendelik kesal ke Zean.

Setelah perkenalan singkat di ruang kerja Zean, keduanya sepakat untuk melakukan kencan pertama mereka siang ini. Rencananya Zean dan Zella akan pergi ke mall dengan memakai pakaian dengan warna yang sama agar terlihat seperti couple goals. Lalu menonton film romantis sembari memakan pop corn caramel.

Namun sayangnya, sudah hampir satu jam keduanya malah asyik berdebat hanya untuk memutuskan warna pakaian apa yang akan mereka pakai di kencan pertama ini.

Kak kita ini mau kencan bukan mau nyelawat. Masa mau kencan, mau romantis-romantisan pake baju warna hitam sih," protes Zella.

"Emangnya kenapa? Warna hitam bakal buat kita kaya couple swag," sahut Zean tak mau kalah.

"Couple swag apaan. Mirip couple duka baru bener," gerutu Zella.

"Saya putuskan kita pakai warna hitam," putus Zean final.

"Tapi..."

Zean langsung membekap mulut Zella. "Ingat surat kontrak pernikahan. Kamu harus nurut sama perkataan saya," tekan Zean.

"Ingit sirit kintrik pirnikihin. Kimi hiris nirit simi pirkitiin siyi. Prett...," beo Zella dengan wajah meledek.

"Kamu berani melawan saya?" tanya Zean dingin.

Dengan cepat Zella menetralkan raut wajahnya dan menggelengkan kepala. "Engga kok. Zella nurut. Nuruuuut banget sama Kak Zean. Yaudah yuk kita pakai baju warna hitam. Yeayy," jawab Zella tersenyum riang meskipun dalam hati ia sibuk mengumpati Zean. β€œDasar kulkas. Maksa aja terosss. Berasa nikah sama komunis kan gue.”

Zella memasuki walk in closed miliknya sembari menggerutu. Ia memeriksa lemari-lemari pakaiannya. Guna mencari outfit berwarna hitam mana yang akan ia gunakan di acara kencan pertama dirinya dengan Zean. "Sial banget gue engga punya dress warna hitam. Padahal pengen banget tampil feminim plus cute gitu. Apalagi ini kencan pertama gue sama Kak Zean," gerutu Zella.

Zella terus memilah-milah pakaian yang ia punya. Pada akhirnya ia memilih memakai jeans long skirt berwarna biru dongker dan kaos hitam polos tanpa lengan yang membentuk jelas lekuk tubuh Zella. Ditambah sepatu boots heels berwarna putih. Rambutnya ia gerai ditambah bando berwarna hitam membuat penampilan Zella terkesan tomboy dan feminim secara bersamaan.
 

Outfit Zella

Perfect," puji Zella saat melihat pantulan tampilannya di kaca. 

Zella mengambil tas selempangnya lalu berjalan keluar dari walk in closed. Ia menuju sofa di kamar mereka dan mendudukkan dirinya disana sembari menunggu Zean.

Sudah 15 menit Zella menunggu namun Zean belum juga menampakkan batang hidungnya. "Kak Zean lama banget sih. Perasaan gue yang cewek deh. Kenapa malah gue yang nunggu," keluh Zella kesal.

Tak berapa lama kemudian Zean keluar dengan memakai kemeja chiffon berwarna hitam. Celana bahan pensil berwarna hitam, serta sepatu slip on berwarna hitam dengan lambang Gucci menghiasi bagian depan sepatu tersebut. Rambutnya ia tata sedikit berantakan membuat Zella hampir saja meneteskan air liurnya. 
 

Outfit Zean

"Kamu udah siap?" tanya Zean sembari menggulung lengan kemejanya.

Zella tersentak kaget mendengar suara Zean. Dengan cengengesan ia membantu Zean menggulung lengan kemeja lelaki itu. "Kakak ganteng banget," puji Zella dengan nada genit.

"Hmm," sahut Zean datar.

"Kakak engga mau muji penampilan Zella?" tanya Zella malu-malu.

"Kamu cantik," balas Zean.

"Makasih," sahut Zella tersenyum mesem-mesem.
"Bukan ganteng. Karena ganteng buat anak cowok bukan cewek," ungkap Zean santai sembari berjalan menuju nakas untuk mengambil kunci mobil.

Zella yang tadinya tersenyum malu-malu seketika berubah menjadi datar. Kemudian menatap tajam Zean yang berjalan menuju pintu kamar mereka.

"Kamu engga mau ikut turun?" Zean menatap bingung Zella yang hanya berdiri seperti patung.

Tanpa menjawab perkataan Zean, Zella berjalan keluar kamar dan melewati Zean dengan wajah datar. Zean mengkerutkan keningnya lalu berjalan mengejar Zella.a

"Kamu marah?" tanya Zean saat keduanya berada didalam lift. 

"Engga," jawab Zella singkat.

"Kenapa jawabnya singkat gitu?"

"Sariawan."

"Tiba-tiba?" tanya Zean lagi dengan raut bingung.

Zella hanya mengedikkan bahunya.

Zean menghembuskan nafasnya melihat sikap acuh Zella. Tiba-tiba Zean teringat dengan perkataan Gala yang mengatakan jika seorang cewek sedang marah, merajuk, ataupun kesal, cukup kasih pelukan dan dijamin si cewek pasti akan langsung luluh.

Bermodal nasihat Gala, Zean mendekati Zella dan memeluk tubuh perempuan itu dari samping. "Jangan marah. Setau saya engga ada orang kencan itu marahan," bujuk Zean.

Berada di pelukan Zean membuat semua kemarahan Zella seketika menguap. Ia pun ikut membalas pelukan Zean. "Habisnya kakak ngeselin. Suka banget bikin Zella terbang terus langsung dijatohin gitu. Rasanya tuh engga enak banget tau."

"Kapan saya bikin kamu terbang?" tanya Zean bingung.

"Ishh... pura-pura lupa," rajuk Zella. 

"Saya serius. Gimana caranya saya bikin kamu terbang? Saya kan engga punya sayap," sahut Zean kebingungan.

Zella mendongakkan kepalanya dan menatap tak percaya Zean. "Luar biasa. Selain kadar kepekaan yang rendah. Otak kak Zean ternyata lemot juga ya," batin Zella takjub.

Ting

Begitu pintu lift terbuka, terlihat berbagai macam jenis mobil mewah koleksi Zean. Seolah tak rela jika pelukannya dengan Zean terlepas, Zella semakin mengeratkan pelukannya. Zean hanya pasrah dan mengikuti kemauan Zella daripada gadis itu kembali bersikap acuh padanya dan berakhir mereka berdua berjalan sembari berpelukan menuju mobil.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya Zella?" tanya Zean lagi saat keduanya berada di dalam mobil.

"Pertanyaan yang mana?" Zella balik bertanya.

"Kapan saya bikin kamu terbang?"

"Ohh itu. Lupain aja kak. Zella bercanda tadi," jawab Zella cepat. Dalam hati Zella kembali meringis saat dengan nyata ia melihat kepolosan Zean. "Memang benar. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini."

"Oh iya kenapa kakak siap-siapnya lama? Zella yang cewek aja cepet. Masa kakak yang cowok siap-siap aja lama banget ngalahin cewek," keluh Zella mengalihkan pembicaraan. 

"Saya mandi dulu tadi," terang Zean mulai menjalankan mobilnya.

"Kakak mandi?" pekik Zella dengan mata melebar.

Zean mengangguk. "Emangnya kamu engga mandi?"

"Mandi kok," jawab Zella cepat."Kamu mandi dimana? Kamar mandi di kamar cuma satu dan saya pakai." Pertanyaan yang dilontarkan Zean semakin membuat Zella kebingungan.

"Zella mandinya tadi sebelum kita sarapan," kilah Zella.

"Jadi kamu engga mandi sebelum berangkat tadi?" terka Zean.

"Engga. Zella mandi jam 8 pagi. Kita berangkat jam 11 siang. Bedanya cuma 3 jam doang jadi Zella engga mandi lagi," jelas Zella enteng.

"Jorok," ledek Zean.

"Ihh... Mana ada. Lagian Zella engga keringetan jadi ngapain mandi lagi. Pemborosan namanya," elak Zella.

"Ngomong sama kamu ada aja jawabannya," celetuk Zean.

Zella nyengir kuda. "Kak pegang tangan Zella dong."

"Saya lagi nyetir Zella."

"Nyetirnya kan bisa tangan satu. Satunya lagi pegang tangan Zella," paksa Zella.

Zean menuruti permintaan Zella. Ia mengemudi menggunakan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Zella.

Cekrek

"Kamu ngapain?" tanya Zean melirik sekilas kearah Zella.

"Fotoin ini," sahut Zella sembari menggoyangkan tangannya yang digenggam Zean.
 

β€οΈπŸ—¨οΈ ✈️

Disukai Cheryllovalova, dan 30.713 lainnya.

Deoline.Grizella First dating with my cool boy πŸ’“πŸ’•

Komen dinonaktifkan
 

                                     ~oOo~
 

Mobil yang dikendarai Zean tiba di parkiran mall. Saat Zean hendak keluar dari mobil, tangan Zella menahan lengan Zean.

"Kenapa?" tanya Zean.

Zella membuka tasnya dan mengeluarkan masker berwarna hitam lalu memakaikan ke wajah suaminya. "Engga ada yang tau kalau Zella istri kakak selain tamu yang datang ke pesta pernikahan kita. Jadi, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kakak harus memakai ini," jelas Zella.

Zean hanya mengangguk patuh lalu keluar dari mobil diikuti Zella. Keduanya berjalan masuk ke dalam mall dengan kedua tangan saling bertautan. Sesekali Zella melototkan matanya cewek-cewek yang menatap memuja ke arah suaminya. "Mukanya ditutup aja bikin cewek kelaparan. Apalagi kalo dibuka. Bisa-bisa pada mimisan tuh ciwik-ciwik," batin Zella sebal.

Keduanya tiba di bioskop. Zella langsung menarik tangan Zean untuk mengantri tiket. "Kita nonton film itu aja kak. Yang judulnya Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi," usul Zella.

Zean mengangguk setuju. "Kenapa engga mesan dari aplikasi aja biar engga ngantri?"

"Zella pengen kaya orang-orang. Ngantri tiket sama pasangannya sambil dipeluk dari belakang. Terus mesen pop corn bareng-bareng," seru Zella senang.

"Zella sering liat orang pacaran kaya gitu kalo ke bioskop sama Cheryl. Jadinya Zella pengen banget kalo nanti Zella punya pasangan, Zella bakal lakuin seperti pasangan-pasangan yang sering Zella liat," sambung Zella dengan mata berbinar.

Zean hanya diam mendengarkan penjelasan Zella. Entah jin apa yang merasuki Zean. Tiba-tiba saja lelaki itu memeluk Zella dari belakang. "Seperti yang kamu mau."

Zella terdiam sejenak begitu merasakan tangan kekar Zean melilit perutnya. Dengan tersenyum lebar ia membalikkan kepalanya ke arah Zean. "Makasih," ucap Zella tulus.

Tiba giliran mereka, Zella memesan dua tiket dan memilih duduk di kursi bagian tengah. Lalu keduanya beranjak untuk membeli pop corn caramel kesukaan Zella dan dua cup coffee. Begitu pesanan keduanya ready, Zella mendengar pengumuman bahwa theater tempat Zella akan menonton film sudah terbuka. Langsung saja keduanya berjalan masuk ke dalam theater bioskop dan menduduki kursi sesuai tiket yang Zella beli.

"Zella udah engga sabar nonton filmnya," pekik Zella senang sembari memasukkan pop corn caramel kedalam mulutnya.

"Kak aaaa..."

Zean menurunkan maskeran sedikit dan membuka mulutnya. Dengan senang hati Zella memasukkan pop corn caramel yang ia pegang ke dalam mulut Zean. "Enak?"

Zean hanya mengangguk sembari membenarkan kembali masker yang ia gunakan.

Lampu bioskop mulai padam pertanda film akan segera dimulai. Zella memposisikan duduknya senyaman mungkin lalu menyenderkan kepalanya di pundak Zean. Tak selang beberapa lama film mulai diputar. Zella hanya diam. Terlarut dalam film yang ia tonton sembari terus mengunyah pop corn caramelnya.

"Kak kasian ya si Kevin. Diam-diam mendam perasaan ke sahabatnya. Mana si Nara malah suka sama cowok lain lagi," komentar Zella.

Tidak ada sahutan dari Zean membuat kening Zella berkerut. Ia lalu menoleh ke arah Zean dan seketika raut kesal menghiasi wajah Zella. "Pantas aja engga nyaut. Udah pindah alam ternyata," dumel Zella melihat mata Zean yang terpejam dengan nafas teratur.

Mood Zella untuk menonton film seketika lenyap. Ia tidak lagi menikmati film yang tengah berputar dihadapannya. Padahal Zella sudah membayangkan betapa seru dan romantis kencannya dengan Zean. Begitu film diputar mereka berdua akan fokus menonton sembari Zella atau Zean yang saling mengusili atau saling menyuapi pop corn. Lalu setelah film selesai diputar keduanya akan saling beradu komentar tentang film yang mereka tonton. Tapi sayang kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Justru lelaki yang diharapkan malah sedang asyik menikmati alam mimpinya.

Sampai film selesai diputar, raut cemberut diwajah Zella tidak hilang. Ia hanya diam menunggu Zean terbangun sendiri dari tidurnya. Membiarkan satu persatu orang-orang berjalan keluar dari bioskop dan tersisa hanya Zean dan Zella di dalam theater bioskop.

Tak lama kemudian Zean terbangun. Lelaki itu tersentak kaget saat melihat theater sudah kosong. "Kenapa kosong?" tanya Zean dengan raut bingung.

"Karena engga ada orang," jawab Zella ketus.

Kening Zean berkerut mendengar nada ketus Zella. "Kamu kenapa?"

"Engga apa-apa. Udah bangun kan? Udah sadarkan? Ayok keluar. Keburu kita jadi penghuni bioskop," sahut Zella jutek lalu berjalan keluar dari theater bioskop. Zean dengan cepat mengusap kedua matanya lalu berjalan mengikuti Zella.

"Kamu kenapa Zella?" tanya Zean yang masih bingung melihat raut kesal Zella. Perasaan Zean tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa istrinya malah memasang wajah kesal dan berbicara ketus padanya.

"Pikir aja sendiri," jawab Zella ketus.

"Zella..." panggil Zean lalu menahan lengan Zella. "Saya tidak suka nada ketus kamu."

Zella menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap sinis Zean. "Terus Zella harus bilang wow gitu?"

"Bisa tidak kamu tidak lagi membangkang dan membantah ucapan saya! Cukup jelasin ke saya kenapa kamu marah atau..."

"Atau apa?" potong Zella cepat.

"Atau saya buka masker saya disini!" ancam Zean tersenyum miring dibalik maskernya.

Zella gelagapan. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Jangan!!" jerit Zella panik.

"Jadi??"

"Iya...iya... Zella maafin," ucap Zella cemberut.

"Jangan cemberut."

"Engga kok. Nih Zella senyum. Nihhh..." Zella memasang senyuman selebar yang ia bisa. "Kita makan yuk kak," ajaknya.

Zean mengangguk pertanda menyetujui ajakan Zella.

"Tapi Zella pengen makan pecel lele," pinta Zella.

"Pecel lele? Makanan apa itu??" tanya Zean bingung.

"Kakak engga tau pecel lele?" Zella menatap tak percaya Zean.
Zean hanya menggelengkan kepalanya.

"Malangnya nasibmu nak," ujar Zella menatap miris Zean. "Kalo gitu ayo. Zella bakal kenalin yang namanya pecel lele Mang Kasmin. Warung pecel lele favorit Zella."

Zella menarik Zean menuju parkiran. Lalu menyuruh lelaki itu untuk mengendarai mobilnya sesuai arahan Zella. Hingga mobil keduanya berhenti di sebuah warung pecel lele dengan atap tenda berwarna biru yang dikelilingi spanduk bertuliskan "Warung Pecel Mang Kasmin". Zella segera turun dari mobilnya diikuti Zean yang menatap ragu-ragu warung makan di hadapannya.

"Ayo kak," ajak Zella dan menarik paksa tangan Zean masuk ke dalam warung pecel lele tersebut.

"Kamu yakin makan disini?" Zean menatap sekelilingnya dengan tatapan ragu. Ia lalu ikut mendudukkan dirinya di kursi plastik yang bersebelahan dengan Zella.

"Yakinlah. Kenapa kakak engga suka ya?"

"Tempatnya kurang meyakinkan," jawab Zean dengan kening berkerut melihat meja yang tampak kotor akibat minyak dan debu.

"Kakak tenang aja. Makanan disini top markotop kok. Kebersihan juga terjamin. Zella sering makan disini jadi kakak engga perlu khawatir," ucap Zella menenangkan Zean. "Kakak mau pesan apa?"

"Samain sama kamu aja."

"Ayam bakar mau?" tawar Zella. Zean mengangguk.

Zella beranjak berdiri dan menghampiri sang penjual pecel lele langganan Zella. "Mang aku pesen ayam bakar dua, pake tempe sama tahunya masing-masing dua, sama es teh manisnya dua ya mang. Nasinya dua aja yang biasa."

"Ehh Neng Zella. Udah lama engga kesini?" sapa Mang Kasmin ramah.

"Hehehe iya mang. Makanya Zella kangen makan pecel lelenya Mang Kasmin," balas Zella nyengir.

"Ahh si eneng geulis bisa aja. Sama siapa neng kesini?

"Sama suami. Hihihi," jawab Zella terkekeh kecil.

"Neng Zella udah nikah?" tanya Mang Kasmin kaget.

"Hehehe udah mang. Yaudah Zella ke suami Zella ya mang," pamit Zella.

"Siap neng."

Zella kembali menghampiri Zean yang tengah memainkan ponselnya. Gadis itu lalu mengambil tisu basah dari tasnya dan mengelap meja disekitaran dirinya dan Zean. Sebab ia tau sedari tadi suaminya itu menatap jijik ke arah meja yang memang terlihat sedikit kotor. Maklum saja warung Mang Kasmin berada tepat di depan jalan raya. Jadi tidak heran jika mejanya sedikit berdebu dan kotor.

"Bersih," pekik Zella senang.

Zean tersenyum tipis sembari mengelus rambut Zella lembut sebagai ucapan terima kasih. Tak lama pesanan keduanya datang. Zean hanya diam dan memperhatikan Zella yang meletakkan satu piring berisi nasi putih, satu piring berisi ayam bakar, sambal, lalapan, dua buah tempe dan dua buah tahu, satu mangkuk berisi air, dan juga es teh manis dihadapan Zean.

"Selamat makan kak Zean," seru Zella.

Zean hanya diam. Ia bingung bagaimana cara memakan makanan dihadapannya ini. "Sendoknya mana?"

"Kakak makannya pake tangan aja. Itu air di mangkuk buat cuci tangan," jelas Zella menunjuk ke arah mangkuk yang berisi air putih dan irisan jeruk nipis.

"Pake tangan?" tanya Zean kaget dan bingung sambil menunjukkan tangannya ke Zella.

"Iya. Kenapa? Kakak engga bisa makan pake tangan??"

Zean hanya diam.

"Mau Zella suapin?" tawar Zella. Zean hanya menganggukkan kepalanya.

"Tapi pake tangan engga apa-apa?"

Zean kembali mengangguk.

Zella mengambil nasi dan sedikit daging ayam bakar yang sudah dicocol sambel lalu menyuapkan ke mulut Zean. "Enak engga?"

Zean hanya menganggukkan kepalanya dengan mulut yang asyik mengunyah.

"Makan yang banyak ya anak bunda biar cepat gede," canda Zella terkekeh kecil.

Zean mengangguk lucu. "Aaaa.."

Dengan senang hati Zella menyuapi Zean sembari menikmati wajah Zean yang tampak menghayati acara makannya kali ini.

                                            ~oOo~

PART 17. KECUPAN & CIUMAN

Sudah lima hari Zella menikmati kehidupan barunya sebagai istri seorang Zeanno Aldebaran Madava. Bahkan kini Zella sudah mengetahui beberapa kebiasaan Zean yang berhasil membuatnya geleng-geleng kepala.

Awal bertemu dengan Zean, Zella mengira Zean sosok yang mandiri, cuek, otoriter, dingin dan menakutkan. Namun baru lima hari Zella menjadi istri Zean, tiga dari lima sifat Zean yang Zella tebak ternyata salah besar. 

Zean itu sangat manja. Semuanya harus serba dilayani. Setiap lelaki itu selesai mandi, pakaiannya sudah harus disiapkan oleh Zella. Saat makan harus disuapi Zella dan juga saat tidur, Zella harus mengeloni dan mempuk-puk pantat suaminya itu seperti bayi.

Sifat cuek Zean juga ternyata tidak seburuk yang Zella pikirkan. Terkadang Zean memberi perhatian kecil kepada Zella seperti mengelus lembut rambut Zella sebagai ucapan terima kasih, membujuk Zella saat gadis itu merajuk, dan memeluk Zella saat sang istri merasa sedih hanya karena menonton drama korea kesukaannya. Semua sikap yang Zean tunjukkan terkadang membuat Zella meleleh dan baper.

Selain itu, Zean juga begitu mengerti Zella. Sebagai seorang suami sebenarnya Zean berhak meminta haknya kepada Zella. Namun lelaki itu sama sekali tidak pernah membahas masalah itu sehingga membuat Zella nyaman. Zean juga tidak pernah menciumnya sembarangan. Bahkan skinsip keduanya masih sebatas pegangan tangan,berpelukan dan sesekali Zean mencium kening Zella.

Terkadang, Zean memang masih sering menunjukkan sifat dinginnya kepada Zella termasuk raut datarnya yang masih menempel apik di wajah lelaki itu serta sifat otoriter Zean yang terkadang membuat Zella tidak bisa berkutik. Jika Zean sudah bilang a maka Zella harus menurut. Bisa saja sebenarnya Zella menolak perintah lelaki itu, terbebas dari surat perjanjian sebelum pernikahan dimana Zella dituntut untuk menjadi istri yang penurut. Tapi entah mengapa Zella sama sekali tidak memiliki hasrat untuk menolak apapun perintah dan permintaan dari suaminya. Ia rasa menjadi istri yang nurut dan manut itu jauh lebih baik.

Termasuk saat ini Zella sedang berada di dalam mobil bersama Zean dengan wajah cemberut. Tadi pagi Zean memaksa Zella untuk masuk kuliah. Padahal Zella baru libur lima hari namun lelaki itu bersikeras memaksa Zella pergi ke kampus. Akhirnya dengan wajah cemberut dan malas Zella menyiapkan dirinya untuk berangkat ke kampus diantar Zean.

"Masih marah?" tanya Zean dengan raut datarnya.

"Ya masihlah. Kakak aja yang keterlaluan," balas Zella ketus.

"Sudah waktunya kamu masuk kuliah Zella," sahut Zean sabar.

"Ya tapi engga sekarang juga. Zella pengantin baru. Mana ada pengantin baru libur cuma lima hari. Udah kaya cuti habis lebaran aja," ujar Zella sewot.

"Kalo kelamaan nanti kamu banyak ketinggalan pelajaran," nasihat Zean.

"Engga usah banyak alasan deh. Memang kakak maunya Zella cepet-cepet masuk kuliah. Biar cepat lulus terus bikin dedek bayi. Iya kan?" tebak Zella ngawur.

"Sembarangan! Mana ada saya berpikir seperti itu. Saya maksa kamu kuliah karena saya tidak bisa lama-lama meninggalkan kantor," jelas Zean tak terima.

"Hilih. Emang semua cowok sama aja. Sok-sokan nahan hasrat padahal sering main solo di kamar mandi," gerutu Zella namun terdengar jelas ditelinga Zean.

"Darimana kamu tau hal-hal kaya gitu?" tanya Zean menatap tajam Zella sekilas.

"Taulah. Zella kan bukan cewek polos. Zella aja tau perbedaan kecup sama ciuman," jawab Zella bangga tanpa menghiraukan tatapan tajam yang dilayangkan Zean.

β€œEmangnya perbedaannya apa?”

"Kepo. Cari tau aja sendiri. Wlek...," ledek Zella sembari memeletkan lidahnya.

Melihat wajah meledek Zella membuat Zean mendadak merasa kesal dan tak terima. Heiii... Siapapun pasti tau jika diukur dari kedewasaan, Zean lebih dewasa dari Zella. Bahkan perbedaan umur keduanya hampir 5 tahun. Bagaimana bisa istrinya ini mengira dirinya tidak tau apa perbedaan ciuman dan kecupan. Meskipun sejujurnya dia sendiri tidak tau apa perbedaannya.

Wajar dong... Zean kan lelaki baik dan berbudi pekerti. Mana tau menahu dia jika berurusan dengan ajaran dewasa seperti ini. 

"Kamu pikir saya engga tau perbedaannya?" tuduh Zean. Wajahnya ia atur seolah-olah Zean sangat paham soal itu. Tentu saja semua ini ia lakukan demi menjaga harga dirinya. 

"Emang kakak tau?" tanya Zella dengan nada mengejekZean mengangguk cepat. 

"Saya lebih dewasa dari kamu. Lebih dari itupun saya tau."

"Emang perbedaannya apa coba?" tantang Zella.

Zean hanya diam dan menghentikan laju mobilnya begitu mereka tiba di loby kampus Zella. "Saya akan jelaskan nanti yang penting kamu sekarang turun. Kita sudah sampai," perintah Zean. Dalam hati Zean ia bernafas lega. Setidaknya masih ada kesempatan bagi Zean untuk bertanya pada Gala atau mungkin Kino.

Zella berdecak kesal. Ia merapihkan sedikit pakaiannya sedangkan Zean membantu merapihkan rambut Zella. Kemudian Zella mengambil tangan Zean dan mengecupnya kemudian dibalas Zean dengan mengecup lembut kening Zella. 

"Zella kuliah dulu. Tapi janji pulang nanti jelasin perbedaannya ke Zella," pamit Zella.

"Iya. Saya janji."

Zella keluar dari mobil Zean. Tangannya melambai saat Zean melajukan mobilnya keluar dari area kampus. Tanpa Zella sadari kedatangan gadis itu cukup membuat para mahasiswa ataupun mahasiswi yang berlalu lalang menatap penasaran kearah mobil yang mengantar Zella.

Zella berjalan malas di koridor kampusnya. Langkahnya seketika terhenti saat mendengar teriakan seseorang memanggil namanya.

"ZELLAAAAAAAAA..." teriak Cheryl heboh lalu memeluk erat sahabatnya sembari berputar-putar. "Zella gue kangen banget sama lo. Lima hari engga ketemu berasa seabad tau engga," sambung Cheryl lebay.

"Gue juga kangen sama lo Cher," balas Zella yang juga memeluk Cheryl.

Cheryl menguraikan pelukannya. "Gue kira lo bakal libur semingguan lebih ternyata baru lima hari udah masuk aja."

"Itu yang bikin gue bete. Padahal gue pengen libur lebih lama ehh engga taunya tadi pagi gue dipaksa ngampus sama Kak Zean," jelas Zella cemberut.

"Terus Kak Zean ke kantor?" tanya Cheryl. Keduanya mulai berjalan menuju kelas.

Zella mengangguk lesu. "Karena dia masuk kantor makanya gue dipaksa ngampus. Padahal gue ditinggal sendirian di rumah juga engga masalah."

"Mungkin aja Kak Zean takut kalo lo kelamaan libur dapat sanksi dari kampus," terka Cheryl.

"Apa gunanya gue nikah sama anak pemilik kampus? Urusan begitu aja masih dipikirin," dumel Zella.

"Ehh munaroh lo sendiri yang bilang jangan sampai pihak kampus tau lo istrinya Zean ya supaya mereka engga pilih kasih. Sekarang nyesel kan lo?" cibir Cheryl.

"Oh iya gue lupa," balas Zella nyengir. "Btw Cher, ini perasaan gue aja atau emang bener anak-anak kampus ngeliatin gue dari tadi."

"Gimana engga jadi bahan gibah lo. Cewek populer yang terkenal jomblo tiba-tiba posting foto pegangan tangan sama cowok. Terus ngilang dikampus tau-tau nongol dianterin pake mobil mewah. Lo pikir aja gimana emgga hebohnya nih kampus," jelas Cheryl dengan nada kesal.

"Lagian lebay banget sih. Kaya engga pernah liat orang kasmaran aja," sahut Zella cuek.

"Harusnya sih biasa aja tapi karena ini ada hubungannya sama lo makanya heboh," papar Cheryl.

Zella dan Cheryl berjalan memasuki kelas. Dengan sengaja Zella memilih duduk di bangku belakang karena saat ini dia benar-benar sedang tidak mood mendengarkan penjelasan dosennya. 
 

                                    ~oOo~


Zean berjalan memasuki ruang kerjanya dengan santai. Terlihat Kino sudah berdiri rapi di depan pintu ruangannya.

"Selamat pagi pak," sapa Kino sembari membuka pintu ruang kerja Zean.

Zean hanya mengangguk dan berjalan menuju kursi kebesarannya lalu mendudukkan dirinya disana. Kino mengikuti langkah Zean dari belakang kemudian berdiri di depan meja kerja Zean.

"Pagi ini jam 9 pagi anda ada rapat dengan tim divisi rancangan untuk membahas tentang rancangan resort yang akan dibangun di Bangka pak. Setelah itu pukul 11 siang rapat bersama para direktur untuk membahas keuntungan Madava Debara Group bulan ini. Pukul 1 siang anda memiliki janji makan siang bersama direktur Gade Company sekaligus membahas kerja sama untuk pembangunan hotel di Bali. Setelahnya anda hanya harus menandatangani beberapa berkas pak," ujar Kino menjelaskan jadwal Zean. 

"Baiklah. Saya ingin bertanya," ujar Zean menatap serius Kino. 

"Apa pak?" Tanya Kino sopan."Kamu tau perbedaan kecupan dan ciuman?" tanya Zean dengan raut tenang.

Kino sontak tersedak ludahnya sendiri dengan kedua mata yang melebar. "Apa pak?" tanya Kino sekali lagi guna memastikan bahwa ia tidak salah mendengar pertanyaan yang diajukan Zean.

"Saya yakin kamu mendengarnya dengan jelas," sahut Zean datar.

Kino mengerjapkan matanya gugup. "Ehm... Aaa.. Setau saya ke...kecup dan ci... ciuman itu sama saja pak," jawab Kino terbata-bata. 

Kino mendadak merasa sangat gugup dan canggung. Pertanyaan yang diajukan Zean benar-benar mampu membuat tubuh Kino seketika merinding disko. Apalagi ini pertama kalinya Zean menanyakan hal-hal diluar pekerjaan padanya. 

Bosnya tidak kesurupan jin tomang kan? Pikir Kino. Tiba-tiba masuk kerja malah menyuguhkan pertanyaan yang tidak manusiawi. Bosnya ini pura-pura lupa atau lupa beneran kalau Kino itu sebelas dua belas dengan sang bos. Sama-sama tidak pernah dekat dan berpacaran dengan perempuan. 

Tapi Kino bukan gay loh ya. Cuma dia penganut kalau cinta langsung bawa ke pelaminan aja. Biar lebih pasti gitu. Ahayyy...

Zean mendengus kesal. "Kembali ke mejamu. Jawabanmu benar-benar tidak memuaskan," sarkas Zean.

"Baik pak. Saya permisi," pamit Kino cepat dan langsung ngacir keluar dari ruangan Zean.

"Mentang-mentang pak bos udah nikah. Engga kasian apa sama gue yang jomblo ini. Bahkan first kiss aja belum pernah ngerasain." Kino mengusap-usap dadanya. Berusaha sabar menerima nasib jika partner jomblonya sudah menikah sekarang.

Zean menghela nafas kesal karena belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan Zella. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Gala. Tak berapa lama sambungan telepon dari Zean diangkat oleh Gala.

"Selamat pagi Zeannoku," sapa Gala dari seberang telepon.

"Hmm. Gue mau nanya," ujar Zean to the point. 

"Tumben. Mau nanya apaan lo?"

"Perbedaan kecup dan ciuman."

Diseberang telepon Gala yang sedang menyeruput kopi hitamnya sontak menyemburkan kopi yang baru saja ia minum. "LO NANYA APA BARUSAN??" 

"Engga ada pengulangan."

"Sialan. Liat nih gara-gara lo gue pagi-pagi udah nyembur kopi hitam aja. Berasa kaya dukun kan gue," dumel Gala.

"Buruan. Gue engga ada waktu," cecar Zean.

"Sabar malih. Udah nanya maksa lagi. Nih gue jelasin ya. Dengarkan dan simpan di otak lo dengan baik. Perbedaan kecup dan ciuman adalah... jeng...jeng... Nungguin ya? buahahahaha..." goda Gala tertawa puas.

"Gal..." panggil Zean dengan penuh penekanan.

"Iya Annoku. Ihh engga sabaran banget sih. Gue jelasin nih ya. Kecup itu terjadi apabila bibir yang satu bertemu bibir yang lain kemudian saling menempel. Sedangkan ciuman, setelah bibir yang satu dan bibir yang lain saling menempel dilanjutkan dengan saling melumat, saling menghisap, dan lidah saling membelit," jelas Gala padat,jelas dan tentu saja frontal.

"Gue ngerti," sahut Zean sembari menghapal setiap penjelasan yang disampaikan oleh Gala.

"Tapi No tumben banget lo nanya soal kecup sama ciuman. Jangan-jangan lo udah muah-muah sama Zella ya?" tebak Gala heboh.

"Kepo."

"No, gue ada saran nih. Mau dengerin engga?" tawar Gala.

"Apaan?"

"Daripada cuma nanya kenapa engga langsung dipraktekkan aja. Enak loh No. Gue jamin lo bakal ketagihan," sahut Gala terkekeh.

"Makasih. Telpon gue tutup," balas Zean kesal dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Kecup bibir saling menempel dan ciuman bibir saling melumat,saling menghisap dan lidah saling membelit," gumam Zean berusaha menghapal penjelasan Gala.

Namun seketika Zean meringis saat otaknya membayangkan dua lidah saling membelit dan menghisap.

"Menjijikan. Bagaimana orang-orang sangat suka berciuman padahal mereka sama saja seperti menelan air liur orang lain," komentar Zean dalam hati. 

                                          ~oOo~


 "Didunia penyiaran, program merupakan unsur yang sangat penting. Karena dari program yang disiarkan memiliki dampak yang sangat luas terhadap masyarakat. Maka dari itu sangat penting bagi stasiun televisi untuk benar-benar merancang serta menyiapkan sebuah program secara matang. Dan disinilah pentingnya outline desain produksi dibuat. Sebelum sebuah program televisi dibentuk, kita harus merancang outline nya terlebih dahulu. Contohnya saat kita akan membuat program magazine show. Pertama yang kalian lakukan adalah menyiapkan ide program tersebut. Setelah ide selesai kalian mulai menentukan lokasi yang kalian butuhkan. Kemudian lanjutkan dengan rancangan budgeting yang kalian butuhkan untuk produksi. Semuanya akan dirangkum dan terbentuklah sebuah desain produksi," jelas seorang dosen lelaki paruh baya.

"Sampai disini ada pertanyaan?" tanya sang dosen setelah menyelesaikan penjelasannya.

"Tidak ada pak," jawab para mahasiswa ataupun mahasiswi kompak. 

"Baiklah. Tugas kalian sekarang silahkan membuat desain produksi untuk sebuah program televisi magazine show. Untuk tema bebas. Silahkan dikumpulkan di pertemuan kita selanjutnya. Ingat yang ketahuan copas dari google dispronya akan saya sobek dan mendapat nilai nol. Sekian dari saya. Selamat siang," ujar dosen tersebut lalu berjalan keluar dari kelas.

"Tuh dosen aki-aki makin hari makin menjadi-jadi anjirr. Gilaa aja apa bikin dispro cuma dalam seminggu," gerutu Cheryl.

"Bikin yang simpel aja. Lagian engga ribet-ribet banget kok. Apalagi cuma bikin dispro boongan doang," sahut Zella santai.

"Otak batu sama otak encer beda Zel. Lo mah enak punya otak cerdas lah gue disodorin soal mtk aja otw gue bakar tuh soal biar lenyap dari bumi," dumel Cheryl.

"Yaudah ntar kerjain bareng di rumah Kak Zean tugasnya," ajak Zella dan sontak membuat mata Cheryl berbinar.

"Janji ya Zel."

"Iya gampang. Kak Zean juga pasti ngizinin kok," sahut Zella sembari menarik resleting ranselnya.

Keduanya lalu berjalan keluar kelas menuju kantin kampus. Sesampainya di kantin Zella dan Cheryl mendudukkan diri mereka di kursi yang kosong.

"Lo mau pesan apa?" Tanya Cheryl.

"Gue mie ayam deh Chel. Minumnya es jeruk aja," jawab Zella.

"Oke. Gue pesenin ya," ujar Cheryl lalu berdiri dari kursinya dan berjalan menuju gerobak mie ayam.

Ting

Zella mengambil ponselnya di tas. Ia mengusap layar ponselnya untuk memeriksa siapa yang baru saja mengirimkan pesan padanya.
 

                            My Cool Husband πŸ˜šπŸ’“

Nanti pulang sama Pak Maman. Saya sudah perintahkan dia jemput kamu.

                      Oke kak. Kakak udah makan siang?βœ”βœ”

Ini saya dijalan. Mau makan siang sekalian meeting sama klien

                     Sippp. Yang penting jangan sampai lupa                          makan ya kakπŸ˜‰βœ”οΈβœ”οΈ

Iya. Kelas kamu udah selesai?

                     Udah. Ini Zella lagi dikantin mau makan                          sama Cherylβœ”οΈβœ”οΈ

Oke

                    Selamat makan siang dan semangat                              kerjanya kakak πŸ€—πŸ’Ÿβœ”βœ”

πŸ€—πŸ€—πŸ€—
 

Zella tersenyum lebar melihat balasan terakhir Zean. Kemudian Zella menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Zella akhirnya aku ketemu kamu," ujar Radit yang tiba-tiba muncul dan seenak jidat duduk di kursi yang berhadapan dengan Zella. 

"Iya," jawab Zella malas.

"Zel foto yang kamu upload di medsos kamu hasil nyolong di google kan?" tuduh Radit.

"Enteng banget rahang lo ngomong. Itu foto asli gue sama tunangan gue ya!" sentak Zella.

"Kamu tuh masih jomblo. Engga ngusah ngarang deh," sahut Radit terkekeh kecil.

"Gue engga ngarang. Lo butuh bukti kan? Liat tangan kanan gue," ujar Zella ketus lalu menunjukkan tangan kanannya yang terdapat sebuah cincin dijari manis gadis itu.

"Hahaha udah deh Zel. Cincin kaya gitu banyak kali. Bisa aja kamu beli di toko perhiasan terus kamu pake biar sengaja aku liat terus aku menjauh dari kamu."

Zella menghela napasnya sabar. Ia lalu melepaskan cincin ditangannya dan memberikannya kepada Radit. "Liat disana ada nama gue sama tunangan gue. Awas hilang. Gue patahin kepala lo."

Radit mengambil cincin yang dipake Zella. Di bagian dalam cincin tersebut jelas terlihat ukiran nama seseorang "Zean❀Zella". Melihat tubuh mematung Radit dengan kasar Zella mengambil cincinnya ditangan Radit lalu memakainya kembali dijari manisnya. 

"Puaskan? Mending sekarang lo jauhin gue Dit. Udah berapa kali gue jelasin ke elo gue engga bisa nerima perasaan lo. Lo ganteng Dit dan gue yakin lo cowok baik. Di luar sana pasti banyak cewek yang lebih baik dari gue. Yang bisa menerima cinta tulus lo. Berhenti ya Dit. Jangan ganggu gue lagi. Please," mohon Zella.

Radit menatap sendu Zella. Ia tak menyangka perjuangannya selama 2 tahun mengejar cinta Zella berakhir sia-sia. 

Perempuan dihadapannya ini tak pernah sekalipun terlihat dengan seorang lelaki. Membuat Radit optimis mengejar Zella agar perempuan itu bisa menjadi pacarnya. Namun sepertinya Radit salah perhitungan. Zella yang ia kira sedang tidak dekat dengan lelaki manapun tiba-tiba mengatakan jika gadis itu sudah bertunangan.

Patah hati? Tentu saja. Awalnya Radit tidak akan memperdulikan status Zella dan akan terus mengejar perempuan itu. Tapi melihat raut memohon Zella membuat Radit sadar. Jika selama ini Zella sama sekali tidak pernah membalas perasaannya barang sedetikpun.

Dalam hati Radit tertawa sedih. Bagaimana mungkin selama ini ia tidak sadar jika Zella selalu menunjukkan raut risih kepadanya. "Gue berubah jadi bego cuma karena cinta. Memalukan."

"Aku akan usahain Zella. Semoga kamu bahagia terus ya," ucap Radit tersenyum tulus. Setidaknya Radit sadar diri dan memilih move on. Radit putuskan hari ini ia mengakhiri cinta bodohnya.

"Makasih," sahut Zella tersenyum.

Radit berdiri dari kursinya lalu berjalan keluar dari kantin dengan mata berkaca-kaca menahan sakit dihatinya. Cheryl yang baru datang membawa nampan makanan menatap bingung kepergian Radit.

"Kenapa tuh anak?" tanya Cheryl bingung.

"Semoga dia beneran nyerah ngejar gue," lirih Zella.

Cheryl menganggukkan kepalanya. "Radit yang malang. Dia pasti bakal dapetin cewek yang bisa balas perasaan dia Zel."

"Semoga aja Chel. Gue berharap Radit bahagia setelah ini," harap Zella.

"Nih pesanan lo." Cheryl menggeser semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk ke arah Zella.

"Makasih Chel. Btw gue sebenernya butuh bantuan lo Chel," ungkap Zella.

"Bantuan apa?"

"Kasih gue tips and trik agar kak Zean bucin ke gue."

Cheryl menatap selidik Zella. "Tumben. Gue kirain hubungan lo sama kak Zean baik-baik aja."

"Hubungan gue sama kak Zean tuh emang baik-baik aja Chel. Cuma gue engga bisa berhenti overthinking. Jujur aja sebenarnya gue udah mulai nyaman sama kak Zean dan gue sadar suatu saat perasaan nyaman ini bisa bikin gue jatuh cinta sama kak Zean. Gue engga mau giliran gue udah bucin engga taunya kak Zean engga ada rasa apapun ke gue. Gue engga siap Chel kalau harus ngerasain patah hati," terang Zella.

"Oke-oke gue paham. Lo tenang aja urusan tips and trik masalah percintaan gue ahlinya. Jadi serahin semuanya sama gue," ucap Cheryl tersenyum bangga.

"Siap guru. Engga sia-sia gue sahabatan sama lo Chel," pekik Zella girang.
 

                                           ~oOo~

PART 18. DINNER & MISI

Kirana berjalan angkuh menuju ruangan kerja Zean. Kino yang melihat kedatangan ibunda bosnya sontak bergegas menghampiri Kirana.

"Selamat siang bu," sapa Kino ramah.

"Siang Kino. Zean ada di ruangannya kan?" tanya Kirana.

"Ada bu," jawab Kino sopan. Lelaki itu lalu berjalan menuju pintu ruangan kerja Zean. Setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali, Kino langsung membukanya dan mempersilahkan Kirana masuk.

"Terima kasih Kino," ujar Kirana tersenyum.

"Sama-sama bu. Saya permisi." Kino kembali menutup pintu ruang kerja Zean dan berjalan menuju meja kerjanya.

Kirana menatap sinis Zean yang terlihat asyik memandangi dokumen yang sedang dipegang lelaki itu. Dengan raut kesal Kirana menghampiri Zean lalu memukul kuat pundak putranya.

"Siapa yang nyuruh kamu masuk kerja hah! Harusnya kamu itu masih libur Zean. Puasin berduaan sama Zella. Bikinin bunda cucu bukannya malah ngurusin map warna-warni di meja kamu itu," omel Kirana sembari menjewer telinga Zean.

"Aduhh...sakit bunda. Lepasin," pinta Zean dengan tangan mencoba melepaskan tangan Kirana yang menarik kuat telinganya.

Dengan kasar Kirana melepaskan tangannya di telinga Zean lalu menatap putranya garang. β€œKamu benar-benar ya Zean. Bunda udah bilang cuti seminggu kalo perlu sebulan. Sekalian kamu ajakin Zella honeymoon. Ini kamu malah masuk kerja. Udah gitu maksa Zella masuk kuliah lagi. Kamu engga kasian sama istri kamu hah!”

Zean berdiri dari kursinya lalu merangkul pundak Kirana. Mengajak wanita paruh baya itu untuk duduk di sofa yang berada di ruang kerjanya.

"Tenang bunda," bujuk Zean mengelus lembut pundak Kirana.

"Engga usah bujuk-bujuk bunda Zean. Bunda masih engga habis pikir sama kamu. Kalian berdua baru menikah lima hari yang lalu dan kamu udah masuk kerja dan memaksa Zella kuliah. Bagaimana jika Pak Handoko dan Bu Gayatri mengira kamu tidak bersikap baik sama Zella? Atau jangan-jangan kamu di rumah bersikap kasar ya sama Zella?" tuduh Kirana.

"Bunda, aku sama Zella baik-baik aja. Aku engga bisa ninggalin kantor lama-lama bunda. Banyak proyek besar yang aku tanganin," jelas Zean datar.

"Emang Kino engga bisa handel sementara?"

"Engga bisa bunda," jawab Zean cepat. Padahal mah sebenarnya bisa-bisa aja dihandel Kino. Emang dasar Zeannya aja yang engga tahan libur lama-lama dari kerjaannya.

"Alah bilang aja emang dasar kamunya yang engga mau proyek-proyek kesayangan kamu ditangani sama Kino iya kan? Terus gimana hubungan kamu sama Zella? Kamu engga nyakitin dia pas malam pertama kan?" cecar Kirana yang masih menatap sinis Zean.

"Aku belum ngelakuin itu bunda. Aku dan Zella masih ingin saling mengenal," sahut Zean menatap was-was Kirana. Takut jika jawabannya malah semakin membuat rasa kesal Kirana memuncak.

"Tapi jangan lama-lama. Bunda engga sabar pengen nimang cucu Zean. Kalo Zella udah siap kamu langsung gas. Bunda yakin Zella engga bakal keberatan cuti kuliah. Bunda malah engga percayanya tuh sama kamu. Emangnya kamu bisa hamilin Zella? Deket sama perempuan aja engga pernah," cerocos Kirana.

"Iya bunda," jawab Zean malas sembari melihat ke arah jam tangannya.

"Jangan iya iya aja kamu. Diskusikan sama Zella. Bunda menerima apapun keputusan Zella bukan keputusan kamu. Bunda mau mantu bunda seneng punya suami perhatian, penyayang dan bunda paham karakter kamu kaya apa Zean."

"Iya bunda," sahut Zean lagi lalu menatap jam tangannya. Dalam hati Zean mulai menghitung. "Satu,dua,ti..."

Tok tok tok

Pintu ruangan kerja Zean terbuka. Kino berjalan menuju sofa yang diduduki Kirana dan Zean dengan raut wajah segan.

"Maaf menganggu Pak Zean dan Bu Kirana. Tapi ini sudah waktunya Pak Zean pergi menemui direktur Gade Company," beritahu Kino sopan.

Zean mengangguk dan memberikan kode kepada Kino untuk menunggu diluar. Sedangkan Kino yang paham dengan kode dari bosnya, langsung izin pamit keluar dari ruangan Zean.

"Aku harus pergi. Aku antar bunda ke mobil," ajak Zean.

"Ingat kata-kata bunda ya Zean. Orang tua Zella udah percaya sama kamu jadi kamu harus bahagiain Zella. Paham," titah Kirana.

"Iya bunda," jawab Zean pasrah.
 


                                         ~oOo~
 

Zella duduk santai di sofa balkon kamar Zean. Ia sedang bertukar pesan dengan Cheryl. Tentu saja mereka membahas apa saja yang harus Zella lakukan agar bisa memenangkan hati Zean.

                                       Cheryl πŸ’

Cara-cara meluluhkan hati suami Zella tercinta ❀️
1. Memberikan perhatian yang tulus kepada Zean
2. Memasak makanan kesukaan Zean
3. Kasih rayuan gombal tapi jangan terlalu sering ntar malah elfeel

Lo baca baik-baik ya Zel! Praktekin jangan lupa!πŸ˜’

                                    Kalo seandainya engga berhasil                                              gimana Cher?βœ”βœ”

Gue masih ada jurus terakhir. Tenangggg 

                                   Apaan??βœ”βœ”

Jurus terakhir jika cara-cara diatas tidak berhasil. Kasih hak sebagai istri dengan service yang memuaskan😎😎
 

Zella menggaruk kepalanya bingung membaca pesan yang baru saja dikirim Cheryl.

                                   Gimana caranya?βœ”οΈβœ”οΈ

Ntar gue kirimin linknya. Lo harus tonton sampai selesai. OkeeπŸ‘Œ

Ingat!!! Engga boleh diskip-skip nontonnya 😚

                                  Okee. Gue serahin masalah ini                                                 sama lo Chel. Asal gue bisa                                                     dapetin hati kak Zeanβœ”οΈβœ”οΈ

Sippp. Lo tenang aja Zel. Yang penting lo harus ikutin saran-saran gue

                                     OkeeeπŸ‘Œ
 


 Zella kembali membaca pesan yang dikirim Cheryl. "Kok gue ngerasa ragu ya sama ide Cheryl. Tapi bodo amatlah. Yang penting misi mendapatkan hati kak Zean berhasil," tekad Zella mantap.

"Gue harus mulai darimana ya?" pikir Zella. Tiba-tiba Zella teringat ruangan tempat dimana sering Zean menghabiskan waktu santainya jika berada di mansion.

Gadis itu lalu berjalan keluar kamar menuju healing room. Padahal ini bukan pertama kalinya Zella masuk kedalam ruangan itu tapi tetap saja ia selalu merasa takjub. Zella melangkahkan kakinya menuju balkon yang sudah disulap Zean menjadi sebuah mini cafe yang lengkap dengan mesin kopi dan etalase kue. Sebuah ide muncul di kepala Zella. Gadis itu langsung berlari keluar dari healing room menuju dapur menggunakan lift. 

"Pak Rahman," panggil Zella begitu ia tiba di dapur dan melihat Pak Rahman tengah duduk santai.

"Nyonya Zella. Ada yang bisa saya bantu?" sambut Pak Rahman sembari berdiri dari duduknya.

"Pak makanan kesukaan kak Zean apa?" tanya Zella balik dengan raut penasaran.

"Tuan tidak pernah menyebut langsung makanan kesukaannya nyonya. Dia hanya bilang sangat menyukai olahan daging dan ayam. Tetapi ada beberapa makanan yang pernah di request langsung oleh tuan. Padahal tuan sangat jarang sekali meminta dibuatkan sesuatu. Jadi saya bisa bilang mungkin makanan-makanan yang diminta langsung sama Tuan Zean sebagai makanan kesukaannya," jelas Pak Rahman.

"Makanan apa pak?" tanya Zella tak sabaran.

"Daging rendang dan semur ayam," jawab Pak Rahman.

Zella sempat menunjukkan wajah cengonya mendengar jawaban Pak Rahman. "Bapak serius?? Aku kira kak Zean sukanya masakan western atau engga yang asian food gitu. Ehh engga taunya dia malah doyan masakan indo," ujar Zella terkekeh kecil.

"Saya juga kaget nyonya. Jika tidak memikirkan dampak dari kedua makanan itu buat kesehatan tuan, saya rasa setiap hari saya akan memasak menu yang sama untuk tuan," canda pak Rahman.

"Kalo gitu kue atau cemilan kesukaan kak Zean apa pak?" 

"Kalo cemilan saya rasa tuan sangat suka kue nastar keju sama stick keju. Beberapa kali tuan minta saya buatkan kedua makanan itu. Tapi kenapa nyonya menanyakan hal itu?"

"Bapak mau bantu aku engga? Ajarin aku bikin rendang daging sama kue nastar keju sama stik kejunya," pinta Zella tersenyum lebar.

"Dengan senang hati nyonya saya akan bantu," jawab Pak Rahman.

Zella sontak memekik kegirangan. Dibantu Pak Rahman, Zella mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat makanan dan cemilan kesukaan Zean. Dalam hati Zella benar-benar tidak sabar menunggu kepulangan suaminya.

"Misi dimulai!"
 


                                       ~oOo~
 


 Zean baru saja tiba di rumah pukul 7 malam setelah semua pekerjaan dikantornya selesai. Lelaki itu langsung berjalan memasuki lift menuju kamarnya. Ketika pintu kamar terbuka, Zean melihat Zella sudah berdiri di hadapannya dengan senyum lebar menghiasi wajah gadis itu. 

"Selamat datang kembali ke mansion," sapa Zella ceria.

Zean tersenyum tipis sembari mengusap pelan rambut Zella. Ia lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Zella yang  paham dengan tugasnya langsung bergegas masuk ke dalam walk in closed milik Zean. Mengambil kaos hitam polos,celana pendek berwarna abu dan tidak lupa boxer ketat hitam milik Zean. Gadis itu lalu menatanya diatas meja yang berada di dalam walk in closed Zean.

Selesai dengan tugasnya Zella berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana. Gadis itu tampak fokus memandangi layar ponsel tanpa menyadari Zean yang sudah duduk di karpet tepat dihadapan Zella. 

"Keringin," pinta Zean sembari menyerahkan sebuah handuk putih kepada Zella.

Gadis itu menunduk dan melihat baju bagian pundak Zean basah karena air yang menetes dari rambut lelaki itu. Dengan cepat Zella mengambil handuk di tangan Zean lalu mengusap rambut Zean.

"Harusnya kakak taruh aja handuknya di kepala. Biar airnya engga netes ke baju. Liat sekarang baju kakak jadi basah kan," dumel Zella.

Zean hanya diam. Matanya terpejam menikmati usapan Zella di rambutnya.

"Kakak punya utang loh sama Zella," tagih Zella sembari terus mengusap rambut Zean dengan handuk.

"Utang?"

"Masa kakak lupa sih. Ingat engga obrolan kita tadi pagi? Kakak utang jawaban sama Zella tau," jelas Zella.

Zean diam sejenak lalu menganggukkam kepalanya. "Ingat. Mau dijelasin kapan?"

"Habis makan malam ya. Nanti kita bahasnya di balkon healing room. Zella pengen tiduran di bed sofanya," seru Zella senang.

"Oke," sahut Zean singkat.

Zella menghentikan usapannya begitu melihat rambut Zean sedikit mengering. Tangannya bergerak merapihkan rambut Zean. Membiarkan poni Zean menutupi setengah jidat lelaki itu.

"Ganteng. Mirip oppah koriya," puji Zella tersenyum lebar. "Oh iya Zella punya kejutan buat kakak."

"Kejutan?" ulang Zean dengan kening berkerut. 

"Tapi sebelum itu matanya ditutup dulu." Zella lalu mengambil penutup mata di kantongnya dan memasangkan diwajah Zean.

"Ini berapa?" uji Zella menunjukkan jari kanannya yang menunjukkan angka tiga.

"Satu," jawab Zean.

"Salah. Ini tuh tiga kakak," ungkap Zella.

Zean mendengus kesal. "Mata saya kamu tutup kalo kamu lupa."

Zella nyengir kuda. Gadis itu lalu menarik tangan Zean dan membawa lelaki itu keluar dari kamar mereka. Zean hanya diam dan pasrah mengikuti tangan Zella yang menuntunnya ke suatu tempat.

"Sampai," pekik Zella girang lalu melepas penutup mata di wajah Zean.

Zean membuka matanya. Ia terdiam sejenak sembari menatap sesuatu yang berada di hadapannya. Satu buah kursi dan sebuah meja dengan berbagai macam makanan tertata rapi dan cantik diatasnya. Bola mata Zean berbinar begitu ia tau semua makanan itu adalah makanan kesukaannya. Belum lagi dua toples berisi cemilan yang sangat Zean suka.

"Kamu sengaja buatin itu semua untuk saya?" tebak Zean menatap tak percaya Zella.

Zella menganggukkan kepalanya. "Tiba-tiba Zella kepikiran ngajak kakak dinner. Yaudah Zella dibantu sama Pak Rahman buatin ini untuk kakak."

Zean tersenyum tipis lalu memeluk Zella. "Makasih."

"Sama-sama. Makan yuk Zella udah laper tau," ujar Zella cemberut.

Zean lagi-lagi tersenyum tipis. Ia lalu mendudukkan dirinya di kursi dan menarik Zella duduk di pangkuannya.

"Kamu bikin yang mana?" tanya Zean meletakkan dagunya di pundak Zella.

"Semuanya," jawab Zella sembari menuangkan nasi ke piring.

"Serius??"

Zella mengangguk lalu menunjukkan tangannyanya yang terluka akibat kecerobohannya saat membuat rendang. "Liat kak. Tangan Zella pada luka tau. Yang jari tengah engga sengaja kena pisau waktu ngupas bawang. Kalau yang dekat jempol engga sengaja kena wajan waktu Zella ngaduk rendangnya," adu Zella manja.

Zean menarik tangan Zella lalu meniup luka-luka ditangan Zella dengan hati-hati. "Kasian sekali istri saya. Nanti saya mintakan salep ke dokter kenalan saya ya. Supaya luka-luka kamu cepat sembuh dan engga berbekas."

Zella mengangguk senang. "Kak kita satu piring berdua aja ya."

"Oke. Kalo suapan saya daging sama bumbunya dibanyakin ya," pinta Zean.

"Iya. Makannya pake tangan boleh?"

Zean mengangguk. Dengan telaten Zella menyuapi Zean lalu bergantian menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulutnya. Zella bisa melihat kalau suaminya ini benar-benar penggila daging rendang. Zean yang jarang nambah saat makan kini sudah nambah dua kali. Begitu lelaki itu selesai makan dengan santai Zean mencomot daging rendang yang tersisa dan memakannya.

"Sesuka itu ya sama rendang?" tanya Zella sembari membersihkan sekitaran mulut Zean dengan tisu.

"Iya. Itu masakan favorit saya," jawab Zean sembari menguyah daging rendang di mulutnya.

Zella beranjak berdiri dari pangkuan Zean lalu membereskan piring-piring bekas mereka makan. Sedangkan Zean dengan santai berpindah ke bed sofa yang berada di sudut balkon sambil memeluk erat dua toples berisi cemilan kesukaannya.

Zella hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Zean yang dengan santai memindahkan kue nastar keju dan stik keju yang berada di dalam toples ke dalam mulutnya secara bergantian. "Kak Zean yang ngunyah. Gue yang begah," batin Zella meringis.

Selesai berberes Zella berjalan mendekati Zean lalu mendudukkan dirinya di samping Zean. Mata Zella seketika melebar saat melihat isi dua toples tersebut tinggal tersisa setengah. 

"Berhenti dulu ngunyahnya. Liat itu perut kakak udah hampir meledak," omel Zella lalu menutup kedua toples tersebut dan menjauhkannya dari Zean.

"Jangan jauh-jauh naruhnya," pinta Zean saat melihat Zella meletakkan dua toples itu ke atas meja dimana tempat mereka berdua dinner.

"Kakak habis makan nasi. Ngunyahnya lanjut nanti. Tunggu nasi diperut kakak turun dulu," nasihat Zella.

Raut wajah Zean berubah cemberut. Zella sontak berlari mendekati Zean lalu menangkup wajah Zean.

"Kakak cemberut?" tanya Zella syok.

Zean yang tak sadar menunjukkan raut cemberut nya dengan cepat langsung mengubah kembali raut wajahnya menjadi datar.

"Cemberut lagi dong," pinta Zella dengan puppy eyes nya.

Zean hanya berdehem pelan. "Sekarang mending kita bahas tentang pertanyaann kamu tadi pagi," ujar Zean mengalihkan pembicaraan.

Zella mendengus sebal. "Yaudah apa jawabannya?" tanya Zella.

"Kecupan, kedua bibir saling bersentuhan. Ciuman ketika dua bibir saling melumat, menghisap dan lidah saling membelit," jawab Zean mantap.

"Kakak tau dari siapa?" pekik Zella yang masih terkejut mendengar jawaban Zean.

"Penting kamu tau?"

"Pentinglah," jawab Zella cepat.

"Saya tanya Gala," sahut Zean. 

Zella manggut-manggut. "Pantes bener."

"Cuma saya penasaran," ungkap Zean dengan kening berkerut.

"Soal apa?" Tanya Zella.

"Kecupan dan ciuman. Bagaimana rasanya?" tanya Zean balik dengan raut datarnya.

"Zella engga pernah pacaran jadi Zella engga tau. Tapi liat di drama-drama kayanya sih enak kak. Soalnya mereka kalo lagi kissing matanya dipejemin. Kayanya lagi dinikmatin banget gitu," sahut Zella sembari mengingat-ngingat adegan kissing di beberapa drama yang ia tonton.

"Gala ngasih saran sama saya. Mau tau?" tawar Zean.

Dengan cepat Zella menganggukkan kepalanya.

"Daripada saya nanya-nanya perbedaan kecupan sama ciuman mending saya langsung praktek aja. Otomatis saya pasti langsung tau perbedaannya. Gitu kata Gala," jelas Zean.

"Jadi kakak mau ngajak Zella ciuman?" cicit Zella.

"Kamu mau?"

Zella terdiam sejenak. "Zella bingung," lirih Zella. 

Mendadak keduanya saling bungkam. Sebenarnya Zella ingin hanya saja ia takut. Bagaimana kalo nanti Zean kebablasan dan meminta haknya? Meskipun ia dan Zean sudah halal tetap saja Zella belum siap jika harus menyerahkan mahkotanya sekarang.

Merasa suasana berubah canggung. Zean mengalihkan pembicaraan mereka dan membahas pertemuannya dengan bunda di kantor Zean tadi pagi. "Tadi bunda ke kantor," adu Zean.

Zella langsung menolehkan kepalanya ke arah Zean. "Bunda ke kantor kakak? Ngapain?" 

"Bunda marah karena saya masuk kantor dan maksa kamu kuliah," jelas Zean.

"Bunda tau darimana kalo kakak kekantor tadi?" tanya Zella bingung.

"Salah satu maid disini mata-mata bunda."

Zella melebarkan matanya. "Mata-mata?"

Zean mengangguk. "Sudah lama. Semenjak saya memutuskan tinggal sendiri bunda memperkerjakan seorang maid untuk memantau saya. Saya tidak masalah justru merasa senang. Setidaknya saya tidak perlu repot-repot setiap hari harus memberi kabar ke bunda."

Zella manggut-manggut. "Kakak kenapa milih tinggal sendiri? Padahal bunda juga sendirian," tanya Zella hati-hati.

"Saya tidak kuat tinggal di rumah itu. Banyak kenangan indah saya disana bersama bunda dan juga ayah. Dan kenangan itu membuat saya tertekan," jawab Zean dengan mata sendu dan tanpa sadar kedua tangan lelaki itu mengepal.

Zella terdiam dan menatap lekat mata Zean. Jika itu kenangan indah, kenapa raut wajah kak Zean terlihat tertekan? Kenapa raut wajah kak Zean terlihat sedih? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kak Zean terlihat seolah-olah ia baru saja mengalami hal buruk? Apa ini berkaitan dengan kematian ayah mertuanya?

Berbagai pertanyaan muncul dibenak Zella. Ingin Zella menanyakan semua pertanyaan yang bersarang di kepalanya. Namun ia teringat ucapan Zean yang meminta Zella untuk bersabar dan membiarkan lelaki itu sendiri yang akan menjelaskan kepadanya nanti.

"Zella... Apakah kamu merasa tertekan menjadi istri saya?" tanya Zean.

Dengan cepat Zella menggelengkan kepalanya. "Zella sangat sangat sangat sangat sangat senang jadi istri kakak. Jangan pernah berpikir kayak gitu ya."

Zean tersenyum tipis. "Syukurlah. Benar kata bunda. Kamu perempuan baik dan Papa Handoko sudah mempercayakan saya untuk menjaga kamu. Sudah semestinya saya menjaga dan memperlakukan kamu dengan baik."

Zella tersenyum haru. Ia lalu beranjak dan mendudukkan dirinya dipangkuan Zean lalu memeluk erat laki-laki itu. Dengan senang hati Zean membalas pelukan Zella. Setiap ia memeluk Zella, Zean merasa sangat nyaman. Ia seperti menemukan tempat untuk menenangkan diri.

"Zella juga akan berusaha menjadi istri yang baik buat kakak. Terlepas dari perjanjian itu Zella akan menjadi istri yang penurut. Zella akan menuruti semua kemauan dan perintah kakak," ungkap Zella jujur.

"Terimakasih sudah menjadi istri yang penurut," ucap Zean tulus.

"Terimakasih juga sudah jadi suami yang tampan dan kaya," balas Zella sembari tertawa.

Zean terkekeh kecil. "Dasar matre," ledek Zean.

Zella sontak meleraikan pelukan keduanya dan menatap sebal Zean. "Biarin. Cewek matre itu realistis. Hari gini punya pasangan cuma modal tampang sama cinta. Siap-siap aja hidup melarat. Makan cuma pake nasi sama garam aja."

Zean sontak tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Zella. Sedangkan Zella jangan ditanya lagi. Gadis itu terdiam seperti patung. Matanya tak henti-hentinya menatap kagum raut wajah Zean yang sedang tertawa. Maklum saja ini pertama kalinya Zella melihat Zean tertawa lepas seperti ini. 

"Ihhh Kak Zean ketawa. Kak Zean ketawa," pekik Zella heboh. Bahkan tangan gadis itu meraba-raba area kantongnya. Mencari sesuatu benda yang bisa mengabadikan momen paling bersejarah di kehidupan Zella.

"Kamu nyari apa?" tanya Zean menghentikan tawanya dan menatap bingung Zella.

"Nyari ponsel Zella," jawab Zella terus meraba-raba sekitarnya.

"Untuk apa?"

Zella terdiam lalu menatap Zean sejenak sebelum gadis itu menerjang tubuh Zean dengan pelukan erat. "Kakak tadi ketawa jadi Zella pengen abadiin momentnya di ponsel Zella. Soalnya kakak kalo ketawa gantengnya nambah plus plus," jawab Zella menyembunyikan wajahnya dipundak Zean dengan wajah memerah karena malu.

Zean terkekeh kecil lalu membalas pelukan Zella. "Jangan pernah pergi dari saya Zella," pinta Zean tiba-tiba.

Zella melerai pelukan keduanya lalu menatap Zean. "Kenapa?"

"Karena saya sudah mulai terbiasa dengan kehadiran kamu disisi saya," balas Zean menatap dalam manik mata Zella.

Zella terpaku menatap kedua manik mata Zean. Mendadak detak jantungnya bekerja diatas normal membuat Zella tersadar dengan misinya. Seharusnya Zean yang merasakan ini bukannya dirinya. "Ihh harusnya itu bagian Zella," ucap Zella cemberut.

"Maksud kamu?"

"Harusnya Zella yang gombalin kakak dan bikin jantung kakak dag dig dug ser. Bukannya Zella," jelas Zella kesal.

Zean tertawa dan menatap gemas raut kesal Zella. "Yaudah. Coba gombalin saya. Saya mau denger."

Zella berdehem lalu menatap genit Zean. "Kakak tau engga. Kalau kakak itu ibarat crayon di hidup Zella."

"Kenapa begitu?"

"Karena berkat kakak hidup Zella jauh lebih berwarna," jawab Zella sembari mengedipkan sebelah matanya.

Zean tertawa mendengar gombalan Zella. Zella yang tengah menatap Zean meletakkan tangannya di dada Zean. Seketika raut genit Zella berubah menjadi kesal.

"Kenapa jantung kak Zean biasa aja sih?" gerutu Zella.

"Itu karena gombalan kamu receh Zella. Terlalu pasaran," ledek Zean  membuat rasa kesal Zella bertambah.

"Kalau gitu Zella pake cara terakhir. Zella yakin pasti jantung kak Zean bakal berdisko ria," ucap Zella yakin.

Zean hanya diam. Matanya menatap datar Zella dan menunggu apa yang akan dilakukan Zella kepadanya.

Namun sedetik kemudian kedua mata Zean melebar bersamaan dengan detak jantungnya yang mulai berdetak tidak normal.

Cup

Zella mengecup ujung hidung Zean dengan kedua tangan melingkar indah di leher suaminya.

"Kalau kaya gini detak jantung kak Zean masih berdetak normal engga?" tanya Zella menatap dalam kedua manik mata Zean sembari menunjukkan senyuman manisnya.

                                       ~oOo~
 

Di sebuah rumah minimalis yang berada di tengah sebuah hutan lebat. Tampak seorang paruh baya yang memiliki cacat di bagian tangan kirinya asyik menghisap rokok yang berada di mulutnya. Ia menatap dalam pemandangan di luar jendela kamarnya. Hingga sebuah ketukan pintu menghentikan kegiatan lelaki paruh baya tersebut.

"Tuan, saya bawakan makan malam untuk anda," ujar seorang pemuda sopan dengan tangan memegang sebuah nampan berisi sepiring makanan dan segelas air.

"Taruh saja di meja itu Fandi," sahut lelaki paruh baya itu sembari memutar kursinya kearah sang pemuda kemudian mematikan rokoknya di atas asbak.

Pemuda bernama Fandi itu menghampiri tuannya dan meletakkan nampan tersebut di atas meja yang berada di depan tuannya.

"Apa informasi terbaru Fandi?" tanya lelaki paruh baya itu mulai menyantap makan malamnya.

"Tuan Zean masih berusaha mencari keberadaan anda tuan," sahut Fandi.

"Cihh... bocah ingusan itu masih belum menyerah ternyata. Bukankan dia sudah menikah Fandi?" tanya lelaki paruh baya itu lagi.

"Benar tuan. Tuan Zean menikah dengan anak perempuan tuan Handoko," jelas Fandi.

"Aaa... pria tua itu. Bukankah perusahaannya hampir bangkrut?"

"Iya tuan. Tuan Handoko meminta bantuan nyonya Kirana dengan imbalan menjodohkan putri tuan Handoko dengan tuan Zean."

"Perjodohan demi keuntungan bisnis ternyata. Fandi menurutmu apakah sudah waktunya aku meninggalkan persembunyian ini?" tanya lelaki paruh baya itu menatap serius Fandi.

"Apakah anda sudah merencanakan sesuatu?" 

Lelaki paruh baya itu mengangguk sembari tersenyum miring. "Sudah waktunya aku mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku bukan?"

"Saya akan mengikuti perintah anda tuan," ucap Fandi tegas.

"Bagus. Langkah pertama aku membutuhkan seseorang yang bisa aku jadikan boneka untuk mendekati istri Zean. Apa kau bisa menyiapkannya Fandi?" pinta lelaki paruh baya itu.

"Saya akan segera mencari boneka yang pas untuk anda tuan," balas Fandi cepat.

"Aku serahkan tugas itu padamu."
 

                                         ~oOo~
 

PART 19. RAHASIA ZEAN

Zean sedang fokus membaca beberapa dokumen sebelum ia tanda tangani. Tak berapa lama terdengar pintu ruangan kerjanya diketuk dan terlihat Kino masuk ke dalam ruangannya dengan membawa sebuah map hitam di tangan kanan lelaki itu.

"Pak, ini laporan penyelidikannya," lapor Kino sembari menyerahkan map hitam yang ia pegang kepada Zean.

Zean mengambil map tersebut lalu membacanya. "Tidak ada perkembangan," ucap Zean tersenyum miring.

"Saya minta maaf pak. Mereka belum bisa menemukan keberadaannya," sahut Kino dengan kepala tertunduk.

Zean menghela nafasnya. "Perluas pencarian. Kalo perlu ke pelosok sekalipun," titah Zean dingin.

"Baik pak," balas Kino tegas.

Tok tok tok

Zean dan Kino menoleh ke arah pintu. Terlihat kepala Gala menyembul di balik pintu dengan cengiran khasnya. Sepertinya lelaki berkacamata itu sengaja menampakkan kepalanya terlebih dahulu untuk mengetahui apakah Zean sedang ada tamu atau tidak. 

"Annokuuu... Kita jemput Zella nyok," ajak Gala sembari berjalan ke arah Zean.

Gala yang mendapat tatapan tajam dari Zean langsung tersadar. Dengan cepat ia meralat ucapannya. "Ohh hahahaha... Maksud gue lo jemput Zella. Terus gue jemput Cheryl. Gityuuu..." ralat Gala nyengir.

Zean hanya diam lalu menatap ke arah Kino. "Lakukan sesuai perintah."

"Baik pak. Kalo begitu saya permisi dulu pak," pamit Kino lalu menoleh ke arah Gala. "Saya keluar dulu Pak Gala."

"Selamat bekerja Kino," balas Gala sembari mengangkat kedua tangannya yang mengepal sedangkan Zean kembali melanjutkan membaca dokumen-dokumennya.

"No, gimana hasil penjelasan dari gue? Lo jadi muah-muah engga?" tanya Gala sembari mendekatkan wajahnya ke arah Zean.

"Zella engga mau," jawab Zean datar.

"Pfftt... Lo di tolak? Hahahaha... Kasian amat sih lo No. Baru minta cium aja di tolak. Apalagi minta malam pertama. Bisa-bisa lo langsung di ceraiin sama Zella," ejek Gala tertawa puas sembari menjauhkan wajahnya.

"Gue menghargai. Beda sama lo," celetuk Zean skakmat dan membuat Gala seketika menghentikan tawanya.

"Engga asik lo ah," rajuk Gala.

Zean hanya mengedikkan bahunya lalu melanjutkan pekerjaannya. Gala memperhatikan map-map yang berada diatas meja Zean. Hingga ia menemukan satu map berwarna hitam yang berhasil membuatnya penasaran. Dengan cepat ia mengambil map tersebut dan membacanya.

"Lo masih nyelidikin orang itu?" tanya Gala dengan raut terkejut setelah membaca isi map itu.

Zean hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia baca.

"Lo gila No! Ngapain lo nyari tau keberadaan orang yang jelas-jelas udah meninggoy? Lo waras??" sentak Gala.

Zean menatap ke arah Gala. "Dia belum meninggal," sahut Zean santai.

Gala kembali memasang wajah tak percaya mendengar ucapan Zean. "Belum meninggal lo bilang? Anno kita berdua liat dengan jelas mayat orang itu. Lagipula ya No, lo liat sendiri. Lo baca pake mata lo sendiri kalo hasil forensik bilang mayat itu adalah mayat tuh orang. Kurang bukti apalagi??"

Zean hanya diam dengan kedua tangan mengepal kuat.

"Sekarang gue tanya, apa hasil penyelidikan lo selama ini? Lo nyari tau keberadaan orang itu hampir 15 tahun dan hasilnya engga ada kan? Karena orang yang lo cari udah engga ada No. Dia udah meninggal. Mau beratus-ratus tahun lo nyari hasilnya pasti tetap sama. Nihil!" papar Gala.

"Dia.belum.meninggal.Gal," tekan Zean dan menatap tajam Gala.

Gala membanting map yang ia pegang ke meja Zean dengan wajah kesal. "Apa yang ngebuat lo seyakin itu hah? Mau sampai kapan lo engga bisa nerima kenyataannya?"

"Karena gue yang disekap disana selama berhari-hari Gala!" bentak Zean.

"Apa lo bilang bukti? Hasil forensik? Mayat? Ckk... Bagaimana gue bisa percaya itu mayat dia sedangkan wajah mayat itu hampir engga bisa dikenali karena kebakaran itu. Dan lagi hasil forensik? Awalnya gue percaya Gal meskipun gue engga yakin kalo orang itu sudah meninggal! Tapi setelah gue baca hasil forensik itu, dugaan gue semakin kuat. Gue semakin yakin orang itu masih hidup!" sambung Zean dengan raut marah.

"Maksud lo apa No? Bukannya lo engga inget sama sekali soal kejadian itu?" cecar Gala menatap penasaran Zean.

Zean terdiam sejenak dengan kepala tertunduk "Gue bohong Gal. Gue sengaja pura-pura lupa ingatan karena engga kuat liat kondisi bunda yang sedih dan syok waktu itu," lirih Zean.

Gala syok mendengar penjelasan Zean. "Jadi selama ini lo...?"

Zean mengangguk lemah."Gue ingat semuanya. Itu sebabnya setelah gue baca hasil forensik itu, gue semakin yakin kalo dia belum meninggal."

"Jelasin No! Jelasin sama gue! Kenapa lo yakin dia belum meninggal?" paksa Gala dengan raut marah.

"Hasil forensik bilang kalo jari-jari tangan mayat itu normal Gal. Sedangkan gue liat dengan jelas orang itu menderita Syndactyly," jelas Zean.

"Syndactyly?"

Zean mengangguk. "Kelainan dimana jari tangan saling menempel. Dan orang itu, gue liat dengan jelas jari telunjuk dan jari tengah di tangan kirinya saling menempel," papar Zean.

"Gilaaaa... Jadi orang itu masih hidup?" pekik Gala sembari menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Gue akan terus cari orang itu sampai ketemu. Dalam keadaan hidup atau mati," desis Zean.

Tiba-tiba bayangan kejadian masa lalunya melintas di pikiran Zean. Lelaki itu meremas kepalanya yang terasa sangat sakit dan tak berselang berapa lama ia juga merasakan sesak di dadanya. Bahkan untuk menarik nafas saja Zean merasa kesulitan. 

Gala yang melihat Zean memukuli dadanya dengan nafas terengah-engah sontak panik. Ia berjalan menuju laci meja kerja Zean untuk mengambil botol berwarna putih yang berisi obat yang biasa dikonsumsi Zean jika traumanya kambuh. Dengan cepat Gala mengambil satu butir pil dari dalam botol tersebut.

"Ah shit! Pake segala engga ada air lagi," gerutu Gala dengan mata memperhatikan sekeliling ruangan Zean. 

Lelaki itu lalu menghampiri Zean yang terduduk lemas di kursi kerjanya dan menyerahkan obat tersebut kepada Zean. 

"No lo telen dulu obatnya ya. Gue keluar sebentar ambil air," titah Gala lalu beranjak keluar dari ruangan Zean.

Zean mengambil obat tersebut lalu menelannya. Nafas lelaki itu perlahan-lahan kembali normal. Zean menyenderkan kepalanya di punggung kursi dengan mata terpejam. Tak lama setetes air mata keluar dari kedua mata Zean yang terpejam. "Ayah.."
 


                                          ~oOo~
 


 Zella dan Cheryl sedang berada di toilet kampus. Sedari tadi Zella terus menatap heran Cheryl yang asyik touch up. Bahkan gadis itu sudah berganti pakaian, yang tadinya hanya memakai kaos maroon polos dan celana jeans putih. Kini Cheryl terlihat lebih feminim dengan dress floral berwarna coklat susu.

"Lo mau kemana?" Tanya Zella heran.

"Mau ngedate dong," jawab Cheryl seraya menepuk-nepuk bedak cushion ke wajahnya.

"Sama siapa?"

Cheryl menatap Zella kemudian tersenyum miring. "Sama Kak Gala," sahut Cheryl sombong.

"Kak Gala?" ulang Zella kaget.

Cheryl mengangguk kemudian merapihkan rambutnya.

Zella memicingkan matanya ke arah Cheryl. "Sejak kapan lo dekat sama kak Gala?" selidik Zella.

"Sejak gue bantu dia buat putus sama pacarnya," jawab Cheryl santai.

"Lo jadi pelakor?" tuduh Zella.

Cheryl seketika menatap sinis Zella. "Enak aja! Ya enggalah."

"Barusan lo bilang lo bantuin kak Gala putus sama pacarnya. Berarti lo itu secara engga langsung jadi pelakor dong," terang Zella.

Cheryl mendengus kesal. "Gue bukan pelakor tapi korban yang dijadikan kambing hitam sama kak Gala buat putus sama pacarnya."

"Tetep aja Chel. Kak Gala putus sama pacarnya gara-gara lo. Berarti lo secara engga langsung jadi pelakor di hubungan kak Gala sama pacarnya," ujar Zella tak mau kalah.

"Terserah," sahut Cheryl kesal. "Oh iya, gimana hubungan lo sama kak Zean?" 

"Makin maju dong. Gue seneng banget Chel. Kemarin malem gue berhasil bikin detak jantung kak Zean dag dig dug ser," balas Zella senang.

"Oh ya?" sahut Cheryl tak percaya.

Zella menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar. "Gue pernah baca artikel di internet. Katanya salah satu ciri-ciri kalau cowok suka sama kita itu detak jantungnya berdetak cepat saat di dekat kita. Berarti gue berhasil menumbuhkan benih-benih cinta di hati kak Zean dong Chel?"

"Belum tentu Zel. Emang lo apain kak Zean sampai bikin detak jantungnya berdetak kencang gitu?"

"Gue cium ujung hidungnya," jawab Zella santai.

Cheryl yang tadinya tengah memoles lip cream ke bibirnya tak sengaja mengenai dagunya karena terlalu kaget mendengar jawaban Zella. "Berarti bibir lo udah engga perawan dong?" terka Cheryl.

"Enak aja. Masih ori semua tubuh gue. Lagian gue kan nyium ujung hidung kak Zean bukan bibirnya," protes Zella.

"Terus reaksi kak Zean gimana?" tanya Cheryl sembari menghilangkan noda lip cream di dagunya menggunakan tisu.

"Dia diem aja kaya patung. Tapi pas gue cek dadanya. Gilaaa Chel... Detak jantung kak Zean cepet banget. Udah kaya orang habis lari maraton," jawab Zella heboh. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana cepatnya detak jantung suaminya itu bekerja.

"Mungkin itu karena kak Zean kaget kali liat tingkah agresif lo. Terus-terus kak Zean balas nyium lo engga?"

Zella menggeleng lemah. "Habis itu dia malah ngajak gue tidur. Katanya udah malem dan besok gue harus bangun pagi karena ngampus."

"Jadi selama ini kak Zean belum pernah nyentuh lo?" tebak Cheryl.

"Kak Zean sering sentuh gue kok. Dia sering meluk gue, elus-elus kepala gue. Kadang-kadang dia juga nyium kening gue," jelas Zella dengan raut polosnya.

Cheryl hampir saja menjatuhkan bibirnya ke lantai mendengar ucapan Zella. "Maksud gue lo belum pernah di grepe-grepe? Atau minimal ciuman gitu?"

Zella menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya kemarin malam tuh hampir kejadian. Kak Zean nanya gue mau ciuman apa engga? Gue bilang engga karena gue belum siap. Akhirnya engga jadi deh."

Cheryl menatap takjub Zella sembari bertepuk tangan. "Nikah hampir mau seminggu. Di grepe engga pernah. Ciuman engga pernah. Kak Zean hebat bisa nahan nafsunya selama ini."

"Woiya dong. Kak Zean gitu loh. Suami kesayangan Zella," puji Zella sombong.

"Hebat sekaligus kasian. Udah punya bini masih aja main solo. Sekali-kali lo coba bangun tengah malem terus ke kamar mandi," saran Cheryl.

"Ngapain?"

"Periksa lakik lo lah. Kali aja lagi main solo," cetus Cheryl.

"Main solo gimana maksudnya Chel? Emang dikamar mandi bisa?" tanya Zella dengan raut bingung.

Cheryl menghela nafasnya lelah. Ia baru sadar jika sahabatnya ini masih terbilang polos nan bodoh untuk urusan dewasa. Terkadang Cheryl merasa dunia ini tidak adil padanya. Kenapa cewek sepolos Zella harus menikah secepat ini? Mana suami Zella bukan tipe cowok kaleng-kaleng. Sedangkan dirinya yang sudah pro malah sampai sekarang masih menjomblo.

"Kalau lo mau tau. Ikutin aja saran gue," ucap Cheryl sembari membereskan alat-alat make up-nya. Keduanya lalu keluar dari toilet dan berjalan menuju lobby kampus.

"Oh iya gue lupa bilang. Kata kak Gala nanti dia jemput gue bareng kak Zean," ujar Cheryl memberitahu.

"Kenapa engga bilang dari tadi sih? Tau gitu gue juga dandan tadi," sungut Zella kesal.

"Ya namanya juga lupa. Lagian lo masih cantik kok. Tenang aja kak Zean engga akan berpaling," goda Cheryl.

"Tetep aja. Setidaknya gue dandan dikit biar keliatan cantik di depan kak Zean," rajuk Zella.

"Takut banget sih lo. Gue jamin kak Zean engga akan tergoda sama cewek lain. Dia cuma tertarik sama lo," bujuk Cheryl.

"Namanya juga lakik. Liat yang lebih bening dikit langsung jelalatan," gerutu Zella.

"Btw Zel lo udah dengar belum kalo Radit udah pindah kampus?" tanya Cheryl.

"Hah?? Serius lo??"

"Serius. Gue juga denger dari anak-anak tadi. Katanya dia pindah ke luar negeri. Serem juga ya Zel akibat patah hati gara-gara lo," jelas Cheryl bergidik ngeri.

"Gue sebenernya kasihan tapi ya mau gimana lagi gue engga suka. Tapi baguslah dia pindah. Siapa tau nanti kecantol sama bule disana," ungkap Zella.

Cheryl menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju dengan ucapan Zella. Mereka berdua kini berdiri di depan lobby kampus menunggu kedatangan Gala dan Zean. Tak berapa lama kemudian sebuah mobil Mercedes-AMG GT 53 4MATIC berwarna putih berhenti tepat dihadapan Cheryl dan Zella. 

"Hai ciwik-ciwik," sapa Gala genit melalui kaca mobil yang ia turunkan.

"Hai Kak Gala," balas Cheryl dan Zella.

Lalu keduanya masuk ke dalam mobil Gala. Cheryl duduk di bangku penumpang samping Gala. Sedangkan Zella duduk di kursi belakang bersama Zean. Sebelum Zella masuk ke mobil, Gala sempat memberi kode kepada Zella untuk menenangkan Zean.

Mengerti dengan kode yang diberikan Gala, Zella lalu menoleh dan menatap ke arah Zean. Lelaki itu hanya diam dengan mata terpejam. Dengan pelan ia meraih tangan Zean lalu mengecupnya. Zean tersentak kaget karena tiba-tiba merasakan ada seseorang yang memegang tangannya.

"Kakak engga apa-apa?" tanya Zella khawatir. Wajah Zean tampak kusut dan lesu. Rambut lelaki itu juga sedikit berantakan.

Zean menggelengkan kepalanya lalu menarik Zella untuk duduk di pangkuannya lalu memeluk tubuh mungil itu erat. 

Gala dan Cheryl memperhatikan keduanya dari kaca spion tengah. Tangan Cheryl menepuk pelan paha Gala. Tanpa suara ia bertanya apa yang sebenernya terjadi. Gala hanya menjawab dengan gelengan dan membuat Cheryl mendengus kesal.

"No, lo mau gue anterin kemana?" tanya Gala sembari melajukan mobilnya.

"Pulang," jawab Zean pelan. 

Didalam pelukan Zean, Zella merasa kebingungan. Gadis itu menguraikan pelukan keduanya dan menatap selidik Zean. "Kakak kenapa? Kakak sakit? Muka kakak pucet. Di kantor lagi ada masalah ya?" cecar Zella.

Zean menatap sendu Zella. "Peluk saya," pinta Zean lemah.

Zella menarik pelan kepala Zean dan membenamkannya di ceruk leher gadis itu. Zean memejamkan matanya. Menikmati usapan lembut Zella di kepalanya sekaligus menghirup rakus aroma tubuh Zella yang terasa sangat menenangkan.

"Jangan kaya gini. Zella khawatir," bisik Zella.

"Selama ada kamu saya akan baik-baik saja," gumam Zean.
 


                                         ~oOo~
 


Cheryl menatap kagum interior ruang tamu di mansion Zean. Seperti gadis kampungan Cheryl tak henti-hentinya mengucapkan kata "woah" dengan kedua tangannya yang menyentuh satu-persatu barang-barang diruangan tersebut. 

Begitu mereka tiba di mansion Zean, Cheryl memaksa Gala untuk masuk ke dalam mansion. Gala yang ditarik paksa hanya bisa menurut dan berakhir keduanya terdampar di ruang tamu Zean. Sedangkan Zella, tadinya gadis itu berniat menemani Cheryl dan Gala namun Zean memaksa agar Zella menemani lelaki itu tidur. Maklum saja semenjak menikah dengan Zella, Zean terbiasa tidur dipelukan Zella sembari pantatnya yang dipuk puk lembut oleh sang istri.

"Duduk apa Chel. Norak banget sih lo, kaya kaga pernah ke mansion aja," sindir Gala menatap jengah Cheryl yang masih mengagumi interior ruang tamu Zean.

"Emang belum pernah," sahut Cheryl sinis. Gadis itu lalu mendudukkan dirinya disamping Gala dan menatap selidik Gala.

"Oh iya tadi itu kak Zean kenapa? Kok mukanya pucet banget kak," tanya Cheryl penasaran.

"Kepo," jawab Gala sembari mendorong jidat Cheryl menggunakan jari telunjuknya.

"Serius ih. Gue tuh khawatir tau kak. Takutnya ini pengaruh dari Zella yang engga mau ngasih jatah kak Zean," sahut Cheryl dengan raut kesal.

"Bisa dibilang ada sedikit pengaruh dari Zella. Ya sekitar 25% lah," jelas Gala santai.

"Serius?? Kayanya si Zella bener-bener harus disadarin deh kak. Kasian kak Zean kalo terus-terusan tersiksa kaya gini," oceh Cheryl.

"Mau lo sadarin gimana? Lo cekokin obat perangsang gitu?" 

Cheryl sontak memukul Gala dengan bantal sofa yang ia pegang. "Sembarangan banget kalo ngomong. Gue engga sekejam itu ya. Itu namanya bukan nyadarin tapi maksa. Lagian nyadarin Zella tuh gampang. Cukup bawa-bawa dosa juga udah nurut."

"Sorry... Gue kan engga tau kalo Zella anaknya nurutan," sesal Gala.

Cheryl mendengus. Ia lalu menoleh ke dinding sekat antara ruang tamu dan lorong menuju ruang makan. Terlihat Zella berjalan menuju ke arahnya dan Gala. "Zel..." panggil Cheryl senang.

"Kalian masih disini? Kirain udah pulang," ujar Zella lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Gala dan Cheryl.

"Kak Zean mana Zel?" Tanya Cheryl.

"Kak Zean tidur. Oh iya, kak Gala sebenarnya ada apa? Kenapa kak Zean keliatan lesu terus mukanya pucet gitu?" tanya Zella kepada Gala.

"Bukan kapasitas gue buat cerita Zel. Tapi gue harap lo selalu berada disamping Zean ya. Dia sangat butuh lo sekarang," pinta Gala. Zella mengangguk paham.

"Kalo gitu kita pamit ya Zel. Lo fokus jagain Kak Zean aja," pamit Cheryl.

"Kalo ada apa-apa hubungin gue aja Zel atau Kino," sambung Gala.

"Iya. Makasih ya Cher. Makasih juga Kak Gala," ucap Zella sembari tersenyum.

"Sama-sama. Yaudah sono ke kamar. Temenin Kak Zean takutnya dia kebangun terus nyariin lo. Engga perlu nganterin kita berdua ke depan. Gue jamin kita berdua engga bakal nyasar kok," ucap Cheryl terkekeh kecil.

"Hahahaha... Bisa aja lo. Yaudah see you. Gue balik ke kamar dulu," sahut Zella lalu kembali berjalan menuju lift. Sedangkan Gala dan Cheryl berjalan menuju pintu utama mansion Zean.
 

                                         ~oOo~
 

Fandi berjalan tergesa-gesa menuju ke arah seorang pria paruh baya yang tengah duduk santai di balkon kamarnya sembari memegang sebuah map coklat ditangannya.

"Tuan saya sudah menemukan boneka yang pas," lapor Fandi senang.

"Kau yakin?" 

"Yakin tuan. Dia juga memiliki beberapa informasi yang akan menguntungkan kita nantinya," jelas Fandi lalu menyerahkan map coklat tersebut.

"Apa yang dia inginkan sebagai imbalan?"

"Gadis itu."

Pria paruh baya itu menatap Fandi bingung.

"Maksud saya istri tuan Zean. Dia menginginkan gadis itu," ralat Fandi.

Pria paruh baya itu membuka maka coklat yang berisi data-data tentang seseorang yang akan menjadi bonekanya. Ia lalu tersenyum menyeringai. 

"Boneka yang bagus Fandi. Segera urus orang ini. Pastikan semuanya sesuai rencana," titah pria paruh baya itu dengan raut senang.

"Baik tuan."

Pria paruh baya itu tertawa puas. "Aku akan kembali. Keponakanku sayang. Hahahaha..."
 

                                     ~oOo~
 

Aku mau jelasin sedikit apa itu syndactyly ya.

Sindaktili (Syndactyly) adalah kelainan atau cacat bawaan pada bayi baru lahir yang membuat kondisi jarinya saling melekat atau dempet. Sindaktili adalah kondisi dempetnya jari bayi yang bisa melibatkan dua jari atau lebih sehingga membuat telapak tangan atau kaki menjadi berbentuk seperti kaki bebek. (Sumber : Mbah Google)
 


 PART 20. COMPLICATED

Zean berubah. Itulah yang dirasakan Zella semenjak kejadian tiga hari yang lalu dimana Gala menjemput dirinya dan Cheryl kemudian mendapati Zean yang lebih pendiam dengan wajah pucat dan kedua matanya yang terlihat sendu. Terkadang Zella juga sering merasakan Zean yang tertidur gelisah di pelukannya dan beberapa kali memergoki Zean meminum sebuah pil yang setiap kali Zella bertanya tentang pil itu, Zean selalu menjawab kalo pil itu hanyalah vitamin yang biasa ia konsumsi.

Zella ingin sekali menanyakan semua hal yang mengganggu pikirannya saat ini. Namun ketika ia teringat ucapan Zean yang menyuruhnya untuk menunggu dan membiarkan lelaki itu sendiri yang nantinya akan menjelaskan kepadanya membuat Zella terpaksa mengurungkan niatnya. Namun sayangnya bukan kejelasan yang Zella terima namun perubahan sikap Zean yang lebih pendiam dan terkesan menghindari Zella.

Sekilas memang tidak terlihat jelas perubahan yang ditunjukkan suaminya. Lelaki itu masih menjalankan tugasnya seperti biasa. Mengantarkan Zella ke kampus jika itu bebarengan dengan Zean yang berangkat ke kantor. Menjemput Zella di kampus jika Zean sudah tidak memiliki kerjaan lagi di kantor. Meminta disuapin dengan Zella duduk dipangkuannya dan juga tidur mengurung dirinya di pelukan Zella sembari pantatnya dipuk puk lembut. 

Hanya saja jika Zella bertanya Zean hanya akan menjawab dengan satu kata. Padahal biasanya lelaki itu akan memberikan penjelasan walaupun sedikit. Tidak ada usapan lembut di kepala Zella dan selalu mendatangi Zella jika lelaki itu butuh saja. Zean juga lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja. Bahkan lelaki itu dengan sengaja mengunci pintu ruang kerjanya dari dalam dan hal itu sudah menandakan bahwa Zean tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk Zella. 

"Zel, lo baik-baik aja kan?" tanya Cheryl khawatir. Pasalnya sejak pagi Zella terlihat murung. Sewaktu dikelas juga Zella lebih banyak melamun daripada mendengarkan dosen yang sedang menjelaskan materi perkuliahan.

"Gue gegana Chel," jawab Zella lesu lalu menempelkan pipinya di meja kantin.

"Loh kenapa? Mau gue pesenin ice chocolat engga? Biar mood lo lebih baik," tawar Cheryl.

"Boleh deh."

"Sekalian lo mau makan apa? Galau boleh tapi perut harus tetep diisi biar otak lo lancar kalo dipake mikir," nasihat Cheryl.

Zella mengedarkan matanya ke sekeliling kantin. "Nasi goreng ayam bakso aja deh. Sama air mineral ya Chel. Yang ice chocolat ganti aja sama boba rasa choco hazelnut. Makasih Cher."

"Engga tau diri ya anda. Gue niat nolongin ehh yang ditolong malah nyusahin," cibir Cheryl.

Zella nyengir. "Jarang-jarang gue bikin lo susah Cher."

"Iya bagus. Kalo keseringan kurang ajar namanya," sahut Cheryl sewot lalu beranjak dari kursinya dan berjalan ke stand penjual nasi goreng untuk memesan pesanan Zella.

Zella terkekeh kecil lalu mengambil ponselnya. 
 


                              My Cool Husband πŸ’•
 

                          Kak jangan lupa makan siang πŸ€—βœ”οΈβœ”οΈ
 

Ya.
 


 "Tuhkan balesnya singkat. Aaa... Jadi pengen nangis ih," gerutu Zella sebal lalu menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangan gadis itu.

Cheryl kembali berjalan ke arah Zella dan mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Zella. Keningnya berkerut melihat bahu Zella bergetar. "Zel lo nangis?" ujar Cheryl panik.

Zella hanya diam dan tetap membenamkan wajahnya diatas lipatan tangannya. 

"Zel..." panggil Cheryl dengan mengusap pelan punggung Zella.

Zella masih diam dan bersamaan dengan itu seorang lelaki paruh baya mengantarkan pesanan Zella dan Cheryl. "Neng ini makanan dan minumannya."

"Makasih mang," ucap Cheryl ketika lelaki paruh baya itu selesai meletakkan pesanan mereka di atas meja.

"Sama-sama neng," balas lelaki paruh baya itu lalu pergi menjauh dari meja Cheryl dan Zella.

"Zel ini makanan lo sama minumannya. Dimakan ya," bujuk Cheryl.

Zella menaikkan kepalanya sehingga wajah sembab Zella terlihat jelas. Dia menganggukkan kepalanya sembari tangannya mengambil beberapa tisu diatas meja dan mengusapkan ke wajahnya. Dengan tak tau malu Zella juga mengeluarkan seluruh lendir yang berada di dalam hidungnya.

Srooottt

"Jorok banget anjir lo Zel. Gue lagi makan nih," omel Cheryl yang tadinya ingin memasukkan mie goreng pesanannya kedalam mulutnya seketika terhenti mendengar suara yang dikeluarkan hidung Zella.

"Hahaha... sorry Chel. Hidung gue mampet soalnya," sahut Zella dengan suara sengau.

Cheryl kembali memakan mie gorengnya setelah Zella membuang semua tisu bekasnya ke dalam tong sampah. Sesekali Cheryl melirik ke arah Zella yang terlihat tidak semangat memakan nasi gorengnya.

"Zel, lo sebenarnya kenapa sih? Dari pagi diem bae. Muka lo asem banget diliatnya. Ehh pas gue tinggal bentar tau-tau mewek. Cerita sini sama gue," ujar Cheryl tak sabaran.

"Kak Zean berubah Chel," ucap Zella dengan raut sedih.

"Berubah jadi Power Ranger,Upin Ipin, apa Olaf?" 

"Jadi Shaun the Sheep. Puas lo?" sahut Zella ketus dan sontak saja Cheryl tertawa puas.

"Lagi serius juga sempet-sempetnya bercanda," dumel Zella.

"Sorry. Habisnya gue gemes banget liat wajah gegana lo. Pengen nendang rasanya," sahut Cheryl tertawa kecil.

"Mau dengerin gue curhat engga nih?" sungut Zella.

"Sok atuh silahken. Aku mendengar dengan menggunakan kedua telingaku dengan seksama dan penuh penghayatan," goda Cheryl yang lagi-lagi tertawa lepas saat melihat tatapan tajam Zella. "Hahaha... Iya iya iya. Cerita-cerita biar gue dengerin."

Zella mendengus kesal lalu memulai sesi curhatnya. "Semenjak lo sama kak Gala nganterin gue sama kak Zean balik ke mansion. Kak Zean berubah Chel. Dia kaya lebih irit ngomong gitu terus terkesan ngindarin gue."

"Lo engga nanya sama kak Zean kenapa dia bersikap kaya gitu ke elo?" tanya Cheryl.

Zella menggeleng. "Gue engga berani. Soalnya dia pernah bilang sama gue buat engga nanya-nanya ataupun nyari tau soal Kak Zean sampai Kak Zean sendiri yang cerita sama gue. Tapi Chel gue engga bisa diginiin terus. Gue juga butuh kejelasan kenapa sikap kak Zean berubah," jawab Zella sembari terisak.

"Kak Zean pernah jelasin ke elo engga? Kenapa dia belum mau cerita soal diri dia ke elo?"

"Kak Zean bilang dia susah percaya sama seseorang dan itu berlaku ke gue juga. Tapi setelah gue nikah sama kak Zean dia berusaha terbuka sama gue. Dia mulai berani minta sesuatu ke gue. Ngasih tau kebiasaan dia apa aja. Walaupun sebenarnya gue pengen tau lebih soal Kak Zean tapi sengaja gue tahan karena gue pengen kak Zean nyaman sama gue," terang Zella.

Cheryl mengusap pelan punggung Zella dan menatap iba sahabatnya. "Coba deh Zel lo lebih berani ke kak Zean. Ungkapin semua yang ada di hati lo ke kak Zean. Mungkin dengan begitu lo tau apa yang harus lo lakuin saat ini. Lo inget engga omongan kak Gala yang minta lo selalu berada disamping kak Zean. Mungkin saat ini sebenarnya kak Zean butuh lo. Cuma ya lo tau sendiri suami lo kakunya gimana kan? Sapu ijuk aja kalah. Jadi disini tuh lo yang harus lebih agresif. Jangan kak Zean diem lo juga diem. Kaga bakal ketemu ujungnya ntar."

Zella menganggukkan kepalanya paham sembari mengusap air matanya dengan tisu. "Makasih ya Cher sarannya."

"Sama-sama. Makanya kalo ada apa-apa itu cerita. Jangan diem-diem pake segala pasang muka asem. Kan gue jadi sebel plus gemes sama lo," tutur Cheryl.

"Gue tadinya pengen nunggu sampai kak Zean jelasin ehh engga taunya malah berlarut-larut kaya gini," papar Zella.

"Yaudah mending sekarang samperin lakik lo. Kalo belum berhasil juga calling gue. Ntar gue minta bantuan juga sama kak Gala biar lo cepat baikan sama kak Zean," usul Cheryl.

Zella mengangguk dengan semangat lalu meminta Cheryl mengantarkannya ke kantor Zean karena kebetulan Cheryl membawa mobilnya ke kampus. Dengan mulut menggerutu Cheryl mengantarkan Zella ke kantor suaminya.
 


                                       ~oOo~
 


"Bos lo gimana? Masih ngedekem di ruang kerjanya," tanya Gala dari seberang telepon.

"Iya pak. Bahkan saat saya tawarin makan siang, Pak Zean cuma geleng-geleng kepala," jawab Kino.

"Tuh cowok satu bener-bener dah. Coba lo hubungi Zella aja No. Gue lagi di Bandung ada masalah sama salah satu cabang distro gue jadi engga bisa ke kantor Anno sekarang," jelas Gala.

"Iya pak. Saya juga rencananya mau nelpon Bu Zella," balas Kino.

"Bagus. Pastiin Anno makan teratur selama di kantor ya No. Sama satu lagi sering-sering liatin bos lo di ruangannya. Dia lagi mode gampang dirasukin arwah jahat. Suka bengong tau-tau bengek kaya kemarin," ungkap Gala.

"Iya pak. Siap."

"Oke. Makasih ya No," ucap Gala.

"Sama-sama Pak Gala," balas Kino.

Setelahnya Gala memutuskan sambungan telepon keduanya. Kino menghela napasnya sejenak. Sudah tiga hari bosnya dalam mode seperti yang dikatakan Gala di telepon. Bahkan beberapa pekerjaan Zean dihandel sementara oleh Kino. Sedangkan Zean hanya diam melamun di dalam ruangannya. Kemudian tengah hari akan pergi meninggalkan ruang kerjanya. 

Kino kembali menghidupkan layar ponselnya untuk menelpon Zella. Baru saja Kino hendak mendial kontak Zella tau-tau istri bosnya itu sudah berada dikantor dan sedang berjalan kearahnya.

"Hai Kak Kino. Kak Zean ada di dalam engga?" tanya Zella sembari menunjuk pintu ruang kerja Zean.

"Baru aja saya mau nelpon ibu. Pak Zean ada di dalam kok bu," jawab Kino sopan.

"Kak Zean kenapa? Dia sakit Kak?" cecar Zella dengan raut khawatir.

"Pak Zean belum makan siang bu. Pas saya tawarin beliau cuma menggelengkan kepalanya," balas Kino. 

"Soal itu biar urusan aku. Makasih ya kak," ujar Zella tersenyum lalu berjalan cepat masuk kedalam ruang kerja Zean tanpa menunggu balasan dari Kino.

Kino hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap istri bosnya yang terlihat menggemaskan dimatanya. Kino berharap setelah ini bosnya bisa kembali seperti biasanya dan membuat Kino terlepas dari kerjaannya yang menjadi double karena perubahan sikap Zean.
 


                                       ~oOo~
 

Tanpa mengetuk pintu Zella langsung masuk kedalam ruang kerja Zean dan mendapati Zean tengah melamun di kursi kerjanya. Lelaki itu menatap kosong ke arah jendela kaca yang menampilkan pemandangan ibukota dari ketinggian lantai 30.

Perlahan-lahan Zella menghampiri Zean lalu memeluk Zean dari belakang dan melingkarkan kedua tangannya di leher Zean. "Assalamualaikum," bisik Zella ditelinga Zean.

Zean tersentak kaget lalu menolehkan kepalanya kesamping kanan. Ia melihat wajah Zella yang tersenyum lebar dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan ujung hidung keduanya saling bersentuhan. Sejenak Zean terpaku saat matanya tak sengaja bertatapan dengan Zella. Begitu juga dengan Zella yang merasa tubuhnya seolah mematung. Sampai-sampai untuk memalingkan wajahnya saja ia merasa kesulitan.

Seolah tersadar dengan posisinya dengan Zella, Zean segera memalingkan wajahnya. Begitu juga dengan Zella yang merasa pipinya memanas. Merasa tak kuat dengan suasana di ruangan kerja Zean, Zella hendak kabur keluar namun tak jadi ia lakukan sebab teringat dengan ucapan Cheryl yang memintanya untuk bersikap lebih berani dan agresif jika bersama Zean.

Berusaha memberanikan diri Zella mendudukkan dirinya di pangkuan Zean lalu menangkup wajah sang suami. "Balas salam itu wajib hukumnya tau."

Zean sejenak memandang wajah Zella. "Waalaikumsalam," lirihnya menatap sendu Zella.

Zella mengamati wajah Zean. Zella baru sadar wajah Zean berubah. Mata lelaki itu sayu. Wajahnya pucat dan terlihat lesu. Dengan bulu-bulu tipis menghiasi area dagu dan juga area antara bawah hidung dan atas bibir lelaki itu.

"Kak Zean kenapa? Liat! wajah kak Zean jadi keliatan engga keurus kaya gini. Padahal kak Zean masih punya istri loh yang bisa merawat kakak," protes Zella dengan suara lembut. 

"Kenapa kesini?" tanya Zean tanpa menjawab pertanyaan Zella.

Zella melepaskan tangannya diwajah Zean lalu menatap Zean dengan mata berkaca-kaca. "Zella khawatir sama kakak. Kakak tiba-tiba diemin Zella. Menjauh dari Zella. Cuek sama Zella. Zella sengaja nunggu penjelasan dari kakak tapi makin hari kakak malah terus menghindar dari Zella. Kalo kakak ada masalah cerita sama Zella. Jangan jadiin Zella sebagai pelampiasan kemarahan kakak yang bahkan Zella sendiri engga tau kesalahan Zella apa," ungkap Zella mulai terisak.

"Zella engga suka didiemin kaya gitu hiks... Zella engga suka kakak ngejauh dari Zella hikss... Sakit hati Zella liat kakak cuek kayak gini sama Zella," tangis Zella.

Melihat air mata Zella membuat Zean tersadar bahwa sikapnya beberapa hari belakangan ini cukup keterlaluan. Sebenarnya saat ini Zean sedang berusaha memulihkan kondisi psikologisnya. Pasca memori masa lalu kembali menyerangnya waktu itu membuat psikis Zean kembali terganggu. Zean terlalu fokus memulihkan kondisinya dan melupakan Zella yang sekarang sudah menjadi bagian hidup Zean sampai tak sengaja menyakiti gadis itu.

Perasaan bersalah seketika bersarang di hati Zean. Dengan lembut Zean menarik tubuh Zella ke dalam pelukannya. "Maaf. Maafkan saya Zella."

Tangisan Zella semakin kencang ketika mendengar permintaan maaf Zean membuat lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya. "Maafkan saya. Saya terlalu fokus pada diri saya sampai melupakan kamu dan membuat kamu menangis."

"Zella kangen Kak Zean yang banyak ekspresi. Zella kangen di elus rambutnya sama kakak. Zella kangen kak Zean yang manja," ungkap Zella sembari menelusupkan wajahnya di leher Zean.

"Maafkan saya. Kamu ingin sesuatu? Saya akan mengabulkannya sebagai tanda permintaan maaf saya," tawar Zean.

Zella mendongakkan kepalanya. "Kalo Zella minta kakak cerita kenapa kakak berubah. Boleh?"

Zean menundukkan kepalanya lalu mengecup kening Zella singkat. "Maafkan saya Zella. Saya merasa belum siap menceritakannya ke kamu."

Zella mengangguk lemah. Lagi-lagi dia menelan kekecewaan dan menerima kenyataan kalo Zean belum sepenuhnya percaya kepada dirinya. "Zella paham kok."

"Makasih udah mau ngertiin saya ya," ucap Zean tulus lalu membenamkan wajahnya di puncak kepala Zella.

"Makan yuk kak. Kakak belum makan kan?" ajak Zella berusaha menekan rasa kecewa dihatinya.

Zean tersenyum tipis. "Mau makan apa?"

"Zella pengen makan yang pedas. Supaya perasaan Zella lega," jawab Zella semangat.

"Saya engga kuat pedas," ungkap Zean.

"Yaudah kakak temani Zella makan. Nanti kakak pesan menu yang lain aja," usul Zella.

Zean mengangguk. Dengan semangat Zella berdiri dari pangkuan Zean lalu menarik paksa lelaki itu untuk berjalan keluar dari ruangan kerjanya menuju basement. 

Kino yang melihat Zean ditarik paksa Zella kembali tersenyum lebar. Akhirnya istri bosnya itu berhasil membujuk sang bos. Dengan hati riang gembira Kino mulai memisahkan kembali pekerjaan Zean dengan dirinya karena sebentar lagi bosnya itu pasti sudah bisa menghandle sendiri tugasnya.

"Goodbye lembur," gumam Kino riang.
 

                                         ~oOo~
 

"Zella nangis gara-gara sahabat kak Gala itu. Lagian kak Zean kenapa sih? Kalo ada masalah ya jangan bawa-bawa Zella dong. Gue kasian liat Zella nangis kejer kaya gitu," protes Cheryl kepada Gala melalui layar ponselnya yang menampilkan wajah Gala. Lelaki itu tengah duduk santai sembari mengunyah sesuatu yang Cheryl duga itu potongan buah melon.

"Ya mau gimana lagi? Anno belum cerita apa-apa ke Zella. Ya gue mana berani cerita soal Anno ke Zella. Gimanapun itu privasi Anno Chel," papar Gala.

"Lagian kenapa sih Kak Zean tuh nyembunyiin semuanya dari Zella. Mereka tuh udah suami istri. Wajar dong kalo saling terbuka," dumel Cheryl.

"Bukan nyembunyiin tapi lebih tepatnya Anno lagi berusaha menyiapkan diri buat cerita semuanya ke Zella. Banyak hal yang dilalui Anno Chel. Bukan hal baik tapi lebih ke hal yang buruk. Buruk banget sampai gue sendiri aja engga mau ngerasain apa yang sudah dialami Anno. Jadi gue cuma bisa ngasih saran supaya Zella tetap sabar. Gue yakin cepat atau lambat Anno bakal ngasih tau semuanya ke Zella," jelas Gala.

"Tetep aja gue engga tega sama Zella," ungkap Cheryl sedih.

"Ckk... Kenapa jadi bahas pasutri itu dah? Gue video call lo itu mau minta bantuan cakep," tutur Gala menatap kesal Cheryl.

"Bantuin apa?" Tanya Cheryl ketus.

"Jadi pacar pura-pura gue dong Chel. Nyokap gue dua minggu lagi mau ke Indo. Dari kemarin gue diteror kapan nikah gara-gara mami denger kabar Anno udah nikah sama Zella. Kalo gue ketauan masih jomblo bisa-bisa gue berakhir nasib kaya Zean," mohon Gala.

"Lah kan enak berakhir kaya kak Zean. Dapat bini plus-plus kaya Zella," sahut Cheryl.

"Iya kalo ceweknya kaya Zella. Kalo mirip mantan gue kemarin,apes tujuh turunan gue. Ayolah bantuin gue. Cuma seminggu doang kok nyokap gue disini. Ya ya ya Mau ya...?" Pinta Gala dengan wajah memelas.

"Kenapa harus gue sih? Simpanan lo kan banyak kak," celetuk Cheryl enteng.

"Masalahnya kaga ada yang masuk kriteria nyokap gue. Bisa-bisa acara perjodohannya makin lancar. Ayolahh bantu cogan mu ini."

a"Yaudah iya iya. Tapi ada syaratnya," putus Cheryl.

"Apa syaratnya?"

"Resiko lo yang tanggung ya kak. Gue cuma bantu jadi pacar pura-pura aja. Kalo ketauan gue engga mau ikut-ikutan," terang Cheryl.

"Soal itu gampang diatur. Lo engga perlu khawatir," sahut Gala riang.

"Okeh kalo gitu. Gue setuju jadi pacar pura-pura lo."

                                       ~oOo~
 


Zella duduk di pangkuan Zean dan dengan telaten menyuapkan makanan ke dalam mulut lelaki itu. Tadinya Zella ingin sekali mengajak Zean makan bakso mercon tapi apa daya Zean langsung menolak ajakannya mentah-mentah dengan alasan makan dirumah lebih higenis.

"Kamu bisa minta Pak Rahman buatin bakso merconnya. Bahannya lebih terjamin dan udah pasti higenis karena dibikin di rumah," tawar Zean.

"Tetep aja kaya ada yang kurang. Kalo makan diwarung baksonya langsung Zella ngerasa ada sensasi tersendiri disana," balas Zella cemberut.

"Sensasi apa? Sensasi makan disamping orang-orang yang bau keringat."

Zella memukul pelan pundak Zean. "Pokoknya beda ajalah rasanya. Tadi katanya kakak bakal ngabulin keinginan Zella tapi giliran di ajak makan bakso engga mau," rajuk Zella.

"Saya akan kabulin permintaan kamu kalo engga aneh-aneh," sahut Zean santai.

"Orang minta makan di warung bakso kok dibilang aneh. Kalo kaya gini sama aja kakak ngabulin permintaan kakak sendiri bukan permintaan Zella," cetus Zella.

Zean mengedikkan bahunya. Selesai makan Zean tetap menahan Zella dipamhkuannya lalu menelusupkan wajahnya di leher Zella dan memeluk erat pinggang gadis itu. "Ahh nyamannya," gumam Zean sembari menghirup aroma tubuh Zella.

"Jangan ngendus-ngendus ihh. Zella belum mandi ntar diledekin bau asem lagi," oceh Zella.

"Kamu wangi saya suka," ujar Zean jujur.

"Alah suka juga kemarin-kemarin dianggurin," cemooh Zella.

"Maaf," sesal Zean.

"Dimaafin pas lebaran," celetuk Zella. "Hmm... kak?"

"Ya..."

"Apa yang buat kakak belum percaya sama Zella?" lirih Zella.

Zean menjauhkan wajahnya dari leher Zella dan menatap dalam gadis itu. "Saya sudah percaya kamu hanya saja... Sangat sulit bagi saya untuk menjelaskannya kepada kamu. Masa lalu itu begitu menyakitkan untuk saya ingat. Sampai-sampai saya ingin sekali menghapus kenangan masa lalu itu."

"Zella pernah baca. Semua kenangan di otak kita bisa dihapus dengan cara hipnotis. Jika memang masa lalu kakak begitu menyakitkan. Zella bisa temani kakak ke psikiater," terang Zella.

Zean menggelengkan kepalanya lemah. "Saya tidak bisa menghapusnya Zella."

"Kenapa?"

"Kenangan menyakitkan itu masih saya butuhkan untuk mengungkap sebuah kebenaran," jelas Zean.

"Kebenaran tentang apa?"

"Tentang kematian ayah dan bunda saya," jawab Zean pelan.

"Bunda? Bukannya bunda Kirana masih hidup?" pekik Zella terkejut.

"Peluk saya dulu," pinta Zean dan dengan cepat Zella memeluknya. "Kita berhenti sampai sini dulu wawancaranya ya. Saya engga kuat," lirih Zean seraya membenamkan wajahnya di ceruk leher Zella.

Zella mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya. "Zella akan sabar nunggu kakak cerita semuanya ke Zella. Jadi kakak engga perlu terburu-buru. Tapi jangan dicuekin kaya kemarin."

"Iya. Saya janji engga akan kaya gitu lagi. Makasih untuk sabarnya," gumam Zean tulus.

"Sama-sama my cool husband."

                                        ~oOo~

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Selanjutnya PART 21-30
1
0
Jangan lupa klik ❀️ dan komennya my milky πŸ’•πŸ’•πŸ’•
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan