
BXB, WANGXIAN FAN FICTION, DEWASA
BEING LOVERS
Ini adalah siode story dari ‘We are Just Partner’ yang befokus pada cerita antara Lan Wangji dan Park Wuxian.
Chapter " 1, 2 FREE
INFO : Disarankan top up via web semacam Chrome atau firefox untuk isi kakoin, jangan via app. Pilih pembayaran via shopeepay, ovo, gopay, atau dana karena biaya pajaknya lebih murah. Beda top up via web dan app pajaknya bisa sampe puluhan ribu.
Lalu setelah top up via web, bacanya tetap bisa via aplikasi ya , teman.
Chapter. 01
An Enigma

Di antara Alpha, beta, dan Omega … Enigma adalah sebuah entitas langka
Gender yang disebuat sebagai pemegang tahta tertinggi dalam omegavers ini sangat jarang ditemukan.
Dikatakan, dari seribu kelahiran Alpha dan Omega, Enigma mungkin hanya akan dijumpai satu saja. Meski begitu, minimnya penelitian tentang gender ini menjadikan Enigma serupa mitos mengerikan yang kehadirannya justru ditakuti sebagian kalangan.
Pemilik gender ini biasanya akan menjadi pemimpin. Hidupnya dipenuhi kesuksesan, ia disegani, dan mendapat banyak hal mudah dalam hidupnya. Kecuali untuk urusan percintaan.
Kenapa seorang Enigma dikatakan susah mencari pasangan?
Yang pertama, karena Enigma sejatinya dilarang menikahi seorang Beta, meski jika itu seorang wanita sekalipun. Pemerintah melarang ini karena garis keturunan Beta dianggap bersih.
Kebanyakan dari Beta selalu menikahi jenis kelamin berbeda dari golongan mereka sendiri. Mereka adalah apa yang saat ini disebut sebagai manusia normal. Dan sekalipun ada beta yang ‘menyeberang’, dengan menikahi gender lain, maka biasanya mereka tidak akan mendapat pengakuan sebuah pernikahan resmi.
Larangan pernikahan ini juga berlaku untuk semua gender yang berniat menikahi gender lain di mana kemungkinan menghasilkan keturunan adalah nol. Itu artinya Alpha lelaki yang ingin menikahi Alpha lelaki lainnya, atau Omega lelaki yang ingin mengambil pasangan sesama lelaki Omega. Namun hal ini tidak berlaku jika salah satunya berbeda kelamin.
Pada dasarnya, dalam mengatur pernikahan para gender ini, pemerintah hanya memberikan batasan pada seberapa besar tingkat untuk menghasilkan keturunan.
Meski tetap saja seorang Enigma akan menjadi sebuah pengecualian kendati gender ini dianggap akan tetap bisa ‘memaksa’ pasangannya berubah untuk menghasilkan keturunan.
Enigma bisa menikahi para Omega. Namun hal ini sangat jarang terjadi karena kebanyakan Omega ditakdirkan memiliki fisik yang rapuh, sedangkan stamina yang ada pada diri seorang Enigma dianggap terlalu kuat hingga dalam beberapa kasus yang pernah dicatat, Omega akan menemui kematian jika mereka melakukan ‘hubungan perkawinan’ dengan gender ini.
Enigma tentu bisa menikahi seorang Alpha, tapi hal ini terkadang tidak berjalan dengan baik mengingat Alpha cenderung dibesarkan dengan kehormatan diri yang tinggi hingga mereka mungkin tidak akan sudi menjadi pihak bawah.
Karena itu, meski Enigma pada dasarnya bisa menghamili siapapun pasangannya, akan tetapi gender ini tetap saja menjadi momok menakutkan yang tidak jarang dihindari.
Namun tentu saja … ini tidak akan berlaku jika Alpha itu sendiri yang memutuskan untuk memeluk sang enigma dan dengan riang hati menjadi pihak bawah bagi ras terkuat dalam Omegavers tersebut.
“Weiying ….”
Lan Wangji meremas rambut lelaki yang saat ini tengah berlutut di hadapannya, membenamkan kepala ke tengah selangkangannya untuk menghisap benda panas yang pernah dikatakan lelaki itu sebagai tongkat bisbol mengingat ukurannya yang memang tidak masuk pada nalar manusia untuk ukuran sebuah penis manusia.
Suara kecupan, sedotan dan jilatan yang membahana pada kamar hotel yang sepi itu membuat hasrat Lan Wangji, sebagai pihak yang tengah dipuaskan meluap. Lelaki itu mengeram pelan saat merasakan jilatan lembut lidah basah di bawah sana yang menghantarkan hangat yang melumuri seluruh kejantanannya.
“Hah …..”
Kepala lelaki itu mendongak dalam kenikmatan. Maniknya yang berpendar keemasan menyala dalam pendar temaram cahaya lampu kristal di tengah ruangan yang bergemerincing indah. Nada yang dihasilkan kristal itu serupa alunan nada yang kontras dengan suara mesum yang saat ini datang dari tengah selangkangannya.
Slurp.
Lan Wangji menggigit bibirnya ketika bibir kecil Wuxian yang menghisap penis besarnya mengencang, memberikan tarikan kuat hingga rangsangan nikmat yang saat ini memenuhi kepalanya sukses membuat pandangannya bekunang-kunang.
Lelaki itu menunduk untuk sekali lagi melihat betapa cantiknya Alpha muda yang saat ini tengah menikmati penisnya di bawah sana. Menjilat seluruh uratnya yang menionjol keluar lalu tanpa ampun menekan ujung lidahnya yang runcing ada ujung penisnya yang seolah terbuka untuk menerima.
“Ngh!”
Lan Wangji mengeratkan remasan tangannya pada selimut sedang satu tangannya yang lain menarik rambut sebahu Wuxian yang kini terburai ikatannya. Membuat helai lembut itu berantakan dan menutupi setengah wajah cantik Wuxian yang terpejam dan basah oleh keringat.
Lan Wangji terengah. Lelaki itu mengulas senyum sembari mengusap lembut kepala Wuxian yang menengadah padanya, dalam diam menjilati benda panas yang sebentar lagi akan segera menusuk lubang belakangnya.
”Kau sungguh sangat cantik, Weiying.”
Lan Wangji sungguh bersyukur membawa Wuxian pada perjalanan bisnisnya kali ini, jika tidak, dirinya mungkin akan gila hanya dengan membayangkan Weiying-nya melakukan ini pada orang lain.
Keduanya saat ini berada dalam pesawat pribadi yang akan mengantar Lan Wangji ke Korea, di mana dalam perjalanan, Wuxian yang belakangan cukup sibuk ternyata mengalami rut, dan beruntungnya—bagi Lan Wangji—bahwa lelaki Alpha itu lupa membawa supressant-nya.
Oh, jangan tanyakan apa Lan Wangji memiliki obat penghambat untuk diberikan pada Wuxian atau tidak. karena tentu saja ia memilikinya, tapi untuk apa ia gunakan jika dirinya sendiri lebih berguna dalam membantu Alpha muda itu mengatasi rut yang menurut Wuxian sebelumnya sangat jarang dirinya dapatkan.
“Lan Zhan ….”
Wuxian memanjat tubuh lelaki di depannya, di mana Lan Wangji dengan segera meraih pinggang Alpha muda yang telah menelanjangi dirinya sendiri itu agar tidak sampai jatuh.
“Lan Zhan … sudah basah, ayo masukkan.”
Rengekan Wuxian terdengar syahdu di telinga Lan Wangji yang segera memeluknya erat. Dia sepertinya jatuh semakin dalam pada sosok Alpha manis yang tak juga setuju menjalin hubungan dengannya ini.
“Apanya yang basah?” tanya Lan Wangji menjilat leher Wuxian yang mendesah saat salah satu putingnya dipelintir pelan.
“Hah … penismu.” Wuxian memeluk leher Lan Wangji dan berbisik pada telinga lelaki itu. “Penismu yang besar telah aku jilati hingga basah, jadi ayo masukkan ….”
Lan Wangji tersenyum ketika lidah Wuxian menusuk telinganya. “Masukkan ke mana?” tanya Lan Wangji kembali yang membuat Wuxian kesal, ia menggigit cuping telinga lelaki itu hingga membentuk gigitan dan berdarah.
Lan Wangji mengaduh palsu. Lelaki itu memeluk Wuxian erat dan membalas dengan menggigit puting sang alpha.
“Aaakh!”
Wuxian mendongak, sejenak dan kembali melihat ke bawah di mana Lan Wangji tertawa sembari menjilati bekas darah pada dadanya.
“Dasar Enigma nakal!”
Wuxian menjambak rambut Lan Wangji dengan kedua tangannya hingga lelalki itu menengadah sebelum menggigit bibir lelaki yang terpaut hampir sepuluh tahun lebih tua darinya itu.
“Aw. Itu sakit.” Lan Wangji mengusap wajah Wuxian yang tersenyum. Saat bibirnya dilepaskan, tawa keduanya yang bergema kemudian dibungkam oleh dua bibir yang perlahan saling menyatu dalam lumatan.
“Coba masukkan sendiri.” Lan Wangji berbisik saat ciuman keduanya terlepas.
Wuxian menatap manik keemasan di depannya yang terlihat meremehkan. Dengan kesal Alpha muda itu melirik ke belakang tubuhnya, perlahan memundurkan pinggulnya, ia lalu meremas penis Lan Wangji dan mengarahkannya pada cincin analnya yang kecil.
“Sialan, milikmu terlalu besar Lan Zhan ….” Wuxian memejamkan mata kesakitan saat benda tumpul itu tak juga berhasil menembus ke dalam analnya.
Lan Wangji menggigit bibir, kedua tanganya dikepal kuat. Selain bagaimana penisnya diremas dengan tak berperasaan, ia juga begitu terangsang pada pose yang Wuxian lakukan untuk membuka sendiri lubang belakangnya agar muat dimasuki.
Sungguh, itu sangat erotis.
Jadi Lan Wangji mengingatkan dirinya sendiri agar nanti meminta pilot berputar dan mengambil rute terjauh agar mereka tak lekas mengakhiri kegilaan ini.
“Akh … hah … hah ….”
Wuxian terengah, tapi ia berhasil membenamkan kepala penis Lan Wangji ke dalam cincin analnya yang sekarang terasa sakit.
Lan Wangji tersenyum pada ketabahan Alpha muda di atas pangkuannya yang masih menahan pinggangnya dengan kedua tangan. Setelah beberapa saat bernafas dengan benar, Wuxian kemudian mencoba duduk dan memasukkan penis Lan Wangji lebih dalam.
Namun karena batang panas itu terlalu besar, maka ia terus saja merasakan sakit dan desakan untuk mengeluarkannya kembali.
“Hah … hah … Lan Zhan, bantu aku!” Wuxian yang menjadi kesal karena usahanya untuk memasukkan penis besar yang tegak di bawah analnya belum juga berhasil kemudian menjambak Lan Wangji yang menyunggingkan sebuah tawa.
“Baiklah. Sayang.”
Lan Wangji maju, menjilat sejenak bibir Wuxian sebelum menggapai kedua tangan Alpha muda itu yang menarik keras rambutnya. “Siap?” tanya Lan Wangji pada Wuxian yang belum paham ketika kedua tangannya ditarik ke belakang. Lalu dengan cepat pinggul Wangji terangkat hingga kini penis besar lelaki Lan itu tertanam penuh ke dalam perutnya.
“Akh … hah … hah ….”
Air mata Wuxian mengalir deras, napasnya tersengal, seluruh tubuhnya gemetar oleh rasa nikmat dan kesakitan. Sungguh ini bukan kali pertama dia menerima Lan Wangji di dalam dirinya. Meski agaknya ukuran lelaki ini yang kurang manusiawi memang akan selalu membuatnya kesulitan.
Tanpa melepaskan kedua tangan Wuxian, Lan Wangji mendekat untuk mengecup Wuxian dan menjilati lehernya, dalam diam lelaki Lan itu menghidu aroma feromon Alpha muda yang ia sadari mulai memiliki perubahan di sana.
Sembari membaringkan Wuxian ke ranjang—tanpa berusaha melepaskan ‘ikatan’ pada bagian bawah keduanya—lelaki Lan itu berpikir apakah mungkin seiring kebersamaannya dengan Wuxian, tubuh Alpha lelaki ini pun perlahan menyesuaikan diri?
Dan ia menjadi tidak sabar akan pemikiran kapan kiranya dia akan tahu bahwa Weiying-nya ini akan bermanifestasi sebagai omega?
Menjadi mahluk yang pada akhirnya siap melahirkan anak-anaknya.
“Apa yang kau lamunkan? Teruskan pekerjaanmu!”
Lan Wangji terkejut, lelaki yang baru saja terhanyut dalam lamunan ini tersenyum simpul sebelum melumat kembali bibir Wuxian dan mulai menggempur Alpha muda itu dengan brutal.
“Ngh! Mmmh! Mmh!”
“Ah … ini nikmat, Weiying.”
“Mmmh! Ngh! Mmh!”
Wei Wuxian dengan cepat menemukan kepuasaannya saat bibirnya ditahan mulut Lan Wangji sementara bagian belakangnya diserang bertubi-tubi.
Dalam diam ia menatap manik keemasan Lan Wangji yang berkilat penuh nafsu. Itu menggairahkan sekaligus menakutkan. Seperti ucapannya, warna bola mata lelaki itu serupa milik binatang buas, dan itu semakin terlihat jika Presdir Lan Industries ini tengah kalap menggempur bagian belakangnya.
Wei Wuxian merasakan kepalanya pusing, ada hangat yang mengalir di dalam perutnya saat Lan Wangji menggeram keras, Enigma itu menemui kepuasan saat miliknya juga menyemburkan cairannya.
Namun sungguh bukan Lan Wangji jika lelaki ini kemudian akan berhenti hanya dengan dua dan tiga kali cum saja.
Bisa dikatakan telah tiga kali ini dia dan Lan Wangji berguling di atas ranjang bersama. Dan pada titik ini Wuxian mulai mengenal habit si lelaki Lan yang tidak akan berhenti hingga berhasil memeras dirinya sepenuhnya.
“Akh … hah … ini gila.”
Wuxian tertawa, air matanya tumpah, dan maniknya mulai bergulir ke atas oleh rasa nikmat luar biasa yang diberikan Lan Wangji padanya.
Lelaki itu terlonjak tak tentu arah, ia dengan cepat kehilangan tenaga di bawah tuntutan Lan Wangji yang menyerang analnya dengan buas. Lelaki Lan itu sungguh pantang menyerah, atau mungkin ini adalah sifat genrenya?
“Aaakh!”
Kini Wuxian merasakan pendangannya mulai berkabut, perutnya kembali menghangat saat benih lelaki Lan itu sekali lagi menyembur ke dalam dirinya. Oenuh hingga beberapa tumpah ke atas seprai yang menjadi basah oleh cairan pelampiasan keduanya.
“Lan Zhan … bagaimana bisa kau sungguh-sungguh membuang semua benihmu di dalamku seolah aku benar-benar akan menampung salah satunya ….”
Chapter. 02
A Promise
Empat bulan sudah Lan Yibo dan Park Zhan menikah, kediaman Lan yang semula seperti pemakaman karena terlalu sepi, ditambah Lan Wangji yang entah bagaimana dikatakan menebar kesan horor pada bangunan serba luas itu, kini menjadi lebih hidup dan ceria.
Seperti yang diceritakan dalam main story ‘We are Just Partner’, Wei Wuxian dan lima anak buahnya meninggalkan Korea untuk bekerja di kediaman Lan.
Seperti para pengawal lain, mereka tinggal di bangunan terpisah di belakang kediaman Lan di mana setidaknya ada lima belas kamar yang masing-masing dihuni oleh empat orang. Dalam hal ini, Wuxian dikecualikan karena Lan Wangji memberinya satu kamar pribadi yang berada di kediaman utama Lan mengingat lelaki Alpha itu juga adalah kakak dari Park Zhan, menantu Lan yang saat ini tengah mengandung enam bulan.
Sebenarnya, bisa dikatakan bahwa James yang pastinya menyadari hubungan keduanya, telah memberi lampu hijau pada Lan Wangji untuk menerjang Wuxian, eh, maksudnya untuk menjadikan Alpha itu sebagai pasangannya, karena sejatinya orang tua itu tahu keduanya bahkan pernah melangkah jauh dengan saling ‘berbagi feromon’ di atas ranjang.
Akan tetapi, Lan Wangji agaknya harus menempuh jalan pelan mengingat Wuxian selalu menghindari topik perbincangan mengenai hal ini.
Sehari-hari, pekerjaan Wuxian adalah menjadi supir dan pengawal pribadi bagi Lan Wangji. Meski belakangan Lan Wangji seringkali menggunakan alasan keselamatan dirinya untuk memaksa Wuxian menemaninya ke beberapa pesta dan perjamuan.
Bahkan kali ini dalam perjalanan bisnis yang akan berlangsung hampir dua bulan lamanya.
“Ugh ….” Wuxian memegangi kepalanya yang terasa berat. Lelaki muda itu menatap sekeliling dan mengerutkan kening saat menyadari bahwa dia tidak berada di ruangan yang dikenalnya.
“Sudah bangun?”
Wuxian menoleh dan mendapati Lan Wangji yang keluar dari sebuah ruangan. Sepertinya lelaki itu baru saja mandi. Tubuh lelaki Lan itu terlihat segar, meski sejujurnya, harum sabun di tubuhnya sungguh kalah oleh aroma feromon yang saat ini menguar di seluruh kamar hotel itu.
Tunggu! Kamar hotel?!
Wuxian duduk dan kembali melihat ke sekeliling. Seingatnya, terakhir kali dia dan Lan Wangji berada di pesawat prbadi milik lelaki itu dalam perjalanan bisnis, jadi bagaimana bisa dia telah berada di kamar hotel?!
Dan mengapa ia tidak bisa mengingat bagaimana perjalanan mereka?
“Lan Zhan, kita sudah sampai?”
Lan Wangji mengangguk. “Ya, satu jam yang lalu, kau terlihat masih lelah, jadi aku tidak bangunkan.”
“La, lalu bagaimana aku ke sini? Siapa yang menggendongku? Apakah Binghe?”
Lan Wangji mengerutkan kening, ada gurat tidak suka yang jelas tercetak di wajah presdir itu. “Tentu saja aku.”
Meski rupanya Wuxian memang tidak terlalu peka pada perubahan suasana hati sosok di depannya. “Begitukah? Kenapa aku tidak ingat? Aku kenapa?”
“Kau mengalami rut.”
“Ya Tuhan ….” Wuxian memegangi kepalanya. Sungguh tak habis pikir, bagaimana ia bisa melupakan lupa pada jadwal estrusnya sendiri?!
Seumur hidup, bisa dikatakan Wuxian sangat memperhatikan hal semacam ini, karena dalam genrenya, estrus atau masa panas seorang alpha sama merepotkannya seperti seorang omega yang mengalami heat. Dan sesungguhnya, tidak seperti Alpha normal lainnya, ia bisa dikatakan sangat jarang mengalami ‘masa panas’ ini. Namun dokter bilang ini bukan sebuah keanehan, tetapi lebih karena dirinya terlalu sibuk dan tidak memiliki waktu istirahat yang cukup.
Jadi, apakah karena belakangan dirinya cukup lenggang dan bisa bersantai lebih sering jadi pada akhirnya masa panasnya datang lebih cepat?
“Makanlah.” Lan Wangji memberikan nampan di nakas ke atas pangkuan Wuxian yang bersandar di kepala ranjang.
Alpha muda itu menatap lelaki enigma di depannya. Yah, jika dirinya memiliki banyak waktu luang maka ini adalah atas kebaikan Lan Wangji. Sebagai boss, lelaki itu bahkan tidak segan melayaninya setelah mereka menghabiskan waktu panas bersama.
Dan Wuxian sungguh sangat menyukainya.
“Suapi aku.” Nada manja keluar dari bibir Wuxian yang membuat lelaki di depannya tertegun, sejenak sebelum sebuah senyum terbit di wajahnya yang menawan.
Oh, Wuxian juga suka yang ini.
Tanpa banyak bicara Lan Wangji mengambil sendok dan mulai menyendok bubur di dalam mangkok untuk kemudian ia berikan pada Wuxian. Tatapannya lembut pada Alpha muda yang saat ini mengambil ponsel dan mulai berbalas pesan dengan seseorang yang ia yakini adalah adik angkat lelaki itu, Park Zhan. Mengingat Wuxian akan selalu memmasang wajah bahagia setiap kali mendapat pesan dari lelaki muda yang mulai kentara kandungannya itu.
Lan Wangji dengan sabar menyuap tiap sendok bubur di sana hingga tandas sepenuhnya. Ia lalu memberikan sebuah pil ke tangan Wuxian yang masih asik berbalas pesan.
“Minum,” ucapnya yang dianggukkan Wuxian. Tanpa melihat obat apa di tangannya, ia menegak dan menerima air dari tangan Lan Wangji dan kembali tertawa pada gambar yang dikirim sang adik padanya.
Lan Wangji hanya menggelengkan kepala. Lelaki yang hanya mengenakan bathrobe itu kemudian naik ke atas ranjang dan mengambil bahu Wuxian untuk disandarkan ke atas dadanya. Dalam diam ikut melihat isi chat Wuxian dan Zhan yang ternyata dipenuhi beberapa gambar baju dan sepatu bayi.
Lelaki itu mengecup kepala Wuxian yang menoleh padanya, tersenyum, lalu mengambil sebuah ciuman di bibirnya sebelum kembali fokus pada isi chat-nya dengan sang adik.
“Weiying.”
“Hm?”
“Berhenti bermain ponsel dan tidur.”
“Aku kan baru bangun, kau saja yang tidur, aku akan menjagamu.” Wuxian menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya. Ia kembali tertawa saat Zhan memperlihatkan foto Yibo dan James yang sedang berdebat di depan seorang pelayan untuk menentukan akan membeli kereta dorong yang mana.
Agaknya saat ini ketiganya berada di sebuah mall untuk membeli beberapa kebutuhan awal bagi bayi, meski Zhan sendiri pernah mengatakan akan lebih baik jika hal serupa pakaian dan popok dibeli saat mendekati bulan kelahiran saja.
“Weiying.”
“Hm?”
“Aku ingin bicara.”
“Ya, katakan saja, aku mendengarkan.”
Lan Wangji diam, merasa diacuhkan karena sedari tadi perhatian sang Alpha muda hanya pada ponselnya saja, ia kemudian mengubah posisi di mana kini ia meletakkan kepalanya pada dada Wuxian yang memakai kemeja dengan belahan dada rendah hingga kini pipinya langsung bersentuhan dengan kulit lelaki itu.
Wuxian yang merasa kegelian tertawa, tetapi tak berniat menyingkirkan kepala Lan Wangji dari atas tubuhnya.
“Weiying, ayo kita namai hubungan ini.”
Jemari Wuxian yang sedari tadi menekan emoticon untuk dikirimkan pada adiknya tergantung di udara. Dalam diam Alpha itu melirik Lan Wangji yang kini mendongak padanya hingga tatapan keduanya bertemu.
“Apa?” tanyanya memastikan.
“Ayo kita berkencan.”
Wuxian menghela napas. Setelah mengetik balasan pada sang adik bahwa ‘aku harus mandi dulu’ dan menerima jawaban ‘oke, baik-baik di sana ya, Ge’ sebagai tanda bahwa balas membalas pesan di antara keduanya berakhir, Wuxian mendorong Lan Wangji agar lelaki itu duduk dan menatapnya lekat.
“Lan Zhan, kenapa kau membahas hal ini lagi?”
Lan Wangji memperbaiki posisi duduknya. “Memangnya ada yang salah dengan ucapanku?”
Wuxian menghela napas dan meletakkan ponselnya ke atas nakas. “Lan Zhan, kita sudah beberapa kali membahas ini, kan? Dan jawabanku masih akan sama. Tidak!’
“Kenapa kau tidak mau?” Lan Wangji menggapai tangan Wuxian yang berniat turun dari tempat tidur. “Katakan apa yang kurang dariku, akan kuperbaiki.”
Wuxian mengerutkan kening sebelum menoleh kembali pada Wangji. “Kau tahu alasannya.”
“Tidak, aku tidak.” Lan Wangji menatap Alpha muda di depannya lekat. “Katakan, kenapa?”
Wuxian menghela napas. “Lan Zhan, tidak ada yang kurang darimu, kau sempurna.” Wuxian duduk kembali untuk mempertemukan dirinya dan Lan Wangji dalam satu tatapan yang sama.
“Lantas?”
“Ini karena aku tidak mau Zhan menilaiku aneh.” Wuxian meraih pipi Lan Wangji. “Dengar, bagi Zhan, aku adalah kakak yang baik, jadi bagaimana bisa kau menyuruhku merusak imej itu dengan mengumumkan apa yang kita lakukan ini ke hadapannya? Kau ini paman dari suaminya, sedangkan aku ini kakaknya.”
“Kalian tidak berhubungan darah, kita bisa-“
“Aku tahu.” Wuxian menyela dengan wajah kesal. “Aku tahu itu.”
Wuxian menghela napas untuk ke sekian kalinya. Hal inilah sebenarnya yang dirinya tidak sukai dari Lan Wangji. Lelaki ini sungguh gigih jika dia telah memutuskan sesuatu. Mungkin itu adalah hal bagus jika saja yang jadi masalahnya bukanlah tentang hubungan keduanya yang tak berstatus ini.
Wuxian memulai apa yang dilakukannya dengan Lan Wangji saat ini atas dasar rasa penasaran dan ketertarikan untuk menundukkan lelaki itu di bawah kakinya.
Memang bukan berarti ia tidak lagi tertarik pada Lan Wangji setelah lelaki itu takluk, karena sejujurnya lelaki Lan ini telah memiliki posisi tersendiri dalam hatinya. Hanya saja ia memang tidak ingin meresmikan ‘kedekatan’ mereka ini dengan memberinya label apa pun.
Hubungan ini memberinya dan Lan Wangji kepuasan yang menguntungkan kedua belah pihak, dan ini sudah cukup.
Keduanya suka dan nyaman bersama. Jika Lan Wangji menginginkannya di atas ranjang, maka Wuxian bersedia, begitu juga sebaliknya.
Jika suatu hari Lan Wangji telah merasa lelah, maka Wuxian akan pergi dengan tenang, dan jika dirinya tidak lagi ingin bergumul dengan Lan Wangji, maka lelaki itu juga harus mundur tanpa dipaksa.
Bagi Wuxian, tidak ada yang dirugikan dalam hal ini, jadi untuk apa membuat perkara dengan memberinya label yang akan mengundang sebuah masalah dan hal merepotkan seperti komitmen dan tanggung jawab?
“Weiying, apa kau tidak menyukaiku?” Lan Wangji meraih kembali tangan Wuxian yang menoleh dan sekali lagi terhanyut oleh manik keemasannya.
“Tentu saja aku menyukaimu, Lan Zhan.” Wuxian mengusap pipi lelaki itu yang tersenyum lembut. “Jika tidak mana mungkin aku membiarkan kau menindihku?” dan kalimat Wuxian berikutnya menghilangkan senyum di wajah tampan itu.
“Aku ini seorang Alpha, adalah kebanggaan bagi kaum kami untuk berada di atas, tapi karena aku begitu menyukaimu, maka aku bahkan rela di bawah, kan?”
Lan Wangji masih diam, dan agaknya Wuxian tidak menyadari sumbu masalah apa yang baru saja dipatiknya.
“Weiying, aku ini Enigma.” Lan Wangji mendekat dan meraih dagu Wuxian. “Bagaimana jika suatu hari aku akhirnya bisa mengubahmu menjadi seorang Omega? Seperti ucapanmu pertama kali.”
Wei Wuxian terdiam menatap manik keemasan di depannya yang berkilat. Alpha muda itu mengepalkan tangan sebelum akhirnya menjawab.
“Jika itu benar sampai terjadi, maka kau bisa menjadikanku milikmu sepenuhnya.”
“Sungguh?”
“Sungguh.”
Ada senyum di wajah Lan Wangji yang entah mengapa membuat Wuxian yang mengangguk merasa dia tengah membenamkan dirinya dalam lautan yang berbahaya.
“Berjanjilah.” Lan Wangji menarik lepas tali bathrobe-nya hingga kini tatapan Wuxian langsung tertuju pada benda besar menggelantung yang mulai tegak di tengah selangkangan lelaki Lan itu.
“A, aku berjanji.”
“Berjanjilah bahwa saat kau menjadi Omega, kau akan sepenuhnya patuh padaku.” Lan Wangji menindih Wuxian dan menjilat leher Alpha yang merasakan seluruh tubuhnya merinding itu.
Dengan tergagap, karena saat ini Lan Wangji mulai menciumi leher dan dadanya dengan intens, Wuxian kemudian mengucapkan janji itu.
“A, aku berjanji bahwa jika aku menjadi Omega, ngh … maka aku akan patuh padamu.”
“Anak baik.”
Lan Wangji mengecup pipi Wuxian sebelum menyesap kuat puting merah lelaki itu sembari satu tangannya melucuti kembali satu persatu pakaian Alpha muda yang kini hanya bisa pasrah dan kembali mendesah di bawah tubuhnya.
“Dan aku berjanji, aku akan terus memenuhi dirimu, setiap hari, hingga kau akhirnya menjadi Omegaku, Weiying.”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
