
Ledakan tawa terdengar ketika Maisha berhasil berhenti memekik. Untung gadis itu mengikat tali topi jeraminya hingga tidak ikut terjatuh di ketinggian seratus meter.
Maisha menatapi punggung Cyril yang masih bergetar sebelum berteriak marah ke pria itu. "Mengapa kau tidak memberitahuku bahwa Topaz tidak menyukai kipas?!"
Dia telah kehilangan lima puluh keping perunggu dan bahkan mungkin nyawanya akibat tingkah kekanak-kanakan atasannya yang menyebalkan. Namun, Cyril hanya mengedikkan bahu sambil berkata,...
Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart
Tiga buah peti besar, sebuah kotak kecil, dan seorang pria berego besar mengapit tubuh mungil Maisha. Gadis itu mencengkeram rantai yang menghubungkan dirinya dengan Topaz ketika reptil raksasa itu membawa mereka membumbung di angkasa.
Mata Maisha menyipit ketika cahaya matahari semakin silau. Gadis itu mendadak teringat akan topi dan kipas yang dipakai Liam dan berinisiatif membuka percakapan.
"Uh, Kapten. Bukankah lebih baik kita memakai topi? Panas sekali di atas sini."
Sayang, tidak ada tanggapan dari Cyril. Pria itu mengabaikan rengekan pelayan malasnya bahkan tanpa berniat untuk menoleh sejenak saja.
Wajah Maisha pun menjadi masam. Dia mengangkat telapak tangan untuk melindungi matanya dari cahaya yang semakin menyengat.
*****
Riuh percakapan penjual dan pembeli bergema di setiap sudut pasar. Topaz mendarat pada sebuah lapangan besar yang dekat dengan deretan meja-meja beratapkan kain. Tiga wyvern lain terikat di sana, berbaring malas, menunggu majikan mereka yang berbelanja, tidak jauh dari para kuda yang memilih untuk merumput.
"Turun, ikat Topaz, dan jaga dia," perintah Cyril sambil melompat turun.
Maisha pun menurut. Dia melepaskan rantai pengaman sebelum menuruni tangga gantung. Gadis itu mengikat Topaz sambil mengamati gerak gerik Cyril.
Atasannya mengambil sepotong daging beku dari salah satu kotak besar. Cyril kemudian melompat turun dan berjalan pergi begitu saja.
Apa yang hendak dia lakukan?
Maisha menatapi punggung Cyril selama beberapa detik sebelum perhatiannya teralih ke arah lain. Sederet kios sepertinya menjual berbagai jenis sayur dan daging, sedangkan kios lain menjajakan barang-barang lainnya, seperti pakaian, mainan anak, dan–– topi jerami!
Mata Maisha sontak berbinar. Gadis itu segera melambai-lambaikan tangan sambil berteriak, meminta perhatian. "Hei! Topi! Topi!"
Syukurlah seorang pria tua, penjaga kios, mendengar seruan Maisha. Dia pun memanggil anak buahnya untuk mendekati Maisha.
*****
Maisha duduk di atas kursi kayu dekat Topaz sambil mengipas-ngipas wajahnya yang terlindungi oleh topi barunya. Dia bahkan bersenandung, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhasil mengusir sedikit panas dari kulit putihnya.
Akan tetapi, sebuah bayangan besar tiba-tiba menghalangi dirinya dengan cahaya, membuat gadis itu refleks mendongak untuk mendapati wajah tampan atasannya yang sedari tadi menghilang. Sebuah kerutan dalam terlihat pada kening Cyril. Pria itu mengamati topi jerami dan kipas kertas yang dikenakan Maisha sebelum bertanya, "Dari mana kau mendapatkan benda-benda itu?"
"Aku membelinya," balas Maisha pongah.
Cyril memberikan tatapan curiga. Namun, pria itu tidak bertanya lebih lanjut. Dia memutar tubuh dan berbicara dengan empat orang laki-laki bertubuh besar yang mengikutinya. "Ambil tiga peti besar itu."
Maisha mengamati kesibukan yang terjadi tanpa bangkit dari kursi. Sepertinya Cyril telah berhasil menemukan pembeli untuk daging-daging bison itu. Dia pun kembali mengipas dirinya sambil menyandarkan punggung pada batang pohon di belakangnya.
*****
Tiga peti berat selesai terangkat dari punggung Topaz. Cyril pun menoleh ke pelayan malasnya. Pria itu lagi-lagi mengamati tingkah Maisha selama beberapa saat sebelum berkata singkat. "Ayo."
Maisha bangkit berdiri lalu melepaskan tali tambat Topaz setelah atasannya duduk di belakang Topaz dan memegang tali kekang dengan kedua tangan. Dia memanjat tali gantung dan duduk di belakang Cyril.
Cyril membiarkan Maisha mengikat rantai pengaman pada pinggangnya dan memanggul parasut pada punggung sebelum pria itu bertanya, "Berapa harga kipas dan topi itu?"
"Huh?" Maisha pun menoleh ke depan sebelum menjawab ke punggung atasannya. "Satu keping perak untuk semuanya."
Cyril tidak lagi berkata-kata. Pria itu menggerakkan tali kekang hingga Topaz melentingkan tubuh sambil mengepakkan sayap.
Udara panas lagi-lagi menyapa kulit Maisha ketika mereka mengudara. Dia pun dengan santai mengipasi dirinya sebelum merasakan tubuh Topaz menegang.
Beberapa detik kemudian, wyvern itu melenguh dan bergerak panik, membawa kedua penumpangnya berakrobat dan menyebabkan Maisha kehilangan kipas barunya hanya dalam beberapa menit.
*****
Ledakan tawa terdengar ketika Maisha berhasil berhenti memekik. Untung gadis itu mengikat tali topi jeraminya hingga tidak ikut terjatuh di ketinggian seratus meter.
Maisha menatapi punggung Cyril yang masih bergetar sebelum berteriak marah ke pria itu. "Mengapa kau tidak memberitahuku bahwa Topaz tidak menyukai kipas?!"
Dia telah kehilangan lima puluh keping perunggu dan bahkan mungkin nyawanya akibat tingkah kekanak-kanakan atasannya yang menyebalkan. Namun, Cyril hanya mengedikkan bahu sambil berkata, "Pengalaman adalah pelajaran yang berharga."
Mata Maisha menyipit. Pria di depannya sepertinya sedang dalam keadaan senang, mungkin karena baru saja mendapatkan banyak uang dari penjualannya.
Gadis itu pun memutuskan untuk beringsut ke depan. Dia mendadak memeluk pinggang Cyril sambil berteriak, "Kya! Burung!"
Tubuh rileks Cyril pun membeku seketika. Pria itu langsung menggeliat dan berusaha melepaskan dekapan erat pelayan laki-lakinya. "Menyingkir dari saya!"
Sayang, Maisha tidak berniat menurut, terlebih tindakan Cyril telah membuat Topaz kembali menunjukkan kepiawaiannya di udara. Gadis itu pun memekik sejadi-jadinya ketika mereka menerobos formasi burung dari arah berlawanan, mengalahkan teriakan Cyril yang sedang memuntahkan sumpah serapah kepadanya.
*****
"Kau memang minta dihajar!"
Bentakan Cyril mengudara ketika mereka mendarat di sebuah lapangan berumput di tepi sebuah pedesaan. Pria yang emosi itu berjalan mengitari Topaz, berusaha menangkap bawahannya yang dengan lincah berhasil menghindar.
Bibir Maisha mengerucut. Dia mengintip dari antara kaki Topaz untuk mengetahui posisi atasannya sebelum memutuskan untuk melarikan diri ke arah sebaliknya.
"Itu salahmu sendiri membuatku kehilangan kipas!" balas Maisha tidak mau kalah. Dia adalah seorang lady, Demi Wyvern Berleher Panjang! Dan, pria kasar itu hendak memukulnya!
"Mereka akan menggantungmu bila kau membunuhku!" Maisha mengingatkan pria itu sebelum dia kembali berlari saat melihat langkah kaki Cyril.
Gerakan Cyril terhenti. Dia kemudian tiba-tiba memutar kaki dan berjalan menjauh, membuat Maisha yang kini mengintip di dekat leher Topaz berseru kepadanya. "Hei, kau mau ke mana?!"
Akan tetapi, tidak ada jawaban. Maisha mengamati pria itu berjalan menuju jalan setapak menuju desa sebelum mendongak, menatapi wyvern yang sedang memandangnya balik.
"Kau juga harus bertanggung jawab. Kipas itu harganya mahal," tegur Maisha.
Topaz melenguh sambil menundukkan kepala. Dia mendorong lembut kening Maisha dengan moncongnya, membuat emosi gadis itu menguap.
Maisha pun menggaruk leher Topaz, membuat wyvern itu duduk rebah, ketika gadis itu teringat sesuatu. Dia pun memonyongkan bibir dan bersiul, mengikuti irama yang sempat dilantunkan oleh Cyril.
Topaz bereaksi dengan menggesekkan kepala ke rerumputan sebelum melenguh manja. Dia kemudian menyundul kaki Maisha membuat gadis itu terpukau. "Kau benar-benar suka dengan iramanya, ya."
Topaz lagi-lagi melenguh, seakan setuju dengan kesimpulan yang dibuat Maisha. Gadis itu pun menyeringai. Dia kembali memonyongkan bibir dan melanjutkan siulannya hingga tunggangan mereka tertidur.
*****
Sebuah peti berukuran 60 x 30 x 30 cm berada di tengah-tengah pelana Topaz, memisahkan Cyril dengan pelayannya yang gemar menjamah. Maisha menopang kedua siku pada benda itu sambil mengamati punggung atasannya yang terasa sangat jauh. Langit sudah berwarna jingga ketika mereka mengudara, kembali ke penginapan.
Pandangan Maisha mengarah sejenak ke kantong uang yang terikat di pinggang pria itu, terlihat berat. Pasti dia baru mendapatkan bayaran dari kepala desa karena berhasil mengusir bison.
Topaz bergerak stabil. Suasana hati reptil itu terlihat baik, mungkin karena baru mendapatkan tidur yang cukup, berbeda dengan pengasuhnya yang merasa kekurangan istirahat.
Udara sejuk membuat Maisha menguap. Namun, dia tidak berani menutup mata, takut terjatuh, sedangkan mengajak bicara pria di depannya bukan pilihan yang bijak.
Maisha pun mencoba mencari kesibukan. Gadis itu mengamati gerak-gerik Cyril saat mengendalikan Topaz dan dia pun mengikutinya dari belakang, mempelajari setiap detil yang tertangkap oleh matanya.
*****
Lenguhan Ruby menyambut mereka kala Topaz mendarat mulus di depan sebuah bangunan kayu berlantai dua yang terlihat hampir ambruk. Cyril melompat lebih dahulu, menghampiri Samson dan Liam yang sepertinya baru juga tiba, kala Maisha dengan terburu-buru melepaskan pengait rantai pada pinggang untuk menyusul mereka.
"Besok pagi-pagi sekali kita harus kembali ke sana sebelum daging-daging itu mencair dan membusuk," ucap Liam. "Sayang, sebagian besar daging mereka telah pecah menjadi batu."
"Mereka jenis yang menyusahkan." Kini, Samson menimpali. "Semakin bertambah usia, perlahan berubah menjadi batu dan menyebabkan gempa sekitar. Semoga kita juga bisa mengejar sisanya yang masih hidup."
Maisha mencuri dengar pembicaraan mereka ketika dia menambat Topaz di dekat Ruby. Gadis itu kemudian melangkah untuk bergabung ketika tatapan Liam tiba-tiba beralih kepadanya.
Kening pria itu pun mengerut kala mengamati topi jerami milik Maisha. Dia berjalan mendekat untuk meneliti lebih saksama sebelum bertanya, "Dari mana kau mendapatkan topi itu?"
"Ini?" Maisha menyentuh ujung topi jeraminya. "Dari pasar."
Mata biru Liam terpaku pada hiasan bunga kering yang terikat di sana kemudian bertanya dengan hati-hati. "Berapa harganya?"
Rasa curiga sontak mengisi hati Maisha. Kelompok penyamun ini selalu membuatnya berutang dan kehilangan barang. Gadis itu pun menolak menjawab dan balik bertanya, "Kenapa?"
"Jelek sekali," balas Liam sambil mendengkus. "Kau seperti banci."
"Hei! Kau juga memakai topi yang sama!" Maisha mengomel tidak terima. Dia bertolak pinggang dan melotot ke arah rekan kerjanya yang tidak tahu etika.
"Dengar, Bocah. Topi yang kau pakai itu untuk perempuan. Topi jerami untuk laki-laki itu harus polos." LIam kembali mendengkus sambil menggerak-gerakkan kipasnya, membuat udara sejuk mendinginkan wajah pucat pria itu.
"Huh? Benarkah?"
Emosi Maisha menyurut. Dia kemudian melepaskan topinya untuk mengamatinya dengan kebingungan. Apa memang terlalu feminim?
"Dengar, kalau kau memang ingin topi sepertiku, aku bersedia menjualnya kepadamu seharga satu keping perak, bagaimana?"
Maisha mengangkat wajah kemudian mengamati ekspresi datar Liam. Namun, ekor mata gadis itu menangkap gelengan tidak kentara dari Samson yang sedang mengamati mereka.
"Tidak, terima kasih," tolak Maisha mentah-mentah. Dia kembali memakai topinya sebelum balik mencela pria itu. "Sekadar informasi untukmu, Tuan Bergaun. Topi ini jauh lebih maskulin dibandingkan penampilanmu secara keseluruhan.
Tawa tertahan terdengar dari Samson, bersamaan dengan tarikan napas terkejut dari Liam. Pria pucat itu kemudian membelalakkan mata sambil mendesis penuh celaan. "Ini Hanfu! Dasar rakyat jelata."
"Hei! Kau juga hanya rakyat jelata!" bentak Maisha sambil bertolak pinggang.
Mata merah dan biru itu beradu penuh kemarahan, hingga suara Cyril menghentikan perkelahian yang sedang berlangsung.
"Mansa, bawa ranselku."
Maisha spontan melihat ke arah Cyril dengan ekspresi terkejut. Dia hafal namaku?
Kening Cyril pun mengerut saat mendapati pelayan bodohnya kini malah menatapinya dengan mulut ternganga. Bibir pria itu pun menipis sebelum mengulang perintahnya. "Apa kau tidak memahami perkataanku? Bawa ranselku."
Dear Pembaca, tolong tekan tanda hati.
11 Juli 2024
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
