2 - Grant’s Mate : Belahan Jiwa Manusia Serigala - Fantasi Romansa

0
0
Deskripsi

Grant mengamati tingkah laku aneh gadis itu yang berulang kali melihat sekeliling dengan manik hitamnya.

Tidak berapa lama, gadis itu bangkit lalu melepaskan pakaian sebelum melangkah masuk ke dalam danau. Jantung Grant berdenyut kencang. Tubuh yang dipertontonkan oleh wanita asing itu amat indah. Tidak ingin menakuti, Grant terus bersembunyi dan mengamati.

Angin bertiup ke arah Grant, membawa aroma tubuh gadis manusia itu. Wangi yang mengingatkan dirinya akan bunga Lilac, kembang mungil berwarna ungu yang tercium manis juga lembut.

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. 

Grant merenggangkan otot-otot tubuhnya yang lelah setelah bertarung satu lawan tiga dengan kawanannya. Sama seperti biasa, pria itu dapat dengan mudah mengalahkan lawan tandingnya.

Melangkah menuju pintu keluar dinding pelindung, dia berteriak kepada Blair. "Aku akan pergi berenang di danau! Jaga tempat ini hingga sore hari!"

Blair tertawa lalu melambaikan tangan ke arah Laird-nya. Keempat kawanannya mengetahui alasan Grant yang sesungguhnya adalah melarikan diri dari para wanita yang terus menerus mencoba peruntungan mereka bahwa merekalah mate dari pria itu.

Grant berjalan santai melewati batang-batang pepohonan dan menghirup udara pagi. Aroma kayu dan rumput yang basah oleh embun merupakan wangi ternikmat bagi penciumannya.

Terus melangkah, pria itu akhirnya sampai pada hamparan rumput yang membentang luas dengan sebuah danau yang memiliki air jernih berada di tengah-tengah padang.

Kedua mata pria itu melebar, melihat ada seorang gadis yang memiliki bentuk wajah oval, berkulit putih gading, tengah berlutut mencuci kedua tangan. 

Bersembunyi pada salah satu batang pohon, Grant mengamati tingkah laku aneh gadis itu yang berulang kali melihat sekeliling dengan manik hitamnya.

Tidak berapa lama, gadis itu bangkit lalu melepaskan pakaian sebelum melangkah masuk ke dalam danau. Jantung Grant berdenyut kencang. Tubuh yang dipertontonkan oleh wanita asing itu amat indah. Tidak ingin menakuti, Grant terus bersembunyi dan mengamati.

Angin bertiup ke arah Grant, membawa aroma tubuh gadis manusia itu. Wangi yang mengingatkan dirinya akan bunga Lilac, kembang mungil berwarna ungu yang tercium manis juga lembut.

Grant menelan ludah. Debaran jantung pria itu tidak juga melambat. Gadis yang tidak menyadari bahwa dirinya tengah diperhatikan, menyelesaikan mandinya lalu keluar dari sungai dan mengeringkan tubuh sebelum kembali berpakaian.

Duduk di atas rumput, dia pun mulai menyisir rambut hitamnya yang sepanjang pinggang dengan jari-jari, meluruhkan air yang menempel.

Menghitung dalam hati hingga mencapai angka dua puluh, Grant berjalan dari tempat persembunyian, seakan baru saja tiba.

Gadis itu terbelalak terkejut melihat seorang pria yang tinggi besar yang hanya menggunakan kilt dan kain untuk menutupi tubuh keluar dari pinggir hutan. Terkesiap, dia bangkit berdiri dan mundur perlahan, dengan kaki gemetar.

Grant menghentikan langkah, dia tidak ingin membuat gadis itu semakin ketakutan. Mata Grant mengamati gaun biru tua yang membalut tubuh perempuan di depannya. Sebersit rasa kecewa dia rasakan. Gadis manis yang tengah menatapnya jauh lebih cantik tanpa mengenakan selembar benang pun.

"K-kau siapa?" Kedua manik gadis itu menatap takut pria yang jauh lebih besar darinya. Tinggi mereka berbeda cukup jauh, pucuk kepala wanita itu hanya mencapai bibir Grant.

Aroma Lilac yang memabukkan membuat kepala Grant terasa berkabut, pikiran jernihnya tidak berfungsi dengan baik.

Bibir gadis itu sedikit terbuka, seakan mengundang Grant untuk mencicipinya. Bernapas cepat, antara takut dan gugup, dia menengok ke sekeliling, mencari jalan untuk melarikan diri.

Grant menahan napas. Dia telah menemukan Luna-nya. Seorang gadis manusia mungil yang saat ini terlihat seperti seekor tikus yang terperangkap.

"Siapa namamu?" tanya Grant dengan suara serak, hanya beberapa langkah lebar, dia dapat meraih gadis itu ke dalam pelukan.

Gadis itu mendongak. Menelan ludah dan mengepalkan kedua tangan, dia berkata, "A-aku yang ber-bertanya terlebih dahulu, si-siapakah kau?"

Grant menyeringai, dia menyukai Luna-nya. "Kau ketakutan, tetapi berani membantahku?" tanya pria itu geli.

Kembali mundur beberapa langkah, wanita yang sekitar berumur enam belas tahun itu, membalas tatapan mata Grant. "Ti-tidak sopan me-menakuti seorang wanita."

Ledakan tawa keluar dari mulut Grant hingga tubuhnya berguncang hebat. Dia benar-benar menyukai Luna-nya. 

Rona merah terlihat pada kedua pipi gadis itu. Dia tidak suka dianggap sebagai lelucon oleh pria barbar yang tidak tahu caranya berpakaian. Menoleh ke belakang, dia berniat melarikan diri.

"Jangan coba-coba," ucapan Grant menghentikan gerakan gadis itu, "aku dengan mudah akan menangkapmu, sedangkan aku tidak berniat menakutimu."

Jantung gadis itu berdebar cepat, dia sendirian, dan pria di depannya terlihat menakutkan. "A-apa yang kau inginkan?" tanyanya lagi.

Grant melipat kedua lengan, memiringkan kepala, memperhatikan wajah gadis itu. Mereka akan memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. "Namamu."

"Me-mengapa kau ingin tahu namaku?" tanya gadis itu mengulur waktu, kembali melangkah mundur.

Grant tersenyum melihat usaha Luna-nya melarikan diri darinya. "Sebab aku akan memanggilmu dengan sebutan Luna bila kau terus tidak menjawab pertanyaanku."

Kedua mata gadis itu melebar, dia telah menemukan siluman yang harus dia cari. Menahan gemetar tubuhnya, dia berbisik, "Arabell ...”


Tatapan Grant melembut. "Arabell ... aku menyukai nama itu."

Arabell mengamati pria itu, kelembutan dari nada suara yang dia dengar mengurangi rasa takutnya. "Si-siapa namamu?" 

"Aku Grant, Laird dari klan Faol."

"Klan werewolf ..." Gadis itu berbisik dengan bibir gemetar.

Grant menatap Arabell dengan penasaran. "Bagaimana kau tahu? Dari cara berpakaianmu kau pastilah orang Inggris."

Menyadari kesalahan yang dia buat, Arabell menjilat bibirnya yang kering, dan berbohong. "A-aku mengetahuinya dari Pa-pamanku, di-dia anggota klan MacGregor."

Perhatian Grant terarah kepada bibir gadis itu, tidak memedulikan jawaban yang dia dengar.

Arabell berusaha mengatasi ketakutannya, dia memiliki tugas untuk membawa pria besar di depannya memasuki wilayah Inggris, di mana anak buah Viscount Oswald telah menunggu untuk menangkap pria itu.

Mengerjapkan mata beberapa kali untuk menemukan kembali sedikit akal sehat. Grant kembali melihat sekeliling lalu menautkan alis. "Bagaimana caranya kau bisa di sini?"

"A-aku bertengkar dengan bibiku lalu me-memutuskan pulang ke Inggris sendiri, te-tetapi kuda yang kutunggangi melarikan diri."

Ucapannya tidak sepenuhnya dusta, binatang yang dia gunakan memang meninggalkan gadis itu saat sedang mengistirahatkan kaki di atas rumput.

Grant memperhatikan Arabell dengan saksama. Dia ingin segera menandai Luna-nya. Namun, gadis itu pasti akan melawan. 

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Grant penasaran. Mungkin dia dapat membujuk Arabell ke kastil lalu merayunya hingga gadis itu bersedia ditandai olehnya.

Arabell menelan ludah. Ternyata tidak begitu sulit menjalankan tugas yang dia emban. "Bi-bisakah kau me-mengantarku pulang ke Inggris? A-aku takut dan ti-tidak tahu harus berbuat apa."

Lagi-lagi gadis itu tidak sepenuhnya berbohong, seandainya Grant tidak menemukannya, dia memang tidak tahu harus berbuat apa, semua kebutuhannya hilang bersama kuda yang melarikan diri dan satu-satunya pilihan adalah berjalan kembali ke Inggris dan menerima hukuman dari Viscount itu.

Grant menoleh ke arah hutan tempat kastilnya berada lalu kembali menatap gadis itu. Keempat kawanannya dapat menjaga kastil selama dia mengantar Arabell ke Inggris demi mendapatkan simpati gadis itu sehingga bersedia ditandai olehnya.

"Baiklah," jawab Grant tersenyum. Tentu tidak akan sulit memperoleh hati Luna-nya, bukankah para gadis di klan Faol memuja dirinya? Dua atau tiga hari, dia pasti sudah dapat memiliki gadis itu dan membawanya kembali ke kastil untuk diperkenalkan kepada klannya.

Kedua mata gadis itu berbinar gembira. Menghela napas lega, Arabell berkata hampir menangis. "Terima kasih," bisiknya.

Grant menyeringai, tanpa dia ketahui bahwa gadis itu bukan saja berterima kasih karena telah diantarkan pulang, tetapi karena ucapan pria itu baru saja menyelamatkan nyawa adik laki-lakinya yang baru berumur tiga tahun.

3 Oktober 2023

Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 3 - Grant’s Mate : Belahan Jiwa Manusia Serigala
2
0
Grant menggeram, berusaha melindungi Arabell dengan tubuhnya. Jangan takut, mereka tidak akan bisa menyentuhmu. Pria itu kembali berusaha menenangkan Luna-nya.Mata merah Emerald menatap ke arah gadis itu dan tersenyum manis. Kerja bagus Arabell.Kedua mata Grant terbelalak saat Arabell berlari ke sisi vampir perempuan itu dan meninggalkannya. Arabell, apa maksudnya?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan