To be A Different Lan Wangji

12
0
Deskripsi

Ketika Lan Wangji merasa karakternya tidak aka bisa melindungi hubungannya dnegan Wei Wuxian. 

one shoot

To be a Different Lan Wangji

post-image-6643225b608a0.png

 

Ketika dunia akhirnya tahu siapa sebenarnya Jin GuangYao dan apa saja yang telah dilakukannya pada Wei Wuxian—hingga pemuda yang dikatakan menganut kultivasi iblis karena kehilangan Jindannya itu disalahkan untuk semua kehancuran dan malapetaka yang bahkan tidak diketahuinya—nama sang Yiling Laozu itu akhirnya dipulihkan.

Bertahun-tahun kemudian, kehidupan kembali berjalan normal. Seperti setiap kisah di masa lalu yang hanya tersisa untuk dikenang, dan kehilangan yang kemudian mulai dilupakan. 

Dalam rentang waktu ini, Wei Wuxian masih setia mengembara bersama Lan Wangji. Dia enggan berada di Lotus Pier sekalipun semua kebenaran telah terbuka jelas di depan Jiang Wanyin, sang saudara yang nyata memaafkan dan bersedia menyambutnya. 

Di lain sisi, Wuxian juga tidak bisa ikut ke Gusu Lan di mana masih jelas dalam ingatannya bagaimana besarnya kesedihan Lan Xichen yang kehilangan dua saudara sesumpah dengan cara yang bahkan tidak bisa lelaki itu bayangkan. Terlebih  ... di sana masih hidup sosok Lan Qiren yang setia memusuhinya.

Sama seperti apa yang dirasakan sang pasangan, bagi Wuxian sendiri, di manapun berada, asalkan Lan Wangji berada di sisinya, itu sudah lebih dari cukup.  Pria itu memperlakukannya seolah dia adalah manusia terakhir yang tersisa di dunia, begitu istimewa, dan berharga. Tentu sikap ini juga tercermin dari ‘kegigihan’ Lan Wangji di tempat tidur. 

Setiap hari lelaki itu akan menindihnya. Di manapun, dan kapanpun ada kesempatan, pria itu seolah lupa bahwa Wuxian sejatinya tidak bisa memiliki seorang anak dalam dirinya.

Wuxian dan Lan Wangji hidup bahagia, berpetualang dari satu tempat ke tempat lainnya, dan mendapat bayaran dari mengusir siluman. 

Suatu hari—setelah dengan iseng  mencoba sebuah mantra terlarang dari reruntuhan perpustakaan Wen—Wuxian kemudian mendapat ramalan bahwa dia akan bisa mengandung seorang bayi di dalam dirinya. 

Entah benar atau tidak, tapi ramalan ini sungguh membuat Lan Wangji menjadi lebih giat ‘menanam benih’ di dalam diri pasangannya. 

Hari di mana Wuxian jatuh pingsan saat mereka berniat berkunjung ke Yunmeng Jiang menjadi hari membahagiakan saat tabib menemukan denyut jantung lain pada Wuxian.

Sungguh hal ini masih susah dipercaya pada awalnya. Wuxian bahkan hampir mengira dirinya gila saat perutnya benar-benar bertambah besar, hingga tendangan kecil itu dia dapatkan sebagai konfirmasi dari si bayi bahwa dia benar-benar tengah tumbuh dan berjuang di dalam dirinya.

Lan Wangji, lelaki yang sering kali berwajah mono ekspresi itu begitu bahagia hingga tidak tahan untuk berbagi kabar itu kepada keluarganya. Surat dari pria itu dengan cepat sampai di Gusu. Lan Wangji berharap, paman dan kakaknya akan menerima Wuxian demi putra mereka. 

Namun ... Lan Wangji salah besar.

Saat dirinya dipanggil sang paman untuk kembali ke Gusu Lan, alih-alih bahagia seperti yang diperkirakannya, seluruh sekte, bahkan Yunmeng Jiang datang dan menaruh tuduhan kejam dengan menganggap kehamilan Wuxian yang tidak lazim sebagai tanda kutukan.

Hubungan Lan Wangji dan Wuxian yang menentang kodrat karena keduanya sesama lelaki dianggap pemicu telah lahirnya sebuah bencana. Maka, seperti dulu keturunan Wen dimusnahkan dalam perang ‘Menembak Matahari’, pasangan itu kemudian harus menghadapi kebencian seluruh sekte yang menolak mendengarkan keduanya.

Sungguh, itu bukanlah sebuah perang, tetapi pembantaian. Bagaimana bisa seluruh sekte melawan dua lelaki yang salah satunya tengah mengandung lima bulan? 

Di sanalah Lan Wangji menemukan hatinya patah, dan hancur sekali lagi ketika tubuh Mo Xuan Yu akhirnya menyerah menahan semua sakit yang Wuxian tanggung. Lelaki muda itu roboh setelah pendarahan hebat, tangannya gemetar untuk mendapatkan genggaman hangat Lan Wangji di sana yang masih berjuang melawan sektenya sendiri.

Teriakan Lan Wangji mengantar nafas terakhir Wuxian. Lelaki muda itu menemui ajal setelah pedang Jiang Wanyin menembus dadanya. 

Wei Wuxian dalam  tubuh Mo Xuan Yu mati di tengah arena pembantaian itu, berkubang dengan darahnya sendiri, tanpa genggaman Lan Wangji yang diikat paman dan kakaknya. Pria itu tidak bisa melawan karena sang kakak mengunci kemampuan spiritualnya.

Malam itu, kematian Wuxian melepaskan segel duka di dada Lan Wangji yang selama lebih dari enam belas tahun lalu menunggunya kembali. Menunggu hanya untuk dipertemukan lagi degan perih akan kehilangan yang sama.

Kehilangan dua sosok yang begitu dicintainya, dengan mengenaskan hanya dalam satu kedipan mata membuat hati Lan Wangji hancur, dan puingnya terlalu kecil untuk dapat mempertahankan kewarasannya. 

Detik berikutnya, saat kuncian tenaga spiritualnya dilepaskan sang kakak, Lan Wangji kemudian mencatatkan diri dalam sejarah paling kelam sebagai kultivator yang membantai semua klan, termasuk pamannya. 

Lan Wangji terus melangkah maju mengambil setiap nyawa yang dia lihat di sana. Tidak peduli lengannya terluka, pedang menusuk perutnya, atau panah yang satu-persatu memenuhi punggung penuh bekas luka cambukkan miliknya. 

Lelaki itu dengan tegap berjalan menuju mayat Wuxian yang tergeletak di bawah kaki Jiang Wanyin.

Lan Wangji yang sempoyongan berniat melayangkan serangan kepada kepala Sekte Yunmeng Jiang ketika panas yang menyengat di dadanya membuatnya terjatuh. Dengan nafas tersengal lelaki itu menoleh dan mendapati wajah sang kakak yang terkejut. Ketua sekte Gusu Lan itu melepaskan pedang yang menebus jantung adiknya dengan tangan gemetar.

“Lan Wangji ... aku-“

Wangji tidak bisa mendengarkan siapa pun, hatinya hancur dan saat ini yang dia lihat hanyalah mayat Wuxian yang berlumuran darah. Mencabut pedang di dadanya yang menyemburkan darah segar, lelaki itu merangkak dan meraih tubuh Wuxian. Dengan tertatih membawanya dalam pelukan lalu menjauhkan diri ke dalam air terjun besar di belakang sekte yang berubah menjadi merah.

Tanah di perbatasan Gusu Lan ternoda. Sekte yang katanya menjunjung tinggi kehormatan dan aturan keluarga itu telah melakukan dosa besar atas kematian nyawa-nyawa yang sejatinya hanya menginginkan cinta, dan Lan Wangji membantai sektenya sendiri dalam amarah yang bahkan tidak bisa lelaki itu padamkan dengan kematian.

 

 

 

~~~...~~~

 

 

“Lan Zhan? Lan Zhan!”

“!!” 

Kelopak mata yang menyembunyikan manik madu itu terbuka dengan cepat, pemiliknya duduk dengan nafas terengah serta keringat sebesar biji jagung yang menetes dari dahi putihnya. Pandangannya  menyapu sekitar, saat manik madunya menangkap sosok lelaki yang dicintainya, hatinya mencelos dalam ketakutan yang nyata.

“WeiYing!” 

Pelukan erat membuat lawan bicaranya tertahan untuk bertanya. Gemetar yang ia rasakan bersama basah yang kini terurai di pundaknya membuat lelaki itu, Wei Wuxian menjadi gelisah. 

Ada yang salah dengan Lan Wangji-nya.   

“Lan Zhan, kau kenapa?” Setelah membiarkan waktu meredakan getaran lelaki  dalam pelukannya, Wuxian lalu memberanikan bertanya.  “Mimpi buruk?” tanyanya kembali saat kebungkaman hanya menjadi jawabannya.

“Mimpi buruk? Tapi kenapa semuanya terasa begitu nyata?”

“Lan Zhan, lihat aku.” Wuxian mendorong pelan bahu yang bersandar di dadanya, mengurai lengan kekar Lan Wangji yang terhenti tepat sebelum pelukan itu terlepas sepenuhnya. Hazelnya melebar kala mendapati air mata telah menggenangi obsidian Lan Wangji yang sewarna mentari, meleleh membentuk aliran sungai yang bercabang pada pipi putihnya yang mulus.

“Kau menangis? Ya Dewa, Lan Wangji kenapa kau menangis?” Suara Wuxian menjadi bergetar, kegelisahan di hatinya berubah menjadi ketakutan. 

Lan Wangji di matanya adalah pribadi yang tabah. Begitu tabah hingga rasanya hanya sekali saja Wuxian pernah melihatnya menangis. Saat dia akhirnya menyatakan perasaan sukanya pada lelaki pendiam itu sebelum kejatuhan Jin GuangYao.

“Semuanya terlihat begitu nyata.”

“Apa?”

“Seolah semuanya benar-benar terjadi.”

“Lan Zhan apa yang kau katakan?!”  Wuxian menangkup rahang lelaki itu untuk mempertemukan manik keduanya. “Kenapa kau mengoceh sendiri seperti itu? Apa kau masih kepikiran dengan apa yang dikatakan peramal itu?”

“Apa?” Ada keterkejutan pada wajah tampan di sana. “Ramalan?”

Wuxian tertawa dan turun dari atas ranjang setelah mengusap bekas air mata di pipi lelaki yang dua tahun lalu mengikat sumpah untuk menjadi pasangannya. “Jangan dengarkan peramal itu, dia hanya bicara sembarangan. Mana mungkin, kan, aku yang lelaki ini akan bisa mengandung.”

Kelopak mata Lan Wangji melebar, secara nyata hingga rasanya tidak membutuhkan seorang Lan Xichen untuk dapat melihat betapa terkejutnya dia. 

Lelaki itu menatap sekitar dan dengan bingung bertanya tentang tanggal yang membuat Wuxian menjawab sembari tertawa. Lelaki yang selalu terlihat sempurna itu bahkan begitu menggemaskan saat sedang bingung.

“Mandilah, kita akan membeli beberapa keperluan untuk perjalanan ke Yunmeng, ingat?”

Lan Wangji diam, bayangan akan bagaimana Jiang Wanyin menghunus pedang ke dada Weiying-nya membuat darahnya mendidih seketika. 

“Apa lagi yang kau lamunkan, Lan Zhan? Lusa ulang tahun JinLing, kita akan ke sana.”

Wangji diam. Dia ingat hari ini. Dalam ingatannya, kemarin ... Wuxian diam-diam membeli mantel bernuansa ungu untuk Jiang Wanyin dan keponakannya. 

Penasaran apa kejadian ini akan sama dengan mimpinya, Lan Wangji kemudian bertanya. “Sudah membeli hadiah?”

Wuxian menoleh dan tersenyum sembari memperlihatkan dua mantel berbeda ukuran yang membuat Wangji terdiam sepenuhnya. “Warnanya Yunmeng Jiang sekali, kan? Jiang Wanyin dan A Ling pasti suka.”

Lan Wangji melangkah dan meraih mantel di tangan Wuxian. Terdiam melihat betapa miripnya kenyataan ini dengan mimpinya. Lelaki itu kemudian membuang dua mantel itu ke lantai. 

“Lan Zhan! Apa yang kau lakukan?” Tindakan itu tentu membuat Wuxian terkejut lalu dengan kesal mengambil kembali. “Kalau menurutmu tidak bagus, katakan saja, jangan membuangnya sembarangan!”

Wangji diam. Ia mengerti itu hanya mimpi, tapi sungguh dia tidak berdaya untuk menghilangkan amarah yang menguasai dadanya setiap kali dia mengingat pembantaian itu.

“WeiYing, peramal itu, di mana dia?”

“Hm?” Wuxian menoleh dengan tatapan aneh. Meski kesal, lelaki itu tetap menjawab setelah memasukkan kembali mantel hadiahnya ke dalam kantung Qiankun. “Bukankah kita bertemu degannya saat kita ke pasar.”

“Ayo temui dia.”

Wuxian mengerutkan kening. “Lan Zhan, ada apa denganmu? Kenapa kau jadi terobsesi pada gadis peramal itu?” Sejenak berpikir dan lelaki muda itu langsung berkacak pinggang. “Jangan bilang kau menyukainya?! Apa kau berniat selingkuh?!’

“Apa?” 

Wuxian menatap Lan Wangji tajam. Sedang yang ditatap sungguh tidak paham. Jadi. Pada akhirnya lelaki itu hanya menghela nafas dan bergumam tidak jelas. “Tidak mungkin juga kau akan puas dengannya, kan? Gadis itu akan segera mati melayani kebuasanmu di atas ranjang.”

 

 

 

~~~...~~~

 

 

 

Meninggalkan Wuxian yang tertidur di penginapan setelah makan siang, Lan Wangji kembali ke pasar, berputar-putar menyusuri sudut demi sudut hingga ia akhirnya menemukan gadis peramal yang tidak bisa ditemuinya saat dia mencari bersama Wuxian. 

“Kau mendapatkan kesempatan kedua.”

“Apa maksudmu?”

“Kau hidup lagi.” Gadis—yang seluruh kepala dan setengah wajahnya tertutup kain hitam itu—tersenyum melihat ekspresi Lan Wangji. Dia kemudian menunjuk dada lelaki itu. “Masih ada kan? Bekas yang membuat Dewa begitu sedih.”

“Bekas?”

“Bekas tusukan pedang kakakmu.”

Lan Wangji hanya diam, tapi si peramal bisa melihat betapa terkejutnya lelaki yang langsung melihat pada dada kirinya itu, di mana, tepat di tengah cap Sekte Wen yang dahulu dia torehkan, terdapat luka melintang seolah dia baru saja ditusuk.

“Maksudmu itu bukan mimpi? Itu ... kenyataan?”

Sang peramal mengangguk, dan detik berikutnya ketika dia melihat amarah dalam manik Lan Wangji yang membara, gadis itu buru-buru menjelaskan. 

Meski kelihatannya percuma, Lan Wangji tidak bisa mendengarkan apa pun, kecuali mengingat kembali lintasan-lintasan mengerikan yang merenggut nyawa WeiYing dan bayi-nya.

 “Kau diberikan kesempatan kedua, jadi perbaikilah semuanya.”

Lan Wangji melihat kembali si gadis peramal. “Aku tahu. Rahasiakan ini.”

Sebuah senyum kembali terlihat dari lipatan mata si peramal. “Aku akan celaka jika memberitahu rahasia langit.” 

Lan Wangji hanya mengangguk dan segera beranjak. Dia sangat marah saat ini, lelaki itu menaiki pedang terbangnya menuju hutan di perbatasan Yunmeng dan menghancurkan setidaknya lima pohon besar di sana demi meluapkan sedikit kemarahan agar Wuxian tidak menyadari apa yang saat ini tengah membara di hatinya.

Setelah menenangkan diri, lelaki itu segera kembali ke penginapan dan masuk lewat jendela menuju kamarnya. Duduk perlahan di sisi Wuxian yang masih memejamkan mata. Mengusap lembut anak rambut di wajah pemuda yang dikasihinya.

Tunggu! Jika ini sesuai yang dikatakan, maka saat ini Wuxian tengah hamil, dan hal ini akan diketahui saat lelaki itu pingsan besok sebelum mereka ke Yunmeng Jiang!

Lan Wangji membuka kerah hanfu Wuxian dan terdiam mendapati luka yang sama seperti miliknya. Di dada kiri lelaki itu. 

Bekas tusukan pedang Jiang Wanyin.

“Aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpamu, WeiYing ....” 

“Ng?” Wuxian terbangun saat merasakan helai rambut yang jatuh ke wajahnya, perlahan membuka mata dan dia mendapati Wangji tengah mendaratkan kepala di dadanya. “Lan Zhan ....”

Wuxian duduk untuk mengusap wajah Lan Wangji. Merasa heran dengan tingkah lelaki itu yang menurutnya aneh sedari pagi. “Ada apa sebenarnya? Apa yang kau pikirkan?”

Lan Wangji memejamkan mata, dalam diam merasakan hangat yang menjalar di pipinya. Perasaannya bergemuruh oleh kesedihan dan amarah. 

Namun, seperti yang dikatakan peramal, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk melindungi Wuxian dan bayi mereka. 

“WeiYing ... ayo pulang.”

“Apa?”

“Pulang ke Gusu. Aku ... akan menjadi kepala sekte.”

 

 

 

 

~~~...~~~

 

 

 

 

Wuxian tengah bercanda dengan para junior saat Lan Qiren menemuinya setelah dua jam yang lalu, Lan Wangji menemui sang paman dan berbicara secara pribadi.

“Kau akan tinggal di Jingshi milik Lan Wangji saat ini, karena akan ada banyak acara sebelum pengangkatan ketua sekte baru, maka sebaiknya kau tidak keluyuran.”

Setelah bicara, Lan Qiren hanya melirik Lan Wangji—yang berdiri di sebelahnya dalam diam—lalu beranjak pergi dari ruang pertemuan. Meninggalkan para junior yang berebut oleh-oleh dan Wuxian yang mendekati keponakannya.

“Lan Zhan, sebenarnya apa yang menguasaimu? Bukankah dulu kau mengatakan akan menyerahkan kepemimpinan pada kakakmu setelah dia keluar dari pengasingan?” 

“Tidak apa-apa. Xiong Zhang setuju.”

“Apa? Apa kau sudah menemuinya? Kapan?” 

“Tadi.” Lan Wangji merengkuh pinggang Wuxian dan memberikan ciuman di pipi lelaki itu, yang mana membuat para junior sontak mengalihkan tatapan mereka.

 “Pergilah ke Jingshi. Aku masih ada urusan.”

Meski bingung, Wuxian mengangguk dan memilih pergi bersama para junior yang bercerita banyak hal padanya. Jingyi dan Shizui bahkan terlihat begitu bahagia mengekori senior mereka.

Lan Wangji menghela nafas, dia tidak bermaksud serakah. Hanya saja ... Lan Wangji sadar, untuk melindungi Wuxian dan bayi mereka, kekuatan dirinya saja tidak cukup, dia membutuhkan seluruh sekte berada di pihaknya.

 

 

~~~...~ ~ ~

 

 

 

“Kudengar Adik Wei sakit. Kenapa Wangji tidak meminta tabib memeriksanya?” 

“Aku tidak tahu, dia bersikeras akan menjaga Wuxian sendiri, dia bahkan melarang siapapun memasuki area Jingshi.”

Lan Xichen diam. Telah seminggu dia keluar dari pengasingan setelah berhasil menguasai kesedihannya. Lelaki itu  bahagia mendengar bahwa sang adik kembali bersama Wuxian. 

Meski ia sempat merasa aneh saat sang adik yang terkesan memaksa, meminta posisi sebagai kepala sekte di pertemuan pertama mereka setelah sekian lama.

Awalnya Lan Xichen berpikir ini hanya perasaannya saja, sampai sang paman juga mengutarakan hal yang sama.

 Tiga hari lalu Lan Wangji bahkan dengan tegas menolak kehadiran Jiang Wanyin yang berniat menjenguk Wuxian.

Entah bagaimana, tapi Lan Xichen merasa adiknya merahasiakan sesuatu yang berbahaya. Lan Wangji, yang sebentar lagi akan diangkat menjadi kepala sekte itu, terlihat lebih dingin kepada siapa pun, terkecuali dua junior, dan tentu saja WeiYing-nya.

 

 

 

~~~...~~~

 

 

 

 

“Lan Zhan.” 

Si pemilik nama menoleh dan segera berdiri dari meja yang penuh tumpukan perkamen untuk meraih tubuh lelaki yang baru bangun dari tidurnya. “Kau membutuhkan sesuatu?”

Wuxian menggeleng dan merebahkan kepala di dada pasangannya. Beberapa hari yang lalu setelah dia jatuh pingsan, tubuhnya terus merasa lemah. Meski herbal yang diberikan Wangji cukup membantu.

“Maaf tadi aku marah padamu.” Wuxian memeluk Lan Wangji lebih erat. Dia juga tidak mengerti kenapa belakangan emosinya selalu meledak-ledak hingga pagi tadi dia benar-benar membentak Lan Wangji saat mendengar kedatangan Jiang Wanyin yang ditolak lelaki itu.

Sudah cukup buruk bahwa dia tidak bisa datang pada pesta ulang tahun JinLing karena keadaannya, dan sekarang Wangji justru mengusir Jiang Wanyin yang berkunjung karena mengkhawatirkannya?

“Tidak masalah.”

Lan Wangji mengusap kepala Wuxian dan mengecupnya. Kembali bersyukur bahwa lelaki yang dapat ia duga tengah mengandung itu masih hangat, dan baik-baik saja.

“Lan Zhan.”

“Hm?’

“Apa ini perasaanku saja, atau kau berubah sejak mimpi buruk yang menimpamu hari itu.” 

“Berubah?”

“Kau lebih banyak bicara ... dan menunjukkan emosimu dengan jelas.”

Lan Wangji diam. Yah ... jika dia berubah, itu mungkin karena hatinya telah hancur untuk kedua kalinya saat Wuxian dan bayi mereka meninggal dengan mengenaskan saat itu. 

Tetapi dia merasa tidak ada yang salah dengan hal ini. 

Lan Wangji yang terlalu pasif dan pendiam, tidak bisa melindungi Wuxian hingga Jin GuangYao mencelakainya. Lan Wangji yang sama juga tidak bisa melindungi Wuxian dalam diri Mo Xuan Yu yang menyebabkan kematian bayi mereka.

 Jadi ... tidak ada yang salah dengan sedikit perubahan jika itu dapat menyelamatkan dua nyawa yang paling berharga dalam hidupnya.

 “Lan Zhan?” 

Suara panggilan itu kembali terdengar. Lan Wangji menunduk dan Mengulas senyum pada sorot bening di bawahnya. 

Tidak peduli di tubuh mana pun jiwanya berada, Wei Wuxian selalu indah di matanya. Dan Lan Wangji bisa melakukan segalanya untuk melindungi sosok ini. 

Segalanya. 

“Apa kau tidak suka?”

Wuxian mengusap pipi Lan Wangji dan menggeleng pelan. “Aku suka padamu apapun yang terjadi.”

Lan Wangji memeluk Wuxian lebih erat. Dia selalu menikmati hangat tubuh yang mengantarkan damai pada hatinya yang pernah begitu gersang dalam penantian.

“Tapi Lan Zhan ... jangan begitu lagi pada A Cheng. Aku tahu kau mungkin tidak menyukainya. Tapi apa pun yang dia lakukan dulu, adalah karena dia tidak tahu yang sebenarnya.”

“.....”

“Karena tidak tahu, jadi dia tidak bisa sepenuhnya disalahkan.”

“.....”

“Kau tahu ... seandainya aku bisa pergi ke masa lalu, maka aku akan memperbaiki sikapku. Membuat permusuhan dengan orang tidak menguntungkan sama sekali. Jika aku bisa, maka aku ingin menjadi lebih pengertian, lebih tabah, dan berdamai dengan semua orang. Seperti dirimu.”

“Termasuk pada Jin GuangYao?”

Wuxian mengangguk dalam dekapan Wangji. “Ng, termasuk Jin GuangYao. Karena sesungguhnya manusia dilahirkan dengan hati yang bersih, keburukan manusia lain lah yang membentuk kejahatan seseorang.”

“.....”

 

 

 

~~~...~~~

 

 

 

Sesungguhnya, Lan Wangji sungguh tidak merasa dirinya tabah seperti yang Wuxian pikirkan. Namun ... dia ingin mencoba, menjadi seperti itu. Maka pria itu kemudian mulai berdamai dengan sakit hatinya. 

Meski perlahan, tapi lelaki itu dengan pasti mengubah sikap dinginnya kepada orang-orang.

Selain membangun relasi yang baik dengan sekte lainya, Wangji juga membangun sebuah rumah yang jauh dari bangunan utama Gusu Lan sehari setelah dia diangkat menjadi kepala sekte. Memasang pelindung pada tanah di sekitarnya sebelum kemudian memberitahu Wuxian tentang kehamilan lelaki itu, seperti yang diramalkan.

Serapat-rapatnya menutupi sesuatu, pada akhirnya, kehamilan Wuxian diketahui juga oleh Lan Xichen yang hari itu berniat mengantar sup teratai kesukaan Wuxian dan terkejut mendapati perut besar lelaki yang telah sah dianggap sebagai pasangan adiknya.

Namun, kali ini jalan takdir berjalan berbeda ....

 Lan Xichen begitu bahagia mendapati Wangji akan segera memiliki seorang putra. Dan meski tidak mau menunjukkannya di hadapan umum, sang paman aktif mengirim herbal dan suplemen ke Jingshi baru Wangji yang terletak jauh dari bangunan utama.

Wuxian benar ... ketika kita menabur lebih banyak kebaikan, dan memperlakukan orang lain dengan tulus, maka takdir akan memberi hal serupa itu sebagai balasan.

Pada akhirnya, dalam kekuasaan Lan Wangji dan kebaikan hati yang selalu ditujukan Wuxian. Seluruh Gusu Lan bergandengan tangan  untuk melindungi identitas bayi yang Wuxian lahirkan.

Pada akhirnya, nasib buruk itu dapat dicegah tanpa Wangji harus kembali menumpahkan darah.

 

 

TAMAT

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya My Dear Mate 1-5 (free)
4
0
BXB. YIzhan Fan FIction, M Preg! Dianjurkan untuk membaca My Dear Queen sebelumnya. Meski cerita ini memang terpisah dan merupakan kisah yang lain.My Dear MateWei Xian adalah salah satu karakter di dalam novel milik si penulis hitam yang berjudul My Dear Queen. Sebuah novel boys love dengan sub genre Omegavers, di mana lelaki dengan gender kedua Omega dikatakan bisa mengandung dan melahirkan seorang bayi dari pasangan alpha-nya.Namun, Wei Xian dianggap telah gagal memerankan karakternya sebagai ratu  dalam My Dear Queen hingga pada akhirnya, ia menemui kematian yang begitu menyedihkan di tangan suaminya sendiri, Raja Zixuan yang lebih menyayangi sang selir utama, Yanli, dan berakhir dengan memberikan hukuman gantung pada sang ratu yang dituduhnya telah melakukan makar, kendati omega itu telah memberikan seorang putra untuknya.Meski dikatakan bahwa perangai Wei Xian buruk, tapi kisah ratu menyedihkan ini tetap menuai banyak protes dari pembaca yang menganggap bahwa hukuman yang harus ia terima terlalu menyedihkan. Dipisahkan dari bayi yang baru dilahirkannya, dirudapaksa oleh penjaga penjara hingga kehilangan kewarasannya, dan berakhir di tiang gantungan pada peringatan ulang tahun sang putra.Protes terhadap buku ini semakin meluas hingga si penulis kemudian menghapus sebagian cerita My Dear Queen yang dipublish secara online dan menunda versi cetak dengan dalih memikirkan ending yang lebih manusiawi.Tidak ada yang tahu bagaimana caranya, tapi konon kabarnya, demi menciptakan ending yang bahagia ini, si penulis hitam kemudian mengambil salah satu jiwa milik pembacanya untuk masuk ke dalam My Dear Queen, guna menggantikan peran Wei Xian, lalu sebagai gantinya, ia melemparkan jiwa karakter ratu yang dituliskan manja dan cengeng itu ke dunia nyata guna mendapatkan kisah lain untuk cerita yang akan ditulisnya.What a great idea.  LIMA CHAPTER PERTAMA INI, FREE BUAT KALIAN💕
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan