[Cerita Mini] Tersampaikan

0
0
Deskripsi

Sedih karena baru ditolak, Aruna akhirnya bercerita kepada Kama, sahabatnya. 

[Kama]

[Gue ditolak Gilbert]

Kama hanya menghela napas melihat pesan itu. Dia segera menjawab.

[Ini cowok kelima di kelas 2 SMA ini, Na. Ga ada cape-capenya ya lu]

Aruna hanya mengirim stiker animasi kucing yang mengeluarkan air mata sederas air terjun.

[Dari kelas 1 SMA lo begini juga dan ga ada cape-capenya. Sampe heran gue]

[Di kelas 1, lo suka sama 3 cowok di angkatan kita dan 4 kakak kelas. Lo tembak mereka semua dan ditolak semua pula]

[Gini ya, Na. Lo harus istirahat, sih. Kayak, UDAH DUA BELAS COWOK DARI KELAS 1 SMA]

Aruna memang mengikuti kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler yang memungkinkannya untuk bertemu dan berkenalan dengan banyak orang. Tapi, tidak disangka kalau Aruna orang yang mudah jatuh cinta. Kama pikir, mungkin perasaan dan pikiran orang lain berbeda-beda. Tapi, sudah dua belas laki-laki yang menolak Aruna. Ditolak satu saja sudah bikin lelah hati. Setelah ditolak oleh satu laki-laki, Aruna tetap pantang menyerah mencari pacar. Kama tidak bisa membayangkan dirinya adalah Aruna. Kalau Kama adalah Aruna, Kama sudah pasti kehabisan energi.

[Ya, gimana, ya. Gue pengen ada pengisi hati gitu biar semangat]

Kama tidak habis pikir dengan jawaban Aruna.

[Maksud lo apaan? Biar semangat? Yang ada ga semangat lah. Ditolak satu aja udah sedih, ini lo udah ditolak dua belas. DUA BELAS. Gue gatau hati lo terbuat dari apa]

[Gue suka sama cowok-cowok yang gue tembak. Tapi, kayaknya ga ada satupun yang suka gue]

[Lo ga takut diomongin? Maksud gue, hei, lo nembak dua belas cowok dan ditolak semua. Gue mah bodo amat. Tapi, orang lain kan ada aja yang mulutnya jahat]

[Ga peduli. Gue yang nembak, mereka yang repot]

Kama tiba-tiba teringat sesuatu.

[Bentar, seinget gue, gue gapernah liat lo bareng cowok-cowok yang lo tembak. Ya, mungkin lo ngobrol sama mereka pas di ekskul atau OSIS, tapi selain itu lo udah bikin pendekatan lain?]

Kama baru ingat. Selama ini, Aruna hanya bermain dengan Kama, Anna, dan Alex sejak kelas 3 SMP. Mereka bersahabat sejak saat itu dan selalu sekelas sampai di kelas 2 SMA. Selain faktor keberuntungan, faktor kelas IPS hanya ada dua kelas menjadi faktor pendukung mereka selalu bersama.

[Engga. Pernah sih ngechat, terus ngomong kalo ketemu di ekskul atau OSIS. Abis itu udah]

"Pantesan," Kama berbicara dengan suara kecil.

[Ya, pantesan. Gimana mau pada suka sama lo. Lo aja ga ada pendekatan. Dari mereka juga ga ada pendekatan sama sekali. Apa yang lo harepin?]

[Ya, mau gimana lagi. Demi mengisi kekosongan hati, ada satu cowok yang gue suka, langsung gue tembak]

Kama kesal dengan jawaban asal Aruna dan berpikir sejenak bagaimana dia harus menjawab.

Aruna mencari pengisi hati di luar sana, tapi dia tidak sadar bahwa ada orang yang bersedia mengisi hatinya tanpa harus dia cari dengan susah payah.

[Aruna, saran gue, lo cari pengisi hati yang udah kenal sama lo dan yang lo kenal, jangan asal tembak sana-sini. Lo yang cape sendiri. Modal "gue suka sama cowok ini" ga bikin lo diterima. Mau ngajak orang pacaran tuh ga begitu caranya]

Kama melanjutkan kata-katanya. Kama bisa merasakan detak jantungnya sendiri.

[Orang yang lo kenal dan kenal sama lo, misalnya gue]

Jantung Kama berdetak lebih kencang dari yang tadi. Dia meletakkan ponselnya di atas kasur dan menutup matanya dengan lengan kanannya. Dia merasakan kedua pipinya memanas.

Duh, kenapa gue ngomong, ya? Kalo udah begini, pasti canggung banget kedepannya, pikir Kama.

Kama mengecek ponselnya lagi. Aruna hanya membaca pesannya, belum menjawab apa-apa.

Kayaknya gue terlalu baik sama ini anak sampe-sampe dia ga peka gue suka sama dia. Hadeh, gini amat, Kama menghela napas.

***

Kama mengecek ponselnya dan belum ada balasan dari Aruna.

Abis udah persahabatan ini.

Di depan Kama, Alex dan Anna sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Alex sedang mengerjakan PR Matematika. Sedangkan, Anna sedang melihat media sosial.

"Eh, besok Sabtu ada festival buku di Mall Cendrawasih. Kita berempat kesana, yuk," usul Anna. "Ini ada pengumuman di media sosial toko buku Pohon Palem."

"Yok," Alex menjawab singkat. "Tinggal tanyain Aruna."

Aruna belum sampai di sekolah. Biasanya, dia datang paling terakhir di antara mereka berempat.

Baru saja disebut namanya, Aruna sudah sampai di kelas. Dia melihat ke arah ketiga temannya yang sedang berkumpul di meja Kama.

"Panjang umur lo, Na," Anna menyeletuk.

Mata Kama dan Aruna bertemu. Aruna mengalihkan pandangannya ke arah kanan bawah. Sama halnya dengan Aruna, Kama mengalihkan pandangannya ke arah ponsel.

"Ada festival buku besok Sabtu di Mall Cendrawasih," lanjut Anna.

"Oh, iya? Kalo gitu Sabtu kita pergi," jawab Aruna dengan suara pelan.

"Kenapa lo? Tumben diem, biasanya bar-bar," kata Anna.

"Biasa aja kali. Mau taro tas dulu," Aruna berjalan ke tempat duduknya yang ada di ujung, di depan meja guru.

Selain Anna, Kama juga menyadari perubahan sikap Aruna. Biasanya, Aruna sangat semangat kalau ada acara yang berkaitan dengan hal yang dia suka, salah satunya buku.

Tau gitu jangan ngomong, ya, Kama merasa pundung.

Tapi, setidaknya, dia jadi sedikit mikirin gue. Sedikit. Apalagi, dia gampang jatuh cinta begitu.

Kama mengacak-acak rambutnya, yang langsung jadi perhatian Alex dan Anna. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [Cerita Mini] Aku Melihatnya
0
0
Mendadak aku bisa melihat masa depan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan