3 - Tessa [ Terjebak Pesona Siluman Ular ]

2
0
Deskripsi

Tessa berdiri di sebuah lapangan luas. Sepasang kakinya yang telanjang menginjak hamparan rumput yang masih basah oleh embun pagi. Gadis itu mendongak untuk mengamati arakan awan yang menghiasi langit biru.


"Tessa ...."


Suara seseorang membuat Tessa memutar tubuh. Gaun merah muda yang dipakainya sedikit mengembang pada bagian bawah. Namun, dia tidak menemukan siapa pun.


"Tessa ...."


Panggilan dari arah lain membuat gadis itu kembali menoleh. "Siapa?"


Rasa takut mulai menjalar masuk ke tubuh Tessa. Tempat...

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart
 

Satu bulan kemudian, Tessa duduk di kursi kayu yang berada di kamar tidur. Kepala gadis itu menunduk untuk menekuni buku akuntansi yang terbuka lebar di atas meja. Suara kipas angin yang berdengung dari sudut ruangan membuat dirinya mengantuk.


Ujian tengah semester akan dimulai dua minggu lagi. Mumpung sedang libur kerja, dia bisa mencicil belajar dari sekarang, tetapi mengalahkan rasa jenuh merupakan tantangan tersendiri.


Suara ketukan pada pintu mengejutkan Tessa. Gadis itu menegakkan punggung, lalu memutar tubuh sambil bertanya, "Siapa?"


"Ini Dean."


Pipi Tessa merona seketika karena merasa gembira. Dia sontak bangkit berdiri. "Tunggu!"


Tessa merapikan kaos putih dan celana pendek merah muda yang dia kenakan sebelum bergegas membuka pintu. Mata gadis itu berbinar ketika dia melihat Dean yang memakai kaos hitam dan jin biru berdiri dengan seringai lebar. Pria itu membawa bungkusan di tangan kirinya.


"Pisang goreng dan bakwan," ujar Dean menyorongkan keresek itu ke arah Tessa.
Tessa tanpa malu-malu segera menerima bungkusan dari rekan kerjanya, lalu membuka kantung plastik itu. "Banyak banget ...."

"Biar kamu semangat belajarnya," ucap Dean sambil mengintip ke dalam kamar. "Mau istirahat dulu? Mumpung sore ini enggak hujan."


Tessa mengangguk kecil. Gadis itu mematikan kipas angin kemudian keluar kamar dan mengunci pintu.


Udara di luar rumah terasa segar. Orang-orang kantor belum pulang. Gang kompleks tempat kos mereka terasa lenggang. Beberapa muda mudi yang sebagian besar berstatus pelajar sekolah terlihat duduk- duduk di sekitar mereka dan sibuk bersenda gurau.


Tessa membuka kantung keresek untuk mencomot bakwan, lalu menggigitnya. Dia menyodorkan sisanya ke arah Dean, kemudian berkata, "Kamu juga makan."


Pria itu menggeleng. "Aku tidak suka gorengan."


"Kalau tidak suka kenapa aku sering lihat kamu beli gorengan?" Wajah Tessa menunjukkan ekspresi kebingungan. Dia teringat saat-saat di mana pria itu mengetuk pintu kamar hanya untuk membagi gorengan yang dibelinya.


Dean tidak menjawab. Dia hanya tersenyum tipis, lalu melangkah. Tessa mengerutkan kening. Gadis itu mengamati sahabatnya sejenak sebelum mengedikkan bahu dan kembali berjalan.


"Mau makan bakso?" tanya Dean saat melihat gerobak bakso terparkir tidak jauh dari mereka.

Tessa yang sedang menggigit pisang goreng tertawa kecil. Pria itu terlalu sering mengumpaninya banyak makanan. "Aku lama-lama bisa gemuk!"


Dean menyeringai lebar sebelum mengetuk kepala Tessa. "Kamu kekurusan. Perempuan terlalu kurus susah punya anak."


Tessa spontan tersedak mendengar gurauan rekan kerjanya itu. Dia terbatuk, lalu memukul bahu Dean. "Ngawur, aku belum mau nikah!"


"Dua tahun lagi, ya ...," ucap Dean setengah merenung.


"Kamu mikir apaan sih?!" Pipi Tessa terasa panas karena malu. Dean sering mengucapkan kalimat-kalimat yang menunjukkan pria itu tertarik menjalin hubungan lebih dari teman. Namun, pria itu belum pernah mengutarakan niatnya secara terang-terangan.


Dean tertawa. Dia tiba-tiba merunduk, lalu menggunakan jempol tangan kanan untuk membelai ujung bibir Tessa. "Kotor, tuh ...."


"Cie!" Teriakan spontan dari para remaja yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan membuat wajah Tessa berubah semerah tomat.


"A-apaan sih?!" Gadis itu mencoba menunjukkan ekspresi marah ke para penonton, tetapi usahanya gagal total.


Salah satu remaja laki-laki malah berteriak sebelum teman-temannya ikut bersiul menggoda. "Mbak Tessa malu, tuh!"


"Gandengan dong, Mas!"

Dean tertawa dan menepuk bahu Tessa. "Abaikan mereka. Yuks, ke Indomaret aja. Aku harus beli sabun mandi."


Tessa mengangguk. Gadis itu berjalan cepat-cepat di sebelah Dean dan berusaha mengabaikan seruan- seruan dari belakang.


Malam hari tiba. Tessa yang telah memakai setelan piama bermotif jeruk menghempaskan diri di atas ranjang. Gadis itu melihat
langit-langit kamar dengan perasaan bahagia.

Hari ini dia menghabiskan waktu dengan sangat menyenangkan. Pipinya lagi-lagi terasa hangat ketika teringat kejadian sore tadi.


"Dasar remaja tanggung ...," gerutu Tessa sambil bangkit dari ranjang, lalu mematikan lampu.
Hitam pekat sontak menutupi penglihatannya.

Berbekal cahaya samar yang menyelinap dari bawah pintu, gadis itu menguap dan kembali ke atas kasur. Besok dia harus bangun pagi-pagi untuk bekerja.


Suara kipas angin yang terus berputar membuai pendengarannya. Tidak membutuhkan waktu lama, gadis itu terlelap.

*****

Tessa berdiri di sebuah lapangan luas. Sepasang kakinya yang telanjang menginjak hamparan rumput yang masih basah oleh embun pagi. Gadis itu mendongak untuk mengamati arakan awan yang menghiasi langit biru.


"Tessa ...."


Suara seseorang membuat Tessa memutar tubuh. Gaun merah muda yang dipakainya sedikit mengembang pada bagian bawah. Namun, dia tidak menemukan siapa pun.


"Tessa ...."


Panggilan dari arah lain membuat gadis itu kembali menoleh. "Siapa?"


Rasa takut mulai menjalar masuk ke tubuh Tessa. Tempat itu sangat sunyi dan dia seorang diri.


"Tessa ...."


"Si-Siapa?!" Gadis itu mulai berteriak sambil mencari asal suara. "Siapa?!"


"Tessa ...." Suara yang mirip desis ular semakin mendekat.


Tessa menengok ke belakang dan menjerit kencang.

*****

Tessa terduduk di atas ranjang dengan napas tersengal-sengal. Tubuh gadis itu gemetar hebat. Pakaian tidur yang dia pakai basah kuyup oleh
keringat dingin.


Samar-samar dia mendengar bunyi alarm dari telepon genggamnya. Gadis itu menelan ludah dan berbisik, "Hanya mimpi ...."

Tessa memajukan tubuh, lalu mematikan dering lagu yang masih menyala. Gadis itu meraih botol air mineral dan meneguk isinya sampai habis.


Sekelebat dia kembali mengingat sosok manusia berwajah ular yang tiba-tiba muncul di dalam mimpinya. Tubuh Tessa merinding seketika. Gadis itu mengembalikan botol plastik kosong ke atas meja dan bangkit berdiri, lalu membuka tirai biru yang menutupi jendela kamar.


Langit pukul lima pagi masih gelap. Tessa menghapus peluh yang menetes pada kening kemudian berjalan menuju lemari untuk mengambil kaos dan jin. Dia harus segera mandi agar bisa segera berangkat kerja.


Tiba-tiba gadis itu merasakan gatal pada bagian si kiri leher. Dia menggaruk perlahan sambil mengambil handuk dan peralatan mandi sebelum keluar kamar.


Suasana rumah indekos masih sepi, belum ada satu orang pun yang terbangun. Tessa menoleh ke arah kamar Dean ketika mengunci pintu. Pria itu pasti masih tidur.


Sedikit rasa kecewa menggelitik hati Tessa. Dia sebetulnya ingin mencuri sedikit waktu untuk bertemu dengan pria itu sebelum berangkat kerja.
Tessa menghela napas. Gadis itu melangkah ke kamar mandi dengan enggan dan mulai membersihkan diri.
 

*****

Dinginnya air berhasil mengusir rasa malas yang sebelumnya gadis itu rasakan. Setelah mandi pagi, kini Tessa berdiri di depan cermin panjang
yang berada di sisi ruangan untuk berdandan. Dia menyisir rambut sebahunya yang masih lembab, lalu mulai memakai bedak.

Tiba-tiba rasa gatal kembali Tessa dirasakan. Gadis itu dengan perasaan kesal menggaruk kembali leher dan menarik kaosnya sehingga dia dapat mengamati lebih jelas melalui cermin.


Tidak ada apa-apa. Kulitnya hanya sedikit berwarna merah muda akibat digaruk. Gadis itu mendengkus jengkel. Dia akhirnya memutuskan untuk kembali merias wajah dan berangkat bekerja.

4 Mei 2023

Benitobonita

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya 4 - Tessa [ Terjebak Pesona Siluman Ular ]
2
0
Toko-toko di sekitar mereka cukup ramai oleh orang-orang yang berbelanja. Pandangan Tessa teralihkan sejenak oleh sekumpulan anak remaja yang sibuk melihat-lihat pakaian yang tergantung di lapak bagian tengah gedung sebelum rasa penasaran menggelitik dirinya. Apa yang sedang kalian bicarakan tadi? Dean menoleh ke arah Tessa dengan ekspresi tidak mengerti. Tentang apa? Soal dosis ..., apa ada yang sakit? Langkah Dean terhenti seketika. Dia tiba-tiba mendengkus sambil tersenyum. Kami bicara soal kopi .... Kopi? Dean kembali mengajak Tessa berjalan keluar gedung menuju tempat parkir motor. Pria itu menjawab tanpa menoleh. Lebih tepatnya gula ....Kening Tessa berkerut tidak mengerti. Dia sama sekali tidak paham ucapan rekan kerjanya. Mereka berdiri di dekat motor Dean. Pria itu melepaskan kunci stang, lalu mengambil helm merah muda dan diserahkan kepada Tessa. ... cara membuat seseorang terbiasa dengan pahitnya kopi adalah mengurangi sedikit demi sedikit porsi gula pada minumannya .... Tessa memakai helm miliknya. Dia mengamati Dean yang sedang memakai helm hitam dengan kebingungan. Seingatnya pembicaraan yang didengarnya adalah menambah dosis, bukan mengurangi. Dean naik ke atas motor dan tersenyum ke arahnya. Ayo, naik. Aku harus segera kembali untuk kerja. Tessa menepis keganjilan yang dia rasakan dan membiarkan hari itu berlalu tanpa memikirkan perbincangan tidak wajar yang gadis itu sempat curi dengar.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan