23 - Lady Wyvern [ Petualangan Nona Penakluk Wyvern ]

1
0
Deskripsi

Perhatian mereka pun kembali terpusat ke arah Maisha. Di bawah keremangan cahaya bulan yang menyelip dari sela tenda pun terlihat ekspresi masam pada wajah Cyril.

 

“Tidak,” ucap Cyril singkat. “Kita harus cari cara lain.”

 

“Tapi, kurasa itu usul yang bagus.” Liam menyanggah keputusan pemimpin mereka. Bocah mesum ini tidak akan menggerayangimu dan kau bisa segera menebas punggungnya kalau dia berulah.”

 

“Siapa yang mesum!”

 

“Sttt, tutup mulutmu,” sergah Liam sambil kembali membekap mulut Maisha. 

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. 

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

 

“Sial. Para wyvern masih bisa merasakan teriakan mereka.” Samson mengumpat saat keempat member Beast Hunter berkumpul dalam tenda yang hampir gelap gulita. Mereka menyembunyikan kedua wyvern di antara pepohonan dengan telinga tertutup rapat. “Siapa sangka kulit mereka juga cukup keras untuk ditembus tombak Liam.”

 

Liam mendengkus sambil mengipasi diri sendiri. “Tentu saja sulit. Cyril seharusnya ikut menyerang dan bukannya sibuk beratraksi bersama bocah tidak berguna itu.”

 

“Hei! Sia—“

 

“Sttt!” Ketiga pria yang mengelilingi Maisha segera meminta gadis itu untuk diam, 

 

Liam bahkan tanpa sungkan mendorong kepala Maisha ke bawah sambil membungkam mulut gadis itu. “Apa kau ingin membunuh kita semua?”

 

Maisha meronta dari cekalan Liam hingga terlepas. Namun, dia tidak lagi berteriak dan hanya melotot marah.

 

“Cyril, bukankah dia sudah bisa mengendalikan Topaz?” tanya Samson tiba-tiba. 

 

Perhatian mereka pun kembali terpusat ke arah Maisha. Di bawah keremangan cahaya bulan yang menyelip dari sela tenda pun terlihat ekspresi masam pada wajah Cyril.

 

“Tidak,” ucap Cyril singkat. “Kita harus cari cara lain.”

 

“Tapi, kurasa itu usul yang bagus.” Liam menyanggah keputusan pemimpin mereka. Bocah mesum ini tidak akan menggerayangimu dan kau bisa segera menebas punggungnya kalau dia berulah.”

 

“Siapa yang mesum!”

 

“Sttt, tutup mulutmu,” sergah Liam sambil kembali membekap mulut Maisha. 

 

“Kau bisa menggunakan crossbow apabila dia yang mengendalikan Topaz.” Samson mengabaikan pergulatan tanpa suara antara Liam dan Maisha, dan memfokuskan diri untuk membujuk Cyril yang tampak tidak rela. “Satu Ahool saja sudah sangat menyulitkan, tentu akan lebih merepotkan apabila kita bertemu kawanan mereka.”

 

Cyril berdecak. Dia menoleh ke arah Maisha yang sedang menggigit tangan Liam sehingga pria itu memekik tanpa suara dan berkata, “Besok pagi-pagi sekali kita coba.”

 

“Aku belum mengatakan bahwa aku bersedia,” ucap Maisha sambil mengerutkan wajah. “Mengendalikan Topaz bukan termasuk tugas— Aduh!”

 

“Rasakan itu!” Liam memukul keras bagian belakang kepala Maisha dengan kipas. “Dasar Rakyat Jelata, kau melukai tangan indahku!”

 

“Bisakan kalian berdua diam?” Samson yang mulai kesal pun mendorong ke bawah kepala Maisha dan Liam hingga menghantam terpal yang menutupi tanah. “Tutup mulut kalian.”

 

“Sa … kit.” Maisha seketika meronta. “Lepaskan aku.”

 

“Ma—af, sudah. Aku minta maaf,” lanjut Liam. “Singkirkan tanganmu.”

 

Samson mengangkat tangannya sambil mendengkus, membiarkan kedua rekannya menggosok wajah mereka yang sedikit memar. Cyril mengembuskan napas panjang. Dia menggeser tubuh, mencari posisi nyaman untuk berbaring sambil berkata, “Kalau begitu, kita tidur sekarang.”

 

Huh? Maisha ternganga saat ketiga pria itu memposisikan diri untuk beristirahat. Samson berbaring di dekat pintu tenda, Cyril tidur di dekat peti-peti berharganya, dan Liam berada di sisi lain.

 

“Bocah, berhenti bertingkah seperti gargoyle dan cepat berbaring,” tegur Liam saat Maisha belum juga bergerak dari posisi duduknya.

 

Maisha menelan ludah. Dia harus memilih, setiap sisi dari ketiga pria itu terlihat memiliki sela, cukup untuk dirinya sendiri.

 

Maisha menoleh ke arah Samson. Pria itu memiliki tubuh yang sangat besar, dia bisa saja tergencet saat tidur.

 

Pandangan Maisha kemudian mengarah kepada Liam dan keningnya langsung mengerut dalam. Pria resek itu bisa-bisa mengerjainya dengan memasukkan kadal ke dalam pakaiannya ketika semua orang terlelap.

 

Cyril adalah pilihan paling aman. Pria itu meski gemar membentak, tetapi tidak pernah melakukan hal buruk kepadanya.

 

Maisha pun segera beringsut, menyelip di antara peti dan Cyril, sehingga membuat pria itu menegang.

 

“Apa yang kau lakukan di sini? Menyingkir dariku.” Cyril menggeram pelan sambil menahan tubuhnya tetap pada posisinya.

 

“Aku mau tidur, bergeserlah sedikit,” balas Maisha. Dia dengan keras kepala berbaring di sisi Cyril membuat kulit lengan mereka saling bergesekkan.

 

“Bocah sialan, menyingkir dariku!”

 

“Stt!” Liam dan Samson segera menegur atasan mereka saat Cyril meninggikan suara.

 

Maisha menggeliat, mencoba melebarkan area kekuasaannya selama beberapa detik sebelum Cyril akhirnya menyerah. Dia segera bergeser menjauh beberapa inci sambil berdecak kesal sebelum berbalik, memunggungi gadis itu.

  

Ini nikmat. Maisha mendesah nyaman. Udara dingin malam hari dan hangat tubuh Cyril membuatnya mulai mengantuk. Dia pun akhirnya tertidur tidak lama kemudian.

 

*****

 

Kokok ayam samar-samar terdengar saat Maisha membuka mata. Mata gadis itu sontak melebar saat melihat sosok yang masih tertidur di hadapannya.

 

Cyril sepertinya tanpa sadar membalikkan tubuh saat tertidur semalam, membuat mereka saling berhadap-hadapan. Sinar samar yang masuk dari sela-sela tenda membuat Maisha dapat mengamati wajah yang terlihat damai itu dengan saksama.

 

Rahang tegas, bibir tipis, hidung mancung, dan bulu mata lentik. Penampilan Cyril terlalu rupawan untuk rakyat jelata dan hanya orang-orang berduit yang bisa memiliki seekor wyvern. 

 

Aneh, kenapa dia tidak bekerja di istana saja dan malah lebih memilih pekerjaan tidak jelas seperti ini? Kening Maisha mengerut samar saat menerka-nerka jawabannya.

 

Seakan sadar sedang dijadikan objek penelitian, Cyril mendadak membuka mata, membuat mereka saling bersitatap.

 

Jantung Maisha tanpa sadar berdebar lebih cepat. Jarak mereka hanya selisih beberapa sentimeter hingga hangat napas pria itu pun terkadang menyapa pipinya.

 

Cyril terlihat linglung. Pria itu hanya menatapi Maisha tanpa menggerakkan tubuh. Namun, pandangannya turun secara perlahan, seakan menyusuri hidung, bibir ….

 

“Ayam sialan! Bisakah dia berhenti berkokok!” Omelan Liam sukses membuyarkan aura aneh yang sedang berlangsung. 

 

Cyril sontak terduduk. Dia menjambak rambut sambil menyumpah pelan.

 

“Selamat pagi!” 

 

Seruan Samson membuat Maisha ikut duduk. Gadis itu pun mengamati tenda yang penuh sesak dengan sedikit rasa kecewa. Entah mengapa, dia merasa dirinya baru saja kehilangan sebuah kesempatan yang sangat langka.

 

“Ayam hutan itu sepertinya tidak terkena serangan kelelawar,” simpul Liam tanpa riset. “Mungkin kita bisa memasaknya untuk sarapan.”

 

Cyril bangkit berdiri tanpa berkomentar. Dia melangkah menuju keluar saat ucapan Liam menghentikannya.

 

“Oi, Cyril. Kau lupa membawa bocah itu.”

 

“Mengapa kau membuat kalimat seperti aku seakan-akan sebuah barang,” protes Maisha tidak terima. Tubuh gadis itu terasa linu akibat tidur hanya beralas terpal dan perut kosongnya tidak membantu moodnya menjadi lebih baik. “Selain itu, aku bukan bocah!”

 

Perut Maisha pun ikut berteriak marah, membuat ketiga pria yang berada di sana menoleh ke arahnya. Bibir Cyril sontak mendatar saat pandangannya bertemu dengan gadis itu. Dia langsung membuang muka sambil berkata dengan enggan. “Ayo.”

 

“Untuk apa?” tanya Maisha tanpa berniat bergerak sama sekali. “Liam belum memasak sarapan. Aku butuh tenaga untuk bekerja.”

 

“Dasar bocah sialan! Kau pikir aku pelayanmu?!” Liam bergeser cepat dan memukul kepala Maisha dengan kipas, membuat gadis itu mengaduh.

 

“Berhenti memukulku, Pria Hidung Belang!” bentak Maisha tidak terima. Dia pun merengut kipas Liam dan berlari ke balik tubuh besar Samson sebelum pria itu sadar apa yang baru saja terjadi.

 

“Kipasku!” Liam memekik. “Bocah sialan! Kembalikan kipasku!”

 

“Coba saja ambil,” tantang Maisha sambil menjulurkan lidah. Gadis itu dengan cepat berkelit, memutari tubuh Samson ketika Liam berusaha menjangkaunya.

 

“Dasar rakyat jelata! Akan kubekukan bokong pemalasmu itu!” Liam mengarahkan jari ke arah Maisha sambil merapalkan mantra.

 

Serpihan es memelesat menghantam kaki Samson, menyebabkan pria itu memekik kaget kala Maisha sudah keburu bergeser ke sisi lain untuk menghindar. “Hei! Itu dingin!”

 

“Dasar pria bodoh,” ledek Maisha sambil lagi-lagi memeletkan lidah hingga Liam menggeram marah.

 

“Kau! Akan kuhajar kau!”

 

“Kembalikan kipasnya.” Suara dalam Cyril terdengar tegas kala Maisha merasakan seseorang menarik lengannya.

 

Maisha menoleh ke belakang dan mendapati Cyril sedang menatapnya dengan kening mengerut. Pada saat bersamaan, Liam merebut kembali kipasnya.

 

“Liam, berhenti.” Teguran Cyril membuat Liam yang hendak memukul Maisha pun mengurungkan niat.

 

“Kalian benar-benar seperti anak kecil, lihat celanaku! Jadi, basah!” gerutu Samson, mengibas-ibaskan kaki. 

 

“Ayo.” 

 

Cyril menyeret Maisha keluar, membuat gadis itu meronta. “Hei, aku belum sarapan!”

 

Liam menyeringai dan melambaikan kipasnya ke arah Maisha sambil berkata, “Selamat berlatih, Bocah.”

 

*****

 

Maisha menatapi sepasang wyvern yang masih mendengkur dengan sangat rapat. Penyumpal telinga yang mereka pakai dan rimbunnya pepohonan yang menghalangi matahari membuat keduanya tidak menyadari hari sudah pagi.

 

“Mereka belum bangun,” lapor Maisha kepada Cyril yang berdiri di sebelahnya. 

 

Cyril melirik ke arah gadis itu sebelum mendengkus. Dia berjalan mendekati Topaz sambil berkata, “Ayo, buka penutup telinganya.”

 

“Apa tidak lebih baik kita tunggu saja sampai mereka bangun?” Maisha bergeming pada posisinya. “Dia bisa terkejut dan menginjakmu nanti.”

 

“Dia tidak akan menginjakku,” balas Cyril percaya diri. Pria itu meraih tali kekang Topaz lalu mengentaknya beberapa kali.

 

Topaz menggerakkan kepala sejenak. Namun, wyvern itu masih saja menutup matanya.

 

Cyril menoleh ke arah Maisha lalu mengedikkan kepala, meminta agar gadis itu mendekat.

 

“Pegang tali ini dan entah empat kali seperti yang tadi kulakukan,” perintah Cyril sambil menyerahkan tali kekang itu pada Maisha.

 

“Seperti ini?” 

 

Maisha meniru gerakan Cyril. Topaz kembali meliukkan leher. Namun, kali ini wyvern itu membuka matanya secara perlahan.

 

“Tahan tali itu.” Cyril menjulurkan tangan untuk menepuk pelan dahi peliharaannya. Dia kemudian membuka tali yang mengikat dua bantal di sisi kanan dan kiri Topaz.

 

Topaz sontak melenguh ketika pendengarannya tidak lagi tersumbat. Wyvern itu berdiri memakai keempat kakinya dan melihat sekeliling dengan kebingungan.

 

“Selamat pagi, Topaz!” seru Maisha sambil menyeringai. “Sepertinya kau tidur nyenyak sekali, ya!”

 

Topaz menundukkan kepala untuk menyundul pelan tubuh Maisha, membuat gadis itu terhuyung mundur beberapa langkah. “Hoa! Hati-hati, aku masih lemas belum sarapan!”

 

Sayang, Cyril sepertinya tidak berempati dengan keluhan Maisha. Pria itu berjalan pergi sambil berkata, “Ayo, kita bawa dia ke sungai.”

 

Maisha mengekor dengan bibir mengerucut sambil menarik tali kekang Topaz. “Enak sekali dia bisa makan lebih dulu dariku.”

 

Cyril pun menoleh ke balik bahu. Bibir pria itu sedikit berkedut, seakan menahan senyum, sebelum berkomentar, “Kau bisa ikut menangkap ikan bersama dia nanti.”

 

Wajah Maisha sontak sedikit memucat, teringat akan penderitaan yang dia peroleh saat memancing kemarin. Gadis itu pun melanjutkan langkahnya sambil berkata, “Tidak, terima kasih. Aku akan menunggu sarapan dari Liam.”

 

“Pemikiran yang bijaksana.” Cyril pun kembali berjalan, memimpin pelayan dan binatang peliharaannya ke sungai terdekat.

Kepada para pembaca, ingat tekan tanda hati, ya^^

18 Januari 2025

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 24 - Lady Wyvern [ Petualangan Nona Penakluk Wyvern ]
1
0
Pekik ketakutan terbawa angin hingga jauh, menyebabkan Cyril mengambil alih kendali beberapa detik sebelum Topaz benar-benar mengangkasa. Kedua tangan pria itu mencengkeram lengan Maisha dari belakang dan menggerakkannya secara perlahan. Punggung Maisha secara otomatis beradu dengan dada Cyril, membuat gadis itu sontak menegang. Topaz mengepakkan sayap secara teratur dan terbang membentuk garis lurus.“Pertahankan kecepatan,” ucap Cyril sebelum genggaman pada lengan dan rasa hangat yang melingkupi tubuh Maisha hilang seketika, menunjukkan si pemilik tubuh telah beringsut mundur.Maisha tidak menjawab. Seluruh sarafnya terlalu tegang untuk melakukan gerakan apa pun kecuali mencengkeram tali kekang seerat mungkin.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan