SB Shikatema Bab 51-55

0
0
Deskripsi

Disclaimer : Masashi Kishimoto.

 

Bab 51

 

 

Ino menutup mulut melihat pemandangan di depan matanya. Membulatkan mata menoleh ke arah Sai yang tersenyum menatapnya.

Setelah sampai di pantai Ino dibuat bingung oleh Sai saat pria itu menuntunnya ke tepi pantai bukannya ke restoran terdekat. Betapa terkejutnya Ino ketika pandangan matanya menangkap sebuah meja bundar dengan kain putih, lilin, dan bunga mawar di tengah-tengah meja. Makanan dan minuman sudah tersedia diatas meja. Sekelilingnya ada lilin dan kelopak bunga mawar merah bertebaran mengelilingi meja membentuk hati. Sebuah makan malam romantis di tepi pantai.

"Sayang." Sai menggenggam tangan Ino. Menuntun wanita itu mendekati meja. Menarik kursi untuk Ino.

"Terima kasih." Ucap Ino dan Sai hanya tersenyum menanggapi.

"Silakan." Ucap Sai. Menatap wajah cantik Ino. Beberapa helai anak rambut beterbangan nakal tertiup angin, membuat Ino semakin mempesona dimatanya.

"Kau menyiapkan ini semua?" Tanya Ino.

"Iya." Jawab Sai.

"Suka?" Tanya pria itu.

Ino mengangguk.

"Suka, ini romantis sekali."

Ino menyesap minuman lalu menyuapkan makanan kedalam mulut begitupun juga dengan Sai.

Tak berselang lama datang dua orang pria. Satu pria membawa gitar sedangkan pria satunya membawa harmonika. Keduanya memainkan alat musik masing-masing. Suara merdu mengalun indah, membuat suasana semakin syahdu. Lagi Ino terkejut dibuatnya. Ternyata kejutan dari Sai tidak hanya satu saja.

Tanpa diketahui Ino sebentar lagi kejutan yang lain akan datang. Kali ini seorang bocah perempuan yang kira-kira berusia 5 tahun menghampiri mereka. Lebih tepatnya berjalan menuju Sai. Di tangan mungilnya ada sebuket bunga dan kotak beludru warna merah marun. Setelah memberikannya pada Sai bocah perempuan itu lari meninggalkan mereka.

Ino mengernyit tak mengerti. Dia baru mengerti saat Sai menyuruhnya berdiri sejenak, suara musik gitar dan harmonika berhenti. Sai, laki-laki itu berjongkok di hadapannya. Mengulurkan kotak beludru yang terbuka, sebuah cincin.

"Will you marry me?"

Ino kembali menutup mulutnya. Memandang tak percaya. Sai baru saja melamarnya.

Ya tuhan...

laki-laki ini...

"Will you marry me?" Ulang Sai saat Ino belum juga menjawab.

"Yes." Jawab Ino mantap.

Sai bangkit berdiri. Memasangkan cincin pada jari manis Ino lalu membawa Ino kedalam pelukannya. Melabuhkan kecupan pada dahi Ino lama.

.
.
.

Shikamaru baru saja memasuki kamar, menatap khawatir Temari yang tengah duduk dipinggir ranjang sembari memoleskan minyak zaitun pada kakinya. Shikamaru berjalan cepat menghampiri.

"Kenapa?" Tanyanya khawatir.

"Pegal." Jawab Temari.

Shikamaru duduk didekat istrinya, mengambil alih. Membawa kedua kaki Temari lalu meletakkannya di pahanya. Memoleskan minyak zaitun lalu memijatnya pelan. Temari bersandar pada kepala ranjang sambil diam memperhatikan Shikamaru yang memijat kakinya. Kakinya terasa pegal bahkan lihatlah kakinya bengkak seiring bertambahnya usia kehamilan. Temari mengusap lembut perutnya yang semakin membuncit. Semua tindakan yang dilakukannya tak luput dari perhatian Shikamaru.

"Kenapa?".

"Apa perutmu sakit?"

Temari menggeleng menjawab pertanyaan suaminya.

Shikamaru ikut mengelus lembut perut buncitnya, menunduk kepala membisikkan sesuatu di dekat perutnya.

"Hey boy." Sapa Shikamaru pada bayi mereka.

Ya, beberapa hari yang lalu mereka melakukan usg untuk mengetahui jenis kelamin bayi mereka dan ternyata bayi mereka berjenis kelamin laki-laki.

"Jagoannya papa jangan membuat mama mu kesulitan. Mohon kerjasamanya ya." Temari langsung memukul lengan Shikamaru setelah berkata seperti itu pada bayi mereka.

Shikamaru mengaduh, mengusap lengannya yang dipukul oleh Temari dengan keras. Terkekeh menatap ke arah Temari.

"Dia tidak membuat ku kesulitan." Ucap Temari.

"Iya, sayang."

 

 

Bab 52

 

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini usia kandungan Temari telah memasuki 7 bulan. Perutnya semakin membesar.

"Huh..." Temari mendesah lelah. Berhenti melangkah sembari mengatur nafas. Belum semenit dia berjalan kaki dari supermarket menuju Apartemen Temari sudah merasa lelah. Temari pergi seorang diri ke supermarket yang tak jauh dari Apartemen tempat tinggalnya untuk membeli camilan dan susu.

Temari menengadah, Terik sinar matahari terasa panas membakar kulit. Mendesah lelah lalu mengusap keringat di dahi. Temari mengusap-usap lembut perutnya, tangannya yang lain menenteng kantong belanjaan. Merogoh, mencari susu uht untuk diminumnya. Temari merasa tenggorokannya kering. Meminum susu kotak uht rasa coklat pasti menyegarkan.

Tanpa Temari sadari dari kejauhan ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya. Seorang pria dengan rambut pirang menatap Temari dengan penuh kebencian.

'Rupanya kau di sini Temari?'

'Ponakan sialan gara-gara kau hidupku susah!'

'Ponakan tidak tau terima kasih, tidak tau balas budi. Kau harus membayarnya! Aku akan balas dendam karena kau kabur pada waktu itu.'

Pria itu menatap Temari dengan penuh kebencian yang mendalam. Kedua telapak tangannya mengepal kuat. Pria itu bernama Yashamaru, Paman Temari. Paman yang rela menjual sang ponakan ke club malam demi segepok uang. Insiden Temari yang kabur pada waktu itu membuat mama ji murka dan sasaran pelampiasan adalah dirinya. Paman Yashamaru dipukuli hingga babak belur oleh anak buah mama ji. Bukan itu saja Paman Yashamaru yang bingung harus bayar dengan apa utangnya membuat pria itu terpaksa menjual rumahnya untuk membayar utang. Menjadi gelandangan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, hanya untuk berteduh dan tidur. Terkadang mencuri kadang juga mengemis sebagai penopang hidup, hanya untuk sesuap nasi. Hidupnya hancur dan susah karena Temari. Ponakan sialan nya.
Tak disangkanya dirinya bertemu dengan Temari di tempat ini. Waktunya untuk balas dendam. Yashamaru celingak-celinguk menatap ke sekeliling lalu mengedarkan pandangan di tempat bengkel ,tempat dirinya berdiri saat ini. Yashamaru menemukan balok kayu di sudut bengkel yang tutup.

Tersenyum miring, hari ini sepertinya berpihak pada dirinya. Siang hari yang bolong, sepi tidak ada siapapun orang yang berlalu-lalang, dan juga sebongkah balok kayu. Mengambil balok kayu itu lalu melangkahkan kakinya pelan menuju Temari berada.

Saat sampai di tempat Temari, tepatnya di belakang perempuan itu Yashamaru memukulnya dengan balok kayu.

Bugh!!

Yashamaru memukul tengkuk Temari.

Temari jatuh pingsan dengan susu kotak jatuh di dekat kakinya. Syukur perut besarnya tak terbentur langsung dengan aspal. Temari tergeletak pingsan. Yashamaru terbelalak melihat perut besar Temari.

'Dia hamil?'

'Apakah Temari sudah menikah dan sekarang hamil?'

Tanyanya di dalam hati.

Melihat kondisi Temari yang berbadan dua membuat Paman Yashamaru mengumpat.

"Sial! Aku jadi tidak bisa menjual mu lagi." Umpatnya.

Sekali lagi Yashamaru celingak-celinguk menatap ke sekeliling lalu tersenyum puas.

"Aman." Ucapnya karena sepi tidak ada orang yang lewat.

Membuang balok kayu di tempat sampah besar didekatnya. Membopong tubuh Temari meninggalkan kantong belanjaan dan sekotak susu uht yang diminum oleh Temari. Tanpa diketahui Yashamaru aksinya terekam oleh cctv.

.
.
.

Prangg!!

Shikamaru tak sengaja menyenggol cangkir kopi di atas meja. Cangkir jatuh, pecahan cangkir berceceran dengan ampas kopi mengotori lantai.

Pintu terbuka munculah Naruto yang masuk kedalam ruangannya.

"Ada apa bos? Aku dengar suara barang jatuh." Tanya Naruto.

Shikamaru tidak menjawab pertanyaan Naruto karena saat ini jantungnya berdegup kencang. Perasaannya menjadi tak enak.

'Ada apa ya?' Tanyanya di dalam hati.

Shikamaru jadi kepikiran dengan istrinya yang ada di Apartemen.

Apa terjadi sesuatu dengan Temari?

"Aku harus menghubungi Temari." Katanya meraih telepon genggam.

Sedangkan Naruto menunggu jawaban dari bosnya dengan kening berkerut, bingung. Pandangannya beralih melihat pecahan kaca cangkir serta ampas kopi di lantai lalu melihat Shikamaru sibuk menelepon. Naruto ingin melontarkan pertanyaan ke Shikamaru namun urung saat Konohamaru menerobos masuk dengan berita yang membuat Shikamaru dan Naruto tercekat.

"Tuan Shikamaru nona Temari hilang."

 

 

 

Bab 53

 

 

 

Di dalam mobil yang melaju kencang tampak Konohamaru fokus menyetir, Shikamaru yang duduk di samping Konohamaru tak henti-hentinya sibuk dengan handphone nya. Shikamaru berkali-kali menelepon Temari tapi istrinya tidak menjawab panggilan telepon darinya membuatnya khawatir dan cemas. Sama halnya dengan Shikamaru, Naruto yang duduk di kursi belakang juga sibuk dengan handphone di tangannya.

Konohamaru mendapatkan informasi dari satpam apartemen bahwa Temari belum kunjung kelihatan setelah tiga jam lamanya wanita itu pergi ke supermarket. Satpam apartemen yang kenal baik dengan Shikamaru dan Temari berinsiatif menyusul untuk mengecek. Setelah di cek satpam menemukan kantong belanjaan yang tergeletak di tengah jalan. Kantong belanja yang berisi cemilan, susu hamil, dan dompet. Mengetahui isi dompet ada foto Temari satpam langsung menghubungi kantor Shikamaru yang pernah Pak Shikamaru berikan padanya.

Setelah Konohamaru menyampaikan berita tersebut ketiga pria itu langsung bergegas menuju lokasi.

"Temari tidak menjawab telepon ku." Ucap Shikamaru pelan entah kepada siapa. kepada Konohamaru atau Naruto. Kedua pria itu mendengar dengan jelas ucapan pelan Shikamaru.

"Naruto cepat hubungi polisi." Perintah Shikamaru pada Naruto.

"Tidak bisa Shikamaru ini belum 1×24 jam Temari hilang. Kita tidak bisa membuat laporan orang hilang pada polisi."

"Terus gimana?!" Tanya Shikamaru dengan membentak. Tanpa sadar Shikamaru membentak Naruto karena emosinya naik.

"Harus menunggu 1×24 jam baru bisa membuat laporan pada polisi."

"Dasar gak berguna. Lambat sekali kerja aparat di negeri ini." Gerutunya.

"Istriku hilang dan harus menunggu untuk segera ditindaklanjuti. Kalau ada apa-apa dengan istriku bagaimana? Apalagi Temari sedang mengandung!"

"Ya Tuhan... Temari kau di mana?" Shikamaru mengusap wajah, frustasi.

Konohamaru dan Naruto bisa melihat raut panik dan kacau Shikamaru.

"Aku sudah menyewa seorang detektif. Mereka dalam perjalanan menuju lokasi." Ucap Naruto.

"Sebentar lagi kita sampai Tuan Shikamaru." Kali ini Konohamaru yang berucap.

.
.
.

Ketiga pria itu langsung menghampiri satpam. Tak berselang lama seorang detektif yang disewa Naruto datang.

"Di mana Temari Pak? Apa ada kabar? Apa ada orang yang melihat Temari? Bagaimana ini bisa terjadi?" Shikamaru langsung memberondong satpam dengan berbagai pertanyaan.

Satpam menggeleng, "Saya tidak tau Pak Shikamaru. Saya hanya menemukan ini." Diberikannya kantong belanjaan pada Shikamaru.

Shikamaru semakin kacau seusai melihat dompet Temari. Ini benar milik istrinya.

Di mana istrinya?

Ya Tuhan...

Lindungilah istriku dan anakku...

Doa nya di dalam hati.

Satu orang detektif mulai memeriksa ke sekeliling. Satunya lagi pergi ke supermarket ditemani oleh Konohamaru untuk mencari informasi. Sedangkan Naruto berdiri di samping Shikamaru menemani pria itu. Naruto menyipitkan mata.

"Shikamaru itu ada cctv. Aku akan ke sana meminta rekaman cctv mungkin kita bisa dapat petunjuk dari sana." Shikamaru hanya mengangguk saja. Membiarkan Naruto pergi ke toko yang tampak tua. Toko tua yang tak jauh di depan mereka. Sebuah kamera cctv terpasang di toko tersebut.

Detektif menemukan sebatang balok kayu di tong sampah. Dia mengamankannya untuk dijadikan bukti. Konohamaru dan detektif yang lain kembali lalu menunjukkan bukti rekaman cctv yang menampilkan Temari sedang berbelanja di supermarket. Selanjutnya Naruto datang menghampiri.

"Aku mendapatkan sesuatu." Ucap Naruto.

"Lihat ini!" Naruto menunjukkan rekaman cctv pada Shikamaru.

"Shit!" Umpat Shikamaru.

"Siapa laki-laki tua itu berani dia menyakiti Temari." Geram Shikamaru. Kedua telapak tangannya mengepal kuat. Matanya memanas karena amarah. Melihat seorang pria tua memukul tengkuk Temari dengan balok kayu.

"Kau memasang gps di handphone Temari?" Tanya Naruto.

Shikamaru tampak berpikir lalu mengangguk.

"Bodoh. Kenapa tidak terpikirkan olehku." Kata Shikamaru.

"Shikamaru bodoh! Kau bodoh!" Shikamaru merutuki kebodohannya sambil memukul-mukul kepalanya.

"Sudah jangan menyalahkan diri sendiri." Naruto menghentikan aksi Shikamaru yang terus memukul kepalanya dengan mencengkal tangan sahabatnya itu.

"Lacak keberadaannya."

Shikamaru mengambil handphone lalu mengotak-atik.

"Sudah ketemu."

"Ayo kita cepat segera ke sana."
 

 

 

Bab 54

 

 

Temari mengerang merasakan sakit di tengkuknya. kepalanya terasa pusing dan berat. Ingin membuka mata tapi tak bisa seperti ada penghalang yang menghalangi matanya untuk terbuka. Menyadari matanya ditutup oleh kain, tangannya terikat di belakang tubuh. Temari membayangkan bahwa dirinya kini duduk berselonjor dengan kaki yang juga terikat. Suara pintu terbuka. Temari menajamkan pendengarannya. Suara langkah kaki terdengar mendekat.

'Siapa?' Tanyanya di dalam hati.

"Temari."

"Kau sudah bangun?"

Deg

Suara itu?

Suara paman Yashamaru. Jadi paman nya yang melakukan ini. Tega sekali.

Temari bisa merasakan paman Yashamaru membuka penutup matanya.

Temari memejamkan mata saat penutup kain yang menutupi matanya terlepas.

"Kau tidak bisa membohongi ku. Aku bukan pria bodoh yang bisa kau bohongi." Ucap Yashamaru melihat Temari yang menutup mata, tertidur. Keponakannya tidak tidur. Dia tau Temari sudah bangun. Perempuan sialan itu hanya pura-pura tidur.

"Buka matamu bodoh!" Bentaknya memerintah Temari untuk membuka mata.

Temari membuka mata. Manik hijaunya bertemu mata tajam sang paman.

"Paman." Lirih Temari.

"Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi."

"Kenapa paman tega melakukan ini padaku?" Tanya Temari.

Yashamaru berjongkok, memegang dagu Temari lalu mencengkram kuat. Menatap tajam Temari.

"Kau tau apa yang tejadi denganku setelah kau kabur?" Tanya Yashamaru.

Temari menggeleng walaupun sakit saat mengerakkan karena cengkraman tangan paman Yashamaru di dagunya terlalu kuat.

"Gara-gara kau aku dipukuli oleh anak buah mama ji sampai babak belur." Cengkraman tangan di dagu Temari semakin kuat.

"Gara-gara kau aku kehilangan rumahku. Satu-satunya harta yang ku punya. Aku terpaksa menjual rumah untuk melunasi semua hutang ku." Sorot kebencian memenuhi mata Yashamaru.

Temari meringis kesakitan.

"Pa..paman to..tolong lepas.. kan. Ini sakit." Temari terbata-bata saat memohon untuk dilepaskan.

Yashamaru tersenyum miring.

Temari yang melihat merasa ketakutan.

Plak!

Yashamaru menampar pipi Temari dengan keras.

Plak!

Lagi, Yashamaru menampar pipi Temari membuat ujung bibir perempuan itu berdarah.

Temari meringis kesakitan, Matanya memanas menahan tangis yang akan tumpah.

"Aakkhh..." Paman Yashamaru menarik rambutnya kuat membuat Temari mendongak. Bulir air mata menetes. Tak kuasa menahan lagi.

"Sakit paman.. Tolong lepaskan." Pintanya.

"Aku mohon.." Mohon Temari.

"Maafkan aku paman. Tolong lepaskan..." Pintanya memohon sambil menangis.

Yashamaru tak peduli. Tidak merasa kasihan sama sekali. Balas dendamnya belum terbalaskan. Dia belum puas menyiksa ponakan sialan ini.

Yashamaru melepas rambut Temari.

"Ku pikir setelah bertemu denganmu aku bisa menjual mu ternyata..-" Ucapan paman Yashamaru menggantung. Pandangan matanya turun melihat perut besar Temari. Temari mengikuti arah pandang pamannya.

"Melihat kondisi mu sekarang mana ada orang yang mau membeli wanita hamil seperti mu."

"Cih.." Yashamaru mendecih.

"Kau sudah menikah?" Tanya Yashamaru sambil mendekat ke Temari.

Temari yang melihat paman Yashamaru mendekatinya berusaha memundurkan tubuhnya. Dia kesusahan karena tangan dan kakinya terikat. Temari merasakan perutnya keram.

"Di mana suami mu?"

"Kenapa kau mundur?"

Yashamaru tersenyum jahat.

"Takut?"

"Sialan!" Umpat Yashamaru sambil bangkit berdiri.

Menatap Temari tajam.

"Ingin rasanya ku tendang perutmu."

Temari memejamkan mata erat melihat paman Yashamaru yang mengangkat sebelah kakinya. Pamannya itu ancang-ancang seperti mau menendang. Temari ketakutan setengah mati.

Lama Temari memejamkan mata tapi tidak terjadi sesuatu. Dia tidak merasakan apa-apa diperutnya. Takut-takut Temari membuka mata.

Dan kala matanya terbuka Temari kaget gelagapan karena paman Yashamaru menyiramnya dengan air dari botol.

Yashamaru melempar botol air minum. Menatap Temari yang basah karena ia siram. Melemparkan kantong plastik warna hitam yang berisi nasi bungkus pada Temari.

"Makan itu." Ucap paman Yashamaru lalu pergi meninggalkannya.

"Jangan sampai mati sebelum aku berhasil menjual mu." Lanjut Paman Yashamaru, pria itu berdiri di dekat daun pintu.

Brak!

Paman Yashamaru menutup pintu dengan keras.
 

 

Bab 55

 

 

"Konohamaru bisakah kau lebih cepat lagi?!"

Desak Shikamaru menyuruh Konohamaru untuk mempercepat laju kendaraan.

"Istriku dalam bahaya." Ucap Shikamaru. Sungguh dia khawatir dan cemas dengan keadaan Temari sekarang.

"Baik Tuan Shikamaru." Konohamaru mengangguk patuh. Dia menambah kecepatan, menyalip mobil dan meliuk-liuk.

Sedangkan mobil detektif mengikuti dibelakangnya.

"Polisi juga dalam perjalanan menuju lokasi, Shikamaru." Kata Naruto, memberitahu.

Dengan bantuan detektif, Naruto menelepon polisi. Meminta bantuan polisi untuk menuju ke lokasi gps yang tersambung dari handphone Temari.

Sedangkan di rumah kosong yang terbengkalai, tempat di mana Temari disekap oleh paman Yashamaru. Terlihat Yashamaru sedang santai menyulut rokok setelah makan nasi bungkus. Membuang puntung rokok lalu menginjak kasar dengan kakinya. Menoleh, menatap pintu kamar yang didalamnya ada Temari.

"Apa dia sudah makan?" Tanyanya lalu memukul kepala pelan.

"Bodoh! Gimana dia bisa makan kalau kedua tangan dan kakinya terikat. Dasar bodoh kau!" Ucap Yashamaru sambil memukul kepala, merutuki kebodohannya.

Berjalan cepat, membuka pintu kamar dengan kasar. Melihat Temari yang terpejam.

"Tidur lagi eh?!" Geram melihatnya. Yashamaru mengangkat seember air yang kebetulan ada di sudut pintu kamar. Membawanya ke arah Temari lalu mengguyur perempuan itu.

Temari gelagapan merasakan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Dari atas sampai bawah semua basah. Temari mendongak menatap paman Yashamaru yang barusan mengguyur tubuhnya dengan seember air. Setelah melempar ember sembarangan, Temari melihat paman Yashamaru yang tersenyum puas.

"Dingin." Gumam Temari lirih. Menggigil kedinginan. Rambutnya basah dan bajunya basuh kuyup.

Temari memundurkan tubuhnya takut saat melihat paman Yashamaru mendekat. Pria itu mengulurkan tangan ke belakang tubuh Temari lalu melepas ikatan tangannya.

Temari bisa sedikit bernafas lega saat tali yang mengikat kedua tangannya terlepas. Memegang lalu mengusap pergelangan tangannya. Bekas tali tampak membekas di pergelangan tangan dan tangannya sedikit kebiruan. Melirik paman Yashamaru yang mendorong kantong plastik warna hitam yang berisi nasi bungkus didalamnya dengan sebelah kaki.

"Makan!" Perintah paman Yashamaru.

"Gak mau." Tolak Temari.

Yashamaru mendelik, melotot marah.

"Berani kau membantahku?!" Bentaknya.

"Gak mau. Aku gak mau makan." Tolak Temari menatap paman Yashamaru dengan berani walaupun sebenarnya di dalam hati dia ketakutan setengah mati.

Temari berusaha melepas ikatan tali yang mengikat kakinya tapi sebelum tangan Temari menggapai ikatan tali dikakinya paman Yashamaru menendang kakinya dengan keras membuat tubuh Temari jatuh oleng ke samping kanan. Perut besar Temari membentur keramik dengan keras. Temari meringis kesakitan. Benturan keras itu membuat perutnya sakit. Memegangi perut. Perutnya seperti dicengkeram dan diremas-remas dengan kuat. Seperti itu gambaran sakit di perutnya saat ini. Temari berusaha bangkit tapi sekali lagi paman Yashamaru menendang kakinya keras membuat tubuhnya jatuh ke samping kiri. Kali ini paman Yashamaru bahkan menginjak telapak kakinya dengan kuat.

"Aakkhh..." Temari memekik. Merasakan sakit di kakinya yang diinjak.

"Sakit..." Rintihnya sambil menangis.

"Rasakan karena kau sudah berani membantahku."

"Ini belum seberapa dengan rasa sakit yang ku alami waktu anak buah mama ji memukul ku sampai babak belur."

Temari memeluk perutnya. Memejamkan mata dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. Rasanya sakit luar biasa sakit. Temari bisa merasakan sebuah cairan mengalir di sela pahanya. Perlahan membuka mata untuk melihat.

"Darah." Ucapnya lirih saat melihat cairan berwarna merah kental mengalir di sela pahanya tak lama disusul rembesan air berwarna bening agak kekuningan. Rembesan air seperti sedang mengompol.

Apa itu?

Apa air ketuban?

Air ketuban ku pecah?

Ya Tuhan... Lindungilah anak ku.

Selamatkan aku dan anak ku dikandungan..

Kakak..

Kak Shikamaru tolong aku..

Tolong selamatkan aku dan anak kita...

"Mati saja kau!" Temari mendengar. Melihat
paman Yashamaru yang tengah ancang-ancang akan menendang lagi. Sebelah kaki paman Yashamaru yang terangkat mengarah pada perutnya. Jangan-jangan paman Yashamaru akan menendang perutnya kali ini.

Ya Tuhan...

Temari memejamkan mata erat saat paman Yashamaru menurunkan kakinya untuk menendang. Merapalkan doa di dalam hati. Meminta pertolongan pada sang pencipta.

Ya Tuhan...

Kak Shikamaru...

Tolong aku. Siapapun tolong aku..

Ku mohon..




 

Bersambung...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Fanfic
Selanjutnya You're Mine-prolog
1
0
Dark Romance   |   18+Shikamaru Nara, Seorang mafia kelas kakap yang ingin sekali memiliki anak tanpa harus menikah. Seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi pemimpin organisasi gelap sekaligus penerusnya.Ia akan membayar berapa pun pada gadis perawan yang mau meminjamkan rahim miliknya untuk menampung benihnya dan merawatnya, lalu melahirkan seorang anak untuknya.Pria yang terkenal dingin dan kejam itu sangat membenci yang namanya Pernikahan. Namun keinginan terbesarnya akan seorang anak laki-laki mempertemukan dirinya dengan gadis belia yang sangat cantik dan polos. Temari, gadis belia itulah yang akan menjadi wadah untuk menampung benihnya.Ketertarikannya kepada Temari saat pertama kali melihat foto gadis itu membuat Shikamaru bertekad untuk memiliki gadis itu dengan cara menawarkan Temari sebuah perjanjian.Sebuah perjanjian yang membuat mereka saling terikat satu sama lain selama batas kontrak yang ditentukan. Fanfic Shikatema by bluepink ~Disclaimer of Masashi Kishimoto.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan