10 - Lady Wyvern [ Petualangan Nona Penakluk Wyvern ]

2
0
Deskripsi

Maisha memekik sejadi-jadinya ketika mereka hampir menabrak awan. Namun, gadis itu berhasil mengentak tali kekang dua kali dengan lebih halus.

Topaz menurut. Wyvern itu mengurangi kecepatan dan kini terbang lurus.

"Bocah!" Seruan Samson membuat Maisha menoleh ke samping dan menemukan Ruby terbang mendekati mereka.

Maisha pun kemudian melihat Cyril duduk di belakang Samson. Pria itu menatap ke arahnya dan berkata, "Tahan posisinya! Apa kau paham?!"

Maisha mengangguk. Dia memang tidak berani untuk melakukan...

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Maisha memekik sejadi-jadinya ketika mereka hampir menabrak awan. Namun, gadis itu berhasil mengentak tali kekang dua kali dengan lebih halus.

Topaz menurut. Wyvern itu mengurangi kecepatan dan kini terbang lurus.

"Bocah!" Seruan Samson membuat Maisha menoleh ke samping dan menemukan Ruby terbang mendekati mereka.

Maisha pun kemudian melihat Cyril duduk di belakang Samson. Pria itu menatap ke arahnya dan berkata, "Tahan posisinya! Apa kau paham?!"

Maisha mengangguk. Dia memang tidak berani untuk melakukan uji coba dengan tali kekang Topaz. Bisa-bisa mereka meluncur turun 90 derajat dan menabrak apa pun yang berada di bawah.

Samson menghela Ruby, membuatnya kini terbang sedikit lebih tinggi dibandingkan Topaz. Maisha mendongak dan melihat Cyril kini berdiri di atas punggung wyvern betina itu.

"Saya akan melompat!" seru Cyril.

"A ... pa?"

Pertanyaan Maisha terjawab saat Cyril terjun dengan merentangkan kedua tangan dan kaki dari punggung Ruby. Napas gadis itu tertahan ketika atasannya mendarat di belakangnya.

Topaz menggeliat panik. Wyvern itu berputar cepat dan membuat Maisha memekik hingga sepasang tangan berotot menggenggam jari-jarinya, mengambil alih kendali.

Punggung Maisha terdorong ke depan ketika Cyril memajukan tubuh. Pria itu menggerakkan tangannya yang terbungkus sarung, membimbing gadis itu menghela tali kekang yang berada dalam genggaman.

Napas hangat Cyril membelai pipi Maisha sedangkan zirah dinginnya menjadi sandaran tubuh gadis itu. Adrenalin yang sempat membuat darah Maisha melaju pun menguap secara perlahan.

Topaz kembali terbang miring. Namun, Cyril menggerakkan tangan mereka, menarik tali ke sisi berlawanan, memaksa wyvern itu menurut.

Akan tetapi, Topaz berusaha melawan. Dia melenguh sambil menggeliat.

Cyril tiba-tiba bersiul, melantunkan sebuah melodi, lembut dan menenangkan. Pria itu beberapa kali mengentak pelan tali kekang yang ada di dalam genggaman mereka.

Tidak berapa lama, laju terbang Topaz melambat. Tidak ada lagi gerakan-gerakan panik.

Cyril pun menoleh ke arah Samson yang terbang tidak jauh dari sisinya sebelum berseru, "Selesaikan pekerjaan kalian! Kami akan menunggu di tepi jurang!"

"Aye!"

Samson menarik kekang Ruby, menyebabkan wyvern betina itu memutar tubuh dan terbang ke arah yang berlawanan. Cyril pun menyusul. Dia membawa Topaz untuk mengikuti.

Mereka terbang dalam diam. Cyril tidak melepaskan tali kekang Topaz berikut tangan Maisha dan gadis itu pun tidak keberatan, khawatir tunggangan mereka akan kembali berulah.

Cyril mengentak Topaz, membuatnya meluncur turun secara perlahan. Kaki reptil raksasa itu pun mendarat lembut pada hamparan rumput tebal sebelum merebahkan diri.

Pelukan pada tubuh Maisha mengendur seketika. Cyril beringsut mundur sejauh mungkin kemudian berkata kepada pelayannya. "Turun."

Maisha tidak membantah. Sudah cukup pengalaman terbangnya kali ini bersama Topaz. Dia melepaskan rantai dari pinggangnya kemudian menuruni tangga gantung yang terjulur dari pelana.

Cyril menyusul beberapa saat kemudian. Pria itu mengikat tali Topaz pada salah satu batang pohon dekat sisi jurang lalu melihat sekitar.

Maisha mengikuti arah pandang Cyril ketika tatapan atasannya berhenti pada sebuah sungai yang mengalir tidak jauh dari mereka. Pria itu pun mengambil ransel sambil memberikan perintah. "Jaga Topaz."

Maisha pun segera mendekati tali yang terikat dan memegangnya kuat-kuat, seakan ingin memberikan pengamanan ekstra sebelum bertanya, "Kapten, apa yang hendak kau lakukan?"

"Mandi," jawab Cyril singkat, kemudian meninggalkan hewan tunggangannya yang menyebalkan dan si pemuda jadi-jadian yang menjadi sumber masalahnya.

*****

Maisha duduk di bawah rindang pepohonan, bersandar pada perut samping Topaz, sambil terus menggenggam erat tali kekang.

"Jadi, kau phobia dengan laba-laba," simpul Maisha. Dia menoleh ke arah kepala Topaz yang rebah di atas rumput sebelum mendengkus. "Sangat memalukan. Princess saja tidak pernah bertingkah sememalukan itu."

Maisha pun teringat akan kuda kesayangannya. "Semoga pemilik penginapan ingat memberi makannya."

Angin berembus sedikit lebih keras dari arah jurang. Maisha menoleh dan melihat Ruby datang. Namun, reptil itu hanya membawa Samson dan tiga peti besar di punggungnya.

Maisha bangkit berdiri saat Ruby mendarat. Dia pun melepaskan genggaman pada tali Topaz untuk berlari menyambut Samson.

Lenguhan Ruby membuat Topaz membuka mata. Wyvern malas itu pun bangkit berdiri untuk menyampiri pasangannya.

"Di mana Liam?"

"Di mana Cyril?"

Pertanyaan kedua orang itu pun terdengar bersamaan. Samson pun menyeringai. Dia menunjuk jurang dengan jempolnya sambil berkata, "Tidur kelelahan. Dia menggunakan seluruh energinya untuk membekukan daging-daging di peti. Di mana Cyril?"

"Oh, dia mandi." Kini, giliran Maisha yang menoleh ke balik bahu, mengarahkan pandangan ke arah atasan mereka menghilang.

"Mandi saat ini?" Kening Samson mengerut heran. Namun, pria itu kemudian mengembuskan napas sebelum berkata, "Cari dan panggil dia. Aku membutuhkannya untuk memindahkan peti-peti itu ke punggung Topaz."

"Eh!!" Maisha terperanjat. "Apa tidak bisa kita tinggu saja sampai selesai?"

"Dan, membiarkan daging-daging beku itu meleleh?" Samson mendengkus. "Panggil dia atau kau yang membantuku."

Maisha menoleh ke arah tiga peti kayu yang ukurannya tiga perempat dari peti mati sebelum dia menelan ludah. Benda-benda itu pasti berat sekali dan dia tidak bersedia tewas tertindih ketika mengangkatnya.

Samson pun sepertinya memahami pikiran gadis itu. Sebab dia kemudian mengedikkan kepala ke arah sungai yang jauh di depan mata sambil berkata, "Cepatlah. Masih ada lima kotak lagi yang harus diurus."

Maisha memutar tubuh. Gadis itu pun berlari dengan tergesa-gesa untuk mencari atasan mereka.

*****

Suara gemericik air terdengar saat langkah Maisha semakin mendekati sungai. Mata gadis itu menangkap setumpuk baju zirah merah beserta perlengkapannya teronggok di dekat ransel.

Maisha mendekati benda-benda itu, sedangkan matanya menelusuri air yang mengalir lambat. Dia pun menarik napas cepat saat menemukan sosok yang dicarinya.

Setengah tubuh Cyril terendam di dalam sungai. Rambut hitam ikal pria itu basah, menyebabkan terlihat sedikit lebih panjang dibanding biasanya.

Cyril membelakanginya, tampaknya baru keluar dari menyelam. Pipi Maisha pun terasa panas ketika melihat otot-otot punggung yang berkontraksi saat pria itu menggerakkan kedua tangan.

Gadis perawan itu pun langsung memutar kaki sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Ini tidak pantas! Tidak boleh! Aku tidak boleh melihat—.

"Sedang apa kau di sini?"

Suara Cyril mengejutkan Maisha. Gadis itu pun memberikan jawaban tanpa melihat ke belakang. "Eh, itu, Samson memintaku untuk memanggilmu."

Suara seseorang keluar dari air membuat jantung Maisha berdebar kencang. Wajah itu, otot-otot itu. Huh? Berhenti membayangkan yang tidak-tidak!

Maisha segera memukul kedua pipinya sendiri dengan kedua telapak tangan. Sayang, moral gadis itu tidak mampu membuatnya untuk tidak mengintip.

Maisha menggerakkan sedikit kepala ketika dia mendengar kesibukan di belakang. Ekor mata gadis itu pun berhasil melihat sosok atasannya.

Sudah memakai kaos hitam ketat dan celana kulit.

Sial, aku terlalu lama melamun.

Dan, menatap ke arah Maisha dengan kening mengerut sebelum menegur pelayannya yang tidak berguna. "Mengapa kau hanya diam seperti batang pohon? Bantu saya."

"E-eeh ...." Maisha membalikkan tubuh dan membalas ekspresi tidak puas Cyril sambil bertanya, "Bantu apa?"

Mata Cyril berkilat buas dan bibir pria itu membentuk garis lurus. Dia melipat kedua tangan di depan dada kemudian bergumam, "Saya harus bertanya kepada Liam apakah dalam perjanjian itu ada pasal mengenai denda untuk kebodohan pekerja."

"Siapa yang bodoh?! Bagaimana saya bisa tahu apa yang harus saya lakukan kalau kau tidak memberitahu saya terlebih dahulu!"

Sayang, Cyril tidak memedulikan logika Maisha. Pria itu malah memberikan tatapan tajam saat berkata, "Apa kau membaca kontrak kerja sebelum kau menandatanganinya?"

Emosi Maisha yang sempat hampir meledak pun menyurut seketika. Dia memang hanya membaca sekilas tulisan tidak jelas Liam sebelum menyerahkan kebebasannya hanya demi beberapa keping perunggu untuk setiap bulannya selama lima tahun. "Eh, ten-tentu. Tentu saja saya membacanya."

"Lalu apa sebenarnya pekerjaanmu?"

Mulut Maisha terbuka dan terkatup beberapa kali, bagai seekor ikan yang sedang menggelepar mencari napas. Dia tidak membaca bagian itu sebab memang tidak terbaca.

"... Cyril mempekerjakanmu untuk membantunya."

Wajah Maisha seketika menjadi cerah saat teringat ucapan Samson. Dia pun berkata dengan nada bangga. "Tentu saja untuk membantumu!"

"Pelayan. Kau bekerja sebagai pelayan pribadiku," koreksi Cyril yang mulai kehilangan kesabaran. "Dan, untuk menunjukkan bahwa dirimu adalah pelayan yang berguna, ambil zirah itu dan bantu saya untuk berpakaian."

"Huh? Tunggu! Saya kira sa—"

"Sekarang." Cyril dengan wajah bekunya memotong penyangkalan Maisha. "Dan, saya akan memotong gajimu apabila daging-daging itu mencair akibat kelambananmu dalam bekerja."

Dasar pria arogan!

Maisha melangkah mendekati zirah yang tertumpuk. Dia berjongkok untuk mengambil salah satu bagiannya dan berjalan kembali ke arah atasannya dengan kaki gemetar.

Kenapa benda ini berat sekali?!

Maisha menyerahkan benda itu kepada Cyril yang mengambilnya seakan benda itu terbuat dari sehelai kain. Gadis itu mengelap peluh yang mendadak muncul. Dia kemudian berjalan untuk mencapai bagian lainnya sebelum menarik napas dalam-dalam, untuk mengumpulkan tenaga, dan mengambilnya.

Penutup dada, pelindung punggung, sama-sama terasa berat, belum lagi sepasang pelindung bahu yang semuanya kalau dijumlahkan bisa saja mencapai 20 kilogram. Gadis itu pun menggerutu dalam hati ketika memposisikan diri berhadapan dengan atasannya yang menyebalkan. Lelah.

Cyril tidak memedulikan wajah masam pelayannya. Dia membalas tatapan kesal Maisha dengan ekspresi beku sambil memberikan perintah tambahan. "Pegang yang kuat."

Mau sekuat apa lagi sih?! Maisha tidak menjawab meski bibir gadis itu mengerucut saat kedua tangannya kini terasa pegal akibat harus menahan lempengan besi yang sedang dikenakan oleh Cyril.

Akan tetapi, perasaan jengkel Maisha menguap perlahan ketika dia menyadari jarak mereka yang terlalu dekat. Jantung gadis itu pun berdebar saat tangan mereka beberapa kali bersentuhan tanpa sengaja, sedangkan napas hangat Cyril yang terkadang menyapa, menyebabkan rasa hangat pada pipi Maisha.

Suara besi terkait terdengar ketika Cyril mengencangkan seluruh bagian zirah besinya. Pria itu kemudian mengedikkan kepala sambil berkata, "Sarung tangan."

"Huh? Apa?"

Otak Maisha yang mendadak lambat pun kesulitan memahami perintah sederhana itu. Dia mendongak dan menatapi atasannya dengan kebingungan.

Kenapa wajahnya selalu seperti orang marah? pikir Maisha ketika melihat bibir Cyril kini membentuk garis lurus yang sangat tipis. Dia jauh lebih tampan apabila tersenyum.

Sayang, pria yang wajahnya sedang diteliti oleh Maisha tidak berniat membaca pikiran gadis itu. Sebab kini tatapan Cyril berubah menjadi tajam sebelum dia mulai menyemburkan amarah yang sedari tadi ditahannya.

Dear Pembaca, tolong tekan tanda hati.
 

9 Juli 2024

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 11 - Lady Wyvern [ Petualangan Nona Penakluk Wyvern ]
2
0
Ledakan tawa terdengar ketika Maisha berhasil berhenti memekik. Untung gadis itu mengikat tali topi jeraminya hingga tidak ikut terjatuh di ketinggian seratus meter.Maisha menatapi punggung Cyril yang masih bergetar sebelum berteriak marah ke pria itu. Mengapa kau tidak memberitahuku bahwa Topaz tidak menyukai kipas?!Dia telah kehilangan lima puluh keping perunggu dan bahkan mungkin nyawanya akibat tingkah kekanak-kanakan atasannya yang menyebalkan. Namun, Cyril hanya mengedikkan bahu sambil berkata, Pengalaman adalah pelajaran yang berharga.Mata Maisha menyipit. Pria di depannya sepertinya sedang dalam keadaan senang, mungkin karena baru saja mendapatkan banyak uang dari penjualannya.Gadis itu pun memutuskan untuk beringsut ke depan. Dia mendadak memeluk pinggang Cyril sambil berteriak, Kya! Burung!Tubuh rileks Cyril pun membeku seketika. Pria itu langsung menggeliat dan berusaha melepaskan dekapan erat pelayan laki-lakinya. Menyingkir dari saya!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan