
Di tengah hutan yang dilupakan peta, berdiri sebuah kafe kecil yang tak biasa. "Café Monstra" bukan tempat biasa untuk menikmati teh hangat dan kue manis, itu jika kau menganggap pelanggan monster adalah hal yang biasa.
Dikelola oleh Mirelle, gadis berambut keemasan dengan mata emerald dingin dan senyum mahal, kafe ini menjadi surga rahasia bagi makhluk-makhluk aneh yang tak diterima di dunia luar. Tapi jangan salah, Mirelle tak membuka tempat ini karena cinta damai. Ia punya misi. Uang.
Dengan sikap...
Suara bel kuno berbunyi saat pintu kayu berderit terbuka. Cahaya pagi menyusup melalui jendela kaca, menyinari meja kayu dan rak penuh gelas aneh. Di balik meja kasir, seorang gadis berdiri sambil menghitung koin tembaga dengan ekspresi tak senang. "Delapan... sembilan... sembilan setengah. Hmph... Si kodok batu itu curang lagi."
Mirelle, pemilik sekaligus satu-satunya pelayan di Café Monstra, menarik napas panjang lalu menyelipkan koin ke dalam laci. Rambut keemasan panjangnya terikat longgar hari ini, sebagian menjuntai di pundak, dan matanya yang hijau zamrud tampak tak sabar. Ia mengibaskan celemeknya dan berjalan ke arah dapur, lalu kembali membawa tray penuh minuman yang berasap lembut. Gelas-gelas itu tak terlihat biasa, ada yang berwarna ungu dengan kilatan bintang di dalamnya, ada juga yang menyala ketika disentuh.
Di luar, langit masih tertutup kabut tipis. Hutan di sekitar kafe tidak pernah benar-benar ramai, tapi itu bukan masalah. Café Monstra memang bukan untuk manusia. Lebih tepatnya mengutamakan para monster sebagai pelanggan utama.
Pintu kembali berdenting.
"Selamat pagi, Mirelleeee!" Suara cempreng dan melengking membuat Mirelle menghentikan langkahnya.
Seekor monster kecil berbentuk seperti marshmallow besar melayang masuk. Ia punya mata bulat besar, tubuh berbulu warna pastel, dan sepasang sayap kelelawar mini.
"Kamu terlambat lima menit, Dodo," kata Mirelle datar, meletakkan tray di meja tengah.
Monster itu bernama Dodo, mendarat dengan tawa geli, lalu menjulurkan lidah. "Ada serangan slime di sungai, aku harus terbang zigzag! Tapi aku bawa bayaran hari ini!" Ia mengeluarkan kantong dari balik bulunya dan menjatuhkannya di meja. Bunyi koin berdenting.
Mirelle memeriksa cepat dan mengangguk puas. "Baik. Hari ini kamu bisa pesan yang menyala atau yang bikin tidur nyenyak. Pilih."
"Aku mau yang bisa menghasilkan mimpi bagus! Yang kemarin itu... aku mimpi menjadi tuan putri."
Mirelle mengangkat alis. "Kau... seekor blob."
"Blob juga punya mimpi, tahu!" Dodo merajuk, tapi segera duduk manis ketika Mirelle menyajikan segelas minuman berwarna biru pucat dengan uap wangi lavender.
Saat Dodo mulai menyeruput bahagia, pintu kafe kembali terbuka. Kali ini, langkah kaki berat masuk. Mirelle menoleh, dan matanya menyipit.
Sosok tinggi menjulang, bertanduk dua, berbaju kulit gelap dan membawa tas besar. Matanya merah menyala, tapi senyumnya... kikuk. "Ehm... Permisi," ucapnya dengan suara pelan, "Ini tempat untuk... monster?"
Mirelle menatapnya lama. "Kalau kau bawa uang, duduk. Kalau tidak, keluar."
Monster itu tertawa kecil, lalu masuk dan duduk dengan hati-hati, nyaris menghancurkan bangku rotan.
Hari baru dimulai. Dan seperti biasa, satu demi satu monster aneh, aneh, dan lebih aneh akan datang. Tapi selama mereka bayar, Mirelle tak peduli siapa mereka.
Karena di Café Monstra, tidak ada pelanggan istimewa. Yang penting hanya satu hal.
Uang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
