22 - Kebangkitan Penyihir (Puerro Series #2)

0
0
Terkunci
Deskripsi

James berjalan melewati pepohonan bagian utara, atau itulah yang dia pikirkan, dengan wajah masam. Kedua tangan pria itu tersimpan di dalam saku mantel yang terus berkibar akibat udara sore yang semakin kencang juga dingin, sedangkan telinganya telah mati rasa sejak beberapa jam silam akibat Diana yang mengekor di belakangnya terus mengeluarkan rentetan makian juga hinaan. 


 

Namun, langkah James seketika terhenti. Energi sihir yang dia lepas sejak beberapa jam silam kini mengalir kembali...

1,381 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
26 konten
Akses seumur hidup
500
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
40
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya 23 - Kebangkitan Penyihir (Puerro Series #2)
0
0
James berjalan melewati pepohonan bagian utara, atau itulah yang dia pikirkan, dengan wajah masam. Kedua tangan pria itu tersimpan di dalam saku mantel yang terus berkibar akibat udara sore yang semakin kencang juga dingin, sedangkan telinganya telah mati rasa sejak beberapa jam silam akibat Diana yang mengekor di belakangnya terus mengeluarkan rentetan makian juga hinaan.   Namun, langkah James seketika terhenti. Energi sihir yang dia lepas sejak beberapa jam silam kini mengalir kembali dengan kondisi sangat lemah.   Magma …, Volture …, desis James dengan mata melebar. Sesuatu telah berhasil mengalahkan sepasang anjing sihir miliknya.  Diana pun menabrak punggung pria itu. Aduh! Mengapa kau berhenti?!  Wajah James seketika berkerut marah. Para Anjing Neraka itu pasti telah membebaskan tawanannya. Dia memutar tubuh kemudian balas membentak gadis yang sedang memegangi hidung dengan mimik kesakitan.  Ini gara-gara kau! Sekarang kita kehilangan kuda dan gadis-gadis itu melarikan diri!  Berbeda dengan James yang merasa luar biasa murka, mata Diana malah berbinar ceria. Gadis itu bahkan tersenyum lebar dan berseru girang. Mereka berhasil melarikan diri?!  Geraman kesal tertahan oleh bibir James yang mengatup rapat. Berbagai bayangan cara menyiksa gadis mengesalkan yang berada di hadapan pria itu berkelebat silih berganti: mengulitinya hidup-hidup, menyulanya, membakarnya, atau memotong lidahnya. Namun, sebuah kenangan masa kecil mendadak muncul. Ingatan kala seorang bocah perempuan yang tersenyum lebar kepadanya, bahkan saat ibu kandungnya sendiri tidak sudi melihat ke arahnya.   Amarah James seketika padam. Dia mendengkus lalu berbalik dan kembali berjalan. Sekarang tugasnya bertambah banyak: mencari keberadaan keempat adiknya yang menghilang, mengantar pulang gadis setengah gila yang masih mengekor sambil memekik tanpa henti, dan mencari lima korban persembahan baru.   Hei! Kau belum menjawabku! Apa benar mereka telah berha-  Ucapan Diana terpotong berasamaan dengan James yang kembali berhenti berjalan. Di hadapan merekaterlihat tiga orang laki-laki berusia sekitar enam belas tahun.   Ketiganya berpenampilan seperti petani: kaus kumal dipadu dengan rompi cokelat tanpa lengan, celana panjang kain, dan sepatu bot. Tidak ada yang aneh, kecuali sebilah pedang yang tersarung pada pinggang kedua manusia itu dan rambut emas yang dimiliki oleh pria terakhir.   Insting James seketika berubah waspada. Rambut pirang identik dengan ras Gwyllgi, sama seperti rambut merah yang mengingatkan mereka terhadap ras Penyihir keturunan Grissham. Selain itu, dia tidak dapat melihat warna mata pria ketiga. Namun, James juga merasa ragu karena warna mata kedua pria lainnya biru, bukan kuning keemasan, bahkan rambut kedua laki-laki berpedang tersebut adalah hitam.   Diana sepertinya juga merasakan sesuatu yang janggal. Gadis itu tidak beranjak dari sisi James ataupun meminta pertolongan dari ketiga manusia yang berjalan semakin mendekat. Laki-laki berambut kuning itu berjalan sempoyongan seperti orang mabuk, dengan kepala menunduk dan kedua tangan menjuntai lemah ke bawah. Dia seakan bernapas terengah-engah. Saat jarak mereka tinggal terpaut beberapa meter, dari sela-sela deru napas yang terdengar, James juga dapat menangkap gumaman rendah dari manusia mabuk itu.   Lapar ….  Mata James terbelalak lebar. Pria itu langsung mendorong Diana hingga jatuh terduduk jauh di belakangnya dan berseru, Pelindung!  Sebuah kubus raksasa merah tembus pandang seketika menyelubungi Diana yang masih memekik akibat terkejut, sedangkan James segera mengeluarkan bola cahaya dari telapak tangan. Dia menyerang kaki pemuda gemuk yang berada di sisi kirinya sehingga petani itu jatuh tersungkur sambil menjerit kesakitan.  Penyihir sialan! raung pria satunya. Dia menarik pedang dari sarung lalu berlari sambil menghunuskan senjata yang pangkalnya tergenggam dengan kedua tangan.   James melirik sejenak ke arah manusia yang kini berdiri dengan tubuh bergoyang pelan ke kiri juga ke kanan. Namun, dia tidak dapat berpikir banyak. Serangan di depan mata membuatnya seketika mengalihkan perhatian.  James dapat menggelak dengan mudah. Pria itu hanya menggeser kepala juga sedikit tubuh kala ujung pedang hampir menyentuh kulitnya. Rambut juga mantel  yang dipakai keduanya pun menari dipermainkan angin.   Sebuah kesempatan terbuka ketika tusukan yang diarahkan ke leher James meleset. Penyihir itu langsung menempelkan telapak tangan kanan ke dada lawannya kemudian merapalkan mantra, Bola Cahaya!  Teriakan kesakitan bersamaan dengan semburan darah keluar dari punggung manusia itu. James mendorong tubuh yang kini memiliki luka menganga pada dada hingga tergeletak begitu saja di atas rumput yang telah basah oleh cairan merah amis.   Oscar! seru manusia gemuk yang masih tersungkur tidak jauh dari mereka. Dia kemudian memutar tubuh hingga dapat menoleh ke arah rekan mereka yang masih berdiri di posisi semula dan berteriak, Bunuh mereka!  Manusia itu mengangkat kepala sehingga James dapat mengamati warna matanya. Kuning keemasan.…  Habisi kedu- Seruan laki-laki gemuk itu terputus kala bola cahaya meledakkan kepalanya. Darah memuncrat dari pangkal leher dan memercik ke arah kedua sosok yang masih berdiri dan saling berpandangan.   Manusia itu melirik sejenak ke arah kanan juga kiri sebelum kembali menatap James yang berdiri tepat di depan kubus pelindung. Bibirnya kemudian melebar dengan kedua sudut terangkat tinggi, memamerkan deretan taring yang semakin panjang. Penyihir …, aku akan memakanmu ….  James mengangkat tangan kanan dan melebarkan telapaknya. Seketika bola cahaya menghantam wajah manusia itu hingga tersentak ke belakang. Namun, ternyata hasilnya mengejutkan, lawannya kembali menegakkan tubuh, sedangkan luka bakar pada wajahnya perlahan memudar.   Kekeh pelan keluar dari mulut manusia itu sebelum tubuhnya semakin tinggi bersamaan dengan moncong yang terbentuk pada wajahnya. Namun, James tidak tinggal diam, dia langsung mengarahkan telapak tangan ke tanah, pijakan sang monster lalu merapalkan mantra. Styrim!  Sebuah lingkaran sihir raksasa berwarna merah kecokelatan dengan simbol bintang lima titik tiba-tiba terbentuk pada tanah yang dipijak oleh si monster raksasa yang kini telah berbentuk seperti manusia berkepala anjing dengan ditutupi bulu hitam.   Makhluk itu seketika terperosok ke dalam pasir yang menghisapnya dengan kecepatan tinggi. Namun, tubuhnya terlalu besar untuk dapat langsung tenggelam. Dia memakai siku sebagai penahan dan berusaha naik.  Namun, James belum selesai. Penyihir itu lagi-lagi mengarahkan tangan ke arah siluman anjing dan berseru, Epimiki Kladia!  Lingkaran sihir mengitari telapak tangan James. Dalam waktu singkat dua buah sulur tanaman di yang sebelumnya menjuntai lemas di antara pepohonan, kini meliuk bagai ular dan memelesat ke arah sang monster.   Kedua sulur membelit dan melebarkan kedua lengan  siluman itu ke sisi kiri dan kanan hingga dia membentuk salib yang terus melesak masuk ke dalam pasir. James menyembunyikan sepasang tangannya ke dalam saku sebelum mulai menginterogasi.   Mengapa kalian menyerang kami?  Namun, siluman itu tidak menjawab. Dia malah meraung dan meronta.   Berhenti bergerak atau pasir itu akan menenggelamkanmu lebih cepat. Ancaman James bukan hanya sekadar isapan jempol. Kini tinggal bagian dada ke atas yang tersembul keluar dari pasir hisap ciptaan sang penyihir.   Monster itu menurut. Dia menoleh ke arah James dan tersenyum lebar. Kami ras Gwyllgi akan memusnahkan kalian …, para penyihir keparat!  Sulur ketiga segera menjerat leher siluman anjing raksasa tersebut hingga terdengar suara cekikan. James merunduk untuk mengambil salah satu pedang yang tidak lagi bertuan. Dia kemudian maju hingga di tepi pasir hisap, hingga jarak mereka tinggal beberapa langkah.   Mengapa kalian melanggar perjanjian damai? Apa yang kalian inginkan?!  Sulur yang mengikat leher melonggar. Namun, monster itu tidak menjawab. Dia malah meronta, mencoba melepaskan kedua tangan yang terikat. Hal tersebut membuat tubuhnya kembali melesak dengan cepat.   Tinggal bagian leher yang berada di atas pasir hisap saat James menggenggam gagang pedang dengan kedua tangan kemudian menyabetkannya ke bagian leher sang monster. Darah merah menyembur membasahi wajah juga tubuh sang penyihir kala kematian mengambil jiwa anjing raksasa itu.   Pasir hisap terus menarik raga tanpa jiwa sang siluman hingga menghilang. James melempar ke pedang yang kotor oleh darah ke atas tanah dan memutar punggungnya secara perlahan untuk melihat gadis yang masih berada di dalam kurungan.   Namun, bukan sosok perempuan yang meringkuk ketakutan yang berada di sana. Diana berdiri dengan kedua telapak tangan menyentuh permukaan pelindung dan balas menatapnya bahkan tanpa berkedip barang sekejap pun.   Entah mengapa pandangan itu membuat darah James berdesir lebih cepat dari biasanya. Dia berjalan mendekati pelindung tanpa melepaskan kontak mata di antara mereka.   Keduanya masih bertatapan kala James menggerakkan pelan tangan kanannya dan berbisik, Menghilang.  Dinding tipis yang menghalangi keduanya menghilang. Mereka berdiri berhadap-hadapan dalam keheningan, sebelum akhirnya Diana berucap, Dasar bodoh, monster itu bukanlah ras Gwyllgi.  
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan