PART 1-10

1
0
Deskripsi

Jangan lupa klik ❀️ dan komennya my milky πŸ’•πŸ’•πŸ’•

PART 1. MENGENAL ZEANNO ALDEBARAN MADAVA

Cheryl menatap aneh Zella yang sedari tadi keliatan tak bersemangat. Zella yang biasanya aktif saat dosen mengadakan sesi tanya jawab di kelas, hari ini keliatan berbeda. Sepanjang kelas berlangsung Zella hanya melamun dengan tatapan yang kosong.

"Zel, lo kenapa sih? Ada masalah? Calling... Calling dong sama gue," celetuk Cheryl yang berhasil menyadarkan Zella dari kegiatan melamunnya.

Zella menghela napasnya lalu menatap sendu Cheryl. "Gue dijodohin Chel," lirihnya.

"APA??????" teriak Cheryl kaget yang berhasil membuat seluruh penghuni kantin menatap sinis Cheryl.

"Maaf," ucap Cheryl cengengesan sambil menatap seluruh penghuni kantin. Setelahnya mata Cheryl langsung menatap selidik ke arah Zella. "Lo serius??"

Zella hanya mengangguk lemah dengan mulut asyik menyedot jus alpukat miliknya.

"Cowoknya siapa Zel? Lo kenal?" tanya Cheryl kepo.

"Anaknya temen papa. Lo taukan Chel perusahaan papa hampir gulung tikar. Dan yang bisa bantuin papa saat ini cuma tante Kirana. Cuma ya gitu tante Kirana mau bantuin papa asalkan gue mau nikah sama anaknya," jawab Zella lesu.

"Yeelah sedih amat sih cerita hidup lo. Terus-terus lo terima perjodohannya?"

Zella kembali mengangguk lemah. "Gue engga tega liat papa sedih. Sebenarnya papa sama mama juga engga setuju gue nikah sama anaknya tante Kirana. Karena menurut papa gue engga bakal bahagia nikah sama tuh cowok. Tapi gue maksa buat papa nerima persyaratan tante Kirana. Setidaknya gue ngerasa berguna jadi anak papa sama mama Chel."

"Gue paham Zel. Tapi gue sedikit aneh deh sama perkataan om Handoko. Kenapa om Handoko bilang kalo calon suami lo bakal bikin lo engga bahagia? Berarti om Handoko kenal banget dong sama calon suami lo," terka Cheryl.

"Kayaknya sih iya. Cuma papa bilang dia masih muda dan yang pasti mapan," jawab Zella seadanya.

"Tapi lo tau namanya engga?"

Zella terdiam dengan kening berkerut. Gadis itu sedang mencoba mengingat nama calon suaminya. "Kalo engga salah namanya Zeanno Aldebaran Madava," jawab Zella setelah yakin nama itu yang diucapkan papanya semalam.

"WHATTT??????" teriak Cheryl untuk kedua kalinya dan berhasil membuat Cheryl mendapat cibiran dari seluruh penghuni kantin yang merasa terganggu dengan suara cempreng Cheryl.

"Mbak maaf ya volume suaranya tolong dikecilin. Ini dikantin mbak bukan dihutan," ucap salah satu penghuni kantin sinis.

"Iya mbak. Maaf ya. Maaf semuanya. Hehehehe," balas Cheryl cengengesan.

"Lagian lo ngapain pake teriak sih Chel? Malu tau diliatin satu kampus." Zella meringis saat menyadari kini dia dan Cheryl menjadi bahan gibah para penduduk kantin. 

"Bodo amatlah. Gue kagak kenal ini. Beda cerita kalo dikantin ini ada gebetan gue. Bisa-bisa tremor gue. Ehh tapi bentar, lo bilang nama calon suami lo Zeanno Aldebaran Madava? Lo yakin itu namanya?" cecar Cheryl.

"Bener kok. Gue ingat dengan jelas itu nama yang diucapin sama papa," jawab Zella yakin.

"Aaaa... lo beruntung banget Zel. Gue iri sama lo," ujar Cheryl heboh.

Zella menatap Cheryl bingung. "Beruntung apanya sih? Gue engga ngerti."

"Makanya tuh otak isinya jangan buku mulu. Sekali-kali lo jelajahin yang namanya dunia maya. Biar engga jadi manusia purba yang kudet," sahut Cheryl menatap jengah Zella.

"Engga penting banget tau Chel, ngabisin kuota doang. Mending jelajahin buku. Udah hemat nambah ilmu lagi," balas Zella tak mau kalah.

"Iya engga penting, sampai-sampai calon suami sendiri aja engga kenal," gerutu Cheryl.

"Emang lo kenal sama Kak Zean Chel?"

"Weitss...kenal dong! Nih ya Zel gue kasih tau, bagi para penikmat cogan kaya gue pasti kenal banget sama yang namanya Zeanno Aldebaran Madava. CEO muda dari Madava Debara Group salah satu perusahaan terbesar seAsia. Dengan puluhan anak cabang perusahaan yang tersebar di beberapa negara. Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, property, media sampai kuliner. Lo bisa bayangin kan tuh cowok duitnya seberapa banyak? Tujuh puluh turunan kagak habis-habis Zel," jelas Cheryl antusias.

"Madava Debara Group?" tanya Zella menatap kaget Cheryl.

"Ho'oh. Perusahaan impian lo kan? Kurang hoki apalagi lo Zel. Pengennya jadi karyawan disana eh malah jadi calon istri CEOnya," sindir Cheryl.

"Gue jadi insecure Chel. Dia terlalu sempurna buat gue yang cuma remahan kerupuk merah putih," ucap Zella dengan kepala yang ia letakkan diatas meja kantin.

"Bener-bener kaga tau diri nih orang. Lo insecure apa kabar gue jenab. Kaga sadar diri mbaknya tiap hari tuh loker penuh sama surat dan bunga-bunga," balas Cheryl dengan tatapan sinis yang dibalas cengiran oleh Zella.

"Ngomong-ngomong lo yakin Zel sama pernikahan lo ini? Iya sih gue akuin kak Zean emang ganteng, mapan, tapi dia terlalu dingin sama cewek Zel. Lo tau banyak cewek diluar sana yang ngejer-ngejer kak Zean tapi boro-boro ditanggepin, dilirik aja kagak. Belom lagi omongan cabenya yang bikin hati nih perih-perih gitu," sambung Cheryl. Zella terdiam dan tidak memberikan tanggapan apapun atas perkataan Cheryl. 

"Apalagi sekarang banyak berita yang beredar kalo kak Zean itu gay. Gegara sering keciduk jalan berdua sama sahabatnya. Lo emang beruntung Zel nikah sama kak Zean kalo kalian saling mencintai. Tapi kalo kaga, kecemasan gue dan om Handoko sama. Lo kaga bakal bahagia sama pernikahan ini."

"Tapi belom tentu kan Chel kabar itu benar. Kali aja cuma rumor buat jatuhin pamor kak Zean doang," sangkal Zella.

"Tapi menurut gue berita itu bener deh Zel. Secara ya di sosial media banyak banget kesebar foto Kak Zean sama sahabat cowoknya. Mana beberapa foto ada yang keliatan ambigu lagi," terang Cheryl.

"Ambigu gimana maksud lo?" tanya Zella penasaran.

"Menurut lo sendiri dah kalo ada cowok nginep dihotel sama seseorang terus satu kamar, mereka ngapain? Udah pasti ngelakuin hiya hiya." 

"Belom tentu juga Chel. Siapa tau aja di dalam kamar bednya ada dua. Banyak kok hotel yang nyediain satu kamar dengan bednya dua," bela Zella.

"Itu bisa aja terjadi sebelum satu akun gosip posting foto kamar yang mereka tempatin. Dan lo tau Zel, di kamar itu bednya cuma satu. Satu Zella!" pekik Cheryl heboh. "Udah gitu ada yang lebih menghebohkan lagi Zel. Kak Zean dan sahabat cowoknya pernah kepergok masuk ke toko perhiasan dan besoknya mereka posting foto. Terus difoto itu kak Zean sama sahabat cowoknya pake cincin couple. Mending lo pikir ulang deh Zel kalo mau nikah sama kak Zean. Masalahnya saingan lo itu terlalu berat Zel. Bukan sesama perempuan tapi sama seorang laki-laki."

"Ah... Lo bikin gue makin pusing tau engga sih Chel," gerutu Zella.

"Saran gue sih mending lo pikir-pikir lagi deh. Inget Zel nikah itu bukan ikatan dimana lo bisa mutusinnya semau lo. Gue tau niat lo baik pengen berbakti sama orang tua tapi coba lo pikir ulang pernikahan ini. Lebih banyak untung atau ruginya buat masa depan lo," nasihat Cheryl.

Zella hanya terdiam sambil menelungkupkan wajahnya di meja. Mencoba menenangkan pikirannya dari perang bathin yang sedari malam sudah berkobar di dalam dirinya.
 

~oOo~
 

"ZEANNOKU I'M COMING....." teriak Gala senang begitu memasuki ruangan kerja sahabat tercintanya.

"Berisik Gal," gerutu Zean dengan wajah datar.

Galanalo Maharaja adalah sahabat abadi Zeanno Aldebaran Madava. Meraka tumbuh dan berkembang bersama. Dari mulai sebesar kecebong hingga tumbuh menjadi casanova pemikat hati para wanita. Berbanding terbalik dengan Zean seorang cowok berwajah datar tanpa ekspresi dan kaku. Gala merupakan sosok cowok ramah, humble dan juga player. Gala memiliki lesung pipi yang menempel indah di pipinya jika ia tersenyum. Tentu saja itu menjadi salah satu senjata Gala untuk menarik para perempuan yang menarik dimatanya. 

"Yaelah No tuh komuk udah datar makin datar aja dah. Mirip papan triplek," ledek Gala yang berhasil membuat Zean menatap dirinya sinis.

"Kalo engga ada keperluan silahkan pergi!" usir Zean dengan nada dingin.

"Roman-romannya ada sesuatu nih kalo lo begini. Kenapa? Kenapa? Cerita dong sama sahabat gantengmu ini." Gala menduduki sofa hitam yang berada di ruangan Zean dan tak lama Zean meninggalkan kursi kerjanya dan duduk di sofa berhadapan dengan Gala.

"Gue bakal nikah," ujar Zean lesu tetapi tak menghilangkan raut datar diwajahnya.

"Wowww... Gue kaget banget No. Sumpah...." balas Gala dengan raut muka pura-pura kaget.

"Gue serius." Zean menatap tajam Gala.

Gala menatap selidik Zean. Tak lama mata Gala melebar saat menyadari ucapan Zean barusan bukanlah candaan yang sengaja dilontarkan oleh Zean. "Serius lo? Ceweknya siapa No? Cantik engga? Lo kenal? Terus lo terima perjodohannya?" 

"Satu-satu," sahut Zean menatap jengah Gala.

"Lo serius?"

"Serius"

"Ceweknya siapa?"

"Engga tau."

"Lo engga kenal?"

"Engga."

"Terus lo terima perjodohannya?"

Zean terdiam sejenak. "Bingung. Bunda maksa. Jadinya gue engga bisa nolak."

"Tante Kirana kenal sama calon lo?" Tanya Gala lagi. Zean menganggukkan kepalanya.

"Kok bisa?" Tanya Gala lagi.

"Anaknya pak Handoko."

"Terus?"

"Pak Handoko bangkrut."

"No, bisa engga sih lo jelasinnya yang panjang? Capek gue nanya mulu," gerutu Gala kesal.

Zean menghela napasnya. Dengan raut malas ia menjelaskan semuanya kepada Gala dengan singkat,padat, dan tentu saja jelas.

"Menurut gue terima ajalah No. Inget umur lo udah tua, mau sampai kapan lo jomblo. Kasian noh otong lo udah mengkerut dia karena engga pernah dibelai. Gila aja lo udah 25 tahun tuh pipi cuma pernah dicium sama tante Kirana doang," ledek Gala.

"Sialan," umpat Zean menatap datar Gala. 

"Tenang aja No. Nikah dan punya pasangan bukan hal yang mengerikan. Liat aja lo bakal lebih betah dirumah daripada di kantor setelah menikah nanti," ujar Gala tersenyum miring.

"Bukan itu masalahnya," ucap Zean menyenderkan kepalanya di punggung sofa.

Gala menatap Zean sejenak. Kepalanya manggut-manggut saat menyadari keresahan Zean. "No, kalo lo takut karena hal itu lo engga usah khawatir. Lo bisa tetap nyembunyiin semuanya sampai lo yakin cewek itu bisa nerima lo apa adanya. Lo bisa tes tuh cewek sampai lo bisa nentuin keputusan yang tepat buat diri lo sendiri sebelum pernikahan itu terjadi," saran Gala.

"Thanks," ujar Zean tulus dengan senyum tipis terpatri di wajahnya.

"Elahh kayak sama siapa aja lo. Lagian juga kalo lo nikah gue juga bisa diuntungin disini. Rumor gue gay sama lo otomatis akan menghilang," balas Gala senang.

"Simbiosis mutualisme," sambung Zean manggut-manggut.

"No..." panggil Gala.

"Hmmm."

"Pengalaman malam pertama jangan lupa bagi-bagi ya," ucap Gala cengar-cengir.

"Sialan!"

                                              ~oOo~
 

 PART 2. ACARA MAKAN MALAM


"Bu Kirana lusa ngundang kita untuk makan malam sekalian perkenalan Zella sama putranya," ujar Handoko memberitahu.

Zella yang sedang menikmati sarapan paginya terdiam sejenak kemudian menatap ke arah papanya. "Iya pa."

"Zel, kalo kamu mau menolak perjodohan ini tidak apa-apa. Papa akan coba ngomong ke bu Kirana. Papa yakin beliau akan mengerti," ucap Handoko menatap sendu putrinya.

Zella tersenyum lembut menatap Handoko. "Engga pa. Keputusan aku tetap bulat. Aku akan menerima perjodohan ini."

"Zel..."

"Ma, mama engga usah khawatir. Zella janji akan hidup bahagia. Soal masa depan Zella, Zella bakal coba omongin ke suami Zella nanti. Zella jamin Zella akan terus kuliah sampai Zella sarjana dan melanjutkan cita-cita Zella untuk bekerja di perusahaan yang Zella inginin," ujar Zella menyela ucapan Gayatri.

"Apa kamu tau seperti apa calon suami kamu nak? Jika kamu tau papa yakin kamu engga akan bisa ngomong semudah ini," sahut Handoko tersenyum lembut ke Zella.

"Zella tau pa. Cheryl udah nyeritain semuanya. Tapi Zella percaya seburuk apapun calon suami Zella pasti dia masih memiliki kebaikan dihatinya walaupun cuma sedikit," hibur Zella.

"Kamu memang anak yang baik Zella. Mama dan papa bangga sama kamu nak. Maafkan mama dan papa ya karena sudah mengorbankan masa depan kamu," ucap Gayatri menatap sedih putrinya.

"Justru Zella yang harusnya berterima kasih ma. Karena papa dan mama udah ngebesarin Zella dengan penuh kasih sayang. Makasih ya pa, ma," balas Zella menatap sayang papa dan mamanya secara bergantian.

Zella selalu merasa bersyukur karena diberikan orang tua yang sangat sayang padanya. Meskipun Handoko seorang pebisnis dan terbilang sibuk, tapi tidak pernah sedikitpun Zella merasakan kurangnya kasih sayang dari seorang ayah. Untuk itu Zella tetap yakin dengan keputusannya. Menerima perjodohan ini meskipun dia sendiri tidak yakin. Namun demi kebahagiaan papanya Zella rela melakukan semua ini walaupun mempertaruhkan masa depan dan mungkin kebahagiannya.

                                             ~oOo~
 

                                             Bunda

Jangan lupa. Lusa kosongkan jadwal kamu. Bunda engga nerima penolakan Zean

                                                                        Iya bunda βœ”οΈβœ”οΈ
 


"Pak ini data yang bapak minta," ujar Kino menyerahkan sebuah map kepada Zean. Kino Purnama, sekretaris sekaligus asisten pribadi Zean.

"Terima kasih," balas Zean dengan wajah datar.

"Kalo begitu saya permisi pak." Kino berjalan keluar dari ruangan Zean.

Zean mulai membuka map tersebut. Terlihat sebuah foto seorang perempuan yang tersenyum lebar ke arah kamera.


"Cantik" batin Zean. Kemudian ia mulai membaca sebuah kertas yang berisi biodata lengkap dan beberapa informasi mengenai perempuan yang ada difoto tersebut.

Nama : Grizella Deoline Pranata.
TTL : Jakarta, 13 Maret 1999
Hobby : Membaca buku.
Warna kesukaan : Hitam, abu-abu, hijau dan maroon.
Makanan kesukaan : Semua makanan asalkan halal dan tergantung mood.
Pendidikan saat ini : Universitas Madava Jurusan Broadcasting.

"Ah... dia berkuliah di kampus milikku ternyata," gumam Zean pelan.

Asmara : 100% masih ori karena tidak pernah berpacaran.

Zean tersenyum tipis saat membaca bagian dimana Zella ternyata sama seperti dirinya yaitu buta akan hal percintaan. Zean sedari dulu memang tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Karena bagi Zean mempunyai hubungan dengan seorang perempuan hanya akan mempersulit dirinya. Harus menghadapi perempuan yang moodian, belum lagi acara bujuk-membujuk saat perempuan itu dalam mode marah. Membayangkannya saja membuat Zean merasa lelah.

Mendapati ada seorang perempuan yang memiliki sedikit kemiripan dengan dirinya membuat sesuatu dalam diri Zean merasa tertarik. Pasalnya selama dia hidup, dia selalu dikelilingi perempuan-perempuan murahan yang gila harta dan juga ketenaran.

Zean tipikal lelaki yang sangat sulit untuk jatuh cinta namun sekalinya ia terjerumus maka akan sulit bagi Zean untuk keluar. Oleh sebab itu, Zean selalu berhati-hati dalam menjaga perasaannya. Ia takut saat hatinya telah jatuh pada perempuan yang salah maka bisa dipastikan saat itu juga Zean akan hancur. Belum lagi ia memiliki rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Semakin membuat Zean lebih berhati-hati dalam mencari pasangan hidupnya.

"Semoga pilihan bunda kali ini benar," gumamnya pelan.

                                           ~oOo~
 

"Zella...." panggil seseorang.

Zella yang sedang berjalan di koridor kampus langsung membalikkan badannya kemudian menatap jengah cowok yang tengah berdiri di depannya. " Kenapa Dit?"

Raditya Axelo, anak fakultas hukum yang tak pernah menyerah untuk mengejar cinta Zella. Sejak keduanya bertemu saat MOS, Radit tak pernah berhenti menganggu Zella. Mulai dari mengiriminya surat, bunga bahkan boneka yang selalu Zella terima hampir setiap hari dari cowok yang sekarang sedang tersenyum manis dihadapannya.

"Zel makan siang bareng yuk," ajak Radit semangat.

"Maaf Dit. Gue engga bisa. Sorry ya," balas Zella tersenyum tipis.

"Kenapa? Lagian kelas juga udah selesai kok. Ayolah Zella maunya makan siang bareng aku," bujuk Radit lagi.

"Sorry banget Dit. Gue duluan ya buru-buru soalnya." Tanpa memperdulikan Radit, Zella berlari pelan menjauh dari cowok itu.

"Mau sampai kapan kamu ngindarin aku Zel. Apa perjuangan aku selama dua tahun ini engga berarti apa-apa buat kamu," lirih Radit menatap sendu punggung perempuan yang semakin lama semakin menghilang dari hadapannya.

                                             ~oOo~
 

"ZELLA!!" teriak Cheryl.

Zella yang mendengar suara Cheryl segera mendekati sahabatnya dengan napas yang ngos-ngosan.

"Lo kenapa sih? Habis dikejar setan?" tanya Cheryl heran.

"Gue ngindarin Radit Chel."

"Gila ya tuh cowok kagak kapok apa lo tolak mulu," dumel Cheryl.

"Sebenarnya gue kasian Chel sama Radit. Udah dua tahun loh dia ngejer gue. Tapi mau gimana gue aja engga ada rasa sama sekali sama dia," ungkap Zella.

Sebenarnya Zella engga tega sama Radit. Zella juga udah beberapa kali ngomong ke Radit kalo Zella engga bisa nerima perasaan Radit. Tapi cowok itu seakan menulikan pendengarannya dan terus-menerus berusaha mendekati Zella.

"Nah makanya gue juga heran. Mau sampai kapan dia perjuangin lo. Gue aja yang jadi penonton capek liatnya. Dikasih tau juga keras kepala. Udah tau lonya kaga demen masih aja maksa ngejer," gerutu Cheryl lagi.

Zella hanya mengedikkan bahunya. "Terserah dialah Chel. Yang penting gue engga ngasih harapan ke Radit. Ntar juga lama-lama dia capek sendiri. Mending sekarang kita ke kafe depan kampus yuk. Haus gue."

"Yoklah."

Keduanya pun berjalan menuju cafe yang terletak di seberang jalan depan kampus mereka. Saat memasuki cafe terlihat seluruh ruangan cafe dipenuhi para mahasiswa ataupun mahasiswi yang asik nongkrong.

Jika kalian ingin mencari ketenangan di sebuah cafe maka Zella tidak akan pernah merekomendasikan cafe ini. Maklum saja berada tak jauh dari kampus membuat cafe tersebut selalu ramai. Apalagi ditambah harga makanan dan minuman yang tersedia sangatlah murah dan terjangkau di kantong para mahasiswa membuat kafe ini tak pernah sepi pengunjung.

Zella dan Cheryl berjalan menuju sebuah kursi kosong. Setelahnya mereka memesan minuman dan beberapa cemilan untuk menemani acara mengobrol mereka.

"Gimana perjodohan lo?" tanya Cheryl penasaran.

"Lusa gue ada acara makan malam sama perkenalan," jawab Zella sambil mencomot kentang goreng.

"Serius??? Wahh ketemu kak Zean dong lo," ucap Cheryl antusias.

Zella hanya menganggukkan kepalanya dengan mulut asyik mengunyah kentang goreng.

"Zel, gue bisa ikut engga sih?" tanya Cheryl menatap penuh harap ke arah Zella.

"Engga bisa Chel. Lagian ntar kalo gue nikah lo juga bakal ketemu sama Kak Zean kan."

"Padahal kan gue cuma mau foto doang," ucap Cheryl cemberut.

"Chel acaranya tuh buat bahas perjodohan gue bukan acara fan meeting," dumel Zella.

"Kalo engga gue nitip tanda tangan aja deh." Cheryl mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah photo polaroid. "Ntar suruh Kak Zean tanda tangan disini ya," pintanya.


Zella yang sedang asyik menyedot ice chocolatnya seketika tersedak melihat Cheryl mengeluarkan photo polaroid yang menampilkan wajah seorang lelaki. "Ini siapa? Kak Zean?"

"Iye. Tuh liat wajah calon suami lo. Ganteng kan?"

"Lo nyimpen foto Kak Zean?" tanya Zella menatap tak percaya sahabatnya.

"Bukan Kak Zean doang Zel. Gue nyimpen semua foto cogan yang gue suka di dompet gue. Nih liat ada Oppa V, My Boy Manurios, Oppa Jaehyun, Kak Gala dan foto calon suami lo," ucap Cheryl sambil mengeluarkan satu persatu photo polaroid dari dompetnya dan ia letakkan diatas meja.

"Ohh iya nih Zel. Namanya Gala Maharaja. Sahabat setia calon suami lo yang katanya pasangan gay nya kak Zean," papar Cheryl sambil menunjukkan photo polaroid seorang cowok berkacamata dan berlesung pipi yang tersenyum lebar.

Zella menatap gantian photo polaroid Gala dan Zean. "Masih gantengan Kak Zean ya Chel," celetuknya.

"Alhamdulillah Zel. Gue bersyukur setidaknya mata lo masih berfungsi dengan baik waktu ngeliat cogan," sindir Cheryl.

Zella sama sekali tak menggubris perkataan Cheryl. Matanya masih asyik menatap photo polaroid cowok berwajah datar yang ia ketahui itu wajah calon suaminya.

"Liatin teros sampai tuh mata lepas dari tempatnya," sindir Cheryl lagi.

"Chel, muka Kak Zean kok datar banget sih," ucap Zella dengan mata masih menatap photo polaroid Zean.

"Ya emang. Kak Zean tuh terkenal berwajah datar dan dingin. Udah beberapa bulan gue stalking tapi kaga pernah tuh gue nemuin moment dimana Kak Zean itu senyum. Selalu aja wajahnya datar terus lempeng kaya jalan tol."

"Sayang banget yah. Padahal kalo dia senyum gue yakin dia bakal lebih ganteng," keluh Zella.

"Lo bener. Btw jangan lupa minta tanda tangan Zean yang Zel. Please... " bujuk Cheryl sambil menunjukkan puppy eyesnya

"Iya... Iya," jawab Zella malas.

"Awas kalo lo lupa. Gue bakal marah dan kaga bakal mau ngomong sama lo seminggu," ancam Cheryl

"Iya Chel. Iya....." pasrah Zella.

                                            ~oOo~
 

PART 3. PERTEMUAN PERTAMA

Zella menatap jengah Cheryl yang tengah sibuk membongkar isi lemarinya. Saat Zella sedang asyik membaca novel yang baru saja ia beli tiba-tiba Cheryl datang. Dengan alasan ingin membantu Zella agar nanti malam Zella tampil memukai dan mampu membuat Zean terpesona.

"Zel gaun lo cuma segini?" tanya Cheryl sambil menunjuk ke arah beberapa gaun yang tergeletak tak beraturan di atas ranjang.

"Iya Chel. Lagian itu udah banyak banget. Jadinya gue malas mau beli gaun lagi," jawab Zella.

 "Banyak??? Zel gaun cuma lima biji lo bilang banyak?" pekik Cheryl menatap gemas Zella.

"Benda kalo jumlahnya lebih dari dua berarti banyak Chel," sambung Zella santai.

Cheryl mendengus sebal. "Lo cewek bukan sih?"

"Mata lo buta sampe engga bisa bedain mana cewek mana cowok," balas Zella sewot.

"Mana ada cewek punya gaun cuma lima biji. Udah gitu yang tiga warnanya kusam lagi," dumel Cheryl.

"Ada kok. Nih gue buktinya," ujar Zella bangga.

"Kalo lo mah cewek jadi-jadian," sahut Cheryl yang dibalas tatapan sinis dari Zella.

"Tau gini gue bawa beberapa gaun dari rumah," gerutu Cheryl.

"Ribet amat sih Chel. Lagian ini cuma acara makan malam doang. Tuh gaun yang merah masih cantik kok."

"Astaga Zella. Ini bukan cuma makan malam doang tapi pertemuan pertama lo sama kak Zean calon suami lo. Setidaknya bikin dia terkesan sama penampilan lo dong," nasihat Cheryl.

Zella hanya memutar bola matanya malas. "Iya ya ya... Terserah." 

"Kalo gitu tunggu sebentar. Gue mau video call mbok Inah buat nyiapin gaun gue buat lo. Ntar dianterin kesini pake ojol aja." Cheryl mengambil ponselnya lalu berjalan ke balkon kamar Zella untuk menghubungi mbok Inah.

Zella hanya mengangguk malas. Dalam hati ia mendumel karena sikap Cheryl yang berlebihan. "Perasaan yang mau ketemu Kak Zean gue deh. Kenapa Cheryl yang ribet sih? Lagian gue tampil cantik juga belom tentu kak Zean tertarik. Dia kan homo."
 

                                             ~oOo~
 

"Kino jadwal saya??" tanya Zean kepada sekretarisnya.

"Sudah pak. Saya sudah mengatur ulang jadwal anda. Jadi nanti malam waktu anda kosong," jawab Kino yang langsung memahami maksud pertanyaan Zean.

"Lo mau kemana ntar malam?" tanya Gala yang sedang asyik berbaring di sofa yang berada di dalam ruang kerja Zean.

"Kepo," sahut Zean datar.

"Yaelah No. Kasih tau gue dong ntar malam lo mau kemana?" rengek Gala lalu mendudukkan dirinya di sofa.

"Engga."

"Please...."

"Ngga."

"Yaudah gue ikut aja deh."

Zean langsung menatap tajam Gala. "Engga bisa," ucapnya penuh penekanan. 

Wajah Gala langsung cemberut mendengar jawaban Zean. Kino hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat interaksi kedua sahabat itu. Zean dingin sedangkan Gala cerewet. Namun ntah mengapa keduanya malah terlihat kompak.

Zean sama sekali tidak terusik saat Gala mengomeli Zean begitupun sebaliknya. Meskipun Zean jarang menanggapi omongan Gala, Gala seakan tidak perduli. Dia akan terus berbicara sampai dia merasa capek sendiri.

Gala memang sering datang ke perusahaan Zean namun bukan berarti Gala pengangguran. Gala memiliki usaha distro khusus pakaian cowok. Kaos ataupun jacket yang tersedia di distro milik Gala merupakan hasil rancangannya sendiri dan berhasil membuat distro Gala sukses besar dan memiliki hampir 15 cabang seJabodetabek.

Meskipun usahanya terbilang sukses, Gala bukanlah tipe orang yang akan diam di ruang kerjanya lalu memeriksa satu persatu hasil dari setiap distro miliknya. Dia lebih suka menyerahkan setiap toko kepada orang kepercayaannya. Kemudian orang kepercayaannya tersebut setiap harinya akan memberikan laporan padanya. Sedangkan dirinya... tentu saja bersenang-senang sembari menikmati hasil kerja kerasnya.

"Anno lo belum mau ngasih tau gue ntar malem mau kemana," tagih Gala yang langsung Zean jawab dengan gelengan kepala.

"Kalo gitu gue tanya Kino aja deh. No, bos lo ntar malem mau kemana?"

Kino melirik Zean. Zean hanya mengangguk pertanda ia disuruh menjelaskan kepada Gala. "Pak Zean ada acara makan malam tuan. Sekalian perkenalan sama calon istrinya."

Gala sontak melebarkan matanya ke arah Zean. "Tega banget sih lo kaga ngasih tau gue berita bahagia ini?"

Zean hanya mengedikkan kedua bahunya tanpa menatap Gala.

"Dimana lokasi acara makan malamnya?" tanya Gala kepada Zean.

"Kenapa?" balas Zean menatap datar Gala.

"Mau ngintip lah. Gue kan penasaran sama calon istri lo. Apalagi nih cewek bakal jadi cewek pertama yang masuk kedalam kehidupan lo."

"Engga boleh," ujar Zean cepat.

Gala langsung mendelik ke arah Zean. "Pelit amat. Kaga bakal gue rebut juga Anno."

"Terserah."

Gala menggeram kesal karena sikap Zean. "Gue tanya Kino lagi ajalah. No, dimana alamat restoran tempat makan malam Anno?"

Kino kembali melirik ke arah Zean. Zean langsung membalas lirikan Kino dengan tatapan tajamnya.
"Maaf pak. Saya tidak bisa memberi tahu anda," jawab Kino sopan.

Gala langsung berdiri dari duduknya dan menatap tajam Zean. "Fine. Kalo lo engga mau ngasih tau. Gue bakal cari sendiri." Dengan raut wajah kesal, Gala berjalan keluar dari ruang kerja Zean.

Zean hanya menatap malas kepergian Gala. Tanpa memperdulikan Gala yang ngambek Zean kembali menenggelamkan dirinya ke dalam tumpukan berkas yang berada di atas meja kerjanya.

"Pak Gala..."

"Biarin. Keluar," titah Zean memotong ucapan Kino.

"Baik pak. Saya permisi." 
 
 

                                             ~oOo~
 
 

Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 malam. Zella tengah duduk didepan meja rias sembari menahan kantuk yang menyerangnya dan membiarkan Cheryl merias wajahnya. Sebenarnya Zella sudah merasa sangat pegal sebab hampir setengah jam dirinya duduk dan membiarkan Cheryl bereksperimen di wajahnya. Ingin rasanya ia berbaring dikasur lalu menyelam ke dasar mimpi.

"Selesai," ucap Cheryl sepuluh menit kemudian. "Perfect," pujinya.

"Alhamdulillah selesai juga. Panas pantat gue Chel," keluh Zella.

"Engga apa-apa menderita dikit Zel. Yang penting hasilnya memuaskan. Gilaaa! Lo cantik banget! Gue yakin kak Zean bakal klepek-klepek sama lo," sahut Cheryl antusias.

"Semoga ucapan lo bener. Setidaknya pernikahan gue engga terlalu menyedihkan karena suami gue masih suka kue apem," sahut Zella sambil terkekeh pelan.

"Kue apem plus kue cubit Zel," sambung Cheryl yang ikut terkekeh.

"Zella.... Kamu sudah siap nak?" tanya Gayatri yang baru masuk kedalam kamar Zella.

"Sudah Ma," jawab Zella tersenyum ke arah mamanya.

"Gimana Tan? Zella cantikkan?" tanya Cheryl sambil memegang kedua pundak Zella.

"Iya dong. Anak mama cantik banget. Pasti nanti calon suaminya klepek-klepek liat kamu. Apalagi kalo yang dandanin Cheryl. Makin nambah kecantikan Zella jadinya," goda Gayatri. 

"Ah Tante bisa aja," balas Cheryl malu-malu.

"Yaudah turun yuk. Papa udah nungguin kamu dari tadi," ajak Gayatri.

Mereka bertiga berjalan keluar dari kamar lalu menuju teras. Disana terlihat Handoko sedang duduk di kursi sambil memainkan ponselnya.

"Berangkat yuk Pa. Engga enak kalo kita telat," ajak Gayatri.

Handoko menganggukkan kepalanya lalu menatap ke arah Zella. "Cantiknya anak papa. Pasti ini hasil kreasi Cheryl ya."

"Makasih Pa," ucap Zella memeluk singkat papanya.

"Hehehe iya om. Lagian Zella kan emang udah cantik dari lahirnya om. Jadi dipermak dikit aja udah makin nambah cantiknya," balas Cheryl nyengir.

"Hahaha... Makasih loh Chel. Udah bikin anak om cantik banget hari ini."

"Sama-sama om. Zella memang harus cantik, kan mau ketemu calon suami. Biar calon suami Zella meleyot ditempat gara-gara tersihir kecantikan Zella," gurau Cheryl yang berhasil membuat Handoko dan Gayatri tertawa.

"Yaudah kalo gitu aku izin pulang ya om," pamit Cheryl.

"Kamu hati-hati bawa mobilnya ya Chel," nasihat Handoko.

"Iya om." Cheryl menyalami tangan Handoko dan Gayatri bergantian. Kemudian Cheryl mendekat ke arah Zella. "Jangan lupa tanda tangan kak Zean ya," Bisiknya.

"Makasih udah bantuin gue Chel," balas Zella menatap tulus Cheryl.

Cheryl hanya tersenyum dan mengangkat kedua jempol tangannya, lalu beranjak masuk ke dalam mobil. "Assalamualaikum," ucap Cheryl melalui jendela mobilnya.

"Walaikumsalam," jawab Handoko, Gayatri dan Zella serempak.

Setelahnya mobil Cheryl melaju dan meninggalkan kediaman Pranata. Handoko dan Gayatri juga masuk kedalam mobil mereka. Disusul Zella yang duduk di kursi belakang. Kemudian mobil mereka keluar dari pekarangan rumah dan melaju menuju restoran tempat dimana acara makan malam diadakan.
 

                                               ~oOo~
 

Kirana dan Zean sudah tiba di restoran. Keduanya melangkahkan kaki mereka menuju privat room. Begitu sampai Zean dan Kirana langsung mendudukkan diri mereka di kursi yang telah disediakan. Tak lama keluarga Handoko Pranata tiba, Kirana mengernyit keningnya saat tak melihat kehadiran putri Handoko.

"Selamat malam Bu Kirana. Maaf kami telat," sapa Handoko sopan dan tersenyum ramah ke arah Kirana dan Zean.

"Tidak pak. Kita juga baru sampai. Silahkan duduk," balas Kirana yang juga ikut tersenyum ke arah Handoko dan Gayatri. "Oh iya, kalian kok cuma berdua? Zella mana?"

"Lagi ke toilet bu," jawab Gayatri ramah sambil mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia begitu juga dengan Handoko.

"Oh begitu. Ah ya kenalin ini putra tunggal saya. Ayo sayang kenalan sama calon mertua kamu," ujar Kirana menolehkan kepalanya ke arah Zean.

"Zeanno Aldebaran Madava om dan tante," sapa Zean dengan wajah datar.

Kirana meringis mendengar sapaan Zean yang begitu dingin. "Maaf ya Pak Handoko dan Bu Gayatri. Zean memang anaknya sedikit kaku."

"Engga apa-apa kok bu. Saya sudah mengenal bagaimana karakter Nak Zean," balas Handoko.

Kirana mendekatkan tubuhnya ke arah Zean. "Jangan bikin bunda malu. Tersenyum ramah sama mereka," bisiknya pelan namun masih bisa didengar jelas oleh Zean.

Zean hanya diam. Tak lama terdengar suara ketukan heels dan bersamaan dengan itu muncullah seorang gadis yang tak lain adalah Zella. Zean yang sedari tadi hanya menatap lurus ke arah meja seketika mendongakkan kepalanya. Zean terpaku saat matanya menatap wajah Zella.

"Cantik," Batin Zean.

Kirana terlihat sangat senang dengan kehadiran Zella. Dengan antusias dia berdiri dan berjalan mendekati Zella. "Ya ampun kamu cantik sekali nak. Engga salah bunda milih kamu," puji Kirana.

"Makasih tante," jawab Zella malu-malu.

"Jangan tante dong. Panggil bunda aja. Engga masalah kan Zella manggil saya bunda Pak Handoko?" tanya Kirana menatap ke arah Handoko.

"Tentu saja tidak bu. Lagipula Zella sebentar lagi juga akan menjadi menantu ibu," jawab Handoko dan menatap haru ke arah putrinya. Melihat sikap Kirana terhadap Zella membuat Handoko sedikit tenang. Setidaknya setelah menikah nanti Zella mempunyai seorang mertua yang sangat menyayanginya.

"Sini-sini duduk disini," ajak Kirana lalu mendudukkan Zella disamping Zean. "Lihat Pak Handoko mereka berdua serasi sekali."

Zella hanya bisa tersenyum kaku sedangkan Zean tetap memasang wajah datar. Diam-diam Zean melirik ke arah Zella. Dalam hati Zean tersenyum melihat raut tegang Zella yang begitu menggemaskan.

Kirana lalu mendudukkan dirinya di samping Gayatri dan membiarkan Zean dan Zella duduk berdampingan dihadapan mereka. "Baiklah sebelum kita makan. Bunda mau tanya ke kalian berdua. Zella sudah kenal belum sama Zean?"

"Sebenarnya belum bunda. Cuma berkat sahabat Zella, Zella jadi tau sedikit tentang Kak Zean," jawab Zella jujur.

"Tapi kalian berdua taukan tujuan diadakannya makan malam ini?" tanya Kirana lagi.

"Tau bunda," jawab Zella. Sedangkan Zean hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi Zella kamu setuju nak kalo bunda jodohkan dengan anak bunda?"

"Setuju bunda," jawab Zella tanpa ragu-ragu.

Kirana tersenyum lebar mendengar jawaban Zella. "Kalo kamu Zean?"

Zella melirik was-was ke arah Zean. Dalam hati dia berdoa semoga Zean mau menerima perjodohan ini. Bukan karena Zella menyukai lelaki itu tapi cuma inilah satu-satunya cara agar perusahaan papanya bisa bangkit kembali.

Zean masih diam. Kirana sedari tadi sudah menatap tajam ke arah putranya. Kaki Kirana juga tak tinggal diam. Tak henti-hentinya ia menyenggol kaki Zean yang berada dibawah meja agar putranya itu segera menjawab pertanyaannya.

"Setuju. Tapi dengan syarat," ucap Zean yang berhasil membuat semua yang berada di dalam ruangan tersebut bernapas lega.

"Apa syaratnya Zean?" tanya Kirana menatap jengkel putranya.

"Syaratnya saya bisa mengubah keputusan saya dalam satu minggu ini. Meskipun bunda sangat menyukai Zella. Namun pernikahan ini saya dan Zella yang menjalani. Saya tidak ingin salah memilih," jelas Zean dengan wajah datar.

"Saya setuju dengan Nak Zean. Biarkan mereka berdua dekat terlebih dahulu dan saling mengenal. Bagaimanapun pernikahan ini mereka yang akan menjalani. Saya tidak ingin baik Zella maupun Zean merasa tersakiti karena perjodohan ini," ucap Handoko mendukung permintaan Zean.

"Baiklah saya juga setuju Pak Handoko. Kalo begitu kalian berdua bisa memulai aksi pdkt. Namun besar harapan bunda Zean mau menerima Zella sebagai istri kamu," Sahut Kirana.

Zean hanya mengangguk. Sedangkan Zella, gadis itu kembali melirik Zean. Dalam hati ia cemas. Takut nantinya Zean akan menolak perjodohan ini.

"Gimana caranya supaya dia terpikat sama gue? Bahkan gue udah dandan cantik aja dia masih keliatan ragu nerima perjodohan ini. Apa bener Kak Zean gay ya? Kalo bener mati dong gue. Luluhin cowok normal aja belum pernah apalagi cowok abnormal."

                                           ~oOo~
 

PART 4. ZEAN GAY??

Zella melirik ke arah Zean yang sedang fokus menyetir. Sehabis makan malam, Kirana meminta Zean untuk mengantar Zella pulang dengan alasan sebagai langkah awal pendekatan mereka berdua.

Sepanjang perjalanan tidak ada suara yang keluar dari mulut keduanya. Zean hanya diam dan fokus mengendarai mobilnya sedangkan Zella termenung menatap ke arah luar jendela mobil. Tiba-tiba saja Zella teringat dengan permintaan Cheryl kemarin. Dengan takut-takut Zella melirik ke arah Zean.

"Ehm... Kak Zean," panggil Zella pelan namun masih bisa di dengar Zean.

"Hmm."

"Zella ada permintaan. Kakak bisa bantu Zella?" tanya Zella gugup sembari menautkan kedua tangannya.
Zean melirik sekilas ke arah Zella.

"Apa?"

Merasa mendapat lampu hijau, Zella segera membuka tasnya dan mengambil sebuah photo polaroid beserta sebuah spidol berwarna hitam. "Hmm.. Kak Zean sebenarnya Zella punya sahabat. Terus sahabat Zella itu ngefans banget sama kakak. Jadi dia minta tolong Zella buat minta tanda tangan kakak," jelas Zella sambil menunjukkan sebuah photo polaroid dan spidol ke arah Zean.

Zean hanya menghela napasnya pelan. "Nanti."

"Hah?"

"Di jalan," jelas Zean singkat sembari menunjuk ke arah kedua tangannya yang sedang menyetir menggunakan dagunya. Zella yang paham maksud Zean hanya mengangguk dan kembali menyimpan foto polaroid dan spidol tersebut kedalam tasnya.

Mobil yang dikendarai Zean berhenti di depan gerbang rumah berwarna putih gading. Zella segera bersiap untuk keluar dari mobil. Namun saat ia hendak membuka pintu mobil Zean menyentuh pundak Zella.

"Mana?" tanya Zean dengan wajah datarnya.

Zella yang masih belum mengerti maksud perkataan Zean hanya menatap Zean bingung.

"Foto sama spidol," ujar Zean lagi.

Zella menepuk jidatnya. Segera ia membuka tasnya dan menyerahkan foto polaroid dan spidol kepada Zean. Zean mengambil spidol tersebut dan menandatanganinya.

"Besok kuliah?" tanya Zean sambil menatap datar Zella yang sibuk memasukkan kembali foto polaroid dan spidol tersebut kedalam tasnya.

"Kuliah Kak."

"Pulang?"

"Sekitar jam 2 siang mungkin," jawab Zella kemudian menatap Zean heran. "Kenapa kakak nanyain itu?"

"Besok saya jemput. Ada yang perlu saya bicarakan ke kamu," ujar Zean menatap datar Zella.

"Iya kak. Kak Zean makasih ya udah bantuin Zella menuhin permintaan sahabat Zella," ungkap Zella tulus. Zean hanya membalas dengan anggukan kepala.

Setelahnya Zella keluar dari mobil Zean. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih dan hati-hati di jalan kepada laki-laki itu. Zean menghela napasnya dan memijit pangkal hidungnya. Zean tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan Zella akan semelelahkan ini. Namun untungnya malam ini berjalan sesuai dengan rencana Zean. Zean benar-benar harus memastikan bahwa Zella memang pantas menjadi pendamping dirinya.

                                             ~oOo~
 

Cheryl menatap binar foto polaroid di tangannya. Bahkan tanpa malu gadis itu menciumi foto polaroid tersebut. Zella hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Cheryl yang terlihat sangat bahagia. Persis seperti orang yang baru saja memenangkan lotre.

"Mau sampai kapan tuh foto lo pandangin Chel?" ujar Zella menatap jengah Cheryl.

"Hehehe... Habisnya gue masih engga nyangka Zel bisa dapetin tanda tangan kak Zean. Kalo gue post di sosmed pasti bakal heboh nih. Jadi artis mendadak gue Zel," sahut Cheryl girang.

Zella sontak mendelikkan matanya saat mendengar ucapan Cheryl. "Awas ya Chel. Kalo sampai lo post di sosmed lo dan gara-gara itu perjodohan gue gagal. Gue santet sampe keluar paku dari mulut lo," ancam Zella.

Cheryl langsung cengengesan melihat tatapan tajam Zella yang ditujukan padanya. "Hehehe... Kaga Zel. Takut amat sih perjodohan lo gagal. Jangan-jangan di dalam hati lo udah numbuh nih benih-benih cinta," goda Cheryl.

Zella mendengus sebal. "Bukannya gitu. Gue udah ketar-ketir nih dari semalam. Gue takut kalo kak Zean nolak perjodohan ini dan kalo itu terjadi otomatis bunda Kirana bakal batalin niatnya buat bantuin papa."

"Oh iya lo kan belom cerita. Gimana tadi malam Zel? Kak Zean terpesona engga liat penampilan lo?" tanya Cheryl antusias.

"Boro-boro Chel. Dia malah minta waktu seminggu buat mikirin soal perjodohan ini. Katanya dia pengen ngenal gue dulu. Gue bingung Zel gimana caranya bikin kak Zean yakin dan setuju soal perjodohan ini," jawab Zella lesu.

"Serius kak Zean ngomong gitu? Berarti dia nganggep serius dong perjodohan ini."

Zella mengangguk. "Gimana kalo dalam seminggu ini gue engga bisa bikin kak Zean tertarik Chel? Gue engga mau perjodohan ini batal. Kemarin aja gue udah di dandanin cakep-cakep, dilirik aja kagak. Dia cuma ngeliat sekilas doang habis tuh buang muka. Emang gue engga sebegitu mempesonanya di mata cowok ya Chel?"

"Jangan insecure dong Zel. Lo inget kan gue pernah ngasih tau lo kalo ada isu kak Zean itu gay. Jadi wajar dong kalo misalnya dia engga tertarik sama lo. Dia kan sukanya batang bukan apem."

"Terus gue harus gimana Chel? Gue engga mau perjodohan ini batal," rengek Zella.

Cheryl terdiam dengan tangan mengetuk pelan dagunya. "Lo buat kesepakatan aja sama kak Zean."

"Maksudnya?"

Cheryl mendekatkan kepalanya ke arah Zella. "Kak Zean kan gay. Nah lo bisa ambil keuntungan dari situ. Lo buat kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Kaya misalnya lo bisa ngasih keuntungan ke kak Zean. Kalo dia nerima perjodohan ini otomatis isu kalo kak Zean gay itu hoax karena dia udah nikah sama lo dan hubungan kak Zean sama sahabat cowoknya bakal tetap aman," usul Cheryl.

"Aaaaa Cheryllll..." ujar Zella terharu. Dia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Cheryl lalu memeluk erat sahabatnya. "Makasih Cheryllll..."

Cheryl membalas pelukan Zella lalu menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan. "Anggap aja ucapan terima kasih dari gue Zel karena lo udah berhasil dapetin tanda tangan kak Zean."

                                              ~oOo~
 
"Mau kemana lo?" tanya Gala saat dirinya berpapasan dengan Zean di lorong tak jauh dari ruang kerja Zean.

"Mau ketemu Zella," jawab Zean datar.

"Zella?? Nama calon bini lo?"

Zean hanya mengangguk lalu berjalan kembali menuju lift. Gala yang masih penasaran pun mengikuti Zean. Zean mengernyitkan keningnya saat ia merasakan ada yang mengikuti dirinya. Sontak ia menghentikan langkahnya dan membuat Gala yang berada di belakangnya menabrak punggung Zean.

Zean menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap datar Gala. "Mau ngapain?"

"Ngikutin lo lah. Gue penasaran liat calon bini lo No. Please izinin gue ikut ya," pinta Gala dengan wajah memelas.

Zean menggelengkan kepalanya. "Gue mau ngomong sama Zella."

"Gue engga bakal ganggu kok No. Gue cuma pengen liat komuknya doang. Nanti gue juga bakal misah duduknya. Pleaseeee....." mohon Gala memelas.

Zean menghela napasnya lalu menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan menuju lift. Gala yang sudah mengantongi izin dari Zean pun dengan senang hati mengikuti langkah sahabatnya. Saat berada di dalam lift Zean mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.  

                                             Zella

                                                                                 Otw βœ”οΈβœ”οΈ
 


Setelahnya ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam kantong celananya.

"Gimana kesan pertama lo ketemu dia No?" tanya Gala.

"Cantik," balas Zean datar.

"Wow... Seriously??" sahut Gala dengan mata melebar. Dirinya benar-benar kaget mendengar jawaban Zean. Selama hampir seperempat abad bersahabat dengan Zean ini pertama kalinya Gala mendengar Zean memuji seorang perempuan dan membuat Gala semakin penasaran dengan sosok calon istri Zean.
Zean hanya terdiam dengan pandangan fokus ke arah pintu lift.

"Gue jadi makin penasaran deh No sama calon bini lo. Btw soal perjodohannya lo terima?" tanya Gala kepo.

"Masih mikir."

"Jadi lo belum ngasih jawaban? Terus calon bini lo setuju sama perjodohannya?"

"Gue minta waktu dan dia setuju." Zean melanjutkan langkahnya menuju basement dan dengan setia Gala mengikuti dirinya.

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Gala begitu dirinya sudah berada di dalam mobil Zean.

"Jemput," jawab Zean datar.

"Dimana?"

"Universitas Madava."

"Dia kuliah di kampus milik keluarga lo?" tanya Gala lagi.

Zean hanya mengangguk sambil mengemudikan mobilnya menuju kampus Zella. Ditemani ocehan-ocehan Gala yang dianggap Zean sebagai pengganti musik di dalam mobilnya.

                                              ~oOo~
 
Ting

                                            Kak Zean😐

Otw

                                      Aku tunggu di parkiran ya kakβœ”οΈβœ”οΈ
 

"Siapa?" tanya Cheryl dengan mata melirik ke arah ponsel Zella.

"Kak Zean. Temenin gue ke parkiran yuk," ajak Zella.

"Lo janjian sama kak Zean?"

Zella mengangguk. "Dia ngajak makan siang bareng."

"Wahh bisa ngeliat langsung komuk kak Zean dong," pekik Cheryl girang.

"Semoga aja dia mau keluar dari mobilnya," balas Zella sambil berjalan menuju parkiran bersama Cheryl.

"Ya Allah biarkanlah aku melihat wajah tampan calon suami sahabatku ini. Aku hanya ingin melihat wajahnya bukan menikungnya ya Allah," doa Cheryl dengan kepala menadah ke arah langit.

"Sinting. Kalo lo nabrak tiang gue engga mau ngakuin lo sebagai sahabat," cibir Zella saat melihat tingkah Cheryl yang masih berjalan dengan kepala menadah ke langit.

"Cih katanya sahabat. Giliran sahabat susah malah ditinggalin," gerutu Cheryl menatap sengit Zella.

Zella hanya mengedikkan kedua bahunya. "Kita tungga sini aja deh."

"Terserah," balas Cheryl yang masih kesal dengan Zella.

"Ambekan," ledek Zella.

"Bodo."

"Awas loh ntar kalo gue nikahan kaga bakal gue undang," ancam Zella.

Cheryl menghentakkan kakinya lalu memeluk lengan Zella dengan wajah cemberut. "Jangan dong. Lo kan tau gimana ngefansnya gue sama calon suami lo Zel."

"Ya.. ya.. ya..."

Saat Cheryl masih asyik membujuk Zella, tiba-tiba Radit muncul dan berdiri di hadapan Zella. "Pulang bareng yuk Zel," ajak Radit.

Cheryl yang tadinya masih menggelayut manja di lengan Zella langsung melepaskan pelukannya. Ia lalu menarik Zella dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya sehingga Cheryl dan Radit kini berdiri saling berhadapan. "Lo jangan pernah lagi ngejer-ngejer Zella karena dia udah punya calon suami! Paham lo!" ancam Cheryl menatap tajam Radit.

Zella melebarkan matanya kemudian menarik pelan lengan Cheryl. "Chel kenapa lo ngomong gitu bego? Kalo sampai Radit nyebarin ke seluruh kampus gimana?" bisik Zella panik.

Cheryl hanya mendengus. "Biarin aja dia tau Zel. Biar dia kaga gangguin lo lagi," ujarnya menatap sengit Radit.

"Dengar ya Cheryl Mikalova. Gue engga perduli. Selama janur kuning belom melengkung gue bakal ngejer cinta gue. Jadi lo engga usah sok-sok ngejauhin gue sama Zella. Paham lo!" sahut Radit balik menatap tajam Cheryl.

"Eh cecungut lo kapan sadarnya sih? Kelakuan lo itu udah bikin sahabat gue risih. Katanya cinta tapi kok maksa. Mana ada cinta maksa-maksa. Kalo maksa bukan cinta namanya tapi obsesi."

"Ini urusan gue sama Zella. Jadi sebaiknya lo jangan ikut campur!" sentak Radit dengan wajah memerah menahan emosi.

"Zella sahabat gue dan gue engga suka kalo ada orang yang gangguin sahabat gue sampai bikin dia engga nyaman!" balas Cheryl sinis sambil menunjuk wajah Radit dengan jari telunjuknya.

Radit menatap nyalang Cheryl. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal. Baru saja ia akan membalas ucapan Cheryl tiba-tiba sebuah mobil Porsche dengan tipe Porsche Mission E berwarna hitam berhenti di depan mereka. Sontak Radit dan Cheryl menatap heran ke arah mobil yang berhenti di hadapan mereka sedangkan Zella yang sudah mengetahui bahwa itu mobil Zean pun berjalan menghampiri mobil tersebut.

"Chel gue pergi ya dan Radit sorry gue engga bisa nerima ajakan lo. Gue udah ada janji," pamit Zella sambil memberi kode kepada Cheryl melalui lirikannya bahwa mobil yang berada di belakang Zella adalah mobil Zean.

Cheryl yang mengerti tatapan Zella langsung tersenyum cerah. "Ehh... Calon misua udah dateng. Sok silahkan Zella dan selamat bersenang-senang ya," sahut Cheryl sambil melirik sinis Radit.

"Liatkan gimana hebatnya calon suami Zella? Mobil aja bagus gitu. Kalo dibanding sama lo sih, maaf-maaf aja ya lo engga ada apa-apanya," bisik Cheryl dengan nada sinis di telinga Radit. Radit hanya diam dan menatap nyalang mobil Porsche hitam di hadapannya.

Saat Zella hendak membuka pintu mobil bagian kursi depan, ponsel Zella tiba-tiba bergetar dan ternyata Zean mengirimkan pesan padanya.

                                         Kak Zean 😐
 Duduk dibelakang
 

Zella mengernyitkan keningnya kemudian mengedikkan kedua bahunya lalu berganti membuka pintu mobil bagian kursi belakang. Begitu ia berada di dalam mobil, Gala yang duduk di bangku depan samping sopir langsung memutar kepalanya ke arah Zella.

"Hai Zella. Salam kenal ya. Nama gue Gala," sapa Gala tersenyum lebar hingga memunculkan lesung pipinya.

"Hai Kak. Salam kenal juga," balas Zella kaku. Sejenak Zella memandangi wajah Gala kemudian ia langsung bergedik ngeri saat tersadar bahwa lelaki dihadapannya ini merupakan sahabat Zean dan juga pasangan gaynya.

"Astagfirullah gimana kalo nanti pacar Kak Zean ngelabrak Zella. Lagian Kak Zean kalo mau makan siang sama pacarnya kenapa harus ngajak Zella sih. Terus nanti kalo mereka mesra-mesraan gimana teruss...."

Seketika Zella membayangkan Zean yang memegang tangan Gala dengan mata saling menatap lalu perlahan-lahan wajah Zean mendekat ke arah wajah Gala dengan bibir yang dimonyongkan.

"ASTAGFIRULLAH... ASTAGFIRULLAH... Zella engga mau mata Zella ternodai ya Allah. MAMAAAA TOLONG ZELLAAAAA....." batin Zella menjerit sambil mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang menggerayang di otaknya.

                                               ~oOo~
 

PART 5. PERJANJIAN DENGAN ZEAN

Sepanjang perjalanan Gala sering melirik ke arah Zella. Keningnya berkerut setiap melihat tatapan Zella yang seperti ketakutan dan menatap jijik ke arahnya.

"No calon bini lo kenapa liatin gue kaya gitu? Muka gue aneh ya?" bisik Gala pelan namun sialnya masih terdengar jelas di telinga Zella.

"Bisik-bisik tapi kedengaran sampai ujung Merauke," gerutu Zella dalam hati.

Zean hanya diam sambil mengedikkan kedua bahunya. Matanya masih fokus ke arah jalanan di depannya. Tak mendapat jawaban dari Zean membuat Gala mendengus kesal.

"Oh iya Zel lo kuliah ambil jurusan apa?" tanya Gala basa basi.

"Broadcast kak," jawab Zella sesopan mungkin meskipun dalam hatinya ia masih dongkol dengan Gala yang seenaknya berbisik-bisik tetangga dengan Zean dan membicarakan dirinya.

"Wihhh mau jadi artis dong?"

"Engga. Zella engga tertarik jadi artis. Pengennya jadi penulis naskah aja."

Gala manggut-manggut. "Padahal lo cakep loh. Pasti cocok kalo jadi pemain film."

"Zella risihan orangnya kak kalo deket sama lawan jenis. Kalo jadi artis kan kudu bisa jalin chemistry sama lawan main."

Diam-diam Zean mendengarkan obrolan antara Zella dan Gala. Dan seketika senyuman tipis menghiasi wajahnya saat mendengar perkataan Zella barusan.

"Beneran? Wah No beruntung banget lo dapet calon bini kaya Zella," puji Gala memukul pelan pundak Zean.

Zella meringis mendengar pujian dari Gala. Emang dasarnya Zella sudah berprasangka buruk dari awal membuat semua ucapan Gala terdengar buruk di telinganya. "Dia muji tapi kenapa di telinga gue malah mirip sindiran ya?"

"Gue seneng banget Zel waktu denger Zean bakal nikah. Maklum aja Zean itu orangnya susah kalo berurusan sama lawan jenis," ungkap Gala.

"Iy..."

"Udah sampai," ujar Zean menyela ucapan Zella lalu keluar dari mobilnya.

Zella mendengus kesal saat dengan entengnya Zean menyela ucapannya. Dengan hati dongkol Zella keluar dari mobil dan berjalan di belakang Zean.

"Yauda gue pamit makan di sono. Biar lo bisa leluasa ngobrol sama Zella," izin Gala kepada Zean lalu menoleh ke Zella. "Zel seneng ketemu sama lo. Sampai ketemu lagi ya," pamitnya lagi sambil melambaikan tangan ke Zella.

"Iya kak," balas Zella kikuk kemudian berjalan mengikuti Zean yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam resto. "Kenapa kak Gala makannya malah misah?" batin Zella bingung.

Zean memilih duduk di meja yang berada disudut resto. "Mau makan apa?" tanya Zean dengan raut datar.

Zella membuka buku menu dan matanya langsung tertuju dengan cake lava chocolat yang terlihat memanggil dirinya. "Zella pesen cake lava chocolat aja kak sama minumnya ice choco cheese," jawabnya semangat.

"Makan nasi," balas Zean dingin.

"Ck.. iya iya. Zella mau nasi goreng ayam bakso," jawab Zella mengalah.

Zean menghela napas lalu memanggil pelayan. Saat pelayan perempuan datang, Zean hanya menunjuk beberapa menu yang ada di buku menu. Pelayan yang mengerti maksud Zean langsung mencatat semua menu yang ditunjuk Zean.

"Kalo begitu tunggu sebentar ya pak," ujar pelayan sopan.

Zean hanya manggut-manggut sedangkan Zella dengan tersenyum manis mengucapkan terima kasih kepada pelayan tersebut.

"Setelah makan kita ngomong," ujar Zean.

Zella hanya menganggukkan kepalanya lalu melirik ke arah Zean. "Kak, kenapa kak Gala engga makan bareng kita aja?"

"Pengganggu," balas Zean sekenanya lalu mengambil ponselnya untuk memeriksa berkas-berkas yang telah dikirimkan sekretarisnya melalui email.

Zella hanya diam lalu menatap kasihan ke arah Gala yang terlihat sedang asyik menikmati makanannya sendirian. "Ternyata bukan mukanya doang yang dingin tapi hatinya juga. Masa pacarnya dibiarin makan sendirian sih. Dasar manusia salju."

Tak lama pesanan mereka pun tiba. Zella sontak memekik senang saat sang pelayan meletakkan cake lava chocolat di mejanya dan melupakan kekesalannya kepada Zean. "Makasih kak," ujarnya dengan mata berbinar.

Zean hanya mengangguk kemudian mulai menyantap makanannya. Begitu juga dengan Zella yang dengan semangat memakan nasi goreng ayam bakso pesanannya. Setelah selesai menikmati makan siang. Zean membersihkan bibirnya dengan tisu lalu menatap serius ke arah Zella.

"Saya mau bahas soal perjodohan kita," ujar Zean datar.

Zella yang masih asyik menikmati cake lava chocolatnya langsung mendongakkan kepalanya ke arah Zean. "Zella juga ada yang diomongin ke kakak."

Zean menatap geli Zella tanpa mengubah raut datar di wajahnya. Ia lalu mengambil tisu dan memberikannya kepada Zella. "Belepotan," ucapnya datar. Dalam hati Zean berusaha mati-matian menahan tawa melihat coklat yang belepotan di sekitaran bibir Zella persis seperti batita yang sedang belajar makan.

Pipi Zella memerah karena malu. Dengan cepat ia membersihkan area di sekitar bibirnya. Ia juga merutuki dirinya yang tidak bisa menjaga imej di depan Zean. "Zella bodoh. Malu-maluin banget sih lo Zel. Mau ditaruh mana muka lo sekarang."

Zella meletakkan tisu bekasnya di piring bekas ia makan. Kemudian ia merubah raut wajahnya menjadi lebih tenang dan menatap Zean kembali meskipun rasa malu masih bersarang di dirinya. "Ehm.. ehemm.. soal perjodohan ini, Zella sangat berharap Kak Zean setuju. Zella engga ada maksud apa-apa kak. Zella cuma pengen bantu papa supaya perusahaan papa engga bangkrut," terangnya dengan tatapan memohon.

Zean terkejut mendengar penuturan Zella. Zean pikir Zella menyetujui perjodohan ini karena gadis itu menyukai dirinya. Zean bukannya kepedean,tapi melihat Zella yang langsung menyetujui perjodohan ini membuat Zean berpikir seperti itu. Apalagi Kirana tidak menceritakan alasan kenapa adanya perjodohan ini. "Bunda bantu papa kamu?" tanya Zean.

Zella mengangguk. "Bunda bilang bakal bantuin papa asalkan Zella setuju dijodohin sama Kak Zean. Mungkin keliatannya Zella seperti di jual oleh papa demi uang namun itu sama sekali engga benar. Zella menyetujui perjodohan ini murni karena Zella pengen bantuin papa."

"Kamu mau saya terima perjodohan ini?"

Dengan cepat Zella mengangguk. "Kita juga bisa buat kesepakatan. Kakak tenang aja Zella engga bakal berharap dan menuntut apa-apa dari kakak. Cukup kakak setuju dengan perjodohan ini dan menikah sama Zella. Zella juga engga akan ngusik hubungan kakak sama Kak Gala."

"Hubungan?" tanya Zean dengan kening berkerut.

"Zella udah tau semuanya kak. Zella bakal terima kondisi kak Zean. Zella tau itu salah tapi namanya cinta kan kita engga bisa milih kita bakal jatuh cinta sama siapa. Zella janji ke kakak engga bakal ngasih tau dan ngelarang hubungan kakak sama kak Gala. Zella janji," ucap Zella bersungguh-sungguh.

Zean diam dengan kening yang berkerut. Ia masih berusaha mencerna perkataan Zella. Hubungan dengan Gala? Tentu saja Zean punya hubungan dengan Gala. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tetapi mendengar perkataan Zella barusan, Zean berpikir hubungan yang dimaksud gadis itu bukanlah hubungan persahabatan.

"Kak Zean... Tolong terima perjodohan ini ya. Lagipula kita sama-sama diuntungkan kok. Zella bisa bantu papa. Kak Zean juga tetap bisa berhubungan sama kak Gala tanpa ada yang curiga," bujuk Zella dengan puppy eyesnya.

Zean mendengus kesal. Kini ia paham konteks hubungan yang dimaksud Zella. "Kamu pikir saya gay?" tanya Zean tajam.

Zella seketika menelan ludah melihat tatapan tajam Zean kepadanya. Dengan wajah ketakutan Zella mengangguk. "Berita kakak gay udah tersebar di media sosial. Buktinya juga udah banyak. Hari ini kakak juga bawa Kak Gala makan siang kan. Padahal Zella sempet berpikiran kalo Kak Zean cuma makan berdua sama Zella. Kakak juga biarin Kak Gala duduk di depan sedangkan Zella malah disuruh duduk belakang. Zella kan jadi berpikir kalo Kak Zean emang lebih memprioritaskan Kak Gala karena Kak Gala pacar kesayangan Kak Zean," jelas Zella dengan mata melirik takut-takut ke arah Zean.

"Ck... Saya pikir kamu berbeda. Ternyata sama saja ya. Mudah percaya dengan gosip tanpa tau kebenarannya," sarkas Zean dingin.

"Bukan kayak gitu maksud Zella kak. Maaf," cicit Zella.

"Ya. Maksud kamu seperti itu. Siapapun orang yang mendengar perkataan kamu barusan pasti akan berpikiran yang sama dengan saya."

Zella menundukkan kepalanya. Ia sungguh ketakutan saat ini. Rasanya Zella pengen nangis saat melihat tatapan tajam Zean serta suara Zean yang begitu dingin. "Maaf," ujarnya lagi dengan bibir gemetar.

"Jika kamu lebih mempercayai berita diluar sana,sepertinya saya harus berpikir ulang untuk menerima perjodohan ini," putus Zean dingin.

Sontak Zella melebarkan matanya. Dengan cepat Zella mengambil tangan Zean yang berada di atas meja dan menggenggamnya. "Kak Zean... Zella mohon jangan tolak perjodohan ini ya. Zella minta maaf udah berpikiran macam-macam soal kakak. Kalo kakak nolak perjodohan ini Zella engga tau lagi gimana caranya nolongin papa. Zella mohon," pinta Zella dengan mata berkaca-kaca.

Mendengar permohonan Zella membuat Zean menyeringai dalam hati. Zean lalu melemparkan sebuah map ke arah Zella. "Baca," perintahnya.

Zella langsung menurut. Ia membuka map tersebut lalu membaca isinya. "Ini...?"

"Surat perjanjian nikah kita. Saya cuma butuh kamu nurut sama saya dan jangan bertanya apapun tentang kehidupan saya jika kita menikah nanti. Cukup kamu ikutin semua perintah saya tanpa menolak. Kamu setuju?" tawar Zean menatap datar Zella.

Zella diam sejenak lalu membaca kembali isi map tersebut. "Kakak pasti nerima perjodohan ini kan kalo Zella setuju?"

Zean mengangguk mantap.

"Zella hanya perlu menurut dan engga boleh terlalu kepo sama kehidupan Kak Zean?" tanya Zella memastikan.

Zean kembali mengangguk.

"Oke. Kalo gitu Zella setuju," ujar Zella dengan mata berbinar. "Yang penting saat ini gue jadi nikah sama Kak Zean. Lagipula isi perjanjiannya juga mudah. Cuma kudu nurut sama perintah Kak Zean dan perusahaan papa akan aman. Lagipula gue juga engga ada niatan kepoin kehidupan Kak Zean selama ini. Engga penting banget gue," sorak Zella dalam hati.

Zean tersenyum miring melihat raut senang di wajah Zella. Setidaknya dengan surat perjanjian ini, gadis dihadapannya kini sudah berada digenggamannya.

Zean mengambil bolpoin dari dalam saku jasnya lalu memberikannya kepada Zella. "Tanda tangan."

Dengan cepat Zella mengambil bolpoin dari tangan Zean lalu menandatangani surat perjanjian tersebut. Kemudian ia tutup kembali map-nya dan menyerahkannya kepada Zean.

"Kita nikah seminggu lagi," putus Zean santai sembari memeriksa kembali isi map yang sudah ditandatangani Zella.

Zella sontak melebarkan matanya dan menatap kaget Zean. "Hah?"

"Perlu saya ulangi?" tanya Zean datar.

"Tapi kak, apa itu engga terlalu cepat?" protes Zella.

"Kamu sudah berjanji akan menuruti perintah saya, dan perintah pertama saya kita akan menikah seminggu lagi," putus Zean dengan senyum menyeringai.

Skakmat

Zella melongo mendengar penuturan Zean. "Perjanjian sialan! Kalo kaya gini gue mana bisa protes! Sial!! Engga rela gue status gue sebagai remaja bebas tinggal seminggu lagi!!," batin Zella menjerit kesal.

Dengan sinis Zella menatap Zean yang tengah tersenyum menyeringai. "Oke. Zella setuju. Kita menikah seminggu lagi. Tapi dengan syarat, semua urusan pernikahan dari mulai dekorasi, undangan, gaun pengantin dan semua tetek bengek pernikahan Zella yang urus."

"Liat aja gue bakal bikin moment pernikahan yang kaga bakal bisa dia lupain wkwkwk..." batin Zella menyeringai.

Zean hanya manggut-manggut dengan senyum miring yang tak lepas dari wajahnya. β€œSaya setuju.”

                                            ~oOo~

PART 6. KESEPAKATAN PERNIKAHAN

Zean langsung menghubungi bunda Kirana dan orang tua Zella setelah mereka berdua sepakat bahwa pernikahan akan diadakan seminggu lagi. Dan disinilah Zella sekarang, berada di ruang makan bersama kedua orang tuanya, bunda Kirana serta Zean yang duduk berhadapan dengannya. Mereka semua dengan hikmat menyantap makan malam yang disiapkan oleh Gayatri.

Ah... Zella hampir saja lupa dengan seorang perempuan yang duduk disamping kanannya. Ia tampak melirik Zean malu-malu sembari menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Siapa lagi perempuan itu kalo bukan Cheryl. Sahabat tengilnya yang dengan seenak jidat tiba-tiba datang dengan alasan ia dirumah sendirian karena kedua orangtuanya sedang pergi ke pesta rekan kerja mereka. Padahal Cheryl jelas-jelas tau kalo malam ini Zean dan bunda Kirana akan datang ke rumahnya.

"Cih, yang dijodohin siapa yang malu-malu kucing siapa," gerutu Zella menatap sinis Cheryl yang asyik melirik malu-malu ke arah Zean yang asyik menyantap makanannya.

"Awas juling ntar mata lo," bisik Zella sinis.

"Ya ampun Zel. Calon suami lo gans banget. Coba lo liat tangan gue sampai geter-geter gini," bisik Cheryl dengan raut berbinar.

"Lebay," dengus Zella menatap malas Cheryl.

Setelah selesai menikmati makan malam, Handoko mengajak bunda Kirana dan Zean untuk berkumpul di ruang tamu disusul Gayatri, Zella, dan Cheryl yang baru saja selesai membereskan ruang makan.

"Baiklah karena semuanya sudah berkumpul. Silahkan Nak Zean untuk menyampaikan apa yang ingin kamu sampaikan ke kami," ujar Handoko menatap ke arah Zean.

"Saya akan to the point saja. Saya dan Zella sepakat pernikahan kami akan diadakan seminggu lagi," ungkap Zean dengan raut datar namun berhasil membuat semua orang yang berada diruang tamu terkejut kecuali Zella tentu saja.

Zella yang mendengar perkataan Zean langsung mendelikkan matanya ke arah lelaki itu. "Kesepakatan darimana coba? Jelas-jelas dia sendiri yang pengen nikahnya seminggu lagi. Dasar manusia salju pengen tak hih..." dumel Zella dalam hati.

"Benar begitu Zella?" tanya Bunda Kirana lembut.

"Iya bunda," balas Zella tersenyum kaku.

"Apa engga terlalu kecepetan nak Zean?" tanya Handoko. Sebenarnya ia keberatan dengan pernyataan yang disampaikan Zean. Selain terlalu tiba-tiba, ia juga belum sanggup untuk menyerahkan putrinya kepada Zean. Handoko masih belum merasa yakin jika Zella akan baik-baik saja nantinya setelah menikah dengan Zean. Apalagi pernikahan keduanya terjadi bukan karena Zean dan Zella saling mencintai.

"Ujung perjodohan ini adalah saya dan Zella menikah. Jadi kita tidak perlu membuang-buang waktu. Soal konsep pernikahan Zella yang akan mengatur," jelas Zean tanpa merubah raut datar diwajahnya. Ia lalu menatap tajam ke arah Zella. Memberi kode gadis itu agar membantu dirinya menjelaskan kepada kedua orang tua Zella dan bunda Kirana.

Diberi tatapan tajam dari Zean membuat Zella menghela napas pelan. Ia lalu menatap ke arah Handoko, Gayatri, dan Kirana bergantian. "Apa yang dibilang Kak Zean itu benar. Kemarin siang Zella sama Kak Zean bertemu. Kami membahas soal perjodohan ini dan kami berdua sepakat pernikahan akan di diadakan seminggu lagi. Dengan syarat dekorasi, gaun pengantin dan semua keperluan pernikahan Zella yang ngatur. Ini pernikahan yang akan Zella alami satu sekali seumur hidup jadi Zella pengen semuanya sesuai dengan apa yang Zella impikan selama ini."

Bunda Kirana merasa begitu senang setelah mendengar penjelasan Zella. Akhirnya keinginannya untuk mempunyai seorang anak perempuan akan tercapai sebentar lagi. "Bunda setuju-setuju aja. Lagipula ini sudah jadi keputusan kalian berdua dan malah justru lebih cepat lebih bagus demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan."

"Saya juga sebagai mamanya Zella setuju-setuju saja. Jika memang Zella sudah merasa dirinya siap untuk menjadi istri Nak Zean. Mama dan papa hanya bisa memberikan restu," timpal Gayatri menatap sendu putrinya.

"Papa juga setuju saja. Tapi nak apa perkuliahan kamu engga akan terganggu jika kamu ingin mengurus pernikahan ini?" tanya Handoko menatap khawatir putrinya.

"Engga pa. Lagipula nanti Zella bisa minta tolong ke Cheryl. Ya kan Cher?" jawab Zella sambil melirik ke Cheryl yang sedari tadi hanya menjadi seorang pendengar yang baik.

"Hah.. ah iya om. Aku pasti bakal bantu Zella," balas Cheryl tergagap karena serangan tiba-tiba yang dilontarkan Zella.

"Zella engga usah khawatir. Bunda punya kenalan WO dan kebetulan adik bunda itu seorang disaigner. Jadi nanti Zella tinggal jelasin aja ke WOnya pengen konsep pernikahan dan gaun pengantinnya kaya gimana ya," terang Kirana.

"Makasih bunda. Sebenarnya Zella ada satu persyaratan lagi. Zella pengen pernikahan ini diadakan secara tertutup karena setelah menikah nanti Zella masih ingin melanjutkan kuliah Zella. Zella engga mau orang-orang mengistimewakan Zella karena Zella istri Kak Zean. Apalagi Zella kuliah di universitas milik keluarga bunda dan Kak Zean. Zella harap Kak Zean dan Bunda mengerti dengan keinginan Zella," pinta Zella.

Cheryl seketika mendelikkan matanya dan menarik pelan lengan Zella. "Zel lo gila! Calon suami lo ganteng gitu pake segala disembunyiin," bisik Cheryl.

"Lo lebih gila! Mending lo diem ini urusan gue. Gue tau mana yang aman dan engga buat gue," sahut Zella berbisik lalu membenarkan posisi duduknya dan menatap ke arah Zean dan Bunda Kirana.

"Saya setuju. Saya juga tidak mau pernikahan ini menghambat masa depan Zella," sambung Zean datar.

"Jika Zean setuju maka bunda ikut setuju. Bunda percaya apapun keputusan kalian berdua itu demi kebaikan kalian berdua. Zean anak Bunda satu-satunya. Jadi bunda pengen banget mengadakan pernikahan yang mewah buat Zean karena pernikahan ini akan menjadi momen Zean satu kali dalam hidupnya. Tapi Zella engga usah khawatir ya. Pernikahan tetap akan diselenggarakan dengan mewah tapi tanpa diliput oleh media. Dengan begitu orang-orang tau kalo Zean sudah menikah dan tentunya identitas istrinya yang dirahasiakan," sahut Kirana yang membuat Zella bisa bernafas lega.

"Makasih Kak Zean dan bunda," balas Zella tersenyum manis.

"Sama-sama sayang. Justru bunda lebih senang karena Zella sebentar lagi akan jadi mantu dan ibu dari cucu-cucunya bunda," timpal Kirana yang berhasil membuat rona merah muncul di kedua pipi Zella.

"Bunda apa-apaan sih? Belum apa-apa udah mikirin cucu aja," gerutu Zella malu. Apalagi saat ia melirik ke arah Zean, lelaki itu terlihat tersenyum miring ke arahnya.

                                           ~oOo~
 

Lampu kelap-kelip disertai musik berdentum kencang menggema di seluruh penjuru ruangan. Radit yang sudah biasa menghabiskan malamnya di tempat haram ini dengan santainya berjalan ke arah kedua temannya yang berada di sudut ruangan.

"Weits bro," sapa Radit kepada kedua temannya Yudha dan Tio.

"Akhirnya datang juga lo Dit," balas Yudha sambil menyesap minuman ditangannya.

"Nih minum dulu Dit. Muka lo keliatan kusut," sambung Tio menyodorkan botol berisi minuman keras dan gelas kepada Radit.

"Hahaha tau aja lo Yo." Radit mengambil botol tersebut lalu menuangkan isinya ke dalam gelas. Kemudian meminumnya dalam sekali teguk.

"Wihhh beneran kusut lo Dit. Padahal gue tadi canda doang," ujar Tio meledek.

"Cerita cerita dong. Siapa tau kita bisa bantu," timpal Yudha.

Radit kembali menuangkan isi botol tersebut kedalam gelasnya dan meminumnya kembali dalam sekali teguk. "Zella... Dia mau nikah bro," ungkap Radit terkekeh kecil.

"Berarti itu tandanya lo disuruh berhenti ngejer Zella," balas Yudha santai.

"Bener tuh Dit. Engga capek apa lo ditolak mulu sama dia. Dua tahun loh Dit. Kalo si Yudha mah dua tahun udah nabung mantan 10 orang kali," sahut Tio dengan mata menatap jail Yudha.

"Anjing lo. Dua tahun mah kurang kalo cuma dapet 10 cewek doang. Hahahaha..." tawa Yudha yang langsung mendapat lemparan kulit kacang dari Radit dan Tio.

"Udahlah Dit move on aja. Mau sampai kapan lo ngejer Zella. Apalagi jelas-jelas lo tadi bilang dia mau nikah kan," ucap Tio serius.

"Lo mah ngomong enak. Gue udah pernah coba buat lupain Zella tapi ya gitu ujung-ujungnya gue tersiksa sendiri," sahut Radit sambil sesekali menyesap minuman di gelas yang ia pegang.

"Jadi rencana lo kedepannya gimana?" tanya Yudha.

"Sebelum janur kuning melengkung gue bakal tetep kejar Zella," jawab Radit santai.

"Gila lo ya. Calon bini orang tuh," sentak Tio.

"Gue engga perduli. Bukannya kalo udah jadi istri orang jauh lebih menantang ya?" balas Radit dengan senyum smirknya.

"Wahhh bener-bener udah gila nih orang," ujar Yudha menatap tak percaya ke arah Radit.

"Nyebut Dit nyebut. Astaga... Sebegitunya lo cuma karena cinta," sahut Tio menggelengkan kepalanya menatap Radit.

Radit hanya mengedikkan kedua bahunya. Ia malah asyik menikmati musik DJ sambil sesekali mengerlingkan matanya ke arah perempuan-perempuan sexy yang menatap genit ke arahnya.

                                          ~oOo~
 

"Zel gue pinjem piyama lo dong," izin Cheryl dengan tangan yang asyik mengobrak-abrik lemari Zella. Selepas acara makan malam bersama Bunda Kirana dan Kak Zean, Cheryl memutuskan untuk menginap di rumah Zella.

"Ngapain izin kalo lemari gue udah lo obrak-abrik," balas Zella sinis.

"Hehehe... Yauda ah gue mau ganti baju. Oh iya Zel sebelum bobok kita ngobrok-ngobrol santai kuy," ajak Cheryl.

"Oke. Gue ke bawah ngambil cemilan dulu," balas Zella lalu beranjak keluar dari kamarnya.

Cheryl membersihkan dirinya dan menggantikan pakaiannya dengan piyama milik Zella. Setelahnya ia keluar dan terlihat Zella sedang asyik menyusun cemilan dia atas meja kecil yang berada di antara dua bean bag. Cheryl berjalan mendekati Zella dan mendudukkan dirinya di bean bag yang berwarna hitam.

"Zel lo serius mau nikah sama kak Zean seminggu lagi?" tanya Cheryl sembari mencomot keripik kentang di atas meja.

"Mau engga mau. Gue udah terikat janji sama kak Zean," jawab Zella lalu mendudukkan dirinya di bean bag berwarna abu yang bersebelahan dengan Cheryl.

"Udah gue duga pasti terjadi sesuatu antara lo sama kak Zean. Apalagi lo mendadak bilang ke gue malam ini kak Zean sama bundanya datang ke rumah lo," terka Cheryl.

"Ini juga gara-gara lo Cheryl," lontar Zella menatap sebal Cheryl.

"Lah kok gue?"

"Iyalah. Gara-gara informasi dari lo gue malah kejebak sama kak Zean. Lo tau kak Zean gay itu cuma hoax Chel dan dia malah marah sama gue gara-gara secara engga langsung gue nuduh dia gay," curhat Zella dengan nada frustasi.

Cheryl menggaruk kepalanya. "Ya mana gue tau kalo itu hoax. Lagian di medsos juga buktinya udah kesebar. Terus-terus kak Zean ngomong apalagi ke lo?"

"Dia hampir aja batalin perjodohannya. Untung aja pas gue bujuk dia masih nerima. Terus tiba-tiba dia nyodorin map yang isinya perjanjian pas nikah nanti."

"Emang isinya apaan?" tanya Cheryl kepo.

"Gue engga bisa ngasih tau detailnya cuma inti perjanjian itu gue cuma harus nurut dan manut sama Kak Zean plus gue engga boleh kepoin kehidupan kak Zean setelah kami menikah nanti."

"Dan itulah kenapa lo dengan mudah nerima ajakan kak Zean buat nikah seminggu lagi?" tebak Cheryl.

Zella mengangguk.

"Terus kenapa lo minta ke kak Zean buat ngurusin kebutuhan pernikahan kalian? Lo kata kaga capek Zel ngurus begituan apalagi waktu lo kurang dari seminggu loh."

Zella tiba-tiba tersenyum miring membuat Cheryl menatap heran ke arah sahabatnya. "Jangan bilang Lo lagi ngerancanain sesuatu?" selidik Cheryl.

Dengan mantap Zella mengangguk. "Gue mau balas dendam sama Kak Zean," ujarnya riang.

"Bae bae ntar lo dibabat habis pas malam pertama loh karena berani ngerjain kak Zean."

"Bodo amat. Yang penting rasa kesel yang bersarang di hati gue terbalaskan," balas Zella acuh.

"Emangnya lo mau balas dendam kaya gimana?"

Zella tersenyum manis ke arah Cheryl. "Liat aja nanti Chel."

                                            ~oOo~

PART 7. GARA-GARA CD DEWASA

Sudah 3 hari ini Zella disibukkan mengurusi keperluan pernikahannya dengan Zean. Mulai dari memilih dekorasi gedung, gaun pernikahan, desain undangan, catering makanan, sampai konsep foto prewedding mereka berdua. Hari ini juga Zella rencananya akan mengunjungi Zean dikantornya setelah jam kuliahnya berakhir guna memberikan beberapa lembar undangan untuk karyawan kantor Zean. Jika bukan karena bunda Kirana yang menyuruhnya Zella tak akan sudi mengunjungi Zean apalagi dikantornya. Bukan apa-apa, perasaannya kesalnya terhadap Zean masih bersarang apik di dalam hatinya.

"Lo jadi mau ke kantor kak Zean?" tanya Cheryl. Kelas baru saja selesai dan sekarang keduanya sedang berjalan di koridor kampus.

Zella mengangguk. "Udah terlanjur janji sama bunda. Padahal gue masih gedeg banget sama kak Zean."

"Hus engga boleh gitu. Emang belum cukup aksi balas dendam lo hah? Sumpah ya Zel gue engga ikut-ikutan kalo nanti kak Zean ngamuk sama lo," timpal Cheryl bergidik ngeri.

"Tenang aja. Kalo kak Zean ngamuk itu urusan gue. Lagian siapa suruh bikin gue kesel," balas Zella acuh.

"Bae bae malam pertama ntar ladang lo langsung di garap sama kak Zean," ucap Cheryl menakut-nakuti.

"Ladang apaan? Gue engga punya ladang," sambung Zella polos.

"Ya Tuhan udah mau nikah masih aja polos. Zel mending sebelum nikah lo sering-sering searching video di situs vpn atau proxysite deh. Supaya bisa belajar gaya-gaya apa aja yang enak dan terbaru," jelas Cheryl sedikit ambigu.

"Emang di situs itu ada video apaan aja Chel? Drama He's Beautiful ada engga? Soalnya gue kangen berat sama drama itu. Udah cape nyari linknya tapi engga nemu-nemu."

Cheryl mengusap wajahnya kasarnya. "Zel nih ya gue kasih tau VPN dan proxysite itu situs untuk streaming video enak-enak. Paham engga maksud gue? Apa perlu gue jelasin lagi video enak-enak itu apa?" terang Cheryl sedikit emosi.

Zella yang mengerti maksud perkataan Cheryl langsung memukul pundak Cheryl kuat. "Berarti lo sering nonton video hiya hiya kan? Ngaku lo?" tuduh Zella.

Cheryl mengusap pelan pundaknya yang dipukul Zella. "Kalo iya emangnya kenapa? Lagian umur kita itu udah 18 ples ples. Wajar dong nonton begituan buat edukasi."

"Edukasi gundulmu," sungut Zella kesal.

"Lahh bener. Sebagai seorang perempuan dan calon istri itu harus pinter memuaskan dan membahagiakan suami. Supaya suami kita aman dari perempuan-perempuan di luar sana yang haus belaian," nasihat Cheryl.

"Dahlah males gue ngomongin begituan," decak Zella kesal lalu melangkahkan kakinya dengan cepat menuju parkiran. Namun seketika langkah kaki Zella berhenti saat ia merasakan seseorang memegang lengannya.

"Zel makan siang bareng yuk," ajak Radit dengan tangan kanannya masih memegang lengan Zella.

"Dit lepasin tangan gue," ucap Zella berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Radit.

"Ehh monyet sawah lepasin tangan sahabat gue." Dengan kasar Cheryl menyentak lengan Radit sehingga genggaman tangannya di lengan Zella terlepas.

"Apa-apaan sih lo! Engga usah ikut campur ya Chel! Ini urusan gue sama Zella!" bentak Radit.

"Ehh kembarannya babi urusan Zella itu urusan gue juga. Gue sahabat Zella dan gue berhak ikut campur karena lo terus-terusan ngusik sahabat gue dan bikin dia risih," sentak Cheryl menatap sinis Radit.

Radit menatap tajam Cheryl. "Jangan pernah ikut campur urusan gue! Atau lo akan tanggung sendiri akibatnya!" ancam Radit.

"Lo pikir gue takut?" tantang Cheryl.

Zella yang merasa situasi semakin memanas segera melerai keduanya lalu menatap tajam Radit. "Dit dengerinnya. Terakhir kalinya gue bilang sama lo stop gangguin gue. Gue engga suka sama lo dan engga akan pernah suka sama lo. Gue udah punya calon suami dan gue sangat mencintai calon suami gue. Gue harap mulai sekarang lo bisa hapus perasaan lo ke gue karena sampai kapanpun perasaan lo engga akan berbalas," ucap Zella tegas lalu menarik tangan Cheryl dan kembali berjalan menuju parkiran kampus.

"Gue engga akan pernah lepasin lo Zel. Lo milik gue dan sampai kapanpun lo akan tetap menjadi milik gue," ujarnya tersenyum menyeringai dan matanya terus menatap tajam punggung Zella yang mulai menjauh darinya.

                                            ~oOo~
 

"Assalamualaikum calon pengantin," sapa Gala riang lalu berjalan mendekati meja kerja Zean sembari menenteng paper bag berwarna merah.

"Walaikumsalam. Mau ngapain?" tanya Zean menatap datar Gala yang tengah santai duduk di atas meja kerjanya.

"Gue gabut makanya kesini. Gue juga udah nanya Kino jadwal lo hari ini apa aja dan dia bilang lo engga ada meeting hari ini," jawab Gala. Ia lalu menarik kursi yang berada di sudut ruangan dan membawanya ke depan meja Zean. Dengan santai Gala mendudukkan dirinya sambil memperhatikan Zean yang tampak fokus dengan laptopnya. "No lo jadi nikah seminggu lagi?" tanyanya.

"Jadi," jawab Zean singkat dengan mata masih menatap fokus layar laptopnya.

Gala tersenyum sumringah mendengar jawaban Zean. Dengan raut wajah senang ia mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa lalu meletakkannya di dekat laptop Zean. "Nih gue bawain beberapa cd buat lo belajar."

Zean menghentikan aktivitasnya lalu menatap sejenak ke arah beberapa cd di samping laptopnya. "Maksud lo apaan?" tanya Zean menatap tajam Gala.

"Gue tau No lo kan belum terlalu berpengalaman masalah cewek. Apalagi urusan unboxing malam pertama. Nah sebagai sahabat yang baik gue bawain beberapa cd buat lo belajar. Jangan sampai ya No lo kalah sama Zella. Malu loh No kalo sampai ceweknya lebih berpengalaman," jelas Gala santai. Padahal saat ini Zean tengah menatap Gala begitu tajam seolah-olah Gala adalah mangsa yang empuk dan mengenyangkan.

"Ambil dan buang cd itu," perintah Zean dingin.

Dengan cepat Gala mengambil cd-cd tersebut kemudian memeluknya. "Enak aja lo main buang-buang. Lo kaga tau apa gimana susahnya gue dapetin nih cd? Apalagi sekarang zamannya streaming, cd begini langka tau No. Gua aja sampai bayar mahal ke temen gue katanya nih cd kesayangan dia," gerutunya.

"Engga perduli! Buang dan jangan sampai gue liat lagi tuh cd!" perintah Zean lagi.

Dengan mulut komat-kamit Gala menyusun cd tersebut namun saat hendak memasukkannya ke dalam paper bag, mereka berdua dikejutkan dengan kedatangan Zella. Alhasil cd yang berada di genggaman Gala kembali berserakan di atas meja kerja Zean.

"Assalamualaikum," sapa Zella riang.

"Walaikumsalam. Kenapa kesini engga bilang-bilang?" tanya Zean dingin.

Dengan cemberut Zella menghampiri Zean dan berdiri disamping meja kerja Zean. "Bunda yang nyuruh Zella kesini buat nganterin undangan. Udah Zella kasih ke kak Kino undangannya. Katanya biar dia yang nyebarin undangannya ke karyawan kantor kakak."

Zean hanya manggut-manggut sambil memperhatikan raut wajah Zella yang masih cemberut. "Menggemaskan."

"Hai Zella," sapa Gala tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat.

"Hai Kak Gala," balas Zella namun matanya malah fokus ke arah CD yang berserakan di meja kerja Zean. "Woahhh cd apa nih?" Dengan cepat Zella mengambil cd tersebut.

Gala hanya bisa tersenyum pasrah dengan mata menatap was-was ke arah Zella. Sedangkan Zean semakin menatap tajam Gala. Dalam hatinya ia mengumpati tingkah Gala yang seenak jidat membawa cd porno ke ruangan kerjanya.

Zella mengamati cover cd tersebut. Keningnya berkerut saat melihat tulisan di cover ini keseluruhannya bertulis huruf kanji. "Ini film Jepang ya?" tanya Zella kepada Gala.

Gala hanya bisa mengangguk kaku sembari mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

Zella kembali mengamati cover cd tersebut dan seketika tubuhnya menegang saat ia membalikkan cover cd dan terlihat lah dengan jelas beberapa gambar yang berisi potongan-potongan adegan film didalam cd tersebut. Gala meringis melihat tubuh Zella yang menegang. Dengan cepat Zean menarik kasar cd ditangan Zella dan melemparkannya ke arah Gala.

"Kak barusan Zella lihat..."

"Jangan diingat," potong Zean cepat.

Zella terdiam dengan pikiran yang masih terbayang-bayang dengan potongan adegan di dalam cd tersebut. Ia lalu menatap ke arah Gala dan Zean bergantian dengan pandangan yang sulit di artikan. "Ini engga bener kan kak?" tanya Zella pada Zean.

Zean hanya diam dengan mata menatap selidik ke Zella.

"Kakak bilang kalo kakak sama kak Gala engga punya hubungan. Tapi kenapa kak Gala bawa cd porno dan ngasih ke kakak. Kak Gala juga apa maksudnya ngasih cd ini ke Kak Zean? Mana pemainnya cowok sama cewek lagi. Harusnya cari yang sesama jenis kalo mau belajar," tuduh Zella.

Zean mengusap kasar wajahnya lalu menatap kesal ke arah Zella. "Udah?"

"Belum," jawab Zella cepat.

"Lanjutin ngomelnya," sahut Zean dingin.

Zella menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Kalian berdua sebenarnya apa sih?"

"Manusia," jawab Gala dan Zean kompak.

"Diem." Zella menatap tajam Zean dan Gala. "Bukan gitu maksud Zella. Sebenarnya hubungan kalian berdua itu apa? Sahabat apa pacar?"

Gala melototkan kedua matanya mendengar ucapan Zella barusan. "Lo bilang apa barusan? Gue sama Anno pacaran?" tanya Gala dengan raut wajah syok.

Zella mengangguk polos. "Mending kalian berdua ngaku deh. Tenang aja rahasia kalian akan aman di Zella. Suer deh, beneran, ciyus."

"No, calon istri lo ngira kita berdua pasangan gay?" tanya Gala menatap tak percaya ke arah Zean.

Zean hanya mengangguk. Ia berdiri dari duduknya lalu menggenggam lembut tangan Zella dan mengajak perempuan itu untuk duduk di sofa. Gala juga ikut mendudukkan dirinya di sofa menunggu penjelasan dari Zean.

Zean menarik nafasnya pelan lalu menangkup pipi wajah Zella. "Dengarkan saya baik-baik. Saya tidak akan pernah menjelaskannya lagi kepada kamu. Saya dan Gala tidak ada hubungan apa-apa. Kami berdua bersahabat sejak kecil. Dan soal cd itu, Gala membawanya untuk saya. Saya laki-laki dewasa Zella dan wajar jika menonton film seperti. Paham?" jelas Zean lembut. Zella hanya bisa mengangguk kaku.

Tak sengaja mata keduanya bertemu. Tubuh Zean terpaku saat menatap manik mata Zella yang terlihat begitu indah dimatanya. Enggan rasanya bagi Zean memalingkan tatapannya saat ini. Begitu juga dengan Zella. Saat ini ia tengah menahan degup jantungnya yang berdisko ria. Tatapan lembut dan dalam yang Zean layangkan padanya berhasil membuat sekujur tubuh Zella mematung.

Gala sedari tadi hanya diam dan menatap keduanya takjub. Ini pertama kalinya Zean mengucapkan lebih dari 20 kata. Zella dan pesonanya benar-benar mampu mencairkan si manusia salju. Namun lama-kelamaan Gala menjadi jengah sendiri karena aksi tatap-menatap keduanya yang sepertinya tidak akan pernah berakhir. "Ehemm.... Keselek biji kedondong gue," celetuk Gala.

Zean segera menjauhkan tangannya dari wajah Zella sedangkan Zella menundukkan kepalanya guna menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.

"Udah puas tatap-tatapannya? Maaf ya gue engga ada niatan buat ganggu cuma gue ngeri aja sama mata lo berdua. Ngerinya lepas karena kelamaan adu tatapan. Muehehehe..." ledek Gala.

Zella semakin menundukkan wajahnya. Dengan gemetaran Zella berdiri dari duduknya dan menatap sekilas Zean dan Gala. "Zella pamit ya. Urusan Zella udah selesai. Permisi," pamit Zella dengan wajah menunduk lalu bergegas pergil keluar dari ruangan Zean.

"Buahahahaha..... ya ampun No calon bini lo. Lucu banget sumpah. Cuma diledekin aja mukanya merah banget kaya buah stroberi," tawa Gala kencang.

"Mending sekarang keluar dan bawa cd setan lo itu," titah Zean dingin.

"Iya iya. Ya ampun perut gue sampai sakit. Beruntung lo No dapet bini kaya Zella. Awet muda lo karena ketawa mulu tiap hari," celetuk Gala. Sambil tertawa lebar Gala menyusun kembali CD tersebut dan memasukkannya ke dalam paper bag. "No, cd-nya bakal gue simpan baik-baik jadi kalo lo butuh calling gue aja."

"Engga akan," jawab Zean ketus.

                                            ~oOo~

PART 8. FOTO PREWEDDING

Semenjak kejadian memalukan di ruangan Zean waktu itu, Zella berusaha menjauhi Zean. Bukan apa-apa, dirinya masih merasa malu karena secara langsung dan berani ia menuduh Zean dan Gala sepasang gay. Belum lagi kinerja jantungnya yang selalu berdetak kencang setiap Zella mengingat tatapan lembut Zean. Benar-benar membuat Zella frustasi sampai berniat memeriksakan jantungnya ke dokter spesialis jantung.

Namun kali ini mau tak mau Zella terpaksa bertemu dengan Zean. Hari ini jadwal mereka melakukan sesi foto prewedding. Zean juga telah menghubungi dirinya kalo lelaki itu akan menjemputnya dan berangkat bersama menuju lokasi pemotretan.

                                       Snowmanβ˜ƒοΈ

Saya dibawah.
 
Dengan cepat Zella mengambil tasnya dan berlari keluar dari kamar. Ia lalu menuruni tangga dan berjalan ke arah ruang makan untuk berpamitan kepada kedua orangtuanya. Namun seketika langkahnya terhenti begitu melihat Zean ikut menikmati sarapan pagi bersama kedua orangtuanya.

"Pagi pa ma..." sapa Zella lalu mencium singkat pipi Handoko dan Gayatri.

"Pagi putri papa," balas Handoko.

"Pagi sayang. Calon suaminya kok engga disapa?" tanya Gayatri lembut.

Zella mengangguk kaku. "Pagi Kak Zean," sapa Zella kikuk.

"Pagi," balas Zean datar.

Dalam hati Zella terus merapalkan kata sabar melihat sikap dingin Zean. Dengan malas dia mendudukkan dirinya di samping Zean lalu memakan sarapan yang telah disiapkan Gayatri.

Zean melirik kearah Zella lalu menatap ke arah Handoko dan Gayatri sekilas. Merasa aman Zean mendekatkan dirinya ke arah Zella. "Sarapan 5 menit," bisiknya di telinga Zella.

Tubuh Zella menegang. Hembusan nafas Zean di telinganya berhasil membuat bulu kuduk Zella meremang. Dengan kaku ia menganggukkan kepalanya tanpa menatap ke arah Zean.

Zean kembali di posisi duduknya semula. Sesekali ia melirik jam tangannya. Handoko diam-diam memperhatikan interaksi Zean dan Zella. Ia merasa sedikit senang melihat Zean yang sudah mulai menerima kehadiran Zella. Dalam hati ia terus berdoa agar menantu dan putrinya selalu hidup bahagia.

"Kak ayo berangkat," ajak Zella kepada Zean begitu sarapannya sudah ia habiskan.

"Tumben banget sarapan kamu cepet habisnya. Engga sabar ya mau foto prewed," ledek Gayatri.

"Bukan gitu ma. Takutnya ntar kejebak macet," alibi Zella. Jika bukan karena bisikan setan dingin di sampingnya mana mungkin dia akan menghabiskan sarapannya secepat itu.

"Kami pergi," pamit Zean sopan dengan raut datar.

Handoko dan Gayatri tersenyum dengan kepala mengangguk. Setelah menyalami tangan kedua orang tua Zella, Zean dan Zella berjalan menuju mobil Zean yang terparkir rapi di depan rumah Zella.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Zella sesekali melirik ke arah Zean yang fokus menyetir. Dalam hati ia menjerit kesal. Zella benar-benar tidak menyukai suasana hening seperti ini.

"Kak.." panggil Zella pelan.

"Hmmm."

"Zella boleh pasang musik," cicitnya.

Zean hanya mengangguk. Dengan semangat Zella menyalakan pemutar musik di mobil Zean dan menyambungkan bluetooth mobil tersebut ke ponselnya. Setelah itu Zella fokus kembali dengan ponselnya, memilih beberapa lagu yang akan menemani Zella selama perjalanan menuju lokasi pemotretan.

Iringan lagu dari Lisa berjudul Lalisa mulai terdengar di dalam mobil Zean. Zella yang mulai menikmati lagu tersebut menggoyangkan kepalanya dan sesekali ikut bersenandung. Bahkan kini badan dan kedua tangannya juga ikut bergoyang mengikuti gerakan asli dari sang penyanyi.

Diam-diam Zean memperhatikan gerakan absurd Zella yang terlihat seperti cacing kepanasan. Dalam hati ia merasa terhibur dengan kelakuan absurd Zella. Ternyata menyalakan musik di dalam mobil tidak seburuk yang dibayangkan Zean selama ini. Zean sangat suka keheningan maka dari itu ia hampir tidak pernah memasang musik saat ia mengendarai mobilnya.

Satu jam setengah kemudian keduanya telah tiba di sebuah studio foto di daerah Bogor. Zella memang sengaja memilih studio foto yang diberi nama Pandora Box ini karena selain lokasinya luas, Pandora Box juga menyediakan foto prewed di outdoor maupun indoor dengan berbagai jenis tema meskipun lokasinya terbilang cukup jauh.

Seorang pemuda tampak menghampiri Zean dan Zella begitu keduanya keluar dari mobil. "Kang Zean dan Teh Zella benar?" tanya pemuda itu dengan aksen sunda yang begitu kental.

"Iya," balas Zella tersenyum ramah.

"Silahkan ikuti saya. Semuanya sudah siap tinggal menunggu akang sama teteh untuk dirias," terang pemuda itu.

Pemuda tersebut membawa Zean dan Zella menuju sebuah ruangan. "Ini teh ruang rias sekaligus ruang ganti untuk Teh Zella. Sedangkan Kang Zean di sebelah sana," jelas pemuda itu sopan sambil menunjuk sebuah pintu berwarna coklat.

"Terima kasih," balas Zella lalu masuk kedalam ruang rias sedangkan Zean tanpa basa-basi langsung berjalan masuk kedalam ruang rias miliknya.

Selama proses make up Zella berusaha menahan tawa. Membayangkan bagaimana reaksi Zean saat mengetahui konsep prewedding apa yang ia pilih. Untuk foto prewedding mereka Zella sengaja memilih konsep cute romance. Di bagi dalam tiga sesi yang masing-masing sesi memakai pakaian dan lokasi yang berbeda-beda.

"Sudah selesai bu. Silahkan ganti bajunya ya," ujar sang perias.

Zella segera mengganti bajunya dengan pakaian yang sudah disiapkan. Sejenak ia berdiri di depan kaca rias untuk memperbaiki tatanan rambutnya. Setelah puas Zella keluar dari ruangan dan seketika tawanya pecah saat melihat Zean berdiri di depan pintu ruangannya menggunakan baju onesie berkarakter dinasourus.

Ilustrasi baju onesie yang dipakai Zean

"Ahahahaha ya ampun kak Zean imyut sekali," tawa Zella puas.

Zean hanya menatap datar Zella meskipun dalam hati ia merasa dongkol. Dengan cepat ditariknya tangan Zella kuat sehingga wajah Zella menumbruk dada bidang Zean. Sontak Zella berusaha menjauhkan dirinya namun Zean sudah terlebih dahulu menaruh tangannya di pinggang Zella dan mendorong pelan pinggang gadis itu agar lebih dekat dengannya.

Zella merasakan kedua pipinya memanas saat wajahnya berada begitu dekat dengan dada bidang Zean. Dengan ragu-ragu ia mendongakkan kepalanya bersamaan dengan Zean yang menunduk. Matanya keduanya bertemu. Tak berselang lama wajah Zean sedikit demi sedikit mendekat dan refleks Zella menutup rapat kedua matanya.

"Jangan pernah bermain-main dengan saya Zella," bisik Zean serak.

Setelahnya ia melepaskan pelukannya dengan Zella dan berjalan meninggalkan Zella yang masih mematung akibat perbuatan Zean.

Plak

Dengan wajah syok Zella menampar pipinya. "Bodoh...bodoh... bodoh... Kenapa gue malah berharap banget di cium sama kak Zean sih," gerutu Zella. Dengan wajah cemberut dan kesal Zella berjalan dengan menghentak-hentakan kedua kakinya menuju lokasi pemotretan.

                                          ~oOo~
 

"Itu masnya bisa senyum dikit? Rileks aja ya mas jangan kaku-kaku banget," terang sang photographer menatap kesal Zean.

Zean sama sekali tak menghiraukan ucapan sang photographer. Tetap saja wajahnya datar padahal mereka sudah merubah pose sebanyak dua puluh kali.

Zella mulai kesal melihat tingkah laku Zean. Dengan mata melotot dan kedua tangan di pinggang ia berdiri di hadapan Zean. "Bisa engga sih kakak senyum dikit? Dikittttt aja kok engga banyak-banyak."

Zean menggelengkan kepalanya santai. Dengan kesal Zella pergi dari hadapan Zean dan menghampiri sang photographer yang tengah melihat hasil-hasil foto yang sudah ia ambil.

"Mas dilanjut aja pemotretannya dan satu lagi jangan pernah peduliin raut wajah calon suami saya ya. Mau mas ngasih tau sampe mulut berbusa, raut wajahnya engga akan berubah. Maklum mas waktu pembagian ekspresi calon suami saya kesiangan jadinya dia cuma dapet yang sisa-sisa," cerocos Zella.

Sang photographer hanya manggut-manggut sembari menahan tawa mendengar ucapan Zella. "Kalo gitu ini pose terakhir ya."

Sang photographer kembali ke posisinya lalu memberikan arahan kepada Zella dan Zean. "Sekarang coba masnya rangkul mbaknya. Terus senyum ya madep kamera."

Zella yang masih kesal dengan Zean langsung menepis tangan Zean yang hendak merangkul pundaknya. Setelah itu ia membalikkan badannya membelakangi Zean dengan wajah cemberut.

Zean hanya bisa menghela napasnya kasar. Ditariknya tali yang berada di penutup kepala Zella pelan berharap Zella tidak lagi membelakanginya. Sang photographer yang sedari tadi melihat ke arah Zean dan Zella hanya bisa menatap gemas tingkah keduanya. Dengan cepat ia mengabadikan moment tersebut.

Ilustrasi pose Zean & Zela

Merasa puas sang photographer pun memutuskan untuk melanjutkan ke sesi pemotretan selanjutnya. "Oke sekarang kita ke next sesi ya. Mas Zean dan Mba Zella silahkan ganti bajunya."

Dengan cepat Zella berjalan menuju ruang ganti dengan raut kesal meninggalkan Zean yang diam-diam tersenyum menyeringai menatap kepergian Zella.

                                           ~oOo~
 

"Mbak ini pakaiannya engga salah?" tanya Zella menunjukkan sebuah gaun hitam selutut dengan pita putih yang menghiasi bagian pinggangnya.

"Engga bu. Ini semua sesuai permintaan pak Zean," balas sang perias sopan.

"Kak Zean?"

"Iya bu Zella. Pak Zean meminta pergantian konsep untuk foto prewedding yang terakhir," jelas sang perias.

"Konsepnya diganti jadi apa mbak?"

"Hot romance."

Zella melebarkan matanya dengan mulut menganga. "Hot romance?" tanya dengan raut wajah terkejut.

"Iya bu. Jadi sekarang ibu bisa segera berganti pakaian karena sebentar lagi proses pemotretan dimulai," terang sang perias.

Dengan mulut komat-kamit Zella masuk ke dalam kamar ganti. Tak lama kemudian Zella keluar dari kamar ganti dengan raut wajah risih. "Mbak gaunnya engga ada yang agak lebar. Ini terlalu ngepas sama body saya."

"Maaf bu, gaun itu dipilih sendiri oleh pak Zean."

"Zean sialan," umpat Zella pelan.

"Ayo bu. Proses pemotretan akan dimulai," ajak sang perias.

Zella berjalan mengikuti sang perias menuju sebuah ruangan. Tak jarang ia menarik ujung gaunnya yang hanya sebatas lutut dan menampakkan kaki mulusnya. Begitu ia masuk kedalam lokasi pemotretan, ia melihat Zean tengah berbincang dengan sang photographer.

"Mbak Zella sudah datang. Kita bisa lanjut pemotretannya," ujar sang photographer.

Zean berjalan mendekati Zella dengan senyum miring di bibirnya. "Sexy," bisik Zean dan berhasil menciptakan rona merah di pipi Zella.

"Apa maksud kakak ganti konsep preweddingnya?" tanya Zella kesal.

"Hanya balas dendam," jawab Zean enteng.

"Silahkan mas duduk di kursi ya. Terus mbak Zella duduk di pangkuan Mas Zean," titah sang photographer.

Zella langsung menggelengkan kepalanya cepat sedangkan Zean dengan santai mendudukkan dirinya di kursi.

"Zella," panggil Zean dingin.

"Zella engga mau duduk di pangkuan kakak," tolak Zella.

"Zella..."

"Engga mau.."

"Zella..."

"Engga mau..."

Zean yang mulai jengah dengan sikap Zella langsung menarik tangan gadis itu dan membuat tubuh Zella jatuh di pangkuan Zean. "Nurut," titah Zean dingin.

Dengan bibir manyun Zella mengangguk. Kalo Zean sudah menunjukkan tatapan dinginnya mau engga mau Zella kudu nurut dan manut.

"Sekarang gimana?" tanya Zean kepada sang photographer.

"Mbak Zella silahkan kalungkan lengannya di leher Mas Zean. Dan Mas Zean boleh melingkarkan tangannya di pinggang Mbak Zella ya."

Dengan cepat Zean mengikuti arahan sang photographer. Kedua tangannya sudah melingkar indah di pinggang Zella. Sedangkan Zella, ia masih menatap Zean ragu. Lalu perlahan-lahan ia melingkarkan tangannya di leher Zean.

"Sekarang wajahnya saling berdekatan ya." Arahan sang photographer kembali.

Zella reflek meremas pundak Zean saat wajah keduanya berdekatan. Bahkan ujung hidung Zella sudah bersentuhan dengan Zean. Dengan sigap sang photographer membidikkan kameranya ke arah Zean dan Zella.

Ilustrasi pose Zean & Zella

"Tenang," ujar Zean begitu merasakan tubuh Zella menegang sembari mengusap lembut pinggang Zella.

"Wajahnya jangan di deketin lagi," cicit Zella.

"Kenapa?"

"Zella malu."

Zean tersenyum tipis. "Saya suka kamu pake gaun ini."

"Tapi Zella engga. Liat kaki Zella keliatan gitu," adu Zella.

Sambil berganti pose Zean terus berusaha mengajak Zella berbicara agar Zella tidak merasa canggung padanya.

"Tapi saya suka," ungkap Zean memeluk Zella dari belakang dan meletakkan dagunya di leher Zella.

"Kenapa posenya gini amat sih," gerutu Zella.

"Ini belum seberapa," sahut Zean.

"Hah?"

"Tadi saya mau minta pose 69 ke photographernya. Tapi engga jadi."

"Pose 69?? Gimana caranya?"

"Saya dibawah kamu diatas," jawab Zean ambigu.

Zella diem sejenak dengan kening berkerut.

"Engga usah dipikirkan," ujar Zean.

"Kenapa?"

"Karena kamu engga akan paham."

"Terus kenapa engga jadi?"

"Saya engga suka."

"Hah?"

"Saya engga suka kalo orang lain liat pose 69 versi kita," ungkap Zean semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Zella. Membuat tubuh Zella mematung bersamaan debaran di jantungnya yang semakin menggila.

"Tenanglah jantung. Jangan jadi murahan. Baru di peluk aja udah jedag jedug kaya musik pargoy."
 

                                            ~oOo~

PART 9. SAHHH!!!

Tak terasa sudah seminggu berlalu. Itu tandanya pernikahan Zean dan Zella tinggal menunggu beberapa jam saja. Seharian ini Zella sibuk mengikuti berbagai macam perawatan untuk tubuhnya dan semua itu karena Gayatri. Gayatri sengaja mengundang beberapa pegawai spa langganannya untuk melakukan perawatan kepada putrinya. Zella sudah menolak keras usulan mamanya namun Gayatri terus memaksa Zella. 

"Kamu harus mau Zella. Penting bagi seorang perempuan di malam pertama itu punya badan bersih dan wangi," nasihat Gayatri yang berhasil membuat Zella pasrah dan mengikuti semua perintah mamanya.

"Pantas aja pada betah ke spa. Ternyata efeknya sedahsyat ini. Udah mah badan lebih seger, wangi lagi," celetuk Zella riang.

Zella menjatuhkan dirinya di kasur. Pikirannya mendadak berkelana mengingat besok ia akan berganti status menjadi seorang istri. 

"Engga nyangka status jomblo gue bakal berakhir malam ini," lirih Zella.

"Yang besok bakal jadi bini pengusaha tajir malam-malam malah ngelamun. Mikirin apa sih bu? Calon suami kaya, ganteng, plus tajir melintir. Apalagi yang lo pusingin?" cecar Cheryl yang tiba-tiba muncul di kamar Zella dan membuat Zella terkejut.

"Ihh Cheryl!! Ngagetin aja sih lo!" sungut Zella kesal. Ia lalu bangun dari acara rebahannya sehingga kini posisi Zella duduk di atas tempat tidur. "Mau apa lo malam-malam kesini?" tanyanya menatap sebal Cheryl.

"Mau nemenin lo lah. Secara besok hari pernikahan lo. Btw kok lo wangi banget si Zel?" Cheryl mengendus-endus sekitaran tubuh Zella.

"Gue habis spa dong. Mama sengaja undang pegawai spa langganan mama ke rumah. Katanya biar gue engga malu-maluin pas malam pertama," pamer Zella.

"Cieee yang sebentar lagi di unboxing," goda Cheryl.

Zella mendengus kesal. "Bisa engga sih malam pertamanya di undur?" ujarnya dengan wajah cemberut.

"Lah kenapa? Lagian wajar dong kalo lo sama kak Zean ngejalanin ritual malam pertama. Kan kalian udah sah," sahut Cheryl menatap aneh Zella.

"Gue belum siap Cher. Lagipula gue masih kuliah. Kalau ntar gue hamil gimana?" sambung Zella tertunduk lesu.

"Engga usah jadi cewek kuno Zel. Hamil kan bisa ditunda. Kalo emang lo belum siap tinggal pake pengaman pas main atau lo minum pil KB," terang Cheryl.

Zella menghela nafasnya dan kembali berbaring diatas ranjang.

"Gue tau lo bukan lagi mikirin soal malam pertama kan?" terka Cheryl.

Zella terdiam sejenak dan tak lama menganggukkan kepalanya.

Cheryl berjalan mendekati ranjang Zella dan mendudukkan dirinya disana. "Kenapa? Lo belum siap dinikahin? Telat Zel kalau lo mau kabur sekarang."

"Gue engga mungkin kabur lah. Setelah susah payah yakinin kak Zean buat nerima perjodohan ini. Ya kali gue mau kabur," elak Zella.

"Ya terus apa yang bikin lo ngelamun malam-malam begini huh?"

Zella menghela nafasnya. "Gue cuma mikir gimana pernikahan ini kedepannya. Gimanapun gue cewek yang pengen nikah sekali seumur hidup Chel. Nikah atas dasar cinta aja masih bisa pisah apalagi gue sama kak Zean yang nikah terpaksa demi keuntungan masing-masing. Kira-kira pernikahan gue sama kak Zean bisa selamanya engga ya?" keluh Zella.

"Bisa," sahut Cheryl cepat.

"Caranya?"

"Buat kak Zean jatuh cinta sama lo," jawab Cheryl santai.

"Lo kira gampang bikin manusia kutub itu jatuh cinta? Apalagi ceweknya modelan kaya gue gini. Impossible!" tutur Zella pasrah.

"Engga ada yang impossible di dunia ini Zel. Lo pernah denger quote "cinta datang karena terbiasa" kan? Coba deh pas lo udah resmi jadi istri kak Zean, lo belajar lebih berani dan agresif dikit. Lo tau sendiri kan calon suami lo tuh kaku bin datar gitu. Nah... lo bisa mulai kasih pendekatan misalnya sering-sering ngajak dia ngobrol, ngasih perhatian, gue yakin lama-kelamaan juga kak Zean bakal luluh sama lo," saran Cheryl.

"Kalau pas gue ngajak ngobrol terus dikacangin gimana?" tanya Zella cemberut. Jujur sama Zella masih terlalu overthinking jika menyangkut hubungannya dengan Zean. Belum lagi wajah datar yang selalu ditunjukkan lelaki itu membuat nyali Zella menciut setiap kali ingin berdekatan dengan Zean.

"Gue yakin sih kak Zean engga bakal kaya gitu orangnya. Coba dulu aja sih Zel. Lo engga bakal tau gimana reaksi calon suami lo kalo belum dicoba. Sekalian lo belajar mengenal sifat-sifat kak Zean supaya lebih mudah luluhinnya," sambung Cheryl. Zella hanya menganggukkan kepalanya.

"Jangan biasain overthinking. Belum tentu apa yang lo khawatirin bakal terjadi. Lagian di surat perjanjian engga ada kan tertera lo bakal nikah sama kak Zean cuma dalam waktu setahun habis itu cerai?"

Zella lagi-lagi menganggukkan kepalanya.

"Yaudah kalau gitu apalagi yang perlu lo pikirin. Daripada lo galau-galau engga jelas gini. Mending tidur sana. Supaya besok komuk lo keliatan seger pas akad," titah Cheryl.

"Iya Chel. Gue tidur duluan ya," sahut Zella nurut.

"Hmm... engga usah mikirin ya engga-engga lagi."

"Iya."

                                          ~oOo~
 

"Saya terima nikah dan kawinnya Zella Deoline Pranata binti Handoko Pranata dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Zean lantang.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu sambil menatap sekitarnya.

"Sah."

"Alhamdulillah."

Akad nikah baru saja dilangsungkan di kediaman Pranata dan semua ini permintaan Zella. Zella menginginkan untuk akad dilaksanakan dirumahnya sedangkan untuk resepsinya akan diadakan di salah satu hotel milik keluarga Madava.

Zean menoleh ke belakang saat melihat para tamu berbisik ke arah belakang dirinya. Disana Zean bisa melihat Zella yang berjalan ke arahnya dengan begitu anggun. Kebaya putih serta rok batik panjang berwarna coklat yang membungkus tubuh gadis itu membuat kadar kecantikan Zella semakin bertambah.

Begitu sampai di dekat Zean, Zella segera mendudukkan dirinya di samping Zean. Zella merasa sangat gugup apalagi saat ia melirik ke arah Zean lelaki itu terlihat menatap intens dirinya.

"Sekarang silahkan Nak Zella mencium tangan suaminya ya," perintah sang penghulu.

Zella meraih tangan Zean kemudian mengecup punggung tangan Zean yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Zean merasakan jantungnya berdetak kencang saat ia merasakan bibir lembut Zella menyentuh punggung tangannya.

"Sekarang nak Zean cium kening istrinya. Jangan lupa menyematkan doa untuk istrimu," perintah sang penghulu lagi.

Zean mendekati wajah Zella lalu di kecupnya kening Zella lama. "Bismillah. Semoga pilihan saya ini benar. Saya berharap kamu wanita yang tepat untuk saya Zella," harap Zean dalam hati.

Zean menjauhkan bibirnya dari kening Zella. Zean tersenyum tipis saat melihat wajah istrinya memerah.

"Udah woi! Kalo mau mesra-mesraan nanti dikamar! Tolong kasiani kami para kaum jomblo yang hanya bisa gigit jempol liat keuwuan kalian!!" teriak Cheryl yang berhasil membuat seluruh tamu tertawa.

"Adik kecil Zean sabar ya! Ntar malam udah bisa unboxing kok!" teriak Gala menambahi dan membuat seluruh tamu tertawa kembali.

Zean menatap tajam Gala. Mengisyaratkan jika lelaki itu berani berkata sembarangan lagi maka Zean akan menghabisi nyawa Gala. Sedangkan Gala hanya bisa menunjukkan raut cengengesannya dan mengangkat dua jarinya.

Setelah menandatangani buku nikah, Zean dan Zella digiring menuju photobooth yang sengaja disiapkan untuk mengabadikan moment-moment sakral keduanya.

Setelah puas berfoto bersama keluarga Zella dan bunda Kirana kini tiba giliran Cheryl dan Gala. Dengan semangat duo pasangan tersebut berjalan menuju photobooth. Cheryl yang tadinya bersiap berdiri disamping Zean, spontan merubah posisinya menjadi berdiri disamping Zella. Sebab sahabatnya itu dengan tak manusiawi menarik tangan kanannya sehingga rencana Cheryl untuk berdiri disamping Zean gagal total.

"Gue kan mau foto di samping kak Zean kenapa tangan gue malah lo tarik?" bisik Cheryl kesal.

"Suka-suka gue dong. Kak Zean kan udah jadi suami gue jadi terserah gue," jawab Zella ketus. Dalam hati Zella cekikikan karena berhasil membuat Cheryl kesal.

"Gila No. Bini lo bening banget kaya mata air dari sumbernya," puji Gala berbisik di dekat Zean dengan mata yang fokus melirik Zella.

"Masih pengen punya mata?" ancam Zean menatap tajam Gala.

Gala mendengus kesal. "Kejam amat sih lo sama gue."

Zean hanya mengedikkan bahunya. Tangannya yang sedari tadi melingkar di pinggang Zella semakin mengerat, membuat Zella spontan menoleh ke Zean dengan kening berkerut.

"Kenapa kak?" tanya Zella.

"Capek," alibi Zean. Zean merasa bingung dengan dirinya sendiri. Ia tiba-tiba merasa kesal mendengar Gala memuji Zella.

Setelah acara foto selesai. Kirana berjalan mendekati Zean dan Zella yang masih berdiri di area photobooth. "Kalian pergilah ke kamar. Persiapkan diri kalian untuk resepsi nanti malam," ujar Kirana.

"Iya bunda. Ayo kak ke kamar Zella," ajak Zella menarik tangan Zean.

Kirana menatap kepergian keduanya dengan senang. "Semoga Zella bisa mengembalikan kamu seperti dulu nak."

                                         ~oOo~
 

"Selamat datang di kamar Zella," sambut Zella riang.

Setelah mendengar nasihat Cheryl tadi malam, Zella memutuskan untuk mengikuti saran dari sahabatnya. Ia akan berusaha mempertahankan pernikahannya dengan membuat Zean jatuh cinta dengannya. Persoalan ini akan berhasil atau tidak itu urusan belakangan. Yang terpenting Zella sudah mencoba sebisa mungkin mempertahankan rumah tangganya dengan Zean.

Zean tersenyum tipis mendengar ucapan Zella. "Saya mau istirahat."

Sebelum Zean merebahkan dirinya di kasur Zean, langkahnya sudah terlebih dahulu dihadang oleh Zella. "Ganti baju dulu kak. Mana nyaman tidur pake jas gitu."

Zella berjalan menuju sofa lalu mengambil sebuah paper bag dan menyerahkannya kepada Zean. "Tadi bunda bawain ganti baju buat kakak."

Zean mengambil paper bag tersebut lalu berjalan menuju kamar mandi di kamar Zella.

"Terima kasih Zella. Ihh... apa susahnya sih ngucapin itu," dumel Zella.

Dengan hati dongkol, Zella berjalan menuju meja rias dan mulai menghapus riasannya. Tak lama Zean keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya. Zella yang sudah selesai menghapus riasannya berjalan cepat menuju kamar mandi sambil membawa pakaian ganti dengan wajah cemberut.

"Dia kenapa?" pikir Zean bingung saat melihat wajah Zella yang cemberut.

Zean mendudukkan dirinya di ranjang Zella kemudian ia mengecek ponselnya. Tak lama Zella keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih cemberut. Zean yang menyadari kehadiran Zella langsung meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas.

"Kamu kenapa?" tanya Zean menatap intens wajah Zella yang cemberut.

Zella hanya menggelengkan kepalanya dengan bibir manyun.

"Sini," perintah Zean menepuk pelan kasur disampingnya.

Zella menaiki kasurnya kemudian merangkak mendekati Zean.

"Zella ada yang mau saya bicarakan sama kamu," ucap Zean. Sebenarnya Zean merasa canggung untuk membahas ini dengan Zella. Namun ia juga tidak bisa merubah kebiasaannya. Zean takut jika ia tidak menanyakan hal ini pada Zella. Nantinya Zella akan mengira Zean lelaki mesum yang suka melakukan kontak fisik dengan perempuan. Padahal kenyataannya Zean melakukannya tanpa ia sengaja.

"Apa?"

Zean berdehem. "Saya terbiasa tidur memeluk sesuatu."

"Terus hubungannya sama Zella apa?" tanya Zella bingung.

"Di surat kontrak kita tidak ada membahas masalah kontak fisik antara kamu dan saya. Jadi apakah kamu tidak masalah jika saya ingin melakukan kontak fisik dengan kamu?" tanya Zean balik dengan wajah datarnya namun berbeda dengan kinerja jantungnya yang berdetak sangat kencang.

Zella mengerjapkan kedua matanya. "Maksud kakak, kakak pengen pegang-pegang Zella? Grepe-grepe Zella?" tanya Zella polos.

"Bukan begitu maksud saya," sanggah Zean cepat. "Saya sudah bilang kan saya terbiasa tidur memeluk sesuatu?"

Zella mengangguk.

"Jadi kalau seandainya saya tidur memeluk kamu. Apakah kamu mengizinkannya?" tanya Zean menatap lekat Zella.

Zella terdiam sejenak. Keningnya berkerut mempertimbangkan keinginan Zean.

"Kalau kamu tidak mau tidak apa-apa. Saya membicarakan hal ini sama kamu supaya kamu tidak salah paham jika seandainya saya tidak sengaja tidur memeluk kamu," terang Zean. "Atau kamu ingin kita pisah kamar?" tawar Zean.

Zella sontak menggelengkan kepalanya. Jika mereka pisah kamar bisa-bisa rencana Zella agar Zean jatuh cinta padanya gagal total. "Jangan!! Zella engga mau pisah kamar!! Yaudah Zella mau kak. Kakak boleh meluk Zella pas tidur."

Zean tersenyum tipis. "Yasudah kalau gitu. Ayok."

"Ayo kemana?" tanya Zella lemot.

"Tidur Zella. Saya ngantuk. Sini saya mau tidur meluk kamu." Zean membaringkan tubuhnya di ranjang Zella. Zella menatap ragu-ragu ke arah Zean.

"Zella saya ngantuk," ucap Zean lagi. Kedua matanya sudah memerah. Bahkan kini Zean terus menguap tanpa henti.

Dengan ragu-ragu Zella berbaring di samping Zean. Zean langsung menarik tubuh Zella kedalam pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di puncak kepala Zella.

"Rileks Zella. Saya cuma mau meluk kamu. Bukan nerkam kamu," ujar Zean yang merasakan tubuh Zella menegang di pelukannya.

Zella hanya membalas dengan anggukan kepala. Aroma mint dicampur citrus yang menguar dari tubuh Zean membuat Zella merasa nyaman. Ia juga merasakan nafas Zean mulai teratur menandakan jika lelaki itu sudah menyelami alam tidurnya. Hingga pada akhirnya kedua mata Zella ikut terpejam karena tak kuasa menahan rasa nyaman di berikan Zean melalui pelukan lelaki itu.

                                        ~oOo~
 

PART 10. RESEPSI PERNIKAHAN & AKSI BALAS DENDAM ZELLA

Zella membuka matanya perlahan. Sejenak ia terpaku menatap seorang lelaki yang masih tertidur pulas di hadapannya. Sedetik kemudian sebuah senyuman terbit di bibir Zella. Tangannya tergerak menyentuh lembut pipi lelaki itu. Lalu berpindah ke mata, hidung, dan terakhir rahang tegasnya.

"Ganteng banget sih," batin Zella malu-malu.

Zella terus menatap dalam wajah Zean. Dalam hati tak henti-hentinya ia memuji wajah suaminya yang begitu tampan. Jika dipikir-pikir Zella begitu beruntung. Meskipun keduanya menikah karena perjodohan, Zella beruntung memiliki suami muda yang tampan dan juga mapan.

Bayangkan saja jika anak tunggal bunda Kirana bukan Zean melainkan seorang pria berumur 40an. Bisa-bisa setiap hari Zella harus memikirkan bagaimana cara menyingkirkan pak tua itu dalam hidupnya dan berakhir di penjara karena telah meracuni seseorang menggunakan racun sianida. Meskipun kata orang ahjussi rasa oppa lebih menggoda, tapi bagi Zella tetap daun muda yang paling juara.

Sebuah ketukan pintu menganggu kegiatan tatap-menatap Zella. Dengan raut kesal ia melepaskan tangan Zean yang berada di pinggangnya secara perlahan-lahan. Takut jika kegiatannya itu akan mengganggu tidur Zean. Setelahnya ia beranjak turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu.

Ceklek

"Kenapa?" tanya Zella jutek begitu melihat Cheryl berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah cengengesan.

"Gua ganggu ya. Gue cuma mau ngasih tau, lo siap-siap gih. Sejam lagi kita berangkat ke hotel tempat resepsi lo," jelas Cheryl cengar-cengir.

"Hmm. Udah kan?" balas Zella ketus.

"Hehehe... gue pasti ganggu banget ya. Bilangin kak Zean gue minta maaf ya Zel. Pasti dia marah banget karena gua udah ganggu kegiatan kalian berdua. Apalagi pas mau sampai puncak eh malah ada yang ganggu. Pasti sakit banget itu," sesal Cheryl.

"Chel lo ngomong apaan sih?" tanya Zella bingung.

"Udah sono buruan masuk. Kasian itu kak Zean pasti ke siksa banget Zella. Gue pamit ya. Jangan lupa sejam lagi kita berangkat. Byeeee." Tanpa mendengar balasan dari Zella, Cheryl langsung pergi menjauh dari kamar Zella dengan langkah terburu-buru.

"Cheryl kenapa sih? Engga jelas banget," gerutu Zella.

Zella menutup pintu kamarnya lalu berjalan kembali menujur ranjangnya.

"Siapa?" tanya Zean yang terduduk menyender di kepala ranjang dengan mata terpejam.

Zella mendudukkan dirinya di atas ranjang sehingga posisi keduanya kini duduk berhadapan. "Cheryl. Dia bilang sejam lagi kita berangkat ke hotel."

Zean hanya menganggukkan kepalanya lemas dengan mata yang masih tertutup rapat.

Zella mendekatkan tubuhnya ke arah Zean. "Masih ngantuk ya?" tanyanya dengan mata menatap gemas wajah Zean yang terlihat imut ketika bangun tidur.

Zean kembali hanya mengangguk. Sadar Zella berada di dekatnya, tangan Zean bergerak memeluk pinggang Zella dan menenggelamkan wajahnya di leher Zella. "Ngantuk," rengek Zean tanpa sadar.

Zella sontak membuka mulutnya dengan kedua matanya melebar. "Astaganaga tadi barusan kak Zean ngerengek?" pekik Zella tak percaya.

"Kak..." panggil Zella ragu-ragu.

"Hmmm..."

"Sejam lagi kita berangkat ke hotel. Kakak engga mau mandi dulu?" tawar Zella.

"Mandi. Kamu siapin baju saya ya," pinta Zean yang masih betah berada di ceruk leher Zella.

Zella mengangguk kaku. Zean tanpa sadar semakin menelusup masuk kedalam ceruk leher Zella. Aroma vanilla yang menguar dari tubuh Zella membuat Zean merasa nyaman dan betah dengan posisinya sekarang.

Zella memekik kaget saat merasakan ujung hidung Zean bergesekan dengan kulit lehernya. Ditambah lagi hembusan nafas Zean yang terasa hangat membuat Zella menggeliat menahan rasa geli.

"Kakak engga mau mandi sekarang? Takutnya kita nanti telat," tawar Zella lagi agar pelukan Zean segera terlepas. Bukan karena Zella tidak suka dan tidak nyaman di peluk Zean, tetapi Zella sudah tidak kuat menahan debaran jantungnya yang semakin lama semakin menggila.

Zean yang sadar tingkahnya melebihi batas langsung melepaskan pelukannya. "Ehmm... Maaf. Kalau begitu saya mandi sekarang," ucap Zean canggung kemudian berjalan cepat menuju kamar mandi.

Zella seketika menghela nafas lega. "Gilaa...gilaa... Jantung gue rasanya kaya mau copot," gumam Zella heboh. 

Setelah merasa sedikit tenang, Zella beranjak mengambil paper bag yang berada di atas meja. Ia mengeluarkan satu persatu isi paper bag dan menyusunnya di atas ranjang. Celana jeans berwarna dongker, kaos dark grey polos beserta celana dalam bermerk Calvin Klein berwarna hitam milik Zean.

Zella mengamati celana dalam milik Zean dengan intens. Maklum saja ini pertama kalinya Zella melihat dan memegang celana dalam milik pria sehingga membuat jiwa kepo Zella mendadak muncul.

"Kok bagian depannya gembung gini sih modelnya? Beda sama punya cewek yang bagian depan rata kalo engga suka dikasih kantong. Padahal engga jelas tuh fungsi kantong buat apaan. Buat nyimpen duit yang ada repot ngambilnya kalo mau jajan cilok," gumam Zella mengkritik model celana dalam milik Zean dan membandingkannya dengan celana dalam miliknya sewaktu kecil dulu. Zella juga tanpa malu membolak-balik celana dalam Zean hanya untuk melihat apakah jahitan celana dalam Zean rapi atau tidak.

"Ngapain?" tanya Zean menatap aneh Zella. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Zella tengah asyik menatap lekat celana dalam miliknya.

Zella menelan kasar ludahnya begitu melihat Zean hanya memakai handuk untuk menutupi asetnya. Sehingga menampakkan dengan jelas dada bidang dan perutnya yang atletis. "Nikmat mana lagi yang kamu dustakan Zella," ujarnya dalam hati.

Zean kesal melihat Zella hanya diam dan malah bengong menatap tubuhnya. Padahal Zean sudah mulai kedinginan dan menunggu sang istri memberikan pakaiannya. Dengan kasar diambilnya celana jeans dan kaos miliknya yang tercecer di ranjang. Namun saat Zean hendak mengambil celana dalamnya, Zella justru semakin mencengkram erat celana dalam miliknya. Seolah-olah Zella tidak mengizinkan Zean mengambil celana dalam yang berada ditangan gadis itu.

"Lepasin sempak saya Zella," tekan Zean menarik paksa celana dalamnya.

"Ah iya kak maaf. Nih," jawab Zella gelagapan lalu menyodorkan celana dalam Zean kepada lelaki itu dengan senyuman lebar.

"Megang sempak orang kok erat banget," sindir Zean dengan wajah datarnya.

Zella hanya cengengesan sembari menggaruk pipinya. "Hehehe.. habisnya sempak kakak bahannya adem. Yauda Zella mandi dulu ya," jawab Zella random. Padahal dia tidak sengaja memegang celana dalam Zean. Salahkan saja perut atletis Zean yang membuatnya salah fokus. Dengan cepat Zella mengambil pakaiannya dan masuk kedalam kamar mandi dengan wajah memerah.

Kening Zean berkerut menatap kepergian Zella. "Jawaban macam apa itu," sahutnya ketus dan mulai memakai pakaiannya.

                                          ~oOo~
 

Mobil keluarga Zean dan Zella berhenti di lobi hotel tempat resepsi keduanya di adakan. Begitu turun dari mobil, Kirana langsung membawa Zean menuju kamar yang sebelumnya sudah ia pesan. Begitu juga dengan Zella yang langsung digiring masuk oleh Gayatri dan Cheryl menuju kamar yang berbeda.

"Kamarnya dipisah bun?" tanya Zean bingung saat ia melihat Zella sudah terlebih dahulu masuk kedalam kamar bersama Gayatri dan Cheryl. Sedangkan Zean sendiri masih ditarik paksa Kirana menuju kamar yang letaknya tak jauh dari kamar Zella.

"Iya dong. Biar suprise liat penampilan Zella nanti," jawab Kirana sambil membuka pintu kamar.

Zean dan Kirana masuk kedalam kamar tersebut. Kirana langsung berjalan menuju lemari untuk mengambil setelan jas untuk Zean dan memberikannya kepada putranya. "Ini pakaian kamu. Buruan pake."

Ilustrasi jas yang dipakai Zean

Zean mengambil setelan jas tersebut dengan kening berkerut. "Bunda engga salah?"

Kirana menggelengkan kepalanya. "Engga Zean. Itu Zella sendiri yang pilih. Ukurannya juga udah disamain sama ukuran setelan jas yang biasa kamu pake."

"Kenapa putih bunda?" tanya Zean dengan wajah datar.

"Warnanya itu disesuain sama gaun Zella. Mending sekarang cepat ganti baju kamu. Sebentar lagi tukang rias kamu datang," titah Kirana.

"Ganti bunda. Aku engga suka warnanya," protes Zean.

"Udahlah Zean kamu kok ribet banget sih. Kalo kamu ganti takutnya engga sesuai sama gaunnya Zella. Udahlah pake itu aja. Mau putih atau hitam kan sama-sama jas," omel Kirana.

"Tapi..."

"Engga ada tapi-tapian. Ganti sekarang pakaiannya Zean. Jadi kalo nanti tukang rias datang engga perlu nunggu kamu ganti lagi," putus Kirana.

Zean pasrah. Dengan raut wajah kesal ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Tok tok tok

"MASUK!!!" teriak Kirana.

Pintu kamar terbuka dan masuklah seorang lelaki gemulai dengan tangan menentang sebuah box yang berisi peralatan make up.

"Siang Bunda Kirana," sapa lelaki gemulai itu lembut.

"Siang Adela. Tunggu sebentar ya Zeannya lagi ganti baju," balas Kirana tersenyum.

"Pasti eike tungguin bunda. Eike udah engga sabar ih dandanin tuan Zean," sahut Adela riang sembari membuka boxnya dan mengeluarkan beberapa alat make up yang akan ia gunakan.

Ceklek

"Bun..." ucapan Zean terhenti begitu melihat seorang lelaki yang menatap genit ke arahnya. "Dia siapa bunda?" tanya Zean dengan wajah datarnya dan menatap jijik lelaki gemulai disamping bundanya.

"Dia yang bakal ngerias wajah kamu. Namanya Adela," jelas Kirana.

"Eike Adela ganteng. Buat you bebas deh mau manggil eike apa. Sayang juga boleh," sapa Adela malu-malu.

Zean berjalan cepat mendekati Kirana. "Bunda aku engga mau dirias sama cowok jadi-jadian kaya gitu," bisik Zean dengan mata masib menatap jijik Adela yang kini mengerlingkan matanya ke arah Zean.

"Udah deh Zean. Bunda pusing liat kamu dari tadi ngeluh mulu. Sekarang duduk di kursi itu biar Adela rias kamu," titah Kirana.

"Engga mau bunda," rengek Zean pelan.

Kirana menatap jengah Zean. Ditariknya tangan putranya menuju kursi rias dan mendorong tubuh Zean agar segera duduk di kursi tersebut tanpa memperdulikan Zean yang merengek.

"Adela bisa rias Zean sekarang. Kamu Zean diem! Jangan banyak gerak! Kalo engga bunda keluar dan ninggalin kamu berdua disini sama Adela!" ancam Kirana.

"Jangan bunda," balas Zean dengan wajah memelas.

Akhirnya Zean pasrah. Selama Adela merias wajah Zean, lelaki itu terus menggenggam tangan Kirana. Sesekali Zean berusaha menahan dirinya untuk tidak memukul wajah Adela sebab lelaki gemulai itu sering mencuri kesempatan mengelus wajahnya.

Zean mendelikkan matanya ketika Adela dengan berani mengelus bibirnya. Bahkan tatapan tajam yang Zean berikan kepada Adela sama sekali tak membuat lelaki gemulai itu takut. Justru ia terlihat cekikikan kesenangan dan terus berusaha membuat Zean memberikan tatapan tajam kepadanya.

Kirana menahan tawa melihat kelakuan putranya. Sudah lama ia tak melihat ekspresi lain di wajah Zean kecuali raut datar yang selama ini menempel erat di wajah putranya itu. "Bunda senang ide balas dendam Zella ternyata membuat bunda bisa melihat ekspresi lain di wajah kamu. Bunda berharap Zella mampu mengembalikan kamu menjadi Zean yang dulu nak. Bunda benar-benar rindu dengan Zean bunda yang dulu."

"Selesai. Ya ampyun eike semakin terpesona sama ketampanan you. Boleh dong eike dapat balasan pelukan dari you," goda Adela sambil mengedipkan matanya sebelah.

"Maaf saya lagi malas mandi kembang tujuh rupa," sahut Zean ketus.

"Zean..." tegur Kirana menatap tajam putranya. " Maaf ya Adela. Mulut Zean emang suka asal nyeplos. Makasih ya udah bikin anak bunda makin ganteng. Nanti biayanya langsung bunda transfer ya," ucap Kirana menatap tak enak Adela.

"Hahahaha... Bunda tak perlu merasa syungkan sama eike. Eike mengerti sama sikap Tuan Zean. Yasudin eike pamit ya bun dan tuan ganteng," pamit Adela. Sebelum keluar dari kamar Adela sempat mencolek dagu Zean genit. Zean sontak berlari mengejar Adela yang sudah terlebih dahulu berlari terbirit-birit sembari tertawa cekikikan.

Kirana tertawa melihat wajah kesal Zean."Sudah Zean. Mending sekarang kamu siap-siap ya. Sebentar lagi kamu sama Zella turun buat nemuin para tamu yang udah pada datang," beritahu Kirana sambil membenahi pakaian Zean. "Yuk."

"Bunda dapat darimana sih manusia model begitu? Engga bisa apa milih yang warasan dikit?" keluh Zean yang masih tak terima dagunya dicolek lelaki jadi-jadian.

"Nanti juga kamu tau nak siapa yang minta Adela ngerias wajah kamu," jawab Kirana terkekeh kecil.

Zean berjalan bersama Kirana menuju sebuah tangga yang tersambung ke area ballroom hotel. Dari kejauhan Zean bisa melihat Zella yang tengah berdiri di ujung tangga dengan gaun pengantin berwarna putih sama persis dengan warna jas yang ia pakai.

"Samperin istri kamu. Bunda kebawah dulu," pamit Kirana. Zean menganggukkan kepalanya.

Sejenak Zean terpaku. Matanya tak berkedip menatap Zella. Entah mengapa malam ini Zean merasa Zella sangat cantik dimatanya. Dress putih yang dipakai Zella membuat kecantikan gadis itu bertambah berkali-kali lipat.

Ilustrasi gaun yang dipakai Zella

"Kak Zean," sapa Zella menatap senang kedatangan Zean. Zean berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya. Ia lalu berjalan mendekati Zella.

"Gaun apa yang kamu pakai?" tanya Zean dingin. Terlalu fokus menikmati kecantikan Zella membuat Zean tak sadar gaun yang dikenakan Zella menampakkan dengan jelas punggung istrinya itu.

"Ini gaun pernikahan Zella dong. Gimana? Zella cantik engga kak?" tanya Zella tersenyum manis ke arah Zean.

"Tidak bisa kamu mencari gaun yang tertutup? Atau gaun yang kamu pesan memang kekurangan bahan dan penjahitnya tidak mampu membeli bahan yang kurang?" cecar Zean dingin dan sekarang mata lelaki itu menatap tajam punggung Zella yang terbuka.

"Ckk... Ini tuh namanya fashion kak. Lagian Zella juga keliatan cantik kok pakai gaun ini," sahut Zella.

"Tapi saya tidak suka! Lihat hampir seluruh punggung kamu keliatan. Kamu ingin punggung kamu menjadi santapan para tamu lelaki disini!" sentak Zean. Ia lalu melepaskan jasnya dan menyampirkan di pundak Zella. "Pakai ini sampai acaranya selesai."

"Engga mau!" Zella hendak melepaskan jas dipundaknya namun ditahan Zean.

"Pakai atau acara resepsinya saya batalkan!" ancam Zean.

Zella menatap sinis Zean. Dengan mulut menggerutu, Zella berjalan menuruni tangga bersama Zean sembari bergandengan tangan.

"HAPPY WEDDING ZEAN DAN ZELLA!!" teriak para tamu undangan.

Zean dan Zella berjalan menuju singgasana mereka diiringi ucapan selamat dari para tamu undangan yang melempari keduanya dengan  kelopak mawar sembari mengucapkan selamat kepada keduanya. Zean berjalan dengan wajah datarnya. Berbeda dengan Zella yang tersenyum lebar. Sesekali gadis itu melambaikan tangannya saat melihat tamu undangan yang ia kenal.

Cheryl menatap iri Zella yang duduk di singgasananya bersama Zean. Sahabatnya malam ini terlihat sangat cantik. Ditambah lagi disamping sahabatnya itu berdiri seorang laki-laki berwajah tampan dan gagah yang kini resmi menjadi suami Zella.

Kapan pangeran gue datang? Gue juga pengen jadi princess sehari," gumam Cheryl.

Zella menatap keseluruh area ballroom. Ia menghela nafas melihat banyaknya para tamu undangan yang datang.

"Kenapa tamunya banyak banget," keluh Zella.

"Kenapa?" tanya Zean yang mendengar keluhan Zella.

Zella menoleh ke arah Zean. "Engga apa-apa. Zella cuma engga nyangka tamu yang datang segitu banyak," jawab Zella nyengir.

"Tamu yang datang rata-rata dari kolega bisnis saya dan juga kenalan bunda," ujar Zean menjelaskan.

Zella hanya menganggukkan kepalanya. Ia bingung harus membalas bagaimana perkataan Zean.

Tak lama terdengar suara mc yang akan memandu dan meramaikan acara pernikahan Zean dan Zella. Diam-diam Zella menyeringai karena sebentar lagi Zella akan menuntaskan balas dendamnya kepada Zean.

"Sebagai pembukaan acara malam ini bagaimana kalau kita mendengarkan kata-kata romantis yang akan disampaikan mempelai pria untuk istrinya. Setuju?" tanya sang mc kepada para tamu undangan.

"SETUJU!!"

"Baiklah langsung saja. Untuk mempelai pria Tuan Zeanno Aldebaran Madava untuk naik ke atas panggung."

Zean hanya diam. Ia langsung menoleh ke arah Zella yang tertawa cekikikan.

"Sana kak. Zella penasaran bagaimana seorang pengusaha yang terdengar dingin dan kaku menyatakan cinta kepada istrinya," goda Zella menaikkan turunkan alisnya.

"Jangan bilang ini..."

"Engga boleh marah! Siapa suruh kakak ngajakin Zella nikah paksa. Jadi anggap aja ini acara lamaran untuk Zella," sela Zella tersenyum lebar. 
 

                                      ~oOo~

See you next part πŸ’œπŸ’œπŸ’œ

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Selanjutnya PART 11-20
2
0
Jangan lupa klik ❀️ dan komennya my milky πŸ’•πŸ’•πŸ’•
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan