1 - Tessa [ Terjebak Pesona Siluman Ular ]

1
0
Deskripsi

Suasana ITC BSD pada siang hari ramai seperti
biasa. Barisan karyawan kantor yang mengantri di depan salah satu gerai yang menjual fast food untuk mengisi perut mereka.


Seorang pelayan tempat makan berusia sekitar sembilan belas tahun berdiri di belakang meja kasir sambil tersenyum lebar kepada seorang ibu yang terlihat kebingungan memilih menu makanan.


"Bagaimana kalau paket A saja, Bu?" Gadis itu menunjuk gambar tiga potong ayam, tiga buah nasi, dan tiga buah minuman. "Ibu bisa mengganti minumannya...

Bab 1

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart
 

Empat tahun sebelumnya


Suasana ITC BSD pada siang hari ramai seperti
biasa. Barisan karyawan kantor yang mengantri di depan salah satu gerai yang menjual fast food untuk mengisi perut mereka.


Seorang pelayan tempat makan berusia sekitar sembilan belas tahun berdiri di belakang meja kasir sambil tersenyum lebar kepada seorang ibu yang terlihat kebingungan memilih menu makanan.


"Bagaimana kalau paket A saja, Bu?" Gadis itu menunjuk gambar tiga potong ayam, tiga buah nasi, dan tiga buah minuman. "Ibu bisa mengganti minumannya dengan air mineral."


Sang pembeli menunjukkan wajah lega. Dia balas tersenyum dan berkata, "Oke, yang itu saja."
Perempuan berseragam abu-abu dengan rok merah itu mengangguk kecil sambil memasukkan nama paket ke mesin kasir. "Seratus dua ribu sudah termasuk pajak."


"Tessa ..., kemari sebentar." Suara seorang pria membuat gadis itu menengok ke arah meja yang penuh dengan buku-buku laporan penjualan.
Tessa menyelesaikan transaksi. Dia menyiapkan pesanan pembelinya, lalu melangkah keluar konter untuk mendekati atasannya. "Ada apa, Pak?"

"Duduk," ucap pria itu menunjuk kursi di seberangnya dengan jarinya yang gempal.
Tessa menurut.

Perempuan itu tanpa sadar juga mengamati area food court yang penuh sesak. Seorang batita tanpa sengaja menyenggol gelas berisi coca cola hingga tumpah dan membuat panik kedua orang tuanya yang sebelumnya sedang menyantap makanan dengan damai.


Namun, suara batuk membuat Tessa kembali mencurahkan perhatian ke atasannya yang kini sudah duduk tegak dengan kedua tangan berada di atas meja.


"Saya dengar kamu tidak bisa shift malam karena kuliah?"


Tessa menjawab dengan ekspresi gelisah. Dia takut diberhentikan. "Benar, Pak. Saya kuliah dengan uang beasiswa. Jadi, saya hanya bisa kerja siang hari."


Pria itu mengangguk mengerti. Tag karyawan yang bertuliskan nama Rudy Sinaga yang terjepit pada kantung seragamnya juga ikut bergoyang pelan.


"Saya mengerti kesulitan kamu, tetapi seperti yang kamu lihat, kita kekurangan tenaga dan menambah karyawan baru karena kamu tidak bisa bekerja di malam hari itu menyebabkan biaya tambahan."


Tessa menggigit bibir. Dia telah beberapa kali bolos kuliah agar dapat mengambil shift malam. Namun, dampaknya gadis itu tidak bisa mengerjakan tugas dan menyebabkan nilai-nilainya menurun.


Rudi Sinaga menghela napas. Matanya yang telah memiliki sedikit keriput memberikan tatapan iba. "Saya juga paham bahwa kamu tidak memiliki keluarga dan membutuhkan penghasilan agar bisa membayar kos bulanan ...."


Kepala Tessa menunduk semakin dalam. Jantung gadis itu berdebar cepat. Dia tanpa sadar meremas rok sepannya ketika menanti kelanjutan perkataan sang atasan.


"..., tapi saya juga harus memikirkan kepentingan perusahaan, oleh karena itu saya mencoba mencari solusi yang terbaik untuk kita semua."


Tessa mendongak cepat. Mata hitam gadis itu menatap balik atasannya dengan penuh harap.
"Saya telah mendapatkan karyawan yang bersedia hanya shift malam untuk menggantikan kamu, tetapi saya tidak dapat memberikan kamu THR atau bonus-bonus seperti rekan kerja kamu ..., apa kamu bersedia?"


Tessa menahan napas. Dia membutuhkan uang itu. Namun, kali ini pilihannya adalah diberhentikan atau dipotong penghasilannya.
Gadis itu akhirnya mengangguk dan berkata lemah. "Terima kasih, Pak."


Rudy Sinaga tersenyum lebar. Dia menoleh ke samping meja, lalu berkata, "Dean, ke sini."
Tessa ikut menoleh. Seorang pria berkisar dua puluh lima tahun, berkulit cokelat muda --sama seperti dirinya-- memakai kemeja putih lengan panjang dan celana kain hitam bangkit berdiri kemudian berjalan mendekat.


"Tessa, kamu bisa ajari dia hal-hal yang harus diketahui," lanjut Rudy memperkenalkan mereka.

"Perkenalkan, saya Dean." Pria itu mengulurkan tangan ke arah Tessa.


Tessa bangkit dan balas menjabat rekan kerjanya. "Tessa."


"Saya dengar Dean juga sedang mencari tempat kos murah di dekat sini, mungkin kamu bisa membantunya." Rudy menopang kepala dengan kedua tangan sambil tersenyum puas. "Semoga kalian bisa bekerjasama dengan baik."


Pipi Tessa sedikit terasa hangat akibat malu. Rekan kerjanya memiliki tampang yang tidak buruk bahkan termasuk selera gadis itu. Beberapa orang perempuan juga sepertinya memiliki pendapat yang sama dengannya. Mereka beberapa kali mencuri pandang ke arah Dean sambil terkikik genit.


"Dean, hari ini kamu coba belajar dari Tessa. Mulai besok kamu yang akan shift malam menggantikan dia."


"Siap, Pak!"


"Ayo," ajak Tessa kembali masuk ke dalam gerai dengan Dean mengekor. "Aku akan melayani pelanggan. Kamu bisa bertanya kalau bingung."
Pria itu hanya tersenyum kecil. Lagi-lagi jantung Tessa berdebar cepat. Dia ternyata juga menyukai ekspresi yang ditunjukkan rekan kerja barunya.


Tessa memutuskan kontak mata dengan menunduk. Dia menyelipkan rambut hitamnya ke balik kuping, lalu berjalan ke belakang kasir yang sebelumnya kosong untuk kembali bekerja.

2 Mey 2023

Benitobonita / Luna S. Winterheart

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya 2 - Tessa [ Terjebak Pesona Siluman Ular ]
1
0
Ular!Jeritan seorang perempuan membuat Dean dan Tessa menoleh ke arah kumpulan remaja yang berada di depan pagar rumah. Mereka yang sebelumnya sedang menikmati sate spontan berdiri dan berlari ke arah suara. Anak kobra! Teriakan lain terdengar. Dean yang berjongkok di sisi motor refleks bangkit. Dia menuju kerumunan dengan Tessa mengekor. Bunuh! Mana kayu! Seorang pria paruh baya yang sepertinya baru pulang kerja terlihat pada kerumunan paling depan dengan wajah jijik. Mata Tessa terbelalak ketika dia melihat ular hitam yang hanya sepanjang tiga puluh sentimeter menggeliat panik akibat para manusia yang mengelilinginya. Gumam yang menginginkan binatang itu segera tewas terdengar mengerikan. Ja-jangan ..., ucap Tessa. Gadis itu berusaha menyeruak kerumunan. Dia tidak berbahaya! Namun, seseorang mendorong tubuhnya agar menyingkir. Pria lain yang bertubuh gempal terlihat sudah membawa sebatang bambu. Tessa refleks menutup mata ketika laki-laki itu mulai mengangkat tangan dan berniat memukul kepala ular kecil yang mendesis ke arah mereka.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan